Anda di halaman 1dari 7

PROSES GEODINAMIKA ZONA TUMBUKAN Review Hasil Peneiitian T.U 01.

06 Karakter, Proses dan Penyebab Deformasi Zona Interaksi Antar Lempeng Mikro

PENDAHULXJAN
Indonesia merupakan daerah interaksi antam e.mpat.lempeng utama, yaitu Eurasia, Pasifik, Fiipina dan Indo-Australia. Hal ini menyebabkan wilayah Indonesia merupakan salah satu daerah yang mengalami deformasi (demikian) kwt. Pada daerah deformasi ini dapat dijumpai beberapa lempeng mikro atau blok yang sam sama lain saling bergerak. K&m pergerakan lempeng-lempeng utama seperti lempeng Australia, Pasifik~maupun-Eurasia relatif diketiui maka tidak demikian halnya dengan lempeng-lempeng mikro tersebut. Pada batas lempeng-lempeng mikro ini banyak dijmnpai aktifitas gempa yang intens bahkan tidak jarang menimbulkan gempa besar; sebagai contoh adalah gempa PIores 1992 ataupun yang terjadi di kepulauan Mentawi dan di sepanjang sesar Sumatera. Disamping itu deformasidefonnasi yang terjadi antara lempeng-lempeng mikro juga membawa manfaat lain seperti terjadinya mineralisasi maupun cebakan-cebakan energi (bidrokarbon, batubara maupun geothermal). Oleh sebab itu kamkter lempeng-lempeng mikro ini jelas perlu dipahami dengan baik agar hal-hal seperti kegempaan, volkanisme maupun keterdapatan mineral dapat tersingkap. Daerah-daerah kunci yang dianggap penting untuk dipelajari ad&h tempat-tempat diiana terjadi deform& antar lempeng-lempeng mikro (intermicroplate) seperti Sumatra forearc sliver plate, Lam Banda (termasuk Flores), blok BanggaiSula ataupun antar lempeng utama deagan lempeng mikro seperti lempeng Pasifik (Carolii) dengan blok Biak, dan Australia dengan blok Irian Tengah.

TUJUAN DAN SASARAN


Tujuan dari penelitian proses geodinamika zona tumbukan adalah :

1. Meningkatkan kemampuah IPTEK dalam bidang kebumian 2. Mempelajari fenomena geologi yang terjadi di busur kepulauan yang pada gilirannya dapat digunakan untuk mjuan-tujuan praktis seperti peramalan gempa, gunungapi, maupun memperbaharui konsep-konsep eksplorasi. Beberapa sawan yang ingin dicapai dari hail penelitian ini antara lain :

-l-

1. Mengidentifikasi karakteristik pergerakan sesar Sumatra di daerah Liwa, Ketiun dan Bukittinggi, serta hubungannya dengan aktifitas neotektonik dan volkanisme. 2. Menyingkap neotektonik perubahan muka air laut dengan mempelajari perkembangan terumbu koral. 3. Mempelajari biostratigrafi Formasi Halang yang merupakan sekuen bahmn sedien disekitar komplek melange Karangsambung yang merupakan produk tumbukan zaman Kapur. 4. Mempelajari kinematika rekahan yang terjadi akibat gempa bumi Flares tahun 1992, sehingga diiarapkan dapat diketiui mekanisme gempa tersebut. 5 . M e m p e l a j a r i kompleks batuan dasar d i kepulauan Sula dan Scram y a n g twut berperan dalam sejarah tektonik kawasan Indonesia bagian timw. LOKASI DAN TOPIK PENELlTIAN Beberapa lokasi penelitian dan topik yang tennasuk gambar 1 dan dapat dibagi sebagai berikut : d&m T.U 01.06 disajikan dalam

1. Sumatra forearc sliver plate - South East Asian Plate


Nim dan Pagai

Beberapa data menunjukkan bahwa di wilayah ini pernah terjadi gempa bumi yang menimbulkan tsunami. Dengan mempelajari pertmnbuhan dan keadaan terumbu koral diha,rapkan dapat mengetahui siklus gempa di kepulauan Mentawai.
b. Bukitinggi - Kapahiang (Bengkulu)

Seperti hasil studi beberapa pen&i (Sieh, 1992; McCaffrey, 1991; Handayani dan Harjono, 1993) pergerakan sesar Sumatera bervariai di setiap segmen. Makin ke utara makin cepat. Oleh sebab itu &an dicoba membuat perbandingan antara segmen Bukittinggi dan segmen Bengkulu.
c . Bengkuiu - Lmpung

F&us studi ini ad&h mempelajari karakterisasi war Sumatera pada segmen LampungBenglalu dalam hubungannya dengan proses volkanisme di sepanjang segmen Bengkuhrdan segmen Semangko serta kaitannya dengan pembenmkan mineralisasi. 2. Lempeng Indo-Australia - South East Asian Studi ini ditekankan pada pemahaman kan di sekitar Karangsambung. karakter endapan sedimen daerah fosil tumbu-

-2.

3. Lempeng Indo-Australia - Blok Flares - Lad Banda - Pasifik

Gempa Flares 1992 t&h menimbulkan rupNre baru di laut. Gempa ini merupakan respons dari pergerakan blok PIores akibat Nmbukan Kontinen Australia. Dengan melakukan pengamatan serta pengukuran rupture yang tiibul akibat gempa Flares diharapkan pemahaman kinematika blok Flora dapat diketahui.

Interaksi lempeng Pasitik-Australia-SE. Asian telah Nrut menyebabkan l&ii rumitnya ,t&tonik wila.yakIndonesia Timur. Evolusi laut Banda misalnya b&m terpecahkan hingga sekarang. Dengan mempelajari karakter dan proses batuan magmatik dan maliian diarapkan pemahaman geologi daerah ini makin memadai. HASILXASJL PENELlTIAN ~Proses konvergensi miring dari lempeng Australia terhadap letnpeng Asia Tenggara mengakibatkan terbentuknya &em sesa aktif Sumatra sebagai respon UnNk mengakomodas i komponen~dekstral dari konvergensi. D i Bukittinggi karakteristik gerak-gerak sesar sumatra yang b&fat neotektonik dengan menguji model MC Caffrey apakah slip rate pada sistem sesar S u m a t r a tnemang bertambah ke arah utara. Metodologinya dengan menguti slip rate berdasarkan offset sun& dan dating da-i unsur yang tergeser. Hasil perhitungan slip rate setiap segmen di sepanjang sear Sumatera menyimpulkan bahwa penambahan slip-rate secara unum ke arah tam &pat diitung dari kecepatan proses buti di selat Sunda yang berkisa antam 6 tndtahtnt, yaiN l&ii kurang sama dengan slip rate di daerah danau Ranau, sedang besamya slip rate di daerab danau Toba sekitar 27 tnm/tahun. Jadi terjadi penambahan slip rate s&&r 21 mm unNk sepanjang 1100 Km atau penambahan 1 mm setiap 50 Km ke amh utara. Kemudian di daerah danau Maninjau sebesar 15 mm/tahun, yakni 55 % dati besamya slip-rate di daerah D. Toba yang berada l&ii kwang 300 Km di utaranya. Jadi terdapat penambahan f 12 mm sepanjang 300 Km atau hampir 1 mm setiap 20 Km atatt dtta setengah kali lipat lebiitinggi dibandimgkan dengan penambaban slip rate secara unum dwi sistem sear Sumatra, yakni hampir lmm setiap 50 Km. Gerak-gerak neotektonik lainnya dapat dipelajari pada pola pertumbuhan tetumbu koral Holosen maupun Resen. Tennnbu modern sendiri berkembang dengan baik di pulau-pulau kecit di sebelah barat Sumatra, sepwti pulau-pulau Sipora, Pagai dan pulau-pulau kecil disekitamya. Luasnya paparan terumbu koral ini ma-up&an salah saN gejala adanya penunman 8-N paparan litoral. pari rekaman perkembangan terumbu koral ini dapat dibuktikan adanya penurunan paras muka laut sebesar 50 - 75 Cm yang ditafsirkan berhubungan dengan kegempaan yang terjadi pada tahun 1833, 1861, 1909, 1943 di daratan Sumatra. Disamping iN dijumpai mikroatol dan tnikroundak Holosen dan Modern secara bersamaan di saN tempat, yakni di Sioban, teluk Porurogat dan teluk Tiop. Keadaan ini ditafsirkan bahwa penunman daratan pernah pula terjadi di kala Holosen. Diperkirakan gejala tektonik ini terjadi sepanjang Holosen hingga sekxang yang diselingi dengan pengangkatan.

-3-

,.

Pola tektonik di daerah Bengkulu ata di Kabupaten Rejanglebong merupakan pola yang rumit, karena merupakan da+ tetminasi tama sistem dekstral sew Sumatra. Ada tiga segme sew tama yang paling &if, yaitu sesar Ketaun - Tes, sesar Despetah dan Sesar Musi-Keti. Ketiga segnte sesar ini sangat berperan terjadinya gempa bti yang pernah terekam. Gempa buni 194211943 dan 1952 berasosiasi dengan sesar Ketaun - Tes, sedangkan gempa buni tahun 1979 berasosiasi dengan sesar Despetah. Disamping it taminasi dari ketiga segmen sesar tersebut mengakibatka zona pereganga (transtension zone), seperti G. Kaba yang terletak persis pada zona pereganga anfara sesar Ketahun-Tes dan sesar Despetah. Terdapatnya aktifitas volkanik dan pemunculan gunung api juga berasosiasi dengan pola neotektonik, bahkan nampak interaksi antara kegiatan volkanisme dengan perkembangan tektonik @ola sesar). Keberadaan sahtan endapan volkanik di kehnusan segnx sesar Despetah, sebelah selatan Kapahiang, diinterpretasikan sebagai fissure eruption. Pola kelurusan berarah tam se&a. yang keliiatannya mengontrol pemncla gtmung api diduga berhubungan dengan struktur rekahan d&m. Genesa struktur rekahan d&am ini kalau memang ada, masih harus diteliti. Di tam daerah penelitian dijumpai adanya pola keluusan berarah Barat-Tiiur yang diduga mengontrol pemunculan gunung api (Posavec dkk, 1973; Suwijanto dan Kouda, 1973). Perbedaan ini boleh jadi memperlihatkan keragaman/perubahan pola tektonik di sepanjang jalur sew Sumatra, seperti juga halnya perubaha kondisi volkanisma yang dicerminkan oleh perbedaan perioda zttpsi da densitas kernat volkanik pada antar bagian di sepanjang sistem sear Sumatra. Disanping mempelajari neotektonik sistem war Sumatra, akibat subduksi miring dari lempeng Indo Australia terhadap lempeng Asia Tenggara, dipelajari pula karakter endapan sediien disekitar fosil tumbukandi daerah Karangsanbung. SNdi endapa sedimen difokuskan pada Formasi Halang di tara Kebunen da Gombong. Shtdi ini menghasilkan want data baru bahwa Foraninifera benthos kecil memperliiatkan percampura antara penghuni laut dalam da dangkai seiring dengan kondisi sediientasi yang berlangsung. Disamping it terjadi perkembangan morfologi pada beberapa cangkang Fortinifera plankton sejalan dengan perubahan umur. Dari analisis Foraminifera plankton diduga pengendapan tufa napal Fotmasi Halang betmula dari sebelab tinw (Kebwnen) karena Foramninifera plankton yang lebih tua pertanm dijumpai di daerah ini. ~Formasi Halang sendiri diduga diendapkan pada lingkwgan laut tropis dengan kondisi laut terbuka pada zona neritik luar - Bathyal, da diperkirakan unur dari Fornxwi Halang ad&h N18 (Mio-Pliosen). Gempa Flares 1992 telah menimbulkan rupture bar di laut. Gempa ini merupakan respons dari pergerakan blok Flows akibat tumbukan Kontinen Australia. Penelitian lapanga di Ende, Maumere dan Iarantuka menunjukkan bahwa gempa ini telah mengakibatkan kerusakan bangunan, jalan, sata ret&an pada batuan da tanah. Disamping it pola kerusakan infrastruktur teTp,ebt ummmya sejajar atau paralel dengan pola kelurusan (liniament) yang dihasilkan dart mterpretasi citra LandSat dan Spot. Pola kelurusan berarab baratlaut tenggara dan baratdaya tiiurlaut t&h berperan dalam mengontrol pembentukan rekaban maup menyebabkan kerusakan bangunan. Tingkat kerusakan terparah d i j u m p a i pada daerak-daerah pertemuan dua ata lebih kelurusan geologi. Apabila deformasi geologi yang terjadi di kawasan Indonesia Barat secara unum disebabkan oleh konvergensi L.empeng Indo Australia dan lempeng Asia Tenggara, maka di kawasan Indonesia timur, defommsi geologi dipengaruhi~ pula oleh proses konvergensi dari

-4.

lempeng pasifik, lempeng Australia dan lempeng Asia Tenggara. Penelitian di kepulauan Banggai Sula sangat penting, karma sejarah tektonik kepulauan inj Nrut manegang peranan dalam perkembangan tektonik kawasan Indonesia bagian Timur, mena dianggap berhubungan dengan sejarah perkembangan t&t&k bnsur Banda da. Sulawesi. SNdi pendahuluan di daerah ini t&h dapat memahami komplek bat&m dasar yang mengalasi kepulauan Banggai dan Sula. Dari beberapa lintasan geologi diketiui bahwa baNan dasar kepulauan Sula terdiri dari komplek maliian Sula dan graniioid Sula. Komplek maliian Sula terdiri dari s&is mike-grafit, &is klorit-mi!e, amfibolit piroksen, amfibolit biotit dan migmatit, sedang granitoid Sula terdiri dari granit, granodiorit, monzonit kuarsa dan syenit kuarsa, serta pegmatit yang berkomposisi granit dan granitoid. Berdasarkan analisis pamgenesis mineral, bahun &is terdapat pada fasies s&is hijau dengan derajat maliian rendah, batuan amfibolit berada pada derajat maliian sedang dan transisi ke derajat maliian tin&, kemudian mengalami maliin ulang menuju fasies s&is hijau. PembenNkan migmatit di daerah penelitian diperkirakan berada pada kondisi temperahu dan t&man yang sama dengan amfbolit. Dari hasil penelitian pada komplek KobipoN di daerah Solea P. Scram utara, menginform&ii bahwa Komplek KobipoN disusun oleh batuan pang. bersifat leukokratik dan melanokratik, atau disebut pula sebagai batuan migmatit. Memuut Audley Charles, et al.,1981 dan Hamilton., 1979, Komplek Kobipoto ad&h batuan yang mendasari pulau, Scram dan merupakan bagian dari kerak benua Australia yang berunw ~Pra Kambrium. Batuan migmatit mempakan hasil pelelehan parsial akibat deformasi regional. Di lapangan batuan ini menampakkan gejala terkoyak kuat dan memperlihatkan stmkhu agmatit, stmrnatik, ptigmatit dan nebulit. BaNan asal migmatit di daerah ini berasal dari bahzxn sediien laut yaiN batulempung dan serpih karbonatan dengan sisipan Nfa atau basalt. Berdasarkan paragenesa mineral, batuan sediien ini~niengalami penx&han hingga pada derajat tinggi yang-ditunjukkan hadiya mineral siliianit + ortopiroksen (enstatit dan sedikit hipersten); siliianit + safirin + kuarsa; safirin + kuarsa + ortopimksen dan silimanit + kordiit. Hadimya ortopiroksen menunjukkan bahwa batuan t&h melewati derajat maliian sangat tinggi (ultra high grade, Touret, 1971, a,b; Reinhardt and Skipen, 1970). Derajat maliian sangat tinggi ini tercapai pada suhu dan t&man minimal 1000c dan 10 Kbar, dengan kedalaman f 35 Km atau pada fasies granulit. Pada kondisi demikiad tel.41 mengakibatkan terjadinya pelelehan parsial yang membentuk migmatit. Pelelehan parsial mempakan lelehan silikat be&fat heterogen (William, et al, 1982) melibatkan m&an&me yang komplek antara lain anateksis, hidrotermal, pemisahan maliian/metamorphic segregation dan metasomatis (White., 1966; Misch 1968; Mehnert, 1968, Yardley, 1978, Winkhx, 1979, Dougan, T.W, 1979 da Olsen, S.N, 1982). P&l&an parsial dan segregasi yang terjadi mencetinkan kegiatan deformasi pada suaN daerah tektonik (Ashy& and Mclellan, 1985; Amit and Eyal, 1976). Akibat proses deformasi ini dicirilan oleh gejala koyakan dan pengaralxm mineral pada n&math. BaNan Migmatit Komplek Kobipoto ini mengalami pengangkatan yang sangat cepat yang dibuktikan gejala retograde. Hal ini dicerminkan oleh pembentukan mineral pada fasies amtibolit yaiN hornblenda yang ~erupakan reaksi antam biotit dengan plagoiklas, atau sebagai hasil ubahan piroksen.

DAFTAR PUSTAKA A&worth. J.R., 1985, Migmatites, Black% & Son Ltd., Glasgow, p. l-35. A&in, S, Handoyo, A; Prastistho, B; Gafoer, S; 1992, Geologi Lembar Banyuma~, Jawa Tengah. Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat
Jendral Geologi dan Sumberdaya Mineral. Bandy, 0.L; 1964, General Correlation of Foramin&m Sfmchm with Environmenf, in Approaches to Paleoecology~ ed Imbrie, J & Newell ,N.D, New York, pp. 75-90. Bellier,O., Framumijoyo, S. and Sebtier, M.,lPPl, StrikesZip faulting and volcanic urlderas along fhe great mndran fault. Terra Abstract, ~01.3, no.1 EUG Stras-

bourg.
Djoehanah, S., Praptisih, 1992, Biostratigrqf Fomasi Penosogan Bagian Ban& Kec. Saaiq, Kab. Kebmn, Jawa Tengah, Laporan Peneliti+n, Pwat Penelitian dan Pengembangan Geoteknologi LIPI, tidak dipublikasikan. Hamilton, W., 1979, Tectonics of Indonesian Region, US Geol. Survey Prof. Papers, 1079, pp 156-159. Hantoro, W., Sieh, k.E. and Taylor, F., Neq-Seism TeMonik dan Wzrinsi Pemkaan Laut Di Kepulauan Mentawai (Sipora. Pagai Wara dan Pagai Selatan). Sumatra Barat, Proceeding Ekspwe Ilmiah 30 tahun Geoteknologi LIPI, April 1994. Harjono H., 1993, Proses Gwdii Zone lSunbukan, Proposal penelitian Tolok Ukur 01.06 tahun anggaran lPY3/1994, Puslitbang Geoteknologi LIP1 Bandung. Harjono H., Diament M, Nouaili L and Dubois X.1989, De&&m ,of magma bodies beneath Krakatau volcmo (Indonesia) from anonuzlous shear nwes. Journal of Volcano&y and Geothermal Research, vol. 39, pp. 335-348 Harjono, H. dan H. Prasetyo, 1993, G?tafan Gmpabumi Flares: Flores92, Sinyal, Warta IIImpunan AhIi Geoflsika (HAG& no. 01, thn. XVI, 1993, hal. 30-37. Huang, T, 1968, Smaller Forambdjera from Miyako-Jim, Ryukyu, Japan, Tohoku Univ.

Sci.Rept. Znd. Ser. (Geol). Vol. 40,


no. 1. Huchon, P. and ,Le Pichon, X., 1984, Sunda strait and central Sumafra fauk Geology, vol. 12, pp. 668-672 Kastowo dan Leo, G.W.,1973. Geologic Map of Padmg Quadrangle, Sumfra. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Dir.& Geologi dan Sumberday Mineral, Indonesia. Natawidjaja, D.H. dan Kesumadarma, S., 1993.. Evalumi star aktif dan gempa bumi daerah Liwa. Kab.Lampung Barat, Sumtra. Proceeding Pertemuan Ilmiah Tahunan IAGI, Desember 6-9, Bandung. Natawidjaja, D.H, D j o e h a n a h , S . , 1993, Struktur &II SIratigrafi daerah Penosogan, Karangsmbmg, Kebumen, Jawa Tengah. Laporan Penelitian Pwlitbang Geoteknologi - LIPI. Tidak dipublikasikan. Pardede R., Gafoer S. dkk., 1992. GeoQi lembnr Bengkulu, Dept. Pertambangan dan Energi, Dir&n. Geologi dan Sunber Daya Mineral, Pwat Penelitian dan pen-

gembangan Geologi.

-6.

Prosidin~

I~o~ibHasil

Penelitian Pvrlirbarrg Georebzologi

UN, 1994

Permana. H, Pramumijoyo. S dan Kumoro. Y., 1993., kelururan daerah Flares; Implikasinya terhaiap kerusakan akibat gempa 1992, Proceeding PIT IAGI ke 22 di Bandung, volume 1, ha1 271.281. Phleger, EB, 1960, Ecology and Distribution of Recent Foramin@era. John Hopkins Press, Baltimore, 275 p. Pigram, C.J, Surono and Supandjono, J.B, 1985, Origin of the Sulk Platform; Eastern Indonesia, Geology v. 13, pp. 246-248. Posavec, M., Taylor, D., a L.eeuwen Th. and Spector, A., 1973, Tectonic Controls of
Wcanism a& Complex Movements along the Surnatran Fault System, Geol. Sot.

Malaysia Bull., vol. 6, p. 43-60. Postuma, LA, 1971, Manual of Planktonic Foraminifera, Eisevier, Amsterdam, 420 p. Silver, E.A., Reed, D., MC. Caffrey, and Joyodiwiryo, 1983, Back arc thrusting in the eastern Swuia arc. Indonesia, A con.%?qumt of arc-continent colli.kn. Jour. Geophys. Res., vol. 88, B9, pp. 7429-7448. Surono & Sukarna, D . , 1 9 8 5 , Laporan G e o l o g i Lembar Saruula. Maluku, Laporan Terbuka Pustitbang Geologi DJGSDM, Bandung, 36 h. Suwarna. N, Santosa. S, dan Kowxmadinata. S., 1990, Geologi lembar End.?, Nwatenggara i%w, s&ala 1:250.000, Pwlitbang G e o l o g i , Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi. white, A.J.R and Chappell, B.W., 1977, Ultrametanwrphisme and Granitoid Genesis, Tectonophysics, V. 43, Elsevier Sci. Publ. Co., Amsterdam, p 7-22. William, H. Turner,EJ and Gilbert, CM., 1982, Petrography and introduction to Smdy of Rocks in Thin Section, Second Edition, W. H. Freeman and Co, New York, 626 pp.

Anda mungkin juga menyukai