Pengetahuan Alat Survei2011
Pengetahuan Alat Survei2011
Alamat Rumah
: Ir. Endang : Tasikmalaya, 7 July 1961 : Teknik Geodesi : PNS BAKOSURTANAL - Dosen Universitas Pakuan - Konsultan Dalam Bidang Surta : BTN Ciluar Permai Blok B1/6 Bogor West Java Tlp (0251) 8652101,Hp.081310982462 : Jln. Raya Bogor Jakarta, Km.46 Cibinong-Bogor West Java : Bulutangkis, Menyanyi : Hidup adalah perjuangan dan berjuang untuk hidup
JUDUL DIKLAT
Setelah mengikuti pemebelajaran ini diharapkan peserta mampu : Dapat mengetahui peralatan-peralatan survei yang digunakan untuk pekerjaan survei dan pemetaan
Setelah mengikuti pemebelajaran ini peserta mampu : Memahami dan mengerti peralatan-peralatan survei yang digunakan untuk pekerjaan survei dan pemetaan
POKOK BAHASAN
Peralatan
Peralatan ukur survei dapat dikelompokan Berdasarkan : Kegunaannya Jenisnya Teknologinya
Kegunaannya
Alat Ukur Untuk Penentuan Beda Tinggi
Alat Ukur Untuk Mengukur Sudut
Alat Ukur Untuk Pengukuran Jarak Alat Ukur Untuk Penentuan Arah Utara
Alat Ukur Untuk Penentuan Posisi
1.Bagian Bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus. 2.Bagian Tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius. Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus.
Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360 atau dalam grades senticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g. 3.Bagian Atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.
Theodolith Digital
Elektrical Total Stasion (ETS) Pegangan Alat Viewser
Key Pad
Tribrach Klep Pengatur Dudukan tribrach
theodolite atau theodolit merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa Teleskop yang dilengkapi dengan garis vertikal, stadia tengah, stadia atas dan bawah, sehingga efektif untuk digunakan dalam pengukuran tacheometri, sehingga jarak dan tinggi relatif dapat dihitung Dengan pengukuran sudut yang demikian bagus, maka ketepatan pengukuran yang diperoleh dapat mencapai 1 cm dalam 10 km. Pada saat ini alat survey seperti alat theodolit sudah diperbaiki dengan menambahkan suatu komponen elektronik. Komponen ini akan menembakkan beam ke objek yang direfleksikan kembali ke mesin melalui cermin. Dengan menggunakan komponen alat survey seperti alat theodolit tersebut pengukuran jarak dan tinggi relatif hanya berlangsung beberapa detik saja. Bila komponen tersebut ditempatkan pada bagian atas alat theodolite, maka disebut electronic distance measurers (edm), namun bila merupakan satu unit tersendiri maka disebut automatic level atau theodolite total station (farrington 1997).
sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut horisontal untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (farrington 1997).
APA YANG HARUS DILAKUKAN SEBELUM MELAKUKAN PENGUKURAN SUDUT DENGAN ALAT THEODOLITH
Z
mc Posisi Alat mb
Target B
= Bacaan ke C Bacaan ke B
Target C
A C
Miringnya sumbu I,hal ini terjadi karena kurang cermatnya pada saat pengaturan sesaat pada alat theodolit. Sumbu II tidak tegak lurus sumbu I, kesalahan ini bisa tereliminir apabila pengukuran dilakukan BIASA dan LUAR BIASA dalam satu set pengukuran. Kesalahan index, diakibatkan garis jurusan nivo skala tegak tidak sejajar dengan garis hubung indek bacaan, sehingga pada saat kedudukan teropong mendatar bacaan sudut miring tidak sama dengan NOL.Kesalahan ini bisa dieliminir dengan cara pengukuran sudut miring dilakukan pada posisi BIASA dan LUAR BIASA. Kesalahan letak indek bacaan, letak indek bacaan mestinya tepat berhadapan (diameteral), seharusnya selisih bacaan dengan indek N1 dan dengan indek N2 berselisih tepat 180 Kesalahan eksentrisitet, kesalahan letak pusat skala utama dengan sumbu putar theodolit. (pusat skala tegak tidak terletak pada sumbu II atau pusat skala mendatar tidak terletak pada sumbu I).
MENGAPA SEBABNYA PENGUKURAN SUDUT HORISONTAL MINIMAL HARUS 1 SET GANDA (B + LB)
Ada 2 (dua ) Sistem Dasar Pengukuran Sudut Vertikal: 1. Sudut yang dihitung terhadap arah mendatar pada skala lingkaran vertikal yang disebut sudut miring (helling) (h). Artinya: Bila teropong dalam keadaan mendatar, bacaan sudut vertikal = 0. 2. Sudut yang terbentuk dihitung terhadap arah vertikal (tegak) pada skala lingkaran vertikal disebut sudut zenit (Z). Artinya: Bila teropong dalam keadaan mendatar bacaan sudut vertikal = 90. Dasar penentuan besarnya sudut vertikal pada 2 sistem tersebut disebabkan karena perbedaan jenis/konstruksi theodolit yang umumnya perbedaan konstruksi pada skala lingkaran vertikal.
Untuk jenis theodolit yang menggunakan helling sebagai sudut vertikal h: Besarnya sudut miring dengan batasan 90 < h < 90 h > 0 bila target lebih tinggi dapada teropong theodolit h < 0 bila lebih rendah dari pada teropong theodolit
Untuk jenis theodolit yang menggunakan zenit sebagai sudut vertikal Z: Besar sudut zenit dengan batasan 0, Z, 180 dan 180 < Z < 360 Bila target bidik lebih tinggi dari pada teropong theodolit, maka Z < 90 atau 270 < Z < 270 Hubungan antara sudut miring helling (h) dan sudut zenit (Z) adalah: h + Z = 90
Keterangan : A, B : Nama titik/patok Dm : Jarak Miring D : Jarak Datar h : Jarak Vertikal/Beda Tinggi H : Sudut Miring Z : Sudut Zenit Ti : Tinggi Alat P : Jarak Vertikal/Garis Mendatar Terhadap Bacaan Tengah Benang Dari kondisi diatas maka dapat ditentukan jarak mendatar (D) secara optis dan beda tinggi antara titik A dan titik B.
Persamaan yang diperoleh dalam hal ini adalah sebagai berikut : Jarak Miring: Dm = (Ba- Bb) x 100. sin Z Jarak miring dengan sudut Zenit Dm = (Ba Bb) x 100. cos h Jarak miring dengan sudut helling JarakDatar Dt= Dm x sinZ Dt=Dm x cos h
Jarak datar dengan sudut Zenit Jarak datar dengan sudut helling
Dengan demikian persamaan menjadi : Dm = (Ba Bb) x 100. sin2 Z Dm = (Ba Bb) x 100. cos2 h Sedangkan untuk menentukan jarak vertikal (beda tinggi) antara titik A dan titik B dapat digunakan sebagai berikut :
Peralatan Waterpass
Kaca
Nivo kotak Kunci Gerakan Horisontal Lingkaran Bacaan Sudut Horisontal
Barometer Manual
Clinometer
Peralatan Pengukuran Beda Tinggi Dengan Waterpass Alat sipat datar 1 (satu) unit Rambu ukur 2 (dua) buah Landasan rambu (dua) buah Statip Payung Formulir pengukuran
Statip
Persyaratan Geometris Alat Waterpass 1. Garis jurusan nivo harus tegak lurus sumbu tegak 2. Garis bidik harus sejajar dengan garis jurusan nivo 3. Benang diafragma mendatar harus tegak lurus sumbu tegak
Tegakan rambu di tititk A dan B yang berjarak antara 100 120 m Pasang patok C dan D masing-masing tepat ditengah antara A dan B dan antara C dan B (lihat gambar 3.6.1) Ukur jarak mendatar AD = d1, DB =d2, dengan teliti menggunakan pita ukur Tegakan alat sipat datar di C dan atur dengan skrup kiap agar gelembung nivo di tengah.Dengan benang mendatar diafragma,kemudian baca skala rambu A dan rambu B, misalkan hasil bacaannya adalah a dan b.Karena jarak C ke A dan C ke B adalah sama, maka h = a - b merupakan harga beda tinggi yang betul walaupun garis bidik miring sebesar . Pindahkan alat sipat datar ke titik D, kemudian baca rambu A bacaannya a dan rambu B bacaannya b, hitung beda h = a b. Bila h = h itu berarti garis bidik telah sejajar dengan garis jurusan nivo, bila tidak sama maka garis bidik tidak sejajar dengan garis jurusan nivo dan garis bidik miring sebesar sudut . Untuk menghitung besarnya menggunakan rumus sebagai berikut ;
tg = h h d1 d2
SUMBER-SUMBER KESALAHAN
KESALAHAN KARENA MANUSIA KESALAHAN KARENA ALAM KESALAHAN KARENA PERALATAN
Karena miringnya rambu, makanya sebaikny pada saat pengukuran menggunakan nivo kotak yang ditempelkan pada rambu, supaya bisa tegak. ba = ba cos h bb = bb cos h bt = bt cos h
ba ba bt
bt bb
bb
Kesalahan pembagian skala rambu Kesalahan panjang rambu Kesalahan refraksi dan kelengkungan bumi, makanya dalam pengukuran sipat datar pengukuran harus dilakukan pulang pergi dalam satu seksi, hal ini untuk mengeliminir adanya refraksi, dan diuusahakan agar jarak belakang sama dengan jarak muka, atau jumlah jarak belakang sama dengan jumlah jarak muka, hal ini untuk mengeliminir adanya kesalahan kelengkungan bumi.
Dieliminir maksudnya kesalahan itu akan saling menghilangkan dengan menggunakan suatu sistim pengukuran tertentu
Dikoreksi maksudnya besarnya kesalahan koreksikan kepada hasil pengukuran. Kesalahan ini yang boleh dikoreksikan adalah kesalahan yang bersifat RANDOM. Dibuang maksudnya data hasil pengukuran tidak boleh dipergunakan karena kesalahannya sangat besar, melibihi toleransi yang diberikan, maka pengukuran harus diulang
KENAPA SEBABNYA ?
Bagaimanakah cara pengukuran beda tinggi dengan water pass jika kedua tempat tersebut tidak memungkinkan menempatkan alat ditengah-tengah antara 2 rambu ukur
rambu
ta
Teknik pengukuran cara ini biasanya dipakai untuk membuat profil melintang atau penampang dari potongan misalnya rencana jalan atau irigasi dsb
Pengukuran Jarak
Jarak antara 2 (dua) titik dilapangan dapat ditentukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung adalah dari hasil pengukuran langsung Pengukuran tidak langsung adalah jarak yang didapatkan dari hasil perhitungan
BAGAIMANA MENGUKUR JARAK DENGAN MENGGUNAKAN PITA UKUR DIDAERAH YANG MIRING
D1
D2
D3
D4
DAB = D1 + D2 + D3 + D4
AB = subtense bar, panjang tertentu = sudut paralak (sudut mendatar) diukur dengan theodolit D = jarak mendatar dari P ke Q
METODA PENGUKURAN APA SAJA YANG TERMASUK DENGAN PENGUKURAN JARAK TIDAK LANGSUNG
Kompas
LANJUTAN
Centering Optis
Antena
Adaptor
Tribrach
Keypad
(CLOSING) Terima kasih atas segala perhatian, mohon maaf atas segala kesalahan.(Thank you for attention, and sorry for something error) Mudah-mudahan memberikan manfaat untuk bapak dan ibu semua. I hope can to meet you again ! Perpisahan adalah awal dari pertemuan See you next time