Anda di halaman 1dari 16

PENULISAN BUKU TEKS PERGURUAN TINGGI *)

Oleh

Lasa Hs **)

*). Makalah Workshop Strategi dan Teknik Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi tgl. 19 Juli 2006 di LPP UNS Surakarta **). Pustakawan UGM dan Penulis
Penulisan Buku Teks Perguruan Tinggi

Oleh Lasa Hs

Abstraks

Informasi yang disampaikan dalam bentuk tulisan (seperti buku teks) akan memiliki jangkauan luas dan nilai keabadian. Namun demikian masih rendah kesadaran menulis di kalangan masyarakat dan intelektual kita. Penulisan di kalangan akademik cenderung karena keterpaksaan dan motivasi materi (angka kredit, rupiah, hadiah), Tulisan memiliki nilai moral, pendidikan, pembaharuan, perubahan, dan pengawasan dalam berbagai bidang. Maka melalui media ini perkembangan ilmu pengetahuan diharapkan semakin cepat, meluas, dan abadi. Kemampuan menulis itu dapat dipelajari asal ada kamauan, sabar, ulet, dan telaten, bahkan segampang ngomong. Untuk itu perlu penumbuhan kesadaran menulis terutama di kalangan para ilmuwan.

Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan informasi yang direkam/tulis itu akan lebih awet dan menyebar lebih luas daripada disampaikan melalui lisan. Tulisan, besar pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan kultur masyarakat meskipun memerlukan waktu lama. Bahkan ada yang mengatakan bahwa untuk bisa merubah dunia hendaknya menulis buku dan bukan sekedar hand out. Rasulullah Muhammad SAW telah mampu melakukan perubahan yang berarti terhadap tatanan kehidupan manusia berabad lamanya melalui ajaran-ajaran Ilahiyah yang ditulis dalam Alquran dan Hadits. Karl Mark mampu mengadakan perubahan di Rusia melalui bukunya yang berjudul Das Capital. Sun Yat Sen juga telah melakukan perubahan yang berarti di negeri Cina melalui buku yang ditulisnya yang berjudul San

Min Chui. Demikian pula Imam Ghazali mampu menggugah dan membangkitkan semangat pembaharuan dan meningkatkan kesadaran beribadah melalui buku Ihya Ulumuddin (menghidupkan ilmu-ilmu agama). Bung Karno sebagai Bapak Revolusi mampu menggerakkan revolusi untuk mencapai kemerdekaan antara lain juga melalui buku-bukunya Sarinah, Di Bawah Bendera Revolusi, dan lainnya. Disamping itu, perlunya menggalakkan penulisan buku didasarkan pada faktor, pertimbangan, dan alasan antara lain: 1. Rendahnya minat baca penulisan masyarakat nampaknya berimbas pada rendahnya

dalam masyarakat maupun para intelektual. Kalau para

intelektualnya saja malas menulis, apalagi masyarakat umum. 2. Menulis dianggap sebagai beban Salah satu beban dan kendala studi terutama di perguruan tinggi adalah penulisan tugas akademik. Entah itu namanyua paper, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi,maupun pidato pengukuhan. Bahkan betapa banyak calon sarjana gagal studinya gara-gara tidak mampu menyelesaikan tugas akhir mereka yakni skripsi, tesis, atau disertasi. 3. Rendahnya kesadaran transfer ilmu pengetahuan atau pengalaman melalui tulisan (artikel & buku) Pola pikir jangka pendek dan pragmatis ini sangat disayangkan. Sebab seorang berpendidikan seharusnya mampu berpikir panjang dan menyadari bahwa menulis itu merupakan kewajiban moral. 4. Rendahnya penulisan buku mungkin disebabkan ketidakmampuan, kurang percaya diri, takut dikritik, takut salah, takut dicemooh, takut dibajak, dan ketakutan-ketakutan lain.

Terbitnya buku-buku tentang penulisan dan penyelenggaraan kajian penulisan dimaksudkan untuk : 1. Menggugah kesadaran masyarakat terutama mereka yang bergerak di dunia keilmuan untuk menulis artikel atau buku sesuai bidang masingmasing.Menulis bagi mereka selayaknya merupakan tangung jawab moral dan bukan semata-mata harus dinilai dengan uang atau angka kredit 2. Membuka jembatan antara akademisi dan penerbit Selama ini para intelektual enggan atau tidak berani menawarkan naskah ke penerbit. Mungkin khawatir ditolak penerbit padahal sudah punya nama sebagai pendidik. Padahal penolakan naskah itu merupakan kewajaran dan naskah yang ditolak itu belum tentu jelek. 3. Mendorong penulis pemula agar berani dan mau menulis dengan kesabaran, ketabahan, dan ulet. 4. Lebih jauh berusaha ikut meningkatkan kualitas dan kualitas penerbitan buku di negeri tercinta. Andaikata para sarjana yang bergelar S2 dan S3 (syukur S1) itu mau dan mampu menulis buku seumur hidup satu judul saja, kiranya sudah bisa diprediksi berapa judul buku yang akan dihasilkan para sarjana itu. Tentunya semakin tinggi jabatan akademik seseorang akan semakin mutu dan banyak buku yang dihasilkannya. Berangkat dari sinilah maka dalam UU Sistem Pendidikan yang baru disebutkan bahwa seorang guru besar harus menulis buku. Nah andaikata tiap profesor itu secara mandiri mampu menulis satu judul buku teks (bukan hand out dan bukan terjemahan) tiap tahun, alangkah indahnya dunia perbukuan kita. Dengan demikian para akademik kita tidak saja pandai berteori dan

mencari kambing hitam tentang rendahnya penerbitan buku di negeri ini..Namun mereka benar-benar mampu menjawab salah satu persoalan yang melilit dunia perbukuan kita. .

Penulisan Buku Teks


Buku teks merupakan terbitan berisi bidang atau ilmu pengetahuan tertentu yang ditulis oleh seseorang atau lebih atas nama pribadi atau lembaga dengan

sistematis yang jumlah halamannya minimal 48 halaman. Terbitan ini biasanya digunakan sebagai bahan ajar pada sekolah, perkuliahan, atau pelatihan-pelatihan dan dapat dipelajari sendiri. Produksi buku kita belum seperti yang diharapkan meskipun telah lahir jutaan sarjana dalam berbagai bidang. Kualitas dan kuantitas buku kita masih menduduki ranking bawah bila dibanding dengan produksi buku-buku di Asean, apalagi bila dibanding dengan negara-negara maju. Dulu, konon penulisan buku seolah-olah merupakan monopoli kelompok tertentu terutama kalangan ningrat, pencipta tembang, para pujangga, dan penulis kisah. Di era Orde Lama dan Orde Baru, orang juga berpikir sekian kali kalau ingin menulis buku. Lain halnya dengan era informasi ini. Penulisan buku kini terbuka kepada siapapun asal disertai tanggung jawab moral dan tanggung jawab keilmuan. Memang terdapat anggapan dalam masyarakat tentang penulisan ini antara lain bahwa menulis itu dianggap: 1. Keterpaksaan 2. Menakutkan 3. Bakat 4. Seni

5. Profesi 6. Mengoplos 7. Indah 8. Perang (ide) 9. Dapat dipelajari Adanya berbagai anggapan tersebut menunjukkan adanya perhatian dan dinamisasi dalam dunia penulisan. Oleh karena itu dalam kondisi apapun penulisan tetap diperlukan sepanjang kehidupan manusia meskipun media tulisan itu bentuknya berbeda dari waktu ke waktu. Dalam hal penulisan ini, Abdul Hadi WM (2002) menejlaskan bahwa bakat menulis itu hanya 5 % lalu keberuntungan 5 %, sedangkan sisanya sebanyak 90 % tergantung kesungguhan dan kerja keras. Demikian pula wilson Nadeak (1989: 26) menyatakan bahwa kemahiran menulis itu hanya bagi orang yang membiasakan menulis.

Peran Penulis
Penulis memiliki peran strategis dalam pengembangan ilmu pengetahuan, nilai, dan teknologi serta mengembangkan pola pikir masyarakat. Maka penulis mampu berperan sebagai intelektual, pendidik, pengontrol, pembaharu, pemberontak, pengembang dan penyebar ilmu pengetahuan. 1. Intelektual Aktivitas menulis sebenarnya merupakan kegiatan intelektual. Sebab mereka melakukan kegiatan keilmuan dalam mengembangkan kehidupan intelektual. Dengan naluri yang kuat, seorang penulis mampu menangkap fenomena alam dan fenomena masyarakat yang selanjutnya dipikir, dianalisis, disikapi, lalu berusaha untuk dicarikan solusinya.

2. Pendidik Penulis itu menyampaikan ide, teori, nilai, dan sikap melalui tulisan yang berarti melakukan kegiatan pendidikan. Penulis dapat melakukan pendidikan dan pengajaran sepanjang masa. Aktivitas ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang berpredikat formal sebagai pengajar selama mereka itu tidak meninggalkan tulisan. Proses pendidikan yang mereka lakukan hanya sepanjang mereka berstatus sebagai pendidik atau mungkin seumur hidup. Sedangkan ide dan pemikiran penulis akan abadi meskipun jasadnya hancur dimakan tanah. 3. Pengontrol Penulis adalah sosok manusia yang memiliki kepekaan dan sikap kritis terhadap fenomena sosial, ilmu pengetahuan, ekonomi, budaya, politik, dan pendidikan yang terjadi. Mereka peka dan bersikap kritis terhadap teks kehidupan baik yang tersurat maupun yang tersirat. Dengan nurani dan

nalurinya, penulis cepat berreaksi untuk menilai dan mengontrol feneomena tersebut. Mereka berbicara melalui tulisan yang seolah-olah gelisah dan resah melihat fenomena tersebut. Karya-karya mereka dapat dijadikan media kontrol terhadap fenomena yang terjadi. 4. Pembaharu Menulis merupakan kegiatan yang memiliki nilai luar biasa dalam

kehidupan manusia. Sebab tulisan itu mampu mendokumentasikan dan menyebarkan ide, pemikiran, hasil penelitian, pengalaman, sejarah, dan peradaban manusia dalam berabad lamanya. Kekuasaan sebuah buku kadang melampaui umur penulisnya itu sendiri.

Galileo (1564-1642), ilmuwan yang tulisannya pernah menggemparkan masyarakat Eropa, dikenal sebagai penulis metode eksperimental. Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Pisa ini sempat mengamati ayunan lampu gantung yang terdapat di sebuah katedral. Ia menghitung waktu ayunan lampu tersebut dengan denyut nadinya. Ilmuwan ini berani mengadakan pembaruan melalui buku-bukunya antara lain Dialog tentang Dua Sistem Besar Menurut Ptollomeus dan Copernicus (1529-1632). Terbitnya buku ini ternyata mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Eropa dan dianggap sebaga mahakarya dalam bidang kesusasteraan dan filsafat. Di satu pihak, buku buku ini mendapat tentangan yang keras karena Galileo dianggap menghimpun dan mengadakan pembelaan terhadap ajaran Copernicus. Gara-gara buku tersebut, beliau diganjar hukuman sampai meninggal dunia pada tahun 1642 M. Meskipun pada saat itu ia berstatus sebagai tahanan rumah, Galileo sempat menyelesaikan buku-bukunya. Pengamatan terakhir yang dilakukannya pada tahun 1637 M (beberapa bulan sebelum buta) adalah pengamatan terhadap benda-benda angkasa melalui teleskop tentang waktu, kemunculan bulan setiap hari, dan pergeseran letaknya setiap tahun. Zaman selalu berubah dan berkembang seirama dengan perubahan dan perkembangan kebutuhan manusia. Gereja Katolik pada tahun 1980

(kepemimpinan Paus Yohannes Paulus II) secara resmi mengakui bahwa tindakan gereja itu salah (Ensiklopedi Nasional Indonesia 1992, jilid 6). 5. Pemberontak Dengan kepekaan tinggi, penulis merasakan adanya penindasan,

penganiayaan, ketidakadilan, pengebirian hak-hak asasi manusia dan bidang tertentu. Merespon keadaan seperti ini, mereka berontak yang implememtasinya

dalam bentuk tulisan. Sekedar contoh adalah Robohnya Surau Kami (AA Navis), Saya Musuh Politik Soeharto (Sri Bintang Pamungkas), Bumi Makin Panas (Pramudya Ananta Toer). 6. Pengembang dan penyebarluaskan ilmu pengetahuan Penulis mengembangkan ilmu atau bidang tertentu yang jangkauannya lebih luas dari sekedar disampaikan di depan kelas atau ruang seminar. Pikiranpikiran mereka mampu menembus dimensi ras, geografi, agama, bangsa, dan waktu. Audiens mereka terdiri dari berbagai tingkatan pendidikan tanpa harus terikat oleh syarat-syarat administrasi akademik. Mereka mengikatkan diri dengan ide dan pemikiran penulis tanpa mengharapkan IP tinggi atau suma cumlaude. Pendidik yang mampu menulis (artikel atau buku teks) akan mampu mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan mereka lebih luas daripada kuliah di depan kelas atau di depan peserta seminar. Maka dapat dikatakan bahwa ilmuwan yang tidak menulis (sendiri atau dengan orang lain) ibarat burung bersayap satu. Kemudian ilmuwan yang menulis ibarat burung bersayap dua yang mampu loncat dari satu dahan ke dahan lain bahkan terbang antarbenua. Langkah-Langkah Penulisan 1. Menumbuhkan kesadaran dan keikhlasan penulisan 2. Menemukan Ide Telinga mendengar Mata memandang Hati merasakan Pikiran memikirkan 3. Menguji ide

a. Manfaat bagi masyarakat umumnya b. Obyek dikuasai penulis c. Sesuatu yang aktual d. Buku yang akan ditulis memiliki beberapa kelebihan dari buku lain terutama dengan buku yang se bidang 4.Menentukan tema 5. Mengamati fenomena masyarakat 6. Mencari literatur, diskusi, seminar 7. Penulisan a. Penentuan bab b. Penulisan daftar pustaka c. Pencurahan ide sepuas mungkin d. Untuk sementara tak perlu memperhatikan tatabahasa, ejaan, maupun susunan kalimat e. Ingat-ingat literatur yang pernah dibaca 8. Penyuntingan a. Isi b. Sistematika penulisan c. Perangkat kebahasaan 1) Perhurufan 2). Penomoran/perangkaan 3). Lambang 4). Ejaan 5). Tanda baca 9. Pendokumentasian

10

10. Penawaran ke penerbit

Kriteria Naskah Layak Terbit


1. Prospek pemasaran a. Mutu dan marketable b. Tidak/kurang mutu tetapi marketable c. Bermutu tak marketable d. Tak bermutu dan tak marketable 2. Aktualitas tema 3. Nama penulis a. Tema populer dan penulis populer b. Tema populer, penulis tak populer c. Tema tak populer, penulis populer d. Tema tak populer, penulis tak populer 4. Kedalaman pembahasan 5. Materi, bahasa, dan sistematika penulisan 6. Cara penyajian 7. Ada tidaknya buku yang mirip; judul, isi, sampul 8. Kelengkapan naskah a. Kata pengantar b. Daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar foto c. Abstrak/ringkasan isi d. Isi bab-bab lengkap e. Daftar pustaka f. Indeks g. Biodata penulis

11

Prioritas Naskah (segera terbit) 1. Tuntutan pasar 2. Diperlukan suatu lembaga 3. Diberi sambutan/pengantar oleh tokoh 4. Kerjasama dengan intansi/orang yang memerlukan buku itu

Naskah Belum Diterima/ditolak


1. Tema kurang menarik 2. Naskah tidak lengkap 3. Bahasa jelek 4. Susunan kalimat panjang-panjang sehingga sulit dipahami 5. Banyak salah ketik 6. Calon pembeli sedikit 7. Pernah ada buku yang mirip/sama 8. Mengandung hal-hal yang terlarang

Tip Memilih Penerbit


1. Memahami visi dan misi penerbit 2. Reputasi penerbit 3. Jaringan pemasaran 4. Sistem percetakan dan penerbitan 5. Administrasi kepengarangan; hak cipta, royalti 6. Kejujuran dan keterbukaan penerbit

Pengiriman Naskah ke Penerbit

12

1. Naskah diketik rapi pada kertas kuarto spasi ganda dengan huruf sesuai ketentuan masing-masing penerbit. Pada umumnya ditulis dnegan huruf Time New Roman 2. Siapkan CD/disket. Jangan sekali-kali menyerahkan CD apabila belum jelas diterima/tidaknya suatu naskah. 3. Sebaiknya dibawa sendiri. 4. Diberi pengantar, biodata penulis 5. Tunjukkan karya tulis; artikel yang pernah dimuat, buku yang pernah diterbitkan 6. Penulis harus menerima tanda terima penyerahan naskah (jangan sampai hilang) 7. Dipantau/ditanyakan terus perjalanan naskah. 8. Naskah sebaiknya disertai isi ringkas, gambaran pangsa pasar, kelebihan buku itu dari buku lain terutama yang sejenis. 9. Siapkan foto Prosedur Penerbitan Buku 1. Naskah masuk 2. Penilaian oleh penerbit dengan melibatkan revere, general manager, pemasaran, lay out dll 3. Naskah bisa diterima, ditolak, atau diterima dengan catatan 4. Penulis diberitahu 5. Penjadwalan 6. Proses produksi 7. Penerbitan

13

Hambatan Naskah Terbit 1. Penulis rewel dan ngeyel 2. Melibatkan banyak pihak 3. Bahasa dan susunan kalimat amburadul 4. Isi CD dan naskah berbeda 5. Data kurang lengkap 6. Gambar, foto, tabel tidak memenuhi syarat cetak 7. Penulis menambah naskah terlalu banyak ketika dalam proses penerbitan. 8. Penerbit mempriortaskan buku-buku proyek, buku paket, buku pesanan 9. Kelangkaan kertas 10. Bencana alam 11. Nasib sedang kurang beruntung/apes ; file hilang

Kewajiban dan Hak Penulis


Kewajiban 1. Bertanggung jawab atas substansi naskah 2. Menjamin keaslian karya; bukan terjemahan,bukan saduran, bukan karya orang lain 3. Tidak mengirim/menawarkan naskah yang sama ke penerbit lain 4. Menjamin bahwa isi naskah tidak berisi hal-hal yang bertentangan dengan peraturan, moral, dan etika yang berlaku 5. Mengoreksi naskah sebelum dicetak. Untuk itu ada beberapa penerbit yang minta penulis untuk menandatangani surat persetujuan penerbitan.

Hak-hak

14

1. Mendapatkan buku sebagai bukti penerbitan (10 20 eks) pada cetakan pertama, dan pada cetakan kedua seterusnya mendapat 6 10 eks. 2. Memegang hak cipta bersama penerbit 3. Potongan harga antara 20 40 % dari harga jual buku apabila beli bukunya sendiri. 4. Mendapat informasi tentang jumlah buku yang dicetak 5. Mendapat informasi tentang jumlah buku yang terjual pada tiap semester 6. Mendapat royalti antara 10 15 % dari jumlah buku yang terjual pada bulan Juli Desember tiap tahun Hak dan kewajiban tersebut biasanya telah ditulis dalam surat perjanjian penerbitan. Daftar Bacaan Camus, Albert dkk. 2003. Menulis Itu Indah. Yogyakarta: Jendela Harefa, Andrias. 2005. Sukses Tanpa Gelar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hernowo. 2005. Mengikat Makna Sehari-hari. Bandung: Mizan Learning Centre. Kusnawan, Aep. 2004 . Berdakwan Lewat Tulisan. Bandung: Mujahid Lasa Hs. Pengakuan Seorang Penulis. Media Pustaka, II (5) 2003 : 4-11 ---------. 2006. Menulis Itui Segampang Ngomong. Yogyakarta: Pinus Nurudin. 2004. Menulis Artikel Itu Gampang. Semarang : Efektif & Harmonis ----------. 2003. Kiat Sukses Meresensi Buku di Media Massa. Malang: Cesour ----------. 2004. Membangkitkan Roh Menulis Artikel. Malang: Cespur

Rudatan, Rs. 2006. Menjadi Kaya Dengan Menulis. Yogyakarta: Andi Offset Stevenson, Robert Louis. 2004. Seni Menulis dan Membuat Buku. Yogyakarta: Jendela Sudjana, Nana. 2003. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah; Makalah-SkripsiTesis-Disertasi. Bandung: Sinar Baru Algensindo 15

16

Anda mungkin juga menyukai