Anda di halaman 1dari 2

Faktor-Faktor Antibiotik 1.

Efek Sinergistik Efek sinergis terjadi bila campuran obat atau obat-obatan yang diberikan bersama menimbulkan efek yang merupakan jumlah dari efek masing-masing obat secara terpisah pada pasien atau menghasilkan efek yang lebih besar dari sekedar efek aditif saja terhadap kuman tertentu (Anief, 2005). Kombinasi ini bermanfaat untuk infeksi Pseudomonas pada pasien neutropenia. Secara in vitro, kombinasi karbenisilin atau tikarsilin dengan aminoglikosid menghasilkan efek sinergisme. Dengan aminogliksid saja misalnya gentamisin, infeksi seringkali tidak teratasi. penambahan karbenisilin sangat mempertinggi angka penyembuhan (Ganiswarna, 2005). Contoh lainnya adalah kombinasi Klavulanat dengan Amoksisilin (Aslam, 2003). Kombinasi yang tepat dapat memberi manfaat klinik yang besar. Terapi kombinasi yang tidak terarah dapat meningktakan efek samping dan biaya. Meskipun data secara in vitro memperlihatkan efek sinergis, secara klinis manfaat ini hanya terlihat pada pengobatan endokarditis bacterial dan pada infeksi yang dialami pasien dengan neutropenia (Ganiswarna, 2005). 2. Interaksi Obat Adalah suatu fenomena yang terjadi bila efek suatu obat dimodifikasi oleh obat-obat lain yang tidak sama atau efeknya sama dan diberikan sebelum atau bersama-sama. Contohnya: - Warfarin dengan Rifampisin - Al, Fe, Mg dan Ca ion menghambat absorbsi Tetrasiklin, karena terbentuk khelat dan mempengaruhi efek pada kelarutan Tetrasiklin (Anief, 2005) - Antibiotika yang bakteriostatik bila dikombinasikan dengan antibiotika yang bakterisidal kemungkinan berefek antagonistic (Aslam, 2003). Interaksi obat meningkat pada pasien lanjut usia, karena kemungkinan banyaknya jenis obat yang diminum bersamaan pada pasien lanjut usia mengingat banyaknya faktor fisiologis yang menurun seperti menurunnya fungsi ginjal yang berakibat menurunnya klirens obat oleh karena beberapa antibiotika terutama diekskresi melalui ginjal, penyesuaian dosis dan monitoring kadar obat dalam serum diperlukan untuk obat-obat tertentu pada usia lanjut (Aslam, 2003). 3. Pertimbangan Efek Samping terhadap Keadaan Tertentu Efek samping adalah efek suatu obat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi dengan dosis yang dianjurkan. Obat yang ideal adalah obat yang bekerja cepat, selektif untuk waktu tertentu dan hanya berkhasiat terhadap penyakit tertentu tanpa aktivitas lain (Anief, 2005). Sebagai contoh pada penggunaan antibiotik spektrum luas akan mengganggu bakteri usus yang membuat vitamin sehingga terjadi defisiensi vitamin, maka pengobatan perlu ditambah Vitamin B Kompleks (Anief, 2005). 4. Biaya

Bila memperhitungkan biaya, lebih tepat menghitung biaya pengobatan total daripada unit cost per dosis. Biaya pengobatan untuk pasien lanjut usia biasanya lebih besar. Hal ini disebabkan oleh bertambahnya biaya lain seperti biaya untuk pemberian intravena, monitoring kadar obat dalam darah, monitoring fungsi ginjal dan biaya untuk mengatasi efek samping obat (Aslam, 2003). 5. Kepatuhan Pasien Kebanyakan pasien lebih patuh pada pengobatan jangka pendek dan dosis sekali sehari. Sedangkan pada terapi antibiotika, sangat jarang ditemui pengobatan jangka pendek mengingat untuk mengantisipasi terjadinya resistensi yang mungkin dapat timbul. Oleh sebab itu, terapi antibiotika yang sempurna pada akhirnya ditentukan oleh kepatuhan pasien itu sendiri (Aslam, 2003). Sumber Pustaka : Anief, Moh., 2005, Farmasetika Cetakan III, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Aslam, M, dkk., 2003, Farmasi Klilnik (Clinical Pharmacy), PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Ganiswarna, S. G., 2005, Farmaklogi dan Terapi Edisi IV, Gaya Baru, Jakarta. Tjay, T. H., & Kirana R., 2003, Obat-Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai