Anda di halaman 1dari 2

Tambang Pasir Sebatik Dilarang Sejak 19 Mei

Warga di sekitar kaki Gunung Anak Ranaka yang melakukan tambang pasir. Gambar diambil, Jumat (16/9/2011). Foto: Pos Kupang/Jumal Hauteas

Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN - Sekretaris Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Nunukan Ambrosius menegaskan, pihaknya telah memberikan tenggat waktu hingga sebulan bagi para penambang pasir di pesisir Pulau Sebatik, untuk mengangkut tumpukan pasir yang sudah terlanjur digali. Ia juga menegaskan, pelarangan penggalian pasir itu bukan dilakukan sepihak Dinas Pertambangan dan Energi Nunukan melainkan telah melalui kesepakatan bersama yang melibatkan sejumlah pihak. "Sesuai hasil rapat antara Distamben dan Muspika Sebatik pada rapat 19 April 2012, disepakati bahwa masyarakat diberikan kesempatan selama sebulan. Untuk yang sudah ditumpuk, selama satu bulan boleh diambil tetapi 19 Mei itu stop semua aktivitas pengambilan pasir di Pulau Sebatik, ujarnya. Pemkab Nunukan juga telah mencari jalan keluar untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Caranya, Distamben Nunukan mencari potensi-potensi pasir di daerah Sebatik yang dapat ditambang masyarakat. Ada beberapa daerah yang akan dapat ditambang masyarakat diantaranya di daerah Gusung Balansiku, Sebatik. Namun aktivitas penambangan itu hanya diberikan waktu hingga akhir 2012.

Sebelumnya sekitar 200 penambang pasir di Pulau Sebatik harus kehilangan pekerjaan, setelah Pemkab Nunukan sepekan belakangan ini menegaskan larangan menambang pasir pantai. Merekapun berencana akan ke Malaysia, untuk mencari pekerjaan guna menyambung hidup. Nurdin, salah seorang warga Sebatik saat menghubungi Tribun Kaltim (Tribun Network), Selasa (22/5/2012) mengatakan, sejak Pemkab Nunukan memasang plang larangan menambang, sudah sepekan ini mereka tak lagi berani melakukan aktivitas. "Seminggu sudah kami tidak turun. Tidak bisa betul-betul. Karena di situ ditulis, siapa mengangkat pasir dipenjara sekian tahun dan denda sekitar Rp 100 juta kalau tidak salah," ujarnya. Ia mengatakan, ada sekitar 200 penambang pasir yang hanya menggantungkan hidupnya dari aktivitas penggalian pasir pantai. Setiap harinya mereka melakukan aktivitas penggalian mulai dari pinggir pantai Sungai Taiwan hingga ke Sungai Bajau. Penghasilan mereka dihitung berdasarkan kemampuan mengangkut pasir dengan gerobak. Setiap orang rata-rata bisa mengangkut 20 gerobak pasir setiap hari. Mereka yang tenaganya lebih kuat, bisa mengangkat hingga 30 gerobak. Setiap gerobak dihargai Rp1.500 atau rata-rata setiap orang bisa mendapatkan uang Rp30.000 perhari. "Kalau pasang air, kita tidak bisa ambil pasir," ujarnya. Dengan pelarangan menambang ini mereka mengaku kesulitan mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Seharusnya kalau kita dilarang menambang di situ, yah disiapkan tempat lain di mana kita bisa menambang," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai