Anda di halaman 1dari 5

Banyak dalil yang menunjukkan bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib, baik yang bersumber dari AlQuran

dan hadis Nabi Saw. maupun dari fatwa ulama, antara lain sebagai berikut: * Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran: Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama? (QS. At-Taubah:122) Sekalipun dalam ayat tersebut tidak tampak kata-kata wajibun yang berarti wajib; atau kata-kata faridhatun yang berarti difardukan, tetapi dalam ayat itu terdapat fiil mudhari yang telah kemasukan lamul amr, yakni lafaz liyatafaqqahuu. Dalam ilmu Ushul Fiqih ada kaidah yang berbunyi: Arti yang pokok dalam amr ialah menunjukkan wajib. (Kitab As-Sullam, halaman 13; dan kitab Ushul Fiqh, halaman 31) Dengan demikian, ayat diatas mengandung arti bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib. * Rasulullah Saw., bersabda: Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik) Hadis tersebut sepengetahuan kami terdapat dalam beberapa kitab hadis berikut ini: o Sunan Ibnu Majah, Juz I, halaman 98, karya Imam Ibnu Majah Al-Qazwini. o Mukhtarul Ahaditsin Nabawiyah, halaman 93, karya Sayid Ahmad Al-Hasyimi. o Al-Jamiush Shaghir, Juz I, halaman 194, karya Imam Jalaluddin As-Suyuthi. o As-Sirajul Munir, Juz II, halaman 416, karya Syekh Ali Al-Azizi. o At-Targhib wat-Tarhib, Juz I, halaman 96, karya Al-Hafizh Al-Mundziri Perlu kami tambahkan bahwa dalam kitab-kitab hadis yang telah kami kemukakan di atas tidak terdapat tambahan lafaz wa muslimatin setelah lafaz ala kulli muslimin. Bahkan dalam kitab-kitab Tasawuf dan Irsyad pun yang menyitir hadis tersebut antara lain: o Ihya Ulumuddin, Juz I, halaman 9, karya besar Imam Hujjatul Islam Al-Ghazali o Tanbihul Ghafilin, halaman 115, karya Imam As-Samarqandi o Irsyadul Ibad, halaman 7, karya Syekh Zainuddin Al-Malibari Kami tidak menemukan tambahan wa muslimatin sebagaimana sering terdengar dari khotbah para mubalig dan para khatib. Mereka selalu menambahkan lafaz wa muslimatin yang artinya menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan.

Dalam kitab Talimul Mutaallim karya Syekh Az-Zarnuji, halaman 4, termaktub hadis Nabi itu sebagai berikut: Rasulullah Saw. bersabda: Menuntut ilmu itu merupakan kewajiban atas setiap muslim dan muslimah. Seorang ulama ahli hadis dari Madinah, Imam Abdul Hasan Muhammad bin Abdul Hadi, ketika mengomentari Hadis Riwayat Imam Ibnu Majah dan lain-lain dari Anas bin Malik tersebut dalam kitabnya Hasyiyah Sunan Ibnu Majah menyebutkan: Sabda Nabi Saw. atas setiap muslim, artinya orang muslim yang telah akil balig, untuk mengecualikan orang muslim yang belum akil balig, yaitu anak kecil dan orang gila; dan yang dimaksud dengan katakata muslim dalam hadis itu ialah orang (yang beragama Islam), maka mencakup kepada laki-laki dan perempuan. (Kitab Hasyiyah Sunan Ibnu Majah, Juz I, halaman 98-99) Selanjutnya pada juz I, halaman 99 dalam kitab tersebut beliau mengutip ucapan seorang kritikus hadis Imam As-Sakhawi: Imam As-Sakhawi dalam kitabnya Al-Maqashid berkata: Ada sebagian pengarang kitab yang menambahkan lafaz Wamuslimatin di akhir hadis ini, padahal tidak terdapat dalam beberapa thariq (jalan) riwayat hadis, sekalipun benar kalau ditinjau dari segi makna. Dengan demikian, dapat kita pahami bahwa lafaz wamuslimatin dalam hadis itu bukanlah ucapan Nabi Saw., melainkan hanya tambahan dari pengarang kitab. Jadi menuntut ilmu itu hukumnya wajib, berdasarkan Hadis Nabi Saw. diatas yang berarti: Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam yang akil balig, baik laki-laki maupun perempuan. * As-Sayid Alawi bin Ahmad As-Saqaf telah berfatwa: Dan ketahuilah wahai saudaraku, bahwa yang paling wajib dan utama dalam masalah yang difardhukan ialah ilmu, dan yang paling besar dosanya dalam masalah pelanggaran yang diharamkan ialah kebodohan, dan kebodohan yang paling sesat ialah berbuat bodoh terhadap Allah, yaitu kufur (Illajul Amradlir Radiyyah, halaman 9) Berdasarkan firman Allah dan sabda Nabi serta fatwa ulama tersebut, jelaslah bahwa menuntut ilmu itu hukumnya wajib. Berdosalah umat Islam yang tidak mau menuntut ilmu. Diakhir pembahasan masalah ini akan kami ungkapkan ucapan seorang ulama besar, Imam Syafii (Rahimahullah), yaitu: Imam Syafii (Rahimahullahu Taala) berkata, Barang siapa yang tidak cinta terhadap ilmu, maka tidak ada kebaikan padanya; dan janganlah di antara kamu dengannya terjalin hubungan intim dan tidak perlu kenal dengannya, sebab orang yang tidak mau belajar ilmu, tentu ia tidak akan mengetahui cara-cara beribadah dan tidak akan melaksanakan ibadah sesuai dengan ketentuan-ketentuannya. Seandainya ada

seseorang yang beribadah kepada Allah Swt. seperti ibadahnya para malaikat di langit, tetapi tanpa dilandasi dengan ilmu, maka ia termasuk orang-orang yang merugi. (Dikutip dari kitab Ilajul Amradlir Radiyyah, hamisy kitab Fawaidul Makkiyyah, halaman 14-15)

MENUNTUT ILMU DAN KEUTAMAANNYA Assalamu alaikum warahmatullah wabarakaatuh Marilah kita bersama-sama menyanjungkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah swt., dengan limpahan rahmat-Nya kita sekalian bisa aktif mengikuti kegiatan kultum, tanpa ada halangan suatu apapun. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar Muhammad saw., karena beliaulah sebagai suri tauladan dalam hidup ini. Mudah-mudahan kita termasuk umatnya yang senantiasa setia kepadanya. Ilmu mempunyai peranan penting dalam perjalanan hidup ini, karena dengan ilmu yang dimilikinya seseorang akan mampu membedakan yang haq dan bathil. Dengan ilmu seseorang akan lebioh mantap dalam menjalankan ibadah kepada Allah swt., karena tahu dasarnya dan tujuan yang sebenarnya. Namun. Sebaliknya bagi seseorang yang buta akan ilmu pengetahuan agama, maka segala yang dikerjakan tisak akan tahu dasar dan tujuan sebenarnya. Agar hal semacam ini tidsak sampai menimpa pada diri orang Islam, maka kita harus menyadari, bahwa saetiap orang Islam mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu. Berkaitan dengan hal tersebut Nabi saw., bersabda yang artinya: Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki dan perempuan. Mencari ilmu haruslah mendapatkan prioritas pada setiap pribvadi muslim, karena orang berilmu, maka tahu jlan yang akan ditempuh. Orang yang mendambakan bahagia hidup di

dunia haruslah mempunyai ilmu. Begitu juga orang yang mendambakan kebahagiaan dunia akhirat haruslah mempunyai ilmu pula. Oleh karena itu janganlah sampai merasa bosan untuk menuntut ilmu, dan dimana saja harus tetap kita cari sekalipun di negara Cina. Nabi saw., bersabda yang artinya: Carilah ilmu walau di negeri Cina (HR. Ibnu Ady dan Baihaqi) Banyak jalan yang ditempuh dalam mencari ilmu. Ada yang mencari ilmu dengan mendengarkan ceramah agama (pengajian-pengajian), ada yang mencari ilmu lewat mencari buku-buku, ada yang mencari ilmu lewat sekolahan, dan masih banyak lagi nara sumber ilmu pengetahuan. Tetapi perlu diingat dan diketahui, bahwasanya mencari ilmu yang paling dominan adalah mulai anak-anak masih usai sekolah. Karena dengan kesempatan yang bagus, maka anak-anak seusia dini masih mempunyai daya tangkap yang kuat. Sehingga ilmu yang diperiolehnya benar-benar sebagai bahan modal pada kehidupan hari-hari yang akan dating. Ilmu pengetahuan yang sudah diterima anak-anak mulai dini dengan cara yang serius, maka akn membekas dan teringat terus sampai akhir hayatnya. Begitu pentingnya menuntit ilmu mulai dini, berarti dia benar-benar bisa meraih kesempatan emas. Karena dengan dibekali ilmu pengetahuan, maka biasa menunjang sepenuhnya kehidupan sekarang dan hari esok, yakni di akhirat kelak. Untuk itu belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu. Begitu sulitnya sesorang mengukir batu, tapi bila sudah Nampak terukir, maka bertahun-tahun masigh saja membekas dan tidak akan hilang. Demikian juga sang anak yang masih kecil, bila sudah masuk ke dalam pikirannya ilmu pengetahuan, maka sulit sekali untuk melupakan, bahkan masih teringat sampai akhir hayatnya.

Akan tetapi belajar di waktu dewasa, bagaikan mengukir di atas air. Kita tahu bahwa mengukir di atas air begitu mudahnya akan tetapi tidak ada bekasnya. Begitu pula, bila belajar di waktu dewasa, maka dia mudah untuk mengingat, menerima suatu ilmu, tetapi mudah pula untuk melupakan. Kita harus merasa tergugah dalam hati kita masing-masing, sehingga belajar tidak merasa boisan dakam keadaan suasana bagaimanapun, baik mengenai waktu ataupun tempatnya. Kita harus bersemangat dalam menuntut ilmu dengan sekuat kita, agar yang kita cita-citakan bisa tercapai sebagaimana yang kita harapkan. Setelah kita mencari ilmu dengan sungguh-sungguh, maka janganlah lupa untuk diamalkannya. Orang berilmu berkewajiban untuk mengamalkan, jangan sampai ilmu yang dimilikinya, kemudian disembunyikan. Bila seseorang mempunyai ilmu kemudian

disembunyikan, maka ancaman Allah yang akan diterima. Nabi saw., bersabda yang artinya: Barang siapa yang ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian ia menyembunyikan, maka Alla akan mengekangnya besok pada hari kiamat dengan kekangan dari neraka (HR. Ahmad) Agar kita tidak termasuk hamba yang diancam oleh Allah maka langkah yang terbaik bagi kita adalah dengan mengamalkan ilmu yang telah didapat. Demikianlah uraian singkat yang kami sampaikan, dengan penuh harapan mudah-mudahan kita termasuk hamba yang mempunyai ilmu agama, kemudian mau mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari agar bahagia dunia akhirat benar-benar bisa terwujud. Akhirul kalam. Wassalamu alaikum waramatullahi wabaraakatuh

Anda mungkin juga menyukai