Anda di halaman 1dari 16

MODUL VIII/D-III

ANALISA DAN PERANCANGAN KERJA


1. Tujuan Instruksional Khusus
Diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep penggunaan waktu sebagai alat
ukur kerja, langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran dan rumus pengujian
data.
2. Daftar Materi Pembahasan
2.1. Konsep Penggunaan Waktu Sebagai Alat Ukur Kerja
2.2. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran
2.3. Rumus Pengujian Data
3. Pembahasan

2.1. Konsep Penggunaan Waktu Sebagai Alat Ukur Kerja
Waktu adalah hal yang sangat diperhatikan dalam dunia rekayasa maupun ilmu
pengetahuan, demikian juga pada perusahaan manufaktur. Sebagai contoh, percobaan
Newton tentang benda jatuh sangat banyak bergantung pada pengukuran jarak dan
waktu. Walaupun waktu telah menjadi variabel yang penting dalam sejarah, baru Taylor-
lah yang menawarkan konsep pengukuran waktu pekerjaan manusia sebagai alat
pengendalian hasil pekerjaan buruh di dunia industri. Jam adalah alat yang dengan
bantuan mekanisme roda gigi dan berputar yang menunjukkan waktu yang telah
dilewatkan. Karena sebuah jam hanya pengukur waktu dan tidak ada lainnya, maka
dapat dimengerti bahwa teknik pengukuran pertama yang dilakukan ialah teknik jam
henti.
Pada modul terdahulu telah dibahas berbagai prinsip yang perlu dipegang dalam
merancang sistem kerja dan ditunjukkan bagaimana unsur manusia, mesin/ peralatan,
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 1
bahan dan lingkungan fisik pekerjaan harus diperhatikan baik secara sendiri sendiri
maupun dalam kaitan satu sama lainnya, semuanya sebagai komponen komponen dari
sistem kerja. Bahwa prinsip prinsip pengaturan kerja yang dikemukakan akan
mendatangkan beberapa alternatif sistem yang terbaik dimana untuk mendapatkan
yang baik diperlukan adanya pengukuran. Dalam pembahasan pengukuran yang akan
dibicarakan, adalah garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu dibagi kedalam dua
bagian , pertama secara langsung dan kedua secara tidak langsung. Cara pertama
disebut demikian karena pengukurannya dilakukan secara langsung yaitu ditempat
dimana pekerja yang bersangkutan dijalankan. Dua cara yang termasuk didalamnya
adalah cara jam henti dan sampling pekerjaan. Sebaliknya cara tidak langsung
melakukan perhitungan waktu tanpa harus berada ditempat pekerjaan yaitu dengan
membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui
elemen-elemen gerakan. Yang termasuk kelompok ini adalah data waktu baku dan data
waktu gerakan. Dengan salah satu dari cara-cara ini, waktu penyelesaian suatu
pekerjaan yang dijalankan dengan suatu sistem kerja tertentu dapat ditentukan.
Sehingga jika pengukuran dilakukan terhadap beberapa alternatif sistem kerja, yang
terbaik diantaranya dilihat dari segi waktu dapat dicari yaitu sistem yang membutuhkan
waktu penyelesaian tersingkat.
Lebih jauh lagi pengukuran waktu ditunjukkan juga untuk mendapatkan waktu baku
penyelesaian pekerjaan yaitu waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja
normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja
terbaik. Harap diperhatikan pengertian waktu baku ini kata-kata wajar, normal dan
terbaik. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa waktu baku yang dicari bukanlah
waktu penyelesain pekerjaan yang diselesaikan secara tidak wajar seperti terlampau
cepat atau terlampau lambat, bukan yang diselesaikan oleh mengerjakannya dalam
sistem kerja yang belum tebaik.
2.2. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran
Untuk mendapatkan hasil yang baik, yaitu yang dapat dipertanggung jawabkan
maka tidaklah cukup sekedar malakuan beberapa kali pengukuran. Banyak faktor yang
harus diperhatikan agar pada akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk
pekerjaan yang bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, operator,
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 2
cara pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lain. Sebagian dari hal-hal tersebut
dilakukan sebelum melakukan pengukuran. Dibawah ini adalah langkah-langkah yang
perlu diikuti agar maksud diatas dapat dicapai.
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Sebagaimana halnya dengan berbagai kegiatan lain, tujuan melakukan kegiatan
harus ditetapkan terlebih dahulu. Dalam pengukuran waktu, hal hal penting yang harus
diketahui dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, beberapa
tingkat ketelitian dan tingkat kenyakinan yang dinginkan dari hasil pengukuran tersebut.
Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai
sebagai dasar upah peransang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran
harus tinggi karena menyangkut prestasi dan pendapat buruh disamping keuntungan
bagi perusahaan itu sendiri. Tetapi jika pengukuran dimaksudkan untuk memperkirakan
secara kasar bilamana pemesan barang dapat kembali untuk mengambil pesanannya,
maka tingkat ketelitian dan tingkat kenyakinan tidak perlu sebesar yang tadi.
2. Malakukan Penelitian Pendahuluan
Yang dicari dari pengukuran waktu adalah waktu yang pantas diberikan kepada
pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Tentu dari suatu kondisi kerja yan gada
dapat dicari waktu yang pantas tersebut ; artinya akan didapatkan juga waktu yang
pantas untuk meyelesaikan pekerjaan dengan kondisi yang bersangkutan. Suatu
perusahaan biasanya menginginkan waktu kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat
meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Keuntungan demikian tidak akan diperoleh
jika kondisi kerja dari pekerja perkerjaan yang ada diperusahaan terserbut tidak
menunjang agar dapat dicapainya hal tadi. Marilah kita lihat sebuah contoh. Katakanlah
ada suatu pekerjaan yang berada disebuah ruangan yang berjendela tidak cukup besar.
Keadaan ini bukan saja akan mengakibatkan pengapnya ruangan karena tidak
lancarnya aliran pertukaran udara, tetapi juga meyebabkan gelapnya ruangan terutama
saat hari mendung. Keadaan meja dimana pekerjaan dilakukan, tidak baik ; terlalu tinggi
jika pekerja duduk dikursi, dan terlalu rendah jika pekerja berdiri. Waktu penyelesaian
yang pantas untuk kondisi demikan tentu bisa dicari, tetapi dapat diduga bukanlah waktu
yang sebaik baiknya, melainkan waktu yang lebih panjang dari yang seharusnya
diperlukan. Bagi pekerja, kondiri demikan tidak selalu menguntungkan ; antara lain
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 3
menghambat dirinya berprestasi kerja disamping akibat akibat jangka panjang seperti
terhadap kesehatannya.
Dari contoh ini dapatlah ditarik kesimpulan bahwa waktu kerja yang pantas
hendaknya merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik. Dengan
lain perkataan, pengukuran waktu sebaiknya dilakukan bila kondisi kerja dari pekerjaan
yang diukur sudah baik. Jika belum maka kondisi yang ada hendaknya diperbaiki
terlebih dahulu. Hal yang sama juga dapat terjadi bila cara cara kerja yang digunakan
untuk menyelesaikan pekerjaan belum baik. Untuk mendapatkan waktu penyelesaian
yang singkat, maka perbaikan-perbaikan cara kerja perlu juga dilakukan. Mempelajari
kondisi kerja dan cara kerja kemudian memperhatikannya, adalah apa yang dilakukan
dalam langkah penelitian pendahuluan. Tentunya ini berlaku jika pengukuran dilakukan
atas pekerjaan yang telah ada bukan pekerjaan yang baru. Dalam keadaan seperti yang
terakhir, maka yang dilakukan bukanlah memperbaiki melainkan merancang kodisi dan
cara kerja yang baik yang baru sama sekali. Untuk memperbaki kondisi dan cara kerja
yang ada diperlukan pengetahuan dan penerapan perancangan sistem kerja yang baik
yang prinsip prinsip beserta keterangan keterangannya telah dibahas pada modul
sebelum ini.
Suatu hal lain masih harus dilakukan dalam rangka ini, yaitu membakukan
secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik. Disini semua kondisi dan cara kerja
dicatat dan dicantumkan dengan jelas serta bila perlu dengan gambar-gambar misalnya
untuk tata letak peralatan dan wadah. Pembakuan sistem kerja yang diplih adalah suatu
hal yang panting baik dilihat untuk keperluan keperluan sebelum, pada saat ini, maupun
sesudah pengukuran dilakukan dan waktu baku didapatkan.
Kerap kali, sebelum pengukuran dilakukan, operator yang dipilih untuk melakuan
pekerjaan memerlukan serangkaian latihan dengan sistem kerja yang baku, Ini terjadi
bila operator tadi belum terbiasa dengan sistem tersebut. Untuk ini baik operator
maupun pengukuran waktu yang melatihnya memerlukan suatu pegangan yang baku.
Begitu pula pada saat pengukuran dilakukan, keduanya memerlukan pegangan agar
sistem kerja yang dipilih itu dapat tetap diselenggarakan.
Waktu yang akhirnya diperoleh setelah pengukuran selesai adalah waktu
penyelesaian pekerjaan untuk sistem kerja yang dijalankan ketika pengukuran
berlangsung. Jadi waktu penyelesaiannya pun berlaku hanya untuk sistem tersebut.
Suatu penyimpangan dari padanya dapat memberikan waktu penyelesaian yang jauh
berbeda dari yang telah ditetapkan berdasarkan pengukuran. Karenanya catatan yang
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 4
baku tentang sistem kerja yang telah dipilih perlu ada dan dipelihara. Walaupun
pengukuran telah selesai.
3. Memilih Operator
Operator yang akan melakukan pekerjaan yang diukur bukanlah orang yang
begitu saja diambil dari pabrik. Orang itu harus memenuhi beberapa persyaratan
tertentu agar pengukuran dapat berjalan baik, dan dapat diandalkan hasilnya. Syarat
syarat tersebut adalah berkemampuan normal dan dapat diajak bekerja sama. Jika
jumlah pekerja yang tersedia ditempatkan kerja yang bersangkutan banyak maka jika
kemampuan mereka dibandingkan akan terlihat perbedaan perbedaan diantaranya,
yaitu mulai dari yang berkemampuan rendah sampai tinggi. Terlihat bahwa orang orang
yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi jumlahnya hanya sedikit.
Sedangkan yang berkemampuan rata-rata jumlahnya banyak. Secara statistik distribusi
demikan dapat dibuktikan berdistirbusi normal atau dapat didekati oleh distribusi normal.
Kembali pada tujuan mengukuran waktu yaitu untuk medapatkan waktu
penyelesaian, maka dengan melihat kemampuan pekerja seperti ditunjukkan tadi
jelaslah bahwa yang dicari bukanlah orang orang yang berkemampuan tinggi ataupun
rendah, karena orang-orang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari seluruh
pekerja yang ada. jadi yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerja yang secara wajar
diperlukan oleh pekerja pekerja normal, dan ini adalah orang yang berkemampuan rata-
rata. Dengan demikian pengukuran mencari operator yang memenuhi hal tersebut.
Disamping itu operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan
mau bekerja secara wajar. Walaupun operator yang bersangkutan sehari harinya
dikenal memenuhi syarat pertama tadi bukan mustahil dia akan bekerja tidak wajar
ketika pengukuran dilakukan karena alasan alasan tertntu. Biasanya jika operator
tersebut memiliki kecurigaan terhadap maksud maksud pengukuran, misalnya dianggap
untuk hal-hal yang akan merugikan dirinya atau pekerja lain, dia akan bekerja lamban.
Sebaliknya mungkin saja dia bekerja dengan kecepatan lebih dari biasanya karena
menginginkan hasil yang banyak untuk mendapatkan pujian. Selain itu operator harus
dapat bekerja secara wajar tanpa canggung walaupun dirinya sedang diukur dan
pengukur berada didekatnya.
Penjelasan tentang maksud baik pengukuran serta tentang bagaimana operator
sebaiknya bersikap ketika sedang diukur, bila perlu diberikan dahulu. Dan operatorpun
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 5
harus mengerti dan menyadari sepenuhnya. Inilah yang dimaksud bahwa operator harus
dapat diajak bekerja sama.
Dalam pekaksanaannya, jika pengukur tidak mengenal pekerja-pekerja yang
ada, untuk mendapatkan operator yang akan diukur, dia dapat mencarinya dengan
mendapatkan petunjuk dari kepala-kepala regu, kepala pabrik atau pejabat-pejabat
setempat lain. yang telah mengenal baik para pekerja. Data tentang hasil-hasil kerja
para pekerja dalam catatan catatan ditempat kerja dapat juga membantu pekerjaan ini.
4. Melatih Operator
Walapun operator yang baik telah didapat, kadang-kadang masih diperlukan
adanya latihan bagi operator tersebut terutama bila kondisi dan cara kerja yang dipakai
tidak sama dengan yang biasa dijalankan operator.
Hal ini terjadi jika pada saat penelitian pendahuluan kondisi kerja atau cara kerja seduah
mengalami perubahan. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena
sebelum diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang telah
ditetapkan (dan telah dibakukan) itu. Harap diingat bahwa yang dicari adalah waktu
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 6
Gambar 8.1 Distribusi kemampuan bekerja
penyelesaian pekerja yang didapat dari suatu penyelesaian wajar dan bukan
penyelesaian dari orang yang bekerja kaku dengan berbagai kesalahan.
5. Menguraikan Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan
Disini pekerjaan dipecah menjadi elemen-elemen pekerjaan, yang merupakan
gerakan bagian dari pekerjaan yang bersangkutan. Elemen-elemen inilah yang diukur
waktunya. Waktu siklusnya adalah jumlah dari waktu setiap elemen ini. Waktu siklus
adalah waktu penyelesaian satu satuan produk sejak bahan baku mulai diproses
ditempatkan kerja yang bersangkutan. Misalnya waktu yang dibutuhkan untuk merakit
ballpen adalah waktu yang dibutuhkan untuk menggabungkan bagian bawah ballpen,
pegas isi, dan bagian atasnya sehingga merupakan suatu ballpen lengkap. Gerakan
menggabungkan bagian bawah, pegas dan seterusnya dapat merupakan elemen
elemen pekerjaan, dan jumlah dari waktu gerakan gerakan ini adalah waktu siklus
perakitan ballpen.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 7
Gambar 8.2. Kurva belajar operator
Namun satu siklus tidak harus berarti waktu yang diperlukan untuk meyelesaikan
suatu produk sehingga menjadi barang jadi seperti ballpen tadi yang sudah siap pakai.
Jika pekerjaan merakit ballpen diserahkan kepada dua orang dimana orang pertama
menggabungkan baigan bawah, pegas dan isi, dan orang kedua menggabungkan
bagian atas kebagian lainnya yang telah diselesaikan orang pertama dan bila setiap
pekerja dianggap dua stasiun kerja yang berbeda, maka waktu siklus bagi orang
pertama adalah hanya jumlah waktu yang diperlukan untuk menggabungkan bagian
bawah, pegas dan isi .
Ada beberapa alasan yang menyebabkan pentingnya melakukan penguraian
pekerjaan atas elemen elmenennya. Pertama untuk memperjelas catatan tentang cara
kerja yang dibakukan. Pada langkah kedua diatas telah dikemukkan bagaimana kondisi
dan cara kerja yang telah (dianggap) baik dibakukan, yaitu menyetakan secara tertulis
untuk kemudian digunakan sebagai pegangan sebelum, pada saat saat, dan sesudah
pengukuran waktu. Salah satu cara membakukan cara kerja adalah dengan
membakukan pekerjaan berdasarkan elemen elemennya.
Kedua adalah untuk memungkinkan melakukan penyesuaian bagi setiap elemen
karena keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk semua bagian dari
gerakan gerakan kerjanya.
Sebab ketiga melakukan pembagian pekerjaan menjadi elemen elemen
pekerjaan adalah untuk memudahkan mengamati terjadinya elemen yang tidak baku
yang mungkin saja dilakukan pekerja. Elemen demikan bisa diterima jika memang harus
terjadi, misalnya gerakan-gerakan yang dilakukan tidak ada pada setiap siklus tetapi
secara berkala seperti memeriksaan ukuran/pada setiap produk kesepuluh yang
dihasilkan. Sebaliknya elemen demikan harus dibuang dari pengamatan jika terjadinya
semata mata karena penyimpangan dari elemen elemen baku tanpa alasan baik
disadari atau tidak oleh operator.
Dan alasan keempat adalah untuk memungkinkan dikembangkannya Data
Waktu Standard dipabrik atau tempat kerja yang bersangkutan. Jika ini yang merupakan
sebab maka pembagian pekerjaan atas elemen elemennya harus mengikuti aturan
khusus yang akan dibahas nanti.
Jelaslah sekarang mengapa perlu melakuan penguraian elemen elemen dari
suatu pekerjaan yang akan diukur waktunya. Walaupun demikian ketentuan ini tidak
bersifat mutlak; artinya jika alasan-alasan diatas dianggap tidak penting atau dirasakan
tidak akan terjadi maka langkah ini tidak perlu dilakukan., Dengan lain perkataan yang
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 8
diukur waktunya adalah siklusnya (bukan elemen elemennya). Pengukuran demikian
disebut pengukuran keseluruhan. Sedangkan pengukuran elemen adalah bila
pengukuran dilakukan terhadap setiap elemen elemen pekerjaan.
Sehubungan dengan langkah kelima ini, ada beberapa pedoman penguraian
pekerjaan atas elemen elemennya, yaitu :
- Seseuai dengan ketelitian yang diinginkan, uraian pekerjaan menjadi elemen
elemennya seterinci mungkin, tetapi masih dapat diamati oleh indera pengukur dan
dapat direkam waktunya oleh jam henti yang digunakan.
- Untuk memudahkan, elemen elemen pekerjaan hendaknya berupa satu atau
beberapa elemen gerakan misalnya seperti yang dikembangkan oleh Gilbreth.
- Jangan sampai ada elemen yang tertinggal ; jumlah dari semua elemen baru tempat
sama dengan satu siklus pekerjaan yang bersangkutan.
- Elemen yang satu hendaknya dipisahkan dari elemen yang lain secara jelas. Batas
batas diantaranya harus dapat dengan mudah diamati agar tidak ada keraguan-raguan
dalam menentukan bilamana suatu elemen berakhir dan bilamana elemen berikutnya
bermula. Kadang kadang, disamping mata, telinga pun dapat digunakan untuk
mengetahui perpindahan elemen terutama jika perpindahan tersebut menimbulkan
bunyi.
6. Menyiapkan Alat Pengukuran.
Setelah kelima langkah diatas dijalankan, dengan baik, tibalah sekarang pada
langkah terakhir sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan alat-alat yang
diperlukan. Alat-alat tersebut adalah:
- Jam Henti
- Lembaran - Lembaran Pengamatan
- Pena atau Pinsil
- Papan Pengamatan
Lembaran - lembaran pengamatan digunakan sebagai tempat mencatat hasil
hasil pengukuran. Agar catatan ini baik, biasanya lembaran lembaran pengamatan
disediakan sebelum pengukuran dengan kolom-kolom yang memudahkan pencatatan
dan pembacaannya kembali. Pada dasar nya ada dua macam lembaran pengamatan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 9
Pertama untuk pengukuran keseluruhan seperti yang diisi dengan waktu yang teramati
pada jam henti untuk setiap siklus.
Sedangkan kedua, jika pengukuran elemen yang dilakukan, maka lembaran
pengamatannya yang digunakan memerlukan adanya perhitungan . Selain kotak
kotak untuk mencatat waktu, lembaran pengamatan juga memuat baris untuk
mencantumkan keterangan-keterangan yang juga diperlukan seperti nama pekerjaan
yang diukur, mesin yang dipakai, operator yang diukur, pengukur waktunya dan lain-lain.
Pena atau pinsil digunakan untuk mecatat segalanya yang diperlukan pada
lembaran - lembaran pengamatan.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 10
Gambar 8.3 Alat ukur waktu
Papan pengamatan dimaksudkan untuk dipakai sebagai alas lembaran
pengamatan sehingga memudahkan pencatatan. Bentuk papan yang baik terdapat
lengkungan untuk mempermudahkan pemegangan oleh tangan dan penempatan papan
pada badan. Lengkungan lengkungan tersebut disesuaikan dengan genggaman tangan,
lengkungan tubuh yang menjaganya serta posisi terhadap badan.
Jika alat alat ini telah disiapkan, maka selesailah sudah persiapan persiapan
yang mendahului pengukuran. Ini berarti tahap berikutnya yaitu pengukuran waktu,
sudah bisa dimulai.
2.3. Rumus Pengujian Data
A. Tingkat Ketelitian Dan Tingkat Keyakinan
Berbicara tentang tingkat ketelitian, tingkat keyakinan, sebenarnya adalah
pembicaraan tentang pengertian-pengertian stantistik. Karenanya untuk memahaminya
secara mendalam diperlukan beberapa pengetahuan statistik. Tetapi sungguhpun
demikian apa yang dikemukakan ini adalah pembahasan kearah pengertian yang
diperlukan dengan cara sederhana.
Yang dicari dengan melakukan pengukuran pengukuran ini adalah waktu yang
sebenarnya dibutuhkan untuk meyelesaikan suatu pekerjaan. Karena waktu
penyelesaian ini tidak pernah diketahui sebelumnya, maka harus diadakan pengukuran
pengukuran. Yang ideal tentunya dilakukan pengukuran pengukuran yang sangat
banyak (sampai tak terhingga kali, misalnya), karena dengan demikianlah diperoleh
jawaban yang pasti. Tetapi hal ini jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu,
tenaga dan tentunya biaya. Namun sebaliknya jika hanya dilakukan beberapa kali
pengukuran saja, dapat diduga hasilnya sangat kasar. Sehingga yang diperlukan adalah
jumlah pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga dan biaya yang besar,
tetapi hasilnya dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta kali,
tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja. Dengan tidak dilakukannya pengukuran
yang banyak sekali ini, pengukuran akan hilangan sebagian kepastian akan
ketetapan/rata rata waktu penyelesaian yang sebenarnya. Hal ini harus disadari oleh
pengukur; Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat
kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakkan
pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 11
maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian sebenarnya. Hal ini biasanya
dinyatakan dalam persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya, yang seharusnya
dicari). Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur
bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi. Inipun dinyatakan dalam
persen. Jadi tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memberi arti bahwa
pengukur memberoleh rata-rata hasil pengukurannya menyimpang sejauhnya 10% dari
rata-rata sebenarnya, dan kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%.
Dengan lain perkataan jika pengukuran sampai memperoleh rata-rata pengukuran yang
menyimpang lebih dari 10% seharusnya, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan
kemungkinan 5% (= 100%-95%). Sebagai contoh, katakanlah rata-rata waktu
penyelesaian pekerjaan adalah 100 detik. Harga ini tidak pernah diketahui kecuali jika
dilakukan tak terhingga kali pengukuran. Paling jauh yang didapat dilakukan adalah
memperkirakannya dengan melakukan sejumlah pengukuran. Dengan pengukuran yang
tidak sebanyak itu maka rata-rata yang diperoleh, mungkin tidak 100 detik, tetapi suatu
harga yang lain, misalnya 88, 96, atau 105 detik. katakalah rata-rata pengukuran yang
didapat 96 detik. Walaupun rata rata sebenarnya (=100 detik) tidak diketahui, jika jumlah
pengukuran yang dilakukan memenuhi untuk ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95%,
maka pengukuran mempunyai keyakinan 95% bahwa 96 detik itu terletak pada interval
harga rata rata sebenarnya dikurangi 10% dari rata rata ini, dan harga rata rata
sebenarnya ditambah 10% dari rata rata ini. Mengenai pengaruh tingkat tingkat ketelitian
dan keyakinan terhadap jumlah pengukuran yang diperlukan dapat dipelajari secara
statistik. Tetapi secara intuitif hal ini dapat diduga yaitu bahwa semakin tinggi tingkat
ketelitian dan semakin besar tingkat keyakian, maka semakin banyak pengukuran yang
diperlukan.
B. Pengujian Keseragaman Data
Sekarang akan kita lihat beberapa hal yang berhubungan dengan pengujian
keserangan Data. Secara teoritis apa yang dilakukan dalam pengujian ini adalah
berdasarkan teori statistik tentang peta-peta kontrol yang biasanya digunakan dalam
melakukan pengendalian kualitas dipabrik pabrik atau tempat tempat kerja lain.
Telah dikemukakan bahwa satu langkah yang dilakukan sebelum melakukan
pengukuran adalah merancang suatu sistem kerja yang baik, yaitu yang terdiri dari
kondisi kerja dan cara kerja yang baik. Jika yang dihadapi adalah suatu sistem kerja
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 12
yang sudah ada, maka sistem ini dipelajari untuk kemudian diperbaiki. Jika sistemnya
belum ada maka yang dilakukan adalah merancang sesuatu yang baru dan baik.
Terhadap sistem kerja yang baik inilah pengukuran waktu dilakukan, dan dari sistem
inilah waktu penyelesaian pekerjaan dicari. Walupun senjutnya pembakuan sistem yang
dipandang baik ini dilakukan, seringkali pengukur, sebagaimana halnya juga operator,
tidak mengetahui terjadinya perubahan perubahan pada sistem kerja. Memang
perubahan adalah sesuatu yang wajar karena bagaimanapun juga suatu sistem tidak
dapat tetap dipertahankan terus menerus pada keadaan yang tepat sama. Keadaan
sistem yang selalu berubah dapat diterima, asalkan perubahannya adalah yang
memang sepantasnya terjadi. Akibatnya waktu penyelesaian yang di hasilkan sistem
selalu berubah ubah namun juga mesti dalam batas kewajiban. Dengan lain perkataan
harus seragam. Tugas pengukur adalah mendapatkan data yang seragam ini. Karena
ketidak seragam dapat datang tanpa disadari, maka diperlukan suatu alat yang dapat
mendeteksinya. Batas batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan batas
seragam tidaknya data. Data dikatakan seragam, yaitu berasal dari sistem sebab yang
sama, bila berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak seragam, yaitu berasal dari
sistem sebab yang berbeda, jika berada diluar batas kontrol. Yang diperlihatkan dalam
contoh pengujian keseragaman diatas adalah data yang berada didalam batas batas
kontrol; karenanya semua data dimasukkan dalam perhitungan perhitungan selanjutnya.
Jika ada yang terletak diluar batas kontrol, apa yang dilakukan?
Rumus pengujian keseragaman data pada pengukuran langsung adalah :
a. Pengukuran dengan Jam henti :
Batas Kontrol Atas (BKA) =
X
+ Z . X
Batas Kontrol Bawah (BKB) =
X
- Z . X
b. Pengukuran dengan sampling pekerjaan :
Batas Kontrol Atas (BKA) =
p
+ Z . X
Batas Kontrol Bawah (BKB) =
p
- Z . X
Seluruh subgrup harus berada pada BKA dan BKB - data dikatakan seragam.
Z = Z /2
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 13
Z = Koefisien pada distribusi normal sesuai dengan tingkat keyakinan
Tk. Keyakinan 90% - Z = 1.65
Tk. Keyakinan 95% - Z = 1.95 ~ 2
Tk. Keyakinan 99% - Z = 2,58 ~ 3
X = Standar deviasi dari harga rata-rata subgrup
x
= Harga rata-rata subgrup
p
= Harga rata-rata persentase produktif
Misalnya dari ketiga puluh dua harga yang telah terkumpul, dengan cara cara
yang sama didapat BKA = 18,246 dan BKB = 9,197, dan subgrup keenam berharga rata
rata 19,261. Jelas subgrup ini berada diluar batas kontrol karena diatas harga BKA.
Oleh sebab itu subgrup ini harus dibuang karena berasal dari sistem sebab yang
berbeda. Dengan demikian untuk perhitungan perhitungan selanjutnya seperti untuk
mencari banyaknya pengukuran yang harus dilakukan, semua data dalam subgrup ini
tidak turut diperhitungkan.
C. Pengujian Kecukupan Data
Semua harga (data) yang ada dapat digunakan untuk menghitung banyaknya
pengukuran yang diperlukan yaitu dengan menggunakan rumus umum :
a. Pengukuran dengan Jam henti :
N =
( )
2
2
2
1
1
]
1


j
j j
X
X X N
s
Z

s = Tingkat ketelitian dalam (%)
N = Jumlah pengamatan teoritis yang diperlukan
N = Jumlah pengamatan aktual yang dilakukan
Xj = Data pengamatan ( hasil pengukuran )
Rumus ini adalah untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat kenyakinan 95%* .
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 14
Tk. Keyakinan 95% - Z = 1.95 ~ 2
s = 5 % = 5/100 = 1/20
Z/s = 2 : 1/20 = 2 x 20 = 40
N =
( )
2
2
2
40
1
1
]
1


j
j j
X
X X N
b. Pengukuran dengan sampling pekerjaan :
N =

,
_

,
_

p
p
s
Z 1
2
P = persentase produktif dari seluruh pengamatan.
Seandainya jumlah pengukuran teoritis yang diperlukan ternyata masih lebih besar dari
pada jumlah pengukuran yang telah dilakukan (N > N , dimana dalam contoh misalnya
N = 16 > 32), maka pengukuran tahap kedua harus dilakukan. Pada tahap inipun urut
urutan pekerjaan sama dengan tahap tahap sebelumnya. Demikian seterusnya sampai
jumlah pengukuran teoritis yang diperlukan sudah dilampaui oleh jumlah yang telah
dilakukan (N N).
Buku Acuan :
1. Iftikar Z. Sutalaksana , Teknik Tata Cara Kerja , ITB , Bandung
2. Barnes R. M, Motion and Time Study - Design and Measurement of Work
, John Wiley & Sons .Inc, New York.
3. Kazarian E. A. Work Analisis and Design for Hotel, Restaurants and
Institutions , Avi Publishing Company, Inc. Westport , Connecticut ,
Michigan.
4. Eko Nurmianto , Ergonomi , Konsep Dasar dan Aplikasinya , ITSN ,
Surabaya.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 15
5. Wignjosoebroto Sritomo, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu ITSN ,
Surabaya.
6. Tarwaka, Solichul, Lilik S , Ergonomi untuk keselamatan, kesehatan
kerja dan produktivitas
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Torik Husein
ANALISA PERANCANGAN KERJA 16

Anda mungkin juga menyukai