Anda di halaman 1dari 41

BAB.

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiologi merupakan cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi pancarannya yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit, baik dengan cara radiasi ionisasi (seperti sinar x), maupun non ionisasi (seperti ultrasonografi). Pada bidang kedokteran gigi sendiri, radiasi sinar x cukup sering digunakan antara lain untuk penunjang diagnosa, rencana perawatan, penunjang selama proses perawatan (endodonsia dan orthodonsia), evaluasi perawatan (pasca odontektomi dan kuretase), data rekam medik, serta kepentingan forensik. Pada aplikasi di kedokteran gigi, terdapat beberapa alat yang digunakan untuk pengambilan radiograf. Selain itu berdasarkan teknik pengambilan foto dan teknik penempatan film, juga dibagi menjadi beberapa teknik antara lain foto rontgen intra oral dan ekstra oral. Foto rontgen intra oral meliputi teknik rontgen periapikal, teknik bite wing, dan teknik rontgen oklusal. Sedangkan teknik rontgen ekstra oral yang sering digunakan antara lain foto rontgen panoramik, foto rontgen lateral, antero posterior, postero anterior, dan foto cephalometri. Selain dari teknik pengambilan foto, cara pemrosesan dari film juga bermacam-macam. Secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu cara manual dan cara otomatis. Cara manual meliputi teknik dengan penggunaan dark room, dan tanpa dark room. Teknik dengan dark room seperti metode visual dan metode temperatur dan waktu. Sedangkan metode tanpa dark room sering dikenal dengan istilah self processing. Untuk cara pemrosesan otomatis, digunakan suatu alat yaitu mesin pemroses film otomatis. Semua teknik ini memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Teknik pemrosesan dan pengambilan foto sangat berhubungan erat dalam menghasilkan radiograf yang baik. Sehingga perlu diperhatikan teknik pengambilan yang dilakukan serta tahap-tahap dalam
1

pemrosesan film agar mempermudah proses pembacaan film serta meminimalisir efek dari dosis radiasi terhadap pasien dan operator. Disamping perannya yang begitu besar dalam dunia kesehatan, sinar x memiliki efek yang cukup berbahaya bagi tubuh. Sinar x mengionisasi objek yang dipapar serta efeknya yang bersifat akumulatif. Sehingga apabila dilakukan secara terus menerus maka akan berakibat negatif pada pasien maupun operator. Oleh karena itu, pada laporan ini akan kami bahas lebih lanjut mulai dari cara processing film, alat dan cara memapar sinar x, evaluasi hasil processing film, serta efek samping dari radiasi sinar x. 1.2 Skenario Radiasi sinar X Seorang pasien datang ke instalasi radiologi kedokteran gigi atas rujukan seorang dokter gigi untuk dilakukan pemeriksaan radiografi. Teknisi radiologi kemudian mempersiapkan semua bahan dan peralatan yang akan digunakan untuk pemeriksaan radiografi termasuk sistem proteksi radiasi untuk menghindari efek samping paparan radiasi sinar- X. Film yang telah diexposing dibawa ke kamar gelap untuk dilakukan film processing sehingga diperoleh dental radiograph dengan kualitas yang baik.

1.3 Perumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Bagaimana proses terjadinya sinar X ? Bagaimana sifat dari sinar X ? Bagaimana tahapan dalam processing film ? Apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam processing film ? Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil dari processing film ? Bagaimana syarat-syarat dari hasil foto radiografi yang baik ? Apa saja aplikasinya dalam bidang kedokteran gigi ?

1.4 Tujuan Pembelajaran 1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembuatan dan sifat dari sinar X yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi 2. 3. Untuk mengetahui proses dalam processing film Untuk mengetahui apa saja alat dan bahan yang dibutuhkan dalam processing film 4. Untuk mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi hasil dari radiofotografi 5. 6. Untu mengetahui syarat dari hasil foto radiografi yang baik Untuk mengetahui apa saja aplikasi radiografi dalam bidang kedokteran gigi

1.5 Mapping
RADIOLOGI

PEMBUATAN DENTAL RADIOGRAFI

RADIASI

ALAMI

BUATAN

SINAR-X

SIFAT

EFEK BIOLOGIS

RADIOGRAFI FILM

RADIOGRAF 3

BAB. II PEMBAHASAN 2.1 Pembuatan sinar-X Untuk pembuatan sinar X diperlukan sebuah tabung rontgen hampa udara dimana terdapat elektron elektron yang diarahkan dengan kecepatan tinggi pada suatu sasaran (target). Dari proses tersebut di atas terjadi suatu keadaan di mana energi elektron sebagian besar di rubah menjadi panas ( 99% ) dan sebagian kecil (1 %) menjadi sinar x. Suatu tabung pesawat rontgen mempunyai beberapa persyaratan yaiatu: 1. Mempunyai sumber electron 2. Gaya yang mempercepat gaya electron 3. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara 4. Alat pemusat berkas electron ( focusing cup ) 5. Penghenti gerakan electron

1. Sumber Elektron Sebagian sumber elektron adalah kawat pijar atau filamen pada katode di dalam tabung pesawat rontgen. Pemanasan filament dilakukan dengan suatu transformator khusus.

2. Gaya yang mempercepat gerakan elektron Gaya tersebut bergantung pada tegangan yang dipasang pada tabung rontgen

3. Lintasan elektron yang bebas dalam hampa udara Lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara di antara katoda dan anoda

4. Alat pemusat berkas elektron Alat ini menyebabkan elektron elektron tidak bergerak terpencar pencar tetapi terarah ke bidang focus ( focal spot )

5. Penghenti gerakan elektron Penghentian gerakan elektron dapat dibedakan atas keeping Wolfarm yang ada pada anoda yang diam dan piring Wolfarm di atas tangkai molybdenum pada tabung rontgen anoda berputar. Wolfarm adalah bahan focus yang mempunyai titik lebur tinggi mencapai 34000C dan no atom 74.

PROSES TERJADINYA SINAR X

Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut : a. Katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000C) sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator. b. Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) terlepas. c. Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektronelektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang berpusat di focusing cup. d. Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga terbentuk panas (99%) den sinar x (1%) e. Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela. f. Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron dihilangkan dengan radiator pendingin.

Ringkasan terjadinya sinar x Melalui generator yang membuat aliran listrik dengan potensial tinggi, logam pijar molybdenum memijar, pada saat tertentu logam pijar tersebut menghasilkan awan elektron (logam pijar molybdenum disebut sebagai filamen) pada suhu tertentu serta saat tertentu pula electron-elektron tertarik ke anoda (anoda adalah unsur radioaktif barium platinum sianida atau tungsten carbide). Dengan kata lain bila anoda dibombardir oleh electron, akan timbul pancaran sinar radiasi roentgen atau sinar x, keadaan

ini terjadi di dalam tabung vakum Coolidge.

Tabung sinar x Tabung sinar x terdiri dari tabung gelas hampa udara, elektroda positif disebut anoda dan elektroda positif disebut katoda. Katoda dibalut dengan filament, bila diberi arus beberapa mA bisa melepaskan elektron. Dengan memberi tegangan tinggi antara anoda dan katoda maka elektron katoda ditarik ke anoda. Arus elektron ini dikonsentrasikan dalam satu berkas dengan bantuan sebuah silinder (focusing cup). Antikatoda menempel pada anoda dibuat dari logam dengan titik permukaan lebih tinggi, berbentuk cekungan seperti mangkuk. Waktu elektron dengan kecepatan tinggi di dalam berkas tersebut menumbuk antikatoda, terjadilah sinar x. Makin tinggi nomor atom katoda maka makin tinggi kecepatan elektron, akan makin besar daya tembus sinar x yang terjadi. Antikatoda umumnya dibuat dari tungsten, sebab elemen ini nomor atomnya tinggi dan titik leburnya juga tinggi (34000C) hanya sebagian kecil energi elektron yang berubah menjadi sinar x kurang dari 1% pada tegangan 100 kV dan sebagian besar berubah menjadi panas waktu menumbuk antikatoda. Panas yang tinggi pada tabung didinginkan dengan menggunakan pendingin minyak emersi / air. Gambar di bawah ini menunjukkan komponen tabung sinar x dan proses terjadinya sinar x melalui beberapa ilustrasi berikut ini:

Gambar 1-1: Komponen tabung dental sinar x

Gambar 1-2: Ilustrasi tabung sinar x, pembentukan kabut electron pada katoda sebagai sirkuit filament. Penyinaran switch terbuka

Gambar 1-3: Tabung sinar x memperlihatkan perjalanan electron menyeberang dari katoda ke anoda (target), (high tension circuit), dimana exposure switch aktif

Gambar 1-4: Tabung sinar x memperlihatkan produksi sinar x, electron kecepatan tinggi menubruk target

2.2 Sifat-sifat sinar-X Sinar x mempunyai beberapa sifat fisik yaitu daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik, fluoresensi, ionisasi dan efek biologik, selain itu, sinar x tidak dapat dilihat dengan mata, bergerak lurus yang mana kecepatannya sama dengan kecepatan cahaya, tidak dapat difraksikan dengan lensa atau prisma tetapi dapat difraksikan dengan kisi kristal. Dapat diserap oleh timah hitam, dapat dibelokkan setelah menembus logam atau benda padat, mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi. a. Daya tembus Sinar x dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus yang sangat besar seperti tulang dan gigi. Makin tinggi tegangan tabung ( besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembusnya. b. Pertebaran Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur) pada bahan atau zat yang dilalui. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gambar radiograf dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini maka diantara subjek dengan diletakkan timah hitam (grid) yang tipis. c. Penyerapan Sinar x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat
8

atomnya makin besar penyerapannya. d. Fluoresensi Sinar x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink sulfide memendarkan cahaya (luminisensi). Luminisensi ada 2 jenis yaitu : 1. Fluoresensi, yaitu memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar x saja. 2. Fosforisensi, pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar x sudah dimatikan (after glow). e. Ionisasi Efek primer dari sinar x apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

f. Efek biologi Sinar x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

2.3 Proses processing film Tahapan pengolahan film secara konvensional terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying). A. Developing ( Pembangkitan ) Pembangkitan merupakan langkah pertama dalam memproses film. Suatu larutan kimia yang dikenal sebagai larutan pengembang atau developer digunakan dalam proses pembangkitan. Tujuan dari developer atau pengembang adalah mengurangi paparan, energi Kristal perak halida kimia ke perak hitam metalik. Larutan pengembang ini melembutkan emulsi film selama proses ini a. Sifat dasar Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang disebut

pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman bagianbagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film.Sedangkan yang tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film. b. Bayangan laten (latent image) Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak.

c. Larutan developer terdiri dari:

i. bahan pelarut (solvent) Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak mengandung mineral.

10

ii. Bahan pembangkit (developing agent). Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini akan bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang tadinya telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa digunakan adalah jenis benzena (C6H6). iii. Bahan pemercepat (accelerator). Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi pada film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat yang biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam air. iv. Bahan penahan (restrainer). Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi reduksi bahan pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan adalah kalium bromida.

v. Bahan penangkal (preservatif). Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan meminimalkan efek yang ditimbulkannya.

11

vi. Bahan-bahan tambahan. Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula bahanbahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film yang diproses. B. Rinsing (Pembilasan) Setelah proses pembangkitan, rendaman air digunakan untuk mencuci atau membilas film. Pembilasan digunakan untuk menghilangkan developer atau pengembang dari film dan memberhentikan proses pengembangan. Pada waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya. Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya.Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah

dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil tidak memuaskan.Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik. C. Fixing (Penetapan) Setelah proses pembilasan, difiksasi. Suatu larutan kimia yang dikenal sebagai fiksator digunakan dalam proses fiksasi. Tujuan dari fiksator adalah untuk menghilangkan Kristal perak halida yang tidak terpapar dan terkena energi emulsi film. Fiksator menguatkan emulsi film selama proses ini.

12

Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian. Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.

Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat suatu cairan penetap adalah: a. Bahan penetap (fixing agent). Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini bersifat dapat bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak yang larut dalam air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek terhadap bayangan perak metalik. Bahan yang umum digunakan adalah natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang dikenal dengan nama hypo. b. Bahan pemercepat (accelerator). Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan, biasanya digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman cairan penetap akan menghentikan aksinya.

Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan mengendapkan sulfur c. Bahan penangkal (preservatif).

13

Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan kembali sulfur tersebut. Bahan penangkal yang digunakan adalah natrium sulfit, natrium metabisulfit, atau kalium metabisulfit.

d. Balian pengeras (hardener) Bahan ini digunakan untuk mencegah pembengkakan emulsi film yang berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat perak bromida mudah terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata. Bahan yang digunakan biasanya adalah potassium alum [K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium sulfat [Al2(SO4) 3].

e. Bahan penyangga (buffer). Digunakan untuk mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga pada nilai 4 - 5. Bahan yang digunakan adalah pasangan antara asam asetat dengan natrium asetat, atau pasangan natrium sulfit dengan natrium bisulfit.

f. Pelarut (solvent). Pelarut yang ummn digunakan adalah air bersih.

D.Washing (Pencucian) Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.

14

E. Drying (Pengeringan) Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak. Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi. Teknik prosesing film yg lain yaitu
1. MANUAL

a. dengan dark room ; 1) Metode visual 2) Metode temperatur dan waktu b. Tanpa dark room (self processing) 2. OTOMATIS dg film processing otomatics machine Cara kerja dari metode visual

Film dibuka di kamar gelap Lakukan developing dalam developer diangkat sampai film hijau (putih dan hitam) Cuci dlm air tenang sampai bersih (20 detik) diamati (diulang)

15

Fixing dalam fikser sampai radiograf jernih Cuci dalam air mengalir sampai bau asam hilang Radiograf dikeringkan KEUNTUNGAN METODE VISUAL -detail dan kontras lebih baik walupun exposure bervariasi: -Film over-exposure Under-developing - Film under-exposure over-developing Cara kerja metode temperatur dan waktu

Film dibuka di kamar gelap Masukkan film kedalam developer sesuai dengan waktu dan temepratur yang telah ditentukan, KEUNTUNGAN METODE TEMPERATUR DAN WAKTU Tidak perlu pengamatan berkali-kali ada alarm Dapat memperkirakan jumlah exposure Dapat mengerjakan banyak film KERUGIAN METODE TEMPERATUR DAN WAKTU Kontras dan detail radiograf kurang baik Cara kerja metode self prosesing Larutan prosesing sudah mengandung developer dan fixer dalam satu larutan (MONOBATH) Dsuntikkan kedalam film packet yang sudah di exposure dibuka dan dicuci dengan air mengalir dikeringkan

16

Cara kerja otomatis prosesing Film dimasukkan kedalam alat (prosesor otomatis) yang berisi developer dan fixer. Film secara otomatis akan berjalan melewati kedua larutan tersebut dan keluar dari alat sudah dalam keadaan kering.

2.4 Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan radiograf Alat Rontgen/ X-ray Unit. 1. Tabung sinar X
17

Tabung sinar X yang dipakai pada pesawat Ro untuk pemeriksaan gigi biasanya berfungsi sebagai tabung penyerah ( Self rectifying tube ) yang mempunyai titik fokus berukuran tidak lebih dari 1,5 x 1,5 mm. Penyearahan diri adalah merupakan hal yang biasa apabila transformator tegangan tinggi berada dalam kepala tabung. Tabung sinar X berisi filament juga sebagai katoda dan berisi anoda. Filament terbuat dari tungsten, sedangkan anoda terbuat dari logam anoda ( Cu, Fe atau Ni). 2. Pemfilteran Tebal filter total minimum pada pesawat sinar X unutk pemeriksaan gigi adalah 1,5 mm alumunium untuk pesawat yang bekerja sampai 70 kV dan 2,5 mm alumunium untuk pesawat bekerja dari 70 kV. 3. Alat pengatur waktu Sebaiknya bertipe elektronik atau tipe motor sikron, kduanya member ketepatan tinggi yang diperlukan karena bertambahnya kecepatan film untuk radiografi intraoral. 4. Kabel alat pengatur waktu Kabel alat pengatur waktu harus cukup panjang untuk memungkinkan operator berdiri sekurang-kurangnya 3 m dari pasien maupun sumber radiasi. 5. Kolimator Adalah diafragma atau system diafragma yang dibuat dari material yang mampu mengabsorpsi (absorbing materiale) 6. Tanda keselamatan Sebaiknya dilengkapi dengan tanda yang menunjukkan bahwa pesawat sinar X sedang beroperasi. Selain itu dilengkapi dengan tanda kedua dengan tipe yang berbeda untuk menunjukan bahwa berkas sinar X sedang dipancarkan. 7. Arm Adalah pemegang tubehead yang dapat diatur kedudukannya (f, g) 8. Cone ( kerucut ) Adalah Suatu alat pada unit sinar X yang disesain sebagi indikator/petunjuk untuk mengatur arah sinar X dan utuk menetapkan jarak sumber sinar dengan obyek/target (SOD). 9. Image receptor( radiograf film) Radiograf film adalah lembaran tipis transparan dari selulosa asetat(atau lainnya yg mirip) yang dilapisi pada salah satu / kedua sisinya dengan bahan emulsi yang sensitif terhadap light/x-ray.

18

ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PROSESING FILM 1. DARK ROOM Tempat memproses film sampai terjadi gambar yang siap untuk dibaca PERSYARATAN: Ukuran memadai ~kapasitas, beban kerja Terlindung (radiasi, sinar matahari,bahan kimia lain selain prosesing film) ada sirkulasi udara Air bersih Safe light (cukup lampu merah atau hijau 5 watt) bahan

DARK ROOM TERDIRI DARI: Wet side

- bak berisi air mengalir - Tangki pembangkit/pengembang (developer tank) - Tangki penetap (fixer tank) dry side

Almari untuk penyimpan : - Film - Kaset - Film hanger

2. FILM PROSESING TANK

19

3. FILM PROCESSING SOLUTION Developing solution

- Natrium Karbonat akselerator developer, menjaga developer tetap basa -Kalium Bromide reduksi kristal yg tidak tertembus x-ray, mencegah kabut film -Natrium sulfit (preservative) mencegah oksidasi zat pereduks - Air pelarut -Metol (elon) ; pereduksi timbulkan detail gambar -Hiroquinone(pereduksi) kontras yg baik Fixing solution

Bersifat asam Menghilangkan developerMengandung: - Natrium tiosulfat melarutkan AgBr yg tidak larut dlm developing

20

-Asam asetat netralisir sisa developer pd film -Natrium sulfit mencegah zat fixing terurai dlm asam asetat(mencegah pengendapan) -Kalium alum (boraks) mengeraskan gelatin pada emulsi film gambaran tahan lama -Air pelarut 2.5 Teknik radiografi kedokteran gigi Secara garis besar foto Rontgen gigi, berdasarkan teknik pemotretan dan penempatan film, dibagi menjadi dua: foto Rontgen Intra oral dan foto Rontgen extra oral.

2.5.1

Teknik Rontgen Intra oral

Teknik radiografi intra oral adalah pemeriksaan gigi dan jaringan sekitar secara radiografi dan filmnya ditempatkan di dalam mulut pasien. Untuk mendapatkan gambaran lengkap rongga mulut yang terdiri dari 32 gigi diperlukan kurang lebih 14 sampai 19 foto. Ada tiga pemeriksaan radiografi intra oral yaitu: pemeriksaan periapikal, interproksimal, dan oklusal.

A. Teknik Rontgen Periapikal Teknik ini digunakan untuk melihat keseluruhan mahkota serta akar gigi dan tulang pendukungnya. Ada dua teknik pemotretan yang digunakan untuk memperoleh foto periapikal yaitu teknik parallel dan bisektris, yang sering digunakan di RSGM adalah teknik bisektris.

B. Teknik Bite Wing Teknik ini digunakan untuk melihat mahkota gigi rahang atas dan rahang bawah daerah anterior dan posterior sehingga dapat digunakan untuk melihat permukan

21

gigi yang berdekatan dan puncak tulang alveolar. Teknik pemotretannya yaitu pasien dapat menggigit sayap dari film untuk stabilisasi film di dalam mulut.

C. Teknik Rontgen Oklusal Teknik ini digunakan untuk melihat area yang luas baik pada rahang atas maupun rahang bawah dalam satu film. Film yang digunakan adalah film oklusal. Teknik pemotretannya yaitu pasien diinstruksikan untuk mengoklusikan atau menggigit bagian dari film tersebut.

2.5.2

Teknik Rontgen Ekstra Oral

Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya adalah foto lateral, foto antero posterior, foto postero anterior, foto cephalometri, proyeksi-Waters, proyeksi reverse-Towne, proyeksi Submentovertex

A. Teknik Rontgen Panoramik Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.

B. Teknik Lateral Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.

C. Teknik Postero Anterior Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma, atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini juga dapat

22

memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita.

D. Teknik Antero Posterior Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis, serta tulang hidung.

E. Teknik Cephalometri Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras. F. Proyeksi Waters Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan rongga nasal.

G. Proyeksi Reverse-Towne Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.

H. Proyeksi Submentovertex Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila, dan arcus zigomatikus. 2.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil foto radiografi

Factor penyebab kegagalan fotografi dental Superimposed Gambar radiografis tumpang tindih dengan gambaran selain gigi dan struktur anatomis disekitarnya, karena kelalaian operator memeriksa kesiapan

23

pasien sebelum melakukan pemotretan. Gambaran tumpang tindih ini antara lain dapat berupa gambaran kacamata, cengkraman gigi tiruan lepasan,gigi tiruan kerangka logam, atau kawat alat orthodonsi. Pada teknik periapikal, pasien menahan film dengan jari apabila jari pasien pada daerahyang terkena sinar- X primer selama pemotretan akan tampak gambaran radiografis tulang jari tangan. Double expose : Film yang telah dipakai, sebelum dicuci dipakai lagi untuk pemotretan pasien lain(film dipakai dua kali pemotretan), sehingga akan tampak dua gambaran radiografis pasien yang berbeda pada satu film. Sidik jari tangan : Gambaran sidik jari ini terjadi karena operator melakukan pencucian tanpa menggunakan clip film langsung dipegang oleh operator. Sehingga pada waktu pencucian dalam developer, gambaran sidik jari operator akan tercetak pada film radiografis yang dihasilkan.

Pada tahap rinsing cairan developer masi menempel pada film, sehingga cairan tersebut bercampur pada larutan fixer. Hal ini dapat mengakibatkan : a. keasaman fixer menurun sehingga larutan fixer menjadi lemah , hal ini akan mengakibatkan adanya noda pada film b. timbul dichroic gog, atau noda bewarna pink pada foto dan bewarna biru atau hijau bila dilihat pada cahaya c. menimbulkan noda coklat akibat dari sisa developer.

Penentuan sudut pemotretan 1. Kesalahan penentuan vertical dapat berupa :

Elongasi yaitu pemanjangan gambaran radiografis gigi yang dihasilkan, akibat penentuan sudut vertical terlalu besar.

2.

Kesalahan penentuan sudut horizontal :

24

Horizontal overlapping yaitu gambaran radiografis yang tumpang tindih antara satu gigi dengan gigig yang berdekatan, akibat sinar-X tidak sejajar dengan permukaan interproximal gigi atau tidak tegak lupus dengan sumbu gigi yang diperiksa. Cone cutting adalah terpotongnya sebagian gambaran radiografis gigi yang dihasilkan dengan batas tepi berupa lengkungan, terjadi akibat sinar-X tidak tepat pada pertengahan film, sehingga ada sebagian film yang tidak terkena sinarX. Kesalahn penentuan sudut pemotretan pada teknik ekstraoral dapat menyebabkan gambaran tumpang tindih (overlapping) antara objek yang diperiksa dengan struktur anatomis disekitarnya. Kegagalan dalam processing film bisa terjadi oleh beberapa alasan di antaranya: Time and temperature errors

Pengaturan waktu dalam processing film harus diperhatikan, seperti contoh dalam FIXING, yang menurut ketentuan harus dilakukan selama 4-15 menit. Jika kurang dari penetapan waktu tersebut maka hasil film akan mudah kabur dalam jangka waktu pendek. Sedangkan pabila melebihi batasan waktu, maka gambar pada film akan hilang. Sedangkan pengaturan temperature di gunakan dalam processing film dengan metode Time and Temperature. Chemical contamination errors kimia yang mencampuri dalam processing film dapat

Bahan-bahan

mengakibatkan hasil film yang buruk. Seperti bila ada senyawa AgBr, yang masih tertinggal pada film maka hasil film pada nantinya akan terlihat buram Film handling errors

Pemegangang pada film diperbolehkan saat memastikan bahawa film tersebut sudah benar benar kering. Karena kalau tidak akan tercetak jari jari kita pada film,

25

bisa juga timbul bercak bercak yang akan mengganggu dari hasil FILM itu sendiri. Lighting errors

Tidak diperbolehkan untuk menggunakan warna lampu yang berwarna putih, dan jarak antara penerangan dengan working area tidak boleh terlalu dekat, minimum 4 kaki. Bila hal ini tidak diperhatikan maka hasil pada film akan terlihat seperti berkabut (fogged) ARTEFACT RADIOGRAFI: Struktur atau gambaran yang tidak normal ada/tampak dlm radiograf ; pada obyek yg difoto tidak ada SEBAB: Defect pada film atau film packet Improper handling of the film packet Accidental incidental to processing of the film Radiographic technical error

A. RADIOGRAF DENGAN GORESAN RADIOLUSEN SEBAB : -

Film tergores kuku atau benda lainnya Film tertekuk / kerutan film Goresan penjepit film yg terkontaminasi developer yg pekat Pecikan larutan developer

26

B. RADIOGRAF DENGAN CAP JARI SEBAB : Memegang film dengan jari yang basah atau berkeringan

C. RADIOGRAF DENGAN GAMBAR JARING/POLA ALUR BAN SEBAB : penempatan film terbalik

D. NODA PUTIH PADA RADIOGRAF SEBAB : artifak larutan fiksasi emulsi tergores Benda/obyek radiopak tertanam dalam jaringan Benda/obyek radiopak pada cone

27

E. RETIKULASI PADA RADIOGRAF SEBAB ; Perbedaan suhu yang tajam antara larutan developing dan air pencuci

F. RADIOGRAF TIDAK LENGKAP SEBAB : Film kontak dengan hanger, sisi bak pencuci atau kontak dengan film lain selama proses pengembangan penempatan film kurang tepat (kurang ke apikal; terlalu ke apikal) Sebagian film tidak masuk dalam larutan pengembang Kegagalan penempatan film sejajar dataran oklusal Angulasi vertikal terlalu kecil pemanjangan

28

G. RADIOGRAF TERLALU PUTIH SEBAB: Underexposure waktu developing terlalu singkat Temperatur developer rendah Konsentrasi developer lemah larutan developer terlalu dingin, kadaluarsa, tercampur satu sama lain Kualitas film jelek Voltage dan mA kurang

2.7 Syarat hasil foto radiografi yang baik Hasil foto radiografis tang baik harus memenui syarat : 1. Kontras, detail dan ketajaman foto radiografis harus baik, setiap struktur anatomis dapat dibedakan dengan jelas, misalnya perbedaan email,

29

dentin,kamar pulpa, saluiran akar, lamina dura dan tulang penyangga disekitarnya serta struktur anatomis oainnya yang penting untuk

diinterprestasikan 2. Seluruh objek yang diperiksa dapat tampak secara keseluruhan dengan jelas pada film radigrafis yang dihasilkan. 3. Bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk. Misalnya pada film radiografis intra oral proyeksi periapikal, tonjol bukal palatal atau bukal lingual terletak pada satu bidang (berhimpit) 4. Pada film radiografis intraoral proyeksi periapikal, daerah interdental,harus tampak jelas, kecuali pada kasus gigi berjejal.

2.8 Efek samping radiasi sinar X Sinar X, selain memiliki sifat yang menguntungkan juga memiliki beberapa efek yang berdampak buruk pada tubuh maupun lingkungan. Ketika menembus jaringan tubuh, radiasi sinar ionisasi menimbulkan kerusakan pada tubuh, terutama dengan ionisasi atom-atom pembentuk jaringan. Indikasi radiasi yang merusak dalam tingkat atom akan menimbulkan perubahan molekul, yang menimbulkan kerusakan seluler, serta menimbulkan fungsi sel abnormal atau hilangnya fungsi sel. Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik dan kimia yang terjadi segera setelah terpapar (10-15 detik), kemudian diikuti dengan proses biologic dalam tubuh. Proses biologic meliputi rangkaian perubahan pada tingkat molekuler, seluler, jaringan dan tubuh. Konsekuensi yang timbul dapat berupa kematian sel atau perubahan pada sel. Bergantung pada dosis radiasi yang diterima tubuh. Pada paparan akut dosis relative tinggi, efek yang timbul merupakan hasil kematian dari sel yang dapat menyebabkan gangguan fungsi jaringan dan organ tubuh, bahkan kematian. Efek seperti ini disebut efek deterministic yang umumnya segera dapat teramati secara klinis setelah tubuh terppar radiasi dengan dosis diatas dosis

30

ambang. Selain itu, radiasi dapat tidak mematikan sel tetapi menyebabkan perubahan atau transformasi sel sehingga terbentuk sel baru yang abnormal. Perubahan ini terutama karena rusaknya materi inti sel, kususnya DNA dan kromosom. Perubahan ini berpotensi menyebabkan terbentuknya kanker pada sebagian individu terpapar atau penyakit herediter meningkat dengan

bertambahnya dosis, tetapi tidak halnya dengan keparahannya. Efek ini disebut efek stokastik. Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.

Efek Radiasi pada Glandula Salivarius Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukiti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai drajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya volume saliva. Jumlah dan keparahan kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung dosis dan lamanya penyinaran.. Mulut akan menjadi kering (Xerostomia) dan sakit, serta pembengkakan dan nyeri karena berkurangnya saliva sehingga menyebabkan hilangnya fungis lubrikasi.

Efek Radiasi pada Gigi Gigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerukan akibat radiasi daerah rongga mulut, meskipun kerusakannya baru tampak setelah beberapa tahun setelah radiasi. Manifestasi kerusakan berupa destruksi substansi gigi yang disebut
31

karies radiasi dan dimulai pada servikal gigi. Lesi berupa demineralisasi yang lebih daripada karies pada umumnya, dengan pola melintas gigi dan menyebabkan kerusakan mahkota gigi pada daerah servikal. Kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan karies gigi. Secara radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila dibandingkan dengan email atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa untuk melihat radiografi dalam situasi pengamatan yang tepat dengan pandangan yang jelas agar dapat membedakan antara restorasi dan anatomi gigi yang normal. Pada gigi terjadi dua efek radiasi yaitu efek radiasi secara langsung dan tidak langsung. a. Efek Radiasi Langsung Efek radiasi ini terjadi paling dini dari benih gigi, berupa gangguan kalsifikasi benih gigi, gangguan perkembangan benih gigi dan gangguan erupsi gigi. b. Efek Radiasi tidak Langsung Efek radiasi tidak langsung terjadi setelah pembentukan gigi dan erupsi gigi normal berada dalam rongga mulut, kemudian terkena radiasi ionosasi, maka akan terlihat kelainan gigi tersebut misalnya adanya karies radiasi. Biasanya karies radiasi pada beberapa gigi bahkan seluruh region yang terkena pancaran sinar radiasi, keadaan ini disebut rampan karies radiasi. Radiasi karies merupakan bentuk rampan dari kerusakan gigi yang dapat terjadi pada tiap individu yang mendapatkan radioterapi termasuk penyinaran dari glandula saliva. Lesi karies dihasilkan dari perubahan glandula salivarius. Penurunan arus, peningkatan pH, penurunan kapasitas buffer karena adanya perubahan elektrolit dan peningkatan viskositas. Saliva normal dapat menurun dan akumulasi debris yang cepat karena tidak adanya tindakan pembersihan. Karies sekunder yang disebabkan radiasi memiliki bentuk jelas yang merata pada cement enamel junction (CEJ) dari permukaan bukolabial, merupakan lokasi yang biasanya tahan terhadap karies.

32

Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau opak karena terjadi demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi demineralisasi bila saliva menjadi asam dan kehilangan suplai mineral yang secara normal mengisi ion negative berubah, permukaan lembut, kehailangan translusensi dan sering fraktur, menyebabkan erosi, membuat dentin menjadi terbuka.

Efek Radiasi pada Tulang Perawatan kanker pada daerah mulut sering dialkukan penyinaran termasuk pada mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh penyinaran yan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan tulang kortikal, yang dalam keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga dapat merusak osteoblas dan osteoklas. Jaringan sumsusm tulang menjadi hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular. Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum menunjukkan berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa lacuna pada tulang yang kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan indikasi terjadinya nekrosis. Derajat mineralisasi menjadi berkurang, memicu terjadinya kerapuhan, aytau perubahandari tulang yang normal. Jika keadaan ini bertambah parah tulang akan mangalami kematian, kondisi seperti ini disebut

osteoradionecrosis.

Efek Radiasi pada Pulpa Apoptosis adalah mekanisme biologis yang merupakan jenis kematian sel yang terprogram, yang dapat terjadi pada kondisi fisiologis maupun patologis. Apoptosis digunakan oleh organism multi sel untuk membuang sel yang sudah tidak diperlukan oleh tubuh. Apoptosis umumnya berlangsung seumur hidup dan bersifat menguntungkan bagi tubuh.

33

Apoptosis dapat terjadi selama selama perkembangan, sebagai mekanisme homeostatis untuk menjaga atau memelihara populasi sel dalam jaringan, sebagai mekanisme pertahanan jika sel rusak oleh suatu penyakit atau bahan racun pada proses penuaan. Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi yang diterima selama terapi radiasi adalah 200 rad sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa meningkat pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain juga turut mati akibat efek radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel terbanyak yang ada di pulpa dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan vitalitas pulpa berupa membentuk dan mempertahankan matriks jaringan pulpa dengan membentuk ground substance dan serat kolagen sehingga apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi proses awal terjadinya karies radiasi.
Selain itu, Interaksi radiasi pengion dengan meteri biologic diawali dengan interaksdi fisika yaitu, proses ionisasi. Elektron yang dihasilkan dari proses ionisasi akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung bila penyerapan energi langsung terjadi pada molekul organik dalam sel yang mempunyai arti penting, seperti DNA. Sedangkan interaksi secara tidak langsung bila terlebih dahulu terjadi interaksi radiasi dengan molekul air dalam sel yang efeknya kemudian akan mengenai molekul organik penting. Mengingat sekitar 80% dari tubuh manusia terdiri dari air, maka sebagian besar interaksi radiasi dalam tubuh terjadi secara tidak langsung.

DOSIS DAN EFEK SOMATIK RADIASI 1. Dosis lemah/rendah: 0 50 rad a. 0-25 rad tidak ada efek,mungkin tidak ada delayed effect b. 25-50 rad efek tidak ada/sedikit perubahan susunan darah, mungkin ada delayed effect 2. Dosis sedang : 50-200 rad

34

a. 50-100 rad badan lemas/mual, perpendekan umur, perubahan susunan darah delayed recovery b. 100-200 rad mual dan muntah 24 jam setelah radiasi, nafsu makan kurang, lemas, suara serak, diare, epilepsi, kerontokan rambut 3. Dosis semi letal : 200-400 rad

- mual, mutah dalam 1-2 jam setelah radiasi - epilepsi - nafsu makan berkurang - panas dan lemas - pada minggu ke-3: radang mulut/tenggorok - Pada minggu ke-4 : pucat, perdarahan hidung, diar 4. Dosis letal : 400-600 rad - 1-2 Jam : mual muntah - akhir minggu ke-1: radang mulut/tenggorokan

2.9 Proteksi radiasi sinar X Standar Proteksi Radiasi Dalam implementasi optimisasi seperti yang direkomendasikan oleh Intern ational At mic Energy

Agency maka pelaksanaan Tingkat Panduan Dosis atau Guidance Level bagi pasien mau tidak mau harus dilaksanakan agar pasien terlindung dari pember ian dosis yayang diperhatikan tidak perlu. Untuk mencapai hal ini maka perlu

Peralatan

yang dipergunakan apakah handal dan teruji dan Tenaga kerjanya terkualifikasi at au tidak.

35

1. Peralatan yang handal. Agar supaya dosis pasien yang dikehendaki dapat tercapai maka hal pertama yang harus diperhatikan adalah kemampuan pesawat sinarX. Untuk meyakinkan bahwa kemampuannya masih dapat dipercaya maka perlu dilakukan uji fungsi ter hadap pesawat sinarX berlaku. Kalauperaturan mengharuskan dilakukan uji kesesuaian sekali dalam setahun mak a harus dilakukan. Permasalahan adalah siapa yang dapat melakukan uji kesesuaia n yang sesuai dengan standar internasional.Menurut peraturan perundangan yang berlaku maka instansi atau lembaga yang dapat melakukan uji kesesuaian boleh siapa saja asalkan sudah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional secara periodik sesuai dengan peraturan yang

(KAN) yang berada di dalam organisasi Badan Standardisasi Nasional (BSN). Secara internasional KAN diakui sebagai satusatun ya instansi yang dapat melaksanakan akreditasi terhadap instansi yang

melaksanakasertifikasi jasa maupun produk. Oleh karena itu semua lembaga di In donesia yang akan melaksanakansertifikasi harus terlebih dahulu mendapat akredi tasi dari KAN. Sertifikat pesawat sinarXakan menjadi syarat utama untuk mengaj ukan permohonan izin penggunaan pesawat sinarX.

2. Tenaga yang terkualifikasi Untuk mencapai dosis pasien yang diharapkan tidak cukup hanya menguji peralat an akan tetapi kualifikasi personil yang mengoperasikan alat juga harus mendapat perhatian. Personil tersebut harus memiliki pendidikan yang standar sesuai dengan

yang dipersyaratkan untuk mengoperasikan pesawat sinarX. Untuk operator pesawat sinarX persyaratan minimum harus berpendidikan Diploma D3 atau setara dengan akademi yang khusus untuk pesawat sinarX diagnostik. Dengan latar belakang pendidikan ini maka pemberian paparan radi asi pada pasien akan mendapatkan citra yang diharapkan serta dosis pasien

yang sesuai dengan tingkat panduan dosis pada setiap jenis pemeriksaan

36

yang

dimintakan

dokter.

Sedangkan

untuk

pemeriksaan

angiografi, mammografi, dan CT Scan, disamping tenaga operator yang terkualifikasi juga diopersyaratkan adanya tenaga Fisika Medik

2.10 Aplikasi radiografi dalam bidang kedokteran gigi Kegunaan Dental Radiography antara lain : a. Radiodiagnosa/Rongenodiagnosa Radiodiagnosa :Radiograf gigi merupakan data pendukung yang penting dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit atau kelainan di Kedokteran Gigi misalnya : Adanya kelainan apikal atau periapikal yang tidak terdeteksi secara klinis. Adanya kelainan pada rahang. Adanya fraktur rahang atau akar gigi

Karies yang tersembunyi(pada proksimal atau karies akar)karies sekunder,karies incipien,kedalaman karies dan lain-lain.

b. Rencana Perawatan Radiograf gigi sangat membantu dalam pembuatan atau penentuan rencana perawatan,seperti: Penentuan letak pin atau implant Kondisi saluran akar Penentuan jenis dan teknik

c. Penunjang Perawatan Radiograf gigi sangat membantu memudahkan dalam melakukan sebuah perawatan,seperti :

37

Komplikasi post operatif Perawatan endodontik

d. Evaluasi Perawatan Untuk evaluasi atau kontrol keberhasilan atau kemajuan perawatan e. Radiografi merupakan salah satu data rekam medik yang sangat penting. f. Kepentingan forensik.

38

BAB III. KESIMPULAN 1. Teknik prosesing film yg lain yaitu


MANUAL

a. dengan dark room ; 1) Metode visual 2) Metode temperatur dan waktu b. Tanpa dark room (self processing) OTOMATIS

dg film processing otomatics machine Tahapan pengolahan film secara mannual terdiri dari pembangkitan (developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan pengeringan (drying). 2. JENIS-JENIS FOTO RONTGEN GIGI Teknik Rontgen Ekstra Oral Teknik Rontgen Panoramik Teknik Rontgen Oklusal Teknik Bite Wing Teknik Rontgen Periapikal Teknik Rontgen Intra oral Teknik Lateral Teknik Postero Anterior Teknik Antero Posterior Teknik Cephalometri

39

3.

Kegagalan dalam processing film bisa terjadi oleh beberapa alasan di antranya

Time and temperature errors Chemical contamination errors Film handling errors Lighting errors 4. Aplikasi dalam bidang kedokteran gigi 1. Untuk mendeteksi lesi, dll. 2. Untuk membuktikan suatu diagnosa penyakit. 3. Untuk melihat lokasi lesi/benda asing yang terdapat pada rongga mulut. 4. Untuk menyediakan informasi yang menunjang prosedur perawatan. 5. Untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi. 6. Untuk melihat adanya karies, penyakit periodontal dan trauma. 7. Sebagai dokumentasi data rekam medis yang dapat diperlukan sewaktuwaktu

5.

efek radiasi Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik dan

kimia yang terjadi segera setelah terpapar (10-15 detik), kemudian diikuti dengan proses biologic dalam tubuh. Proses biologic meliputi rangkaian perubahan pada tingkat molekuler, seluler, jaringan dan tubuh. Konsekuensi yang timbul dapat berupa kematian sel atau perubahan pada sel. Bergantung pada dosis radiasi yang diterima tubuh. Pada paparan akut dosis relative tinggi, efek yang timbul merupakan hasil kematian dari sel yang dapat menyebabkan gangguan fungsi jaringan dan organ tubuh, bahkan kematian.

40

DAFTAR PUSTAKA
OBrien, Richard C. 1982. Dental Radiography: An Introduction for Dental Hygienists and Assistants. Philadelphia: W. B. Saunders Company

Clark, K.C., (1974), Positioning Radiography. Volume 2. Churchill Livingstone, London. Fong, E., et al., (1980), Body Structures and Functions. 6th ed. Delmar Publishing Inc., Boston. Hoxter, E.A., (1978), Teknik Pemotretan Rontgen. Hlm 129, EGC, Jakarta Langland., O.E. and R. P. Langlais., 2002. Principles of Dental Imaging.,Philadelphia., Williams & Willin Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik. Jakarta. EGC. 2002 Whaites E. Essentialials of Dental Radiography and Radiologi. London:Churchill Livingstone. 2003

Anda mungkin juga menyukai