Anda di halaman 1dari 8

BAB I EKSISTENSI BAHASA INDONESIA BAKU Setiap negara atau suatu wilayah umumnya memiliki bahasa resmi masing-masing

yang digunakan oleh rakyatnya. Pengertian bahasa baku adalah bahasa yang menjadi bahasa pokok yang menjadi bahasa standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa tulisan. Bahasa Indonesia baku merupakan salah satu ragam bahasa indonesia. Sebagai salah satu ragam saja dalam bahasa Indonesia, bahasa Indonesia baku hidup berdampingan diantara ragam-ragam bahasa Indonesia. Pendapat ini didasari dari pendapat Trudgill (1983:17). Bertolak dari pendapat Trudgill bahwa pada hakikatnya bahasa Indonesia seperti bahasa Inggris standar yang umumnya digunakan dalam cetakan formal, dipelajari di sekolah dan juga diajarkan untuk bukan penutur aslinya. Begitu juga dengan ragam bahasa Indonesia baku. Penggunaan bahasa baku lazim dipakai dalam situasi dan konsidi sebagai berikut di bawah ini : 1. Komunikasi Resmi (Tertulis) Contoh : Surat-menyurat resmi, pengumuman resmi, undang-undang, peraturan, dan lain-lain. 2. Pembicaraan Formal Di Depan Umum (Lisan) Contoh : Pidato, ceramah, khotbah, mengajar sekolah, mengajar kuliah, dan lain sebagainya. 3. Wacana Teknis (Tertulis) Contoh : Karangan ilmiah, skripsi, tesis, buku pelajaran, laporan resmi, dan lain-lain. 4. Pembicaraan Formal (Lisan) Contoh : Murid kepada guru, bawahan kepada atasan, layanan pelanggan kepada pelanggan, menteri kepada presiden, dsb. Tidak hanya terbatas kepada orang yang dihormati saja karena presiden umumnya berbicara pada rakyat jelata dengan bahasa formal. Keberadaan/eksistensi bahasa Indonesia baku di antara ragam-ragam bahasa Indonesia lainnya dapat dijelaskan dengan piramida ragam bahasa Indonesia sebagai berikut.

Gambar 1. Bentuk Piramida Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan gambar diatas dapat dipahami bahwa bahasa Indonesia baku terletak di bagian puncak piramida ragam bahasa Indonesia. Ditilik berdasarkan tingkat sosial penuturnya, bahasa Indonesia melahirkan ragam-ragam sosial. Hal itu disebabkan bahasa Indonesia baku umumnya dituturkan oleh golongan masyarakat terdidik yang berada pada strata bagian atas berdasarkan strata sosial pendidikan masyarakat. Oleh karena itu bahasa Indonesia baku terletak pada bagian atas. Sehingga tentu bahasa Indonesia baku yang harus dipelajari, diajarkan, dan digunakan di lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Variasi regional yang terletak pada bagian bawah piramida melahirkan ragam-ragam regional bahasa Indonesia yang dilihat berdasarkan wilayah. Luasnya daerah pada bagian bawah piramida menandakan banyaknya ragam-ragam bahasa Indonesia berdasarkan wilayah, contoh: bahasa Indonesia logat Melayu Riau, bahasa Indonesia logat Minangkabau, dll. Pada piramida ragam bahasa di atas, terdapat garis tebal putus-putus yang memisahkan antara ragam tulis dan ragam lisan. Hal ini menunjukan bahwa pemakaian bahasa Indonesia baku lebih banyak digunakan ragam tulis dan sedikit digunakan ragam lisan. Untuk ragam bahasa regional lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia ragam lisan dan sedikit sekali menggunakan ragam tulis. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pada dasarnya bahasa tulis merupakan bahasa yang bisa dibakukan, sedangkan bahasa lisan merupakan bahasa yang sulit dibakukan.

BAB II CIRI-CIRI BAHASA INDONESIA BAKU Karena wilayah pemakaiannya yang amat luas dan penuturnya yang beragam, bahasa Indonesia pun mempunyai banyak ragam. Berbagai ragam bahasa itu tetap disebut sebagai bahasa Indonesia karena semua ragam tersebut memiliki beberapa kesamaan ciri. Ciri dan kaidah tata bunyi, pembentukan kata, dan tata makna pada umumnya sama. Itulah sebabnya kita dapat saling memahami orang lain yang berbahasa Indonesia dengan ragam berbeda walaupun kita melihat ada perbedaan perwujudan bahasa Indonesianya. Bahasa Indonesia ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap diberikan. Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu: 1. Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat. Namun, kemantapan itu diharapkan luwes dan tidak harus kaku sesuai dengan zamannya. 2. Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal. 3. Keseragaman. Di sini istilah baku dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.

BAB III FUNGSI BAHASA INDONESIA BAKU 1. Fungsi Pemersatu Yaitu diharapkan bahasa Indonesia baku mampu untuk menyatukan penutur yang berbeda ragam bahasa Indonesia yang digunakannya. 2. Fungsi Pemberi Kekhasan Yaitu diharapkan bahasa Indonesia baku mampu membedakannya dengan ragam bahasa Indonesia lainnya maupun bahasa lainnya terutama dinegara tetangganya. 3. Fungsi Pembawa Wibawa Berarti bahwa bahasa Indonesia baku yang digunakan penutur bahasa Indonesia akan memperlihatkan wibawa bagi penuturnya diantara penutur-penuturnya sendiri. 4. Fungsi sebagai Kerangka Acuan Yaitu bahasa Indonesia baku merupakan tolok ukur untuk menentukan betul tidaknya pemakaian bahasa oleh penutur maupun golongan.

BAB IV TANTANGAN BAHASA INDONESIA BAKU Tantangan utama pada bahasa Indonesia baku adalah kemajuan zaman yang dihadapi oleh penutur bahasa Indonesia. Kemajuan zaman dengan kondisi masyarakat Indonesia yang mendunia tidak dapat dielakkan dan telah mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Pengaruh itu terutama datang dari bahasa internasional yakni bahasa inggris. Masuknya kosakata asing terutama kosakata bahasa Inggris ke dalam bentuk komunikasi berbahasa Indonesia telah mengakibatkan bercampurnya kosakata bahasa Indonesia itu. Gejala demikian akan merusak perkembangan masa depan bahasa Indonesia jika tidak dikendalikan secara baik. Derasnya arus masuk kosakata bahasa asing ke kosakata bahasa Indonesia itu merupakan tantangan yang harus dihadapi secara baik. Jika tidak, hal yang akan terjadi adalah obrak-abriknya bahasa Indonesia tersebut. Tantangan lainnya adalah adanya bahasa gaul. Peniruan bahasa gaul oleh masyarakat luas di Indonesia tentu saja berdampak negatif terhadap pemakaian bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Saat ini jelas di masyarakat sudah banyak adanya pemakaian bahasa gaul dan parahnya lagi generasi muda Indonesia juga tidak lepas dari pemakaian bahasa gaul ini. Bahkan, para generasi muda inilah yang paling banyak memakai bahasa gaul daripada memakai Bahasa Indonesia. Antara bahasa Indonesia dan bahasa gaul, tentunya lebih modern dan lebih maju adalah bahasa Indonesia. Hal ini karena Bahasa Indonesia merupakan bahasa tingkat nasional yang berasal dari bahasa-bahasa daerah di Indonesia dan bahasa asing. Sebaliknya, bahasa gaul hanya merupakan bahasa tingkat daerah yang berasal dari bahasa Betawi. Berkaitan dengan pemakaian bahasa gaul dalam dunia nyata dan fiksi yang menyebabkan interferesi ke dalam Bahasa Indonesia dan pergeseran Bahasa Indonesia di atas, ada hal-hal yang perlu dilakukan. Antara lain: Pertama, menyadarkan masyarakat Indonesia terutama para generasi penerus bangsa ini, Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus diutamakan penggunaannya. Kedua, menanamkan semangat persatuan dan kesatuan dalam diri generasi bangsa dan juga masyarakat luas untuk memperkukuh Bangsa Indonesia dengan penggunaan Bahasa Indonesia. Ketiga, pemerintah Indonesia harus menekankan penggunaan Bahasa Indonesia dalam film-film produksi Indonesia. Baik film layar lebar maupun sinetron. Keempat, meningkatkan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah dan di perguruan tinggi. Para siswa dan mahasiswa dapat diberikan tugas praktik berbahasa Indonesia dalam bentuk dialog dan monolog pada kegiatan bermain drama, dalam bentuk diskusi kelompok, penulisan artikel dan makalah dan juga dalam bentuk penulisan sastra seperti cerita pendek dan puisi.

BAB V PENGEMBANGAN BAHASA INDONESIA BAKU Berdasarkan tantangan (penutur) bahasa Indonesia dalam menghadapi ancamanancaman yang datang dari luar itu, pada hakikatnya yang perlu disadari adalah bahwa ancaman itu dilakukan oleh penutur bahasa Indonesia tersebut. Karena itulah, jalan yang terbaik adalah ancaman itu harus ditantang dengan menghadipinya secara positif dengan membuat koridor-koridor yang jelas. Sebenarnya penyerapan kosakata asing telah terjadi sejak masa lalu. Penyerapan kosakata asing pada masa lalu berlangsung bertahun-tahun dan terseleksi secara alamiah, sedangkan sekarang penyerapan unsur asing dapat terjadi hanya dalam waktu satu minggu serta menjangkau berjuta-juta manusia. Oleh karena masuknya kosakata asing itu secara membabi buta, menimbulkan pro dan kontra yang dapat menghancurkan jati diri bahasa Indonesia dalam waktu singkat. Sehingga penutur bahasa Indonesia perlu berhati-hati dengan ancaman bahasa asing. Lembaga resmi, pemerintah, dan media massa harus bertanggung jawab untuk itu. Djojonegoro (1995:5) mengemukakan pengembangan bahasa Indonesia baku bertolak dari dua gagasan pokok sebagai berikut. 1. Dalam pengembangan bahasa Indonesia baku, harus ada kesinambungan antara hakikat bahasa dulu dan sekarang. 2. Dalam pengembangan bahasa Indonesia baku, harus mampu mempertajam daya ungkap pemakai bahasa Indonesia dan harus memudahkan orang menyatakan isi akal budinya dengan cepat dan tepat. Hoed (2000:8) mengungkapkan tiga upaya pengembangan Bahasa Indonesia baku sebagai berikut. 1. Menjaga kata asing yang masuk memperoleh padanan yang berterima sesuai dengan situasi pemakaiannya. 2. Menjaga agar tata bahasa Indonesia tidak berubah. 3. Menjaga agar tetap dikuasai oleh penuturnya. 4. Menggalakkan penulisan dalam berbagai bidang. 5. Menggunakan bahasa Indonesia sesuai ragam dan larasnya.

BAB VI PENUTUP Demikianlah makalah tentang keberadaan bahasa Indonesia baku di tengah-tengah ragam bahasa Indonesia. Ancaman kosakata bahasa asing pada dasarnya datang menimpa bahasa Indonesia baku. Hal itu merupakan tantangan bagi para penutur bahasa Indonesia. Jadi, bahasa Indonesia baku perlu dikembangkan denga cara menghadapi ancaman yang datang itu. Pengembangan itu perlu dilakukan secara selektif, matang, dan logis. Jika ancaman itu dibiarkan, maka akibatnya tentu masa depan bahasa Indonesia baku akan amburadul keberadaannya.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. Makalah Bahasa Gaul dan Bahasa Indonesia baku. (http://boediono.blogspot.com/, diakses 12 Februari 2012) Anonim. Beberapa Ciri Bahasa Indonesia Baku. (http://blog.bahtera.org/, diakses 12 Februari 2012) Anonim. Penggunaan Bahasa Indonesia Vs Bahasa Gaul. (http://www.analisadaily.com/, diakses 12 Februari 2012) Ermanto dan Emidar. 2012. Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Padang: UNP Press.

Anda mungkin juga menyukai