Anda di halaman 1dari 10

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN SUKASARI EVALUATION OF WASTE MANAGEMENT SYSTEM IN DISTRICT OF SUKASARI

Zulfikar1 dan Mochammad Chaerul2 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung 1 zulfikarindonesia@hotmail.com, 2mochammad.cherul@ftsl.itb.ac.id

Abstrak Evaluasi terhadap pengelolaan sampah dibutuhkan untuk dapat memberikan masukan mengenai hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pengelolaan sampah agar terlaknsana pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan. Hal ini menjadi semakin penting untuk direalisasikan karena adanya UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah yang mewajibkan hal tersebut. Untuk kota Bandung, hal ini dirasakan semakin mendesak karena semenjak ditutupnya TPA Leuwigajah Kota Bandung belum memiliki rencana jangka panjang dalam pengelolaan sampahnya. Kecamatan Sukasari dipilih sebagai wilayah studi dengan pertimbangan karakternya yang dapat merepresentasikan karakter Kota Bandung dari sisi kependudukan dan kondisi persampahan. Dengan jumlah penduduk 65.604 jiwa yang tersebar di empat kelurahan, Kecamatan Sukasari dilengkapi dengan enam TPS. Hasil sampling sampah dengan metode SNI 19-3964-1995 dan SNI M 36-1991-03 menunjukkan bahwa angka timbulan sampah di Kecamatan Sukasari adalah sebesar 0,36 kg/org/hari atau 2,15 liter/org/hari dengan komposisi terbesar adalah organik terkompos (61%) kemudian kertas (12%). Timbulan sampah ini dinilai berpotensi untuk diminimasi. Kondisi TPS di Kecamatan Sukasari sudah cukup baik namun perlu sarana pengumpulan sampah sesuai dengan kebutuhan wilayah pelayanannya. Sub-sistem persampahan (peraturan/hukum, kelembagaan, peran serta masyarakat, pembiayaan, dan teknis operasional) di Kecamatan Sukasari juga dinilai masih berjalan secara terpisah karena belum terjadi suatu kesinambungan yang saling menguntungkan. Kata Kunci: pengelolaan sampah, evaluasi, sampling, TPS, sub-sistem persampahan. Abstract Evaluation of waste management is needed to give suggestion about things that has to be improved in waste management so the proper and environmentally sound waste management could be implemented. It become more essential to do so because UU No. 18/2008 about Waste Management say that its a must. For Bandung City, it become more urgent because since the Leuwigajah Landfill operation is terminated Bandung has no long-period plan for its waste management. District of Sukasari is chosen to be the study place considering its character that represent Bandung City characteristic in the demography and waste condition. With 65.604 people who spread in four sub-district. District of Sukasari has six waste transfer depo. The result of waste sampling by using the SNI 193964-1995 and SNI M 36-1991-03 method show that the rate of waste generation in Sukasari District is 0,36 kgs/person/day or 2,15 liters/person/day with the biggest composition is compostable organic (61%) and paper (12%). The waste generation is potential to be reduced. Waste transfer depo in Sukasari District is quite well but need collecting facility that suite the needs of the service area. The waste sub-system (rules/law, institutional, public-community participation, funding, and operational technology) is considered going separately because theres no collaboration that could give benefits for each other. Key words: waste management, evaluation, sampling, waste transfer depo, waste sub-system.

PENDAHULUAN Permasalahan sampah perkotaan di Indonesia merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Dari total sampah yang dihasilkan oleh masyarakat diperkirakan hanya 60%-70% yang diangkut ke TPA oleh pihak yang berwenang. Sebagian besar sampah yang tidak tertangani pemerintah biasanya dibakar atau dibuang ke sungai dan hanya sebagian kecil yang ditangani oleh pemulung (Damanhuri, 2009). Pemerintah lokal dipercaya untuk menangani pengelolaan sampah. Namun karena prioritasnya rendah, pelayanan ini di negara berkembang menjadi tidak efisien dan tidak berkembang. Pembiayaan yang membengkak, kekurangan dana operasional, kelembagaan yang berkualitas rendah, ketidakdisiplinan petugas, kurangnya tenaga terlatih dan tekanan politis membuat situasi semakin buruk (Joseph, 2006). Dalam menentukan kebijakan pengelolaan sampah, pengambil keputusan umumnya mempertimbangkan dua aspek yaitu hierarki pengelolaan sampah dan aspek jarak (Mohan, 2006). Bandung sebagai bagian dari salah satu kota besar di Indonesia yang terus berkembang memerlukan solusi-solusi penanganan sampah. Terlebih lagi hal ini dirasakan semakin mendesak setelah terjadinya bencana longsor di TPA Leuwigajah pada Februari 2005 yang menyebabkan harus ditutupnya TPA tersebut dan sampah Kota Bandung dibuang menuju TPA Sarimukti yang kapasitasnya terus berkurang. Populasi penduduk Kota Bandung menurut data Susenas 2007 adalah sebanyak 2.329.929 jiwa dan menghasilkan sampah 1.551 ton/hari. Menurut UU No. 18/2008 Tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah [Pasal 1 ayat (5)]. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya (Pasal 4). Juga ditekankan bahwa pengelolaan sampah harus berwawasan lingkungan. Peraturan yang berskala nasional ini dalam pelaksanaannya perlu diperjelas dengan perangkat peraturan yang bersifat lebih teknis seperti peraturan daerah. Untuk Kota Bandung peraturan daerah yang mengatur hal ini adalah Peraturan Daerah Kota Bandung No. 03 Tahun 2005 Tentang Penyelenggaraan Ketertiban, Kebersihan, dan Keindahan. Namun implementasinya di masyarakat perlu dipelajari lebih lanjut. Bagaimanapun juga, keinginan masyarakat untuk berperan serta tergantung kepada karakter personalnya seperti pendapatan per kapita, tingkat pendidikan, pengetahuan terhadap metode ilmiah pendaur-ulangan, tingkat penerimaan pelayanan dari pemerintah setempat, usia, dan jenis kelamin (Chakrabarti, 2008). Masyarakat dapat berperan serta dalam pengeloaan sampah yang lebih ramah lingkungan dengan cara mengelola sampah sejak di rumahnya masingmasing dengan mengurangi tingkat produksi sampah, memilah, mengompos, dan kegiatan lainnya. Minimasi atau pengurangan sampah tidah hanya berpengaruh pada berkurangnya penggunaan bahan namun dapat memberikan keuntungan lain pada proses seperti mengurangi dampak lingkungan pada pembuangan sampah (Henningson, 2001). Untuk melaksanakan pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan secara efektif dan efisien di Kota Bandung diperlukan pendataan sistem pengelolaan sampah yang telah dijalankan dan juga evaluasinya. Kecamatan Sukasari dipilih sebagai wilayah studi karena karakteristiknya yang dinilai dapat merepresentasikan Kota Bandung dalam hal kependudukan dan kondisi persampahannya. Dengan diberikannya evaluasi secara umum dalam penyediaan layanan publik, pendekatan cara baru dibutuhkan untuk meningkatkan pemenuhan tanggung jawab pada sektor

publik, sektor pribadi, dan masyarakat umum. Untuk itu, pemerintah setempat perlu menganalisa semua kemungkinan pelayanan sebagai suatu kesatuan usaha untuk memberikan pelayanan publik dalam memberikan solusi untuk masalah persampahan (Chakrabarti, 2008). Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumbangan referensi yang dapat digunakan oleh instansi terkait dalam pelaksanaan pengelolaan persampahan di Kota Bandung. Gambaran Umum Kecamatan Sukasari Kecamatan Sukasari terletak di bagian utara Kota Bandung. Kecamatan Sukasari merupakan salah satu kecamatan dari 26 kecamatan di Kota Bandung. Dilihat dari letak geografis daerah studi ini terletak di 06o Lintang Selatan dan 22o Bujur Timur, ketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Temperatur rata-rata 23oC dengan curah hujan rata-rata 1.807 mm/tahun. Batas-batas Kecamatan Sukasari: - Utara : Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat - Timur : Kecamatan Cidadap - Selatan : Kecamatan Sukajadi - Barat : Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat Kecamatan Sukasari memiliki jumlah penduduk sebanyak 65.604 jiwa yang terdiri dari 33.551 jiwa laki-laki dan 32.053 jiwaperempuan. Jumlah Kepala Keluarga di Kecamatan Sukasari saat ini 12.361 KK yang tersebar di 4 kelurahan seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 mengenai persebaran penduduk. Tabel 1. Persebaran Kependudukan Tahun 2008 Kelurahan RT RW Jumlah Penduduk Sarijadi 98 11 26.581 Sukarasa 56 8 12.147 Gegerkalong 38 7 23.854 Isola 29 6 15.169 Sumber: Bandung dalam Angka 2005 dan Profil Kecamatan Sukasari 2008 Penduduk Kecamatan Sukasari tinggal dalam rumah-rumah yang dapat dikategorikan berdasarkan bahan bangunannya menjadi tiga kaegori, yaitu: permanen, semi-permanen, dan non permanen. Persentase setiap kategori rumah yang ada di Kecamatan Sukasari dapat dilihat pada Tabel 2 mengenai prasarana perumahan. Tabel 2. Prasarana Perumahan Tahun 2008 No. Uraian Jumlah Keterangan 1 Permanen 14.181 51% 2 Semi Permanen 13.211 48% 3 Tidak Permanen 349 1% Sumber: Profil dan Tipologi Kecamatan Sukasari Kota Bandung Tahun 2008 METODOLOGI Metodologi yang digunakan dalam penyusunan makalah ini meliputi pengumpulan data sekunder, pengambilan data primer, dan pengolahan data.

Pengumpulan Data Sekunder Pengumpulan data mengenai kependudukan dan prasarana perumahan dilakukan dengan menghubungi pemerintah setempat yaitu Kantor Kecamatan Sukasari dan Kantor Biro Pusat Statistik Kota Bandung. Pengambilan Data Primer Pengambilan data primer dilakukan dengan mendatangi TPS untuk melakukan pengamatan langsung dan wawancara singkat. Selain itu dilakukan juga sampling timbulan dan komposisi sampah. Sampling timbulan dan komposisi sampah dilakukan dengan menentukan titik
sampling dengan metode stratified random sampling berdasarkan prasarana perumahan dan persebaran penduduk atified terlebih dahulu. Kemudian sampling dilakukan dengan menggunakan metode SNI 19-3964-1995 dan 19

SNI M 36-1991-03 yaitu pengukuran sampah langsung di sumber dengan menggunakan sampling box selama delapan hari berturut berturut-turut yang kemudian akan menghasilkan data timbulan, densitas, dan komposisi sampah. Selain itu dilakukan juga pengamatan terhadap keberlangsungan lima sub-sistem pengelolaan sampah yaitu: peraturan/hukum, kelembag sistem kelembagaan, peran serta masyarakat, pembiayaan, dan teknis operasional. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai sistem pengelolaan sampah eksisting.

Pengolahan Data untuk Mendapatkan Evaluasi yang Sesuai Pengolahan data dilakukan dengan membandingkan kondisi sistem pengelolaan sampah hasil pengamatan dengan literatur dihubungkan dengan data mengenai timbulan dan komposisi sampah yang didapatkan dari hasil pengukuran. Untuk lebih jelasnya metodologi yang dilaksanakan digambarkan p pada Gambar 1. ambar Pengumpulan Data Sekunder
Data Kependudukan Data Prasarana Perumahan

Pengambilan Data Primer


Pengamatan TPS Sampling Timbulan dan Komposisi Sampah Pengamatan Keberlangsungan Sub-Sistem Pengelolaan Sampah Sistem

Pengolahan Data untuk Mendapatkan Evaluasi yang Sesuai Gambar 1. Metodologi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sampling Timbulan dan Komposisi Sampah Sampling timbulan dan komposisi sampah diawali dengan penentuan titik sampel. Titik sampel ditentukan dengan menggunakan persamaan Slovin dengan toleransi galat sebesar 0,1. Data : - Jumlah penduduk = 65.604 jiwa - Jumlah jiwa per keluarga = 6 orang Persamaan : n = N/(1+Ne2) Keterangan : n = jumlah sampel N = total populasi e = toleransi galat Perhitungan : n = 65.604/(1+65.604 x 0,12) = 99,84 jiwa = 100 jiwa Jumlah titik sampel = 100 jiwa/6 orang per KK = 17 KK Sedangkan untuk penentuan persebaran titik sampel digunakan metode stratified random sampling berdasarkan persebaran penduduk (data Tabel 1) dan prasarana perumahan (data Tabel 2) kemudian didapatkan hasil persebaran yang dipaparkan dalam Tabel 3 mengenai Persebaran Titik Sampel. Tabel 3. Persebaran Titik Sampel Kelurahan Jumlah Titik Sampel Permanen Semi Permanen Non Permanen Sarijadi 4 1 1 Sukarasa 3 Gegerkalong 4 1 Isola 1 2 Hasil dari sampling yang dilakukan dipaparkan pada Tabel 4 mengenai Hasil Sampling Kecamatan Sukasari dan Tabel 5 mengenai Hasil Sampling per Jenis Perumahan serta pada Gambar 2 mengenai Komposisi Sampah Sukasari. Tabel 4. Hasil Sampling 2,15 liter/orang/hari Timbulan 0,36 kg/orang/hari Berat Harian Rata-rata 36,46 Kg Volume Harian Rata-rata 0,22 m3 Densitas Harian Rata-rata 166,13 Kg/m3 Tabel 5. Hasil Sampling per Jenis Perumahan Jenis Perumahan Timbulan (kg/orang/hari) Timbulan (liter/orang/hari) Permanen 0,19 1,14 Semi-Permanen 0,15 0,89 Non Permanen 0,02 0,13

Organik Tak Terkompos 3%

B3 dan lainnya 8% Plastik Kerasan 4% Plastik Lembaran 9%

Organik Terkompos 61%

Kertas 12%

Logam 0% Kaca 3%

Gambar 2. Komposisi Sampah Sukasari Dilihat dari komposisinya, sampah Kecamatan Sukasari memiliki potensi yang cukup tinggi untuk diminimasi. Sampah organik terkompos yang berjumlah 61% dari total sampah dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi kompos, sampah kertas yang berjumlah 12% dari t total sampah dapat didaur-ulang menjadi recycled paper, sedangkan sisa sampah berupa plastik dapat ulang dijual. Pengamatan TPS il dijabarkan pada Tabel 5 mengenai Tempat Penampungan Hasil pengamatan TPS dijabar Sementara Sampah Sukasari dan persebarannya digambarkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Persebaran TPS Tabel 5. Tempat Penampungan Sementara Sampah Sukasari TPS Sarana Jumlah Jumlah Ritasi Sarana Transportasi Pengangkutan Petugas Pengumpulan ke TPA Sarimukti Sehari 2 x 4 gerobak Orari Load 3 Hauled 10 m3 Sehari 2 x 4 gerobak, 2 Sarimadu Load 10 mobil Hauled 10 m3 Seminggu 2 x KPAD Barat Load 3 gerobak 5 Hauled 10 m3 KPAD Load 10 Sehari 1 x 6 gerobak Timur Hauled 10 m3 Pasar Load 8 Sehari 1 x 4 gerobak Gegerkalong Hauled 10 m3 Pasar Load Sehari 2 x 4 gerobak 8 Sarijadi Hauled 6 m3

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diperkirakan kapasitas dan kebutuhan gerobak (dengan ritasi pengumpulan 3 kali sehari) setiap TPS dengan hasil perkiraan seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Perkiraan Kapasitas Harian dan Kebutuhan Gerobak TPS TPS Perkiraan Kapasitas Harian Kebutuhan Sarana Gerobak Orari 20 m3 7 3 Sarimadu 20 m 7 KPAD Barat 3 m3 1 KPAD Timur 20 m3 7 Pasar Gegerkalong 10 m3 4 Pasar Sarijadi 12 m3 4 Dari hasil perkiraan tersebut, total jumlah gerobak yang dibutuhkan adalah sebanyak 30 gerobak. Satu mobil pick-up pengangkut sampah memiliki kapasitas sama dengan tiga gerobak. Jadi jika enam gerobak kebutuhan itu dikonversi dengan dua mobil pengangkut maka dibutuhkan 24 gerobak dan 2 mobil pengangkut. Jumlah ini telah terpenuhi dengan ketersediaan sarana pengangkut sampah di Kecamatan Sukasari yaitu 25 gerobak dan 2 mobil pengangkut. Namun persebaran sarana tersebut dapat lebih disesuaikan agar beban kerja dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan.

Hasil Pengamatan Lima Sub-Sistem Persampahan 1. Peraturan/Hukum Di Kecamatan sukasari peraturan mengenai sistem pengelolaan sampah yang berlaku kurang disosialisasikan dengan baik sehingga tidak banyak warga yang benarbenar memahaminya dan masing-masing bertindak sesuai dengan kemauannya masingmasing. Peraturan mengenai persampahan yang dikenal masyarakat Sukasari umumnya adalah Perda K3 Bandung No. 11/2005 yang dikritik banyak pihak kurang berjalan dengan baik. Sedangkan UU No. 18/2008 yang lebih baru dan lebih spesifik mengenai persampahan belum tersosialisasi dengan baik. Namun memang UU No. 18/2008 ini perlu dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah yang sampai saat ini belum diterbitkan. Hal ini menjadi kendala di bidang peraturan yang mengatur tentang persampahan. Beberapa warga di Kecamatan Sukasari mencoba untuk membuat peraturan sendiri di tingkat RW namun masih dalam tahap pembuatan. 2. Kelembagaan dan Organisasi Di Kecamatan Sukasari, penyelenggaraan pengelolaan persampahan umumnya dilaksanakan oleh P.D. Kebersihan Kota Bandung. Namun pelaksanaan di lapangan dapat dibantu oleh kelembagaan setempat. Seperti misalnya yang berlangsung di komplek perumahan tertentu dimana pengambilan sampah dari setiap rumah (door-to-door) dilaksanakan oleh pengurus komplek untuk kemudian diserahkan kepada P.D. Kebersihan. Di beberapa wilayah kelembagaan setempat memiliki sarana sendiri untuk mengangkut sampahnya ke TPS. Misalnya di Pondok Pesantren Daarut Tauhid yang membuang sampah setiap harinya ke TPS Sarimadu dengan menggunakan mobil pick-up milik Pondok Pesantren Daarut Tauhid sendiri.

3. Pembiayaan Retribusi merupakan salah satu bentuk nyata partisipasi masyarakat di dalam membiayai program pengelolaan persampahan. Retribusi ini dibayarkan kepada P.D. Kebersihan Kota Bandung atau pihak lainnya yang menyelenggarakan pengelolaan sampah. Besar biaya retribusi bervariasi namun umumnya berada di kisaran Rp3.000,sampai dengan Rp5.000,- per bulan. 4. Peran Serta Masyarakat Sub-sistem ini sebenarnya telah berjalan dengan cukup baik di beberapa kompleks perumahan Kecamatan Sukasari. Secara berkala diadakan kerja bakti warga dan ada juga warga yang sudah mulai melakukan pengomposan dan/atau memilah sampahnya. Namun hal ini tidak terjadi secara merata karena di tempat-tempat lainnya di Kecamatan Sukasari masih banyak warga yang hanya membuang sampahnya ke tempat sampah dan kemudian tidak lagi mempedulikannya. Peran serta masyarakan sejauh ini secara umum masih merupakan atas inisiatif warga sendiri tanpa melibatkan pihak pemerintah. 5. Teknis Operasional Teknis pengelolaan persampahan yang umumnya dilaksanakan di Kecamatan Sukasari adalah metode pindah-angkut-buang. Sampah yang terletak di bak sampah masing-masing rumah dipindahkan ke TPS dengan menggunakan gerobak ataupun mobil. Sampah ini kemudian menunggu untuk diangkut oleh truk kontainer sampah ke TPA Sarimukti. Pemindahan sampah dari rumah-rumah ke TPS sebagian besar menggunakan gerobak yang ditarik oleh seorang petugas. Wilayah Kecamatan Sukasari yang wilayah utaranya lebih tinggi dari wilayah selatan mengakibatkan daerah ini banyak terdapat tanjakan dan turunan sehingga menyulitkan pemindahan sampah dengan gerobak sehingga untuk beberapa wilayah tertentu seperti di TPS Sarimadu dibantu dengan sarana mobil pengumpul sampah. Namun sarana pengumpulan ini belum sesuai dengan kebutuhan pelayanannya sehingga masih mengakibatkan adanya sampah yang tidak terangkut dari warga. Evaluasi Dilihat dari besar timbulan sampah yang dihasilkan jika dibandingkan dengan data dari literatur yaitu Tabel 7 Spesifikasi Timbulan Sampah Kota Kecil dan Sedang di Indonesia, maka timbulan sampah Sukasari dapat dikatakan cukup rendah karena berada di bawah tingkatan Kota Kecil. Tabel 7. Timbulan Sampah Kota Kecil dan Sedang di Indonesia No Klarifikasi kota Volume Berat (kg/orang/hari) (liter/orang/hari) 1. Kota sedang 2,75 3,25 0,70 0,80 2. Kota kecil 2,50 2,75 0,625 0,70

Sumber: Standar Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di Indonesia Dept. PU. LPMB. Bandung, 1993. Namun dilihat dari komposisinya, sampah di Kecamatan Sukasari memiliki potensi yang besar untuk lebih diminimalisir. Lebih dari setengah timbulan sampah Sukasari adalah organik

yang dapat dikomposkan. Kemudian 19% adalah sampah kertas yang memiliki potensi untuk didaur ulang atau digunakan kembali. Setiap sub-sistem pengelolaan persampahan di Kecamatan Sukasari telah berjalan dengan cukup stabil namun belum menunjukkan adanya kesinambungan antara satu sub-sistem dengan sub-sistem lainnya sehingga berpotensi untuk menimbulkan kekacauan jika tidak segera dibenahi. Pengelolaan persampahan di Kecamatan Sukasari dinilai masih berjalan secara spontan dan belum siap mengantisipasi keadaan yang akan datang. Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat memungkinkan terjadinya peningkatan timbulan sampah. Oleh karena itu diperlukan suatu rencana untuk menghadapi peningkatan jumlah penduduk tersebut. KESIMPULAN Pengamatan terhadap sistem pengelolaan persampahan menunjukkan beberapa hal yang dapat dievaluasi. Hasil sampling menunjukkan bahwa walaupun tingkat timbulan sampah Kecamatan Sukasari masih terbilang kecil namun masih sangat berpotensi untuk dilakukan minimasi. Fasilitas/sarana pengumpul sampah di TPS-TPS perlu diratakan sesuai dengan kebutuhan wilayah layanannya. Selain itu dirasakan perlunya suatu kesinambungan antara lima sub-sistem persampahan yang ada dan perencanaan pengelolaan sampah untuk menghadapi keadaan masa depan saat jumlah penduduk semakin meningkat. Ucapan Terima Kasih Penelitian ini terlaksana karena bantuan dari Program Hibah Kompetisi berbasis Institusi (PHK-I) Program Studi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

REFERENSI (2005) Bandung dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Bandung. (2007) Bandung dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Bandung. Damanhuri, Enri & Tri Padmi, (2006), Diktat Kuliah TL-3150 Pengelolaan Sampah. Program Studi Teknik Lingkungan, FTSL, ITB. Bandung. Chakrabarti, Snighda. Amita Majumder, Subhendu Chakrabarti, Public-Community Participation in Household Waste Management in India: An Operational Approach. Habitat International. Damanhuri, Enri. I Made Wahyu, Ruslan Ramang, Tri Padmi, (2009), Evaluation of Municipal Solid Waste Flow in the Bandung Metropolitan Area Indonesia. The 3rd Expert Meeting in Solid Waste Management in Asia and Pacific Islands. Henningson, Stefan. Rachel M. Pratt, Paul S. Phillips, Katherine Hyde, (2001), Waste Minimisation Clubs: A Cost-Efficient Policy Instrument?. European Environment. Joseph, Kurian, (2006), Stakeholder Participation for Sustainable Waste Management. Habitat International. Mohan, R., J. Robins Spiby, A. Jefferis, G.S. S. Leonardi, (2006), Sustainable Waste Management in the UK: The Public Health Role. Public Health.

Anda mungkin juga menyukai