STATUS OBSTETRI KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI BOGOR PERIODE 11 MARET 2012 19 MEI 2012 ________________________________________________________________________ I. IDENTITAS IDENTITAS SUAMI Nama : Tn. R Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Suku Bangsa : Sunda Status Pernikahan : Menikah Agama : Islam Pekerjaan : Swasta Alamat : Ciherang Gede RT3/RW2
IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. J Umur : 30 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku Bangsa : Sunda Status Pernikahan : Menikah Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Ciherang GedeRT3/RW2
I.
ANAMNESA
KELUHAN UTAMA Nyeri pada luka operasi sejak 5 hari yang lalu
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT Sejak 9 hari yang lalu seorang pasien yang sedang hamil anak pertamanya dengan usia kehamilan 9 bulan datang karena merasakan mules-mules sejak +12 jam SMRS dan sudah keluar air-air sejak +3 jam SMRS. Keluar lendir namun darah belum keluar. Setelah itu dilakukan induksi dengan drip oxytoxin sebanyak 2 kolf, belum ada kemajuan persalinan maka dari itu diputuskan untuk dilakukan persalinan dengan sectio saecarea. Setelah itu 6 hari post operasi sectio saecarea pasien datang untuk mengontrol luka operasi ke poliklinik kebidanan. Luka operasi dirasakan sangat nyeri yang terus menerus sejak + 5 hari sebelum masuk RSUD Ciawi. Keluhan juga disertai rasa panas pada bekas operasinya tetapi pasien membiarkannya. Namun sejak 1 hari sebelum masuk RSUD Ciawi, pasien juga menderita demam yang cukup tinggi (pasien tidak tahu suhu demamnya) sehingga pasien mengkonsumsi panadol dan demam turun sesaat setelah mengkonsumsi panadol namun rasa nyeri pada luka tetap ada. Pasien mengaku tidak ada pantang makan-makanan apapun. Makan makanan yang bergizi seperti telur, dan sayur mayur. Pasien mudah berkeringat walaupun sudah memakai baju yang berbahan katun (daster). Pasien tidak ada alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
Riwayat BAB
: Lancar (1x/hari), tidak disertai nyeri, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, tidak ada lendir/darah
Riwayat BAK
: Darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal.asma, TB paru disangkal
: Tidak ada keluarga pasien yang sakit seperti ini : Satu kali, pasien menikah umur 28 tahun.
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
Riwayat kehamilan
: P1A0
Jenis kelamin
BBL
Umur
Keadaan persalinan
Laki-laki
3500
Dokter
Riwayat keluarga berencana : Riwayat operasi : Pasien mejalankan operasi sectio saecarea atas indikasi kala II memanjang dan cephalo pelvic disporption (CPD).
I.
PEMERIKSAAN FISIK(8 April 2012) 1. Status generalis Keadaan umum Gizi Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu Kulit Kepala Mata Telinga Hidung Mulut Leher Payudara : : : : : : : : : : : : : : Baik, kesadaran compos mentis Baik 120/80 mmHg 80 x/menit 20 x/menit 37,50C Turgor kulit baik Normocephali Conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/Bersih, fungsi baik Normosepta Mukosa bibir lembab, stomatitis , caries dentis Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tiroid Simetris, kenyal, tidak ada benjolan
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
: : :
BJ I & II murni, murmur , gallop Vesikuler, ronchi /-, wheezing /Supel, datar, hepar dan lien tidak teraba membesar, Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi tampak kemerahan. Terdapat nanah yang cukup banyak di dalam luka. Nyeri tekan +
Ekstremitas Refleks
: :
Teraba massa pada perut kiri bawah sebesar telur ayam Oedem -/-, varises -/Fisiologis +/+, patologis -/-
II.
Kimia Darah Protein total Albumin Globulin SGOT SGPT : 4.55 : 2.66 : 1.9 : 19 :8
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
Urinalisa 8 April 2012 Urine lengkap Warna Kekeruhan Berat jenis pH leukosit nitrit protein glukosa keton urobilinogen biliburubin eritrosit : kuning : agak keruh : 1.010 : 7.0 : +3 (positive) : - (negative) : +1(positive) : normal : - / negatif : normal : - / negatif : +4 (positive)
Sedimen eritrosit leukosit silinder Kristal Epitel trantitional Epitel tubular ginjal Epitel gepeng Bakteri Jamur : penuh : > 8-10 : - / negatif : - / negatif : 0-1 : - / negatif : 2-3 : - (negative) : - / negatif
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
III. PENILAIAN Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, diagnosa yang ditegakkan adalah infeksi luka post operasi sectio caesarea.
IV. PERENCANAAN 1. Rencana Diagnostik Observasi tanda-tanda vital Kultur resistensi 2. Rencana Terapi IVFD RL 20 tetes/menit Ceftriaxone 2x1 g Asam mefenamat 3x500mg( jika nyeri) Metronidazole 3x500mg drip Sulfas ferrous 2x1 GV kassa + garamycin yang dilarutkan dengan NaCl setiap 8 jam
3. Rencana Edukasi Melibatkan keluarga pasien untuk memberi dukungan Makan makanan yang bergizi seperti makanan tinggi protein.
V.
Tanggal 9 April 2012 Jam 07.30 S O : Nyeri pada luka operasi dan keluar nanah, ada demam : KU : baik, kesadaran compos mentis TD : 110/70 mmHg Nadi : 78 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 390C
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
Mata: CA +/+ Abdomen: Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi tampak kemerahan. Terdapat nanah yang cukup banyak di dalam luka. Nyeri tekan + Genital : darah +sedikit.
: infeksi luka post operasi sectio secaria 9 hari yang lalu. Anemia ringan
IVFD RL 20 tetes/menit Ceftriaxone 2x1 g Metronidazole 3x500mg drip Sulfa Ferrous 1x1 GV kassa + Garamycin dilarutkan NaCl sehari 2 kali Paracetamol 3x500mg(jika demam)
Tanggal 10April 2012 jam. 08.00 S O : nyeri pada luka operasi, pusing(+), demam(+) : KU Kesadaran TD Nadi : baik, tampak sakit sedang : compos mentis : 100/70 mmHg : 85 x/menit : 36,80C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari
umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
luka operasi tampak kemerahan. Terdapat nanah yang cukup banyak di dalam luka. Nyeri tekan +
BAB BAK A
: Infus RL 20 tetes/menit + DC Levofloxasin 2 x 500mg (p.o) Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet (p.o) GV kasa dengan Garamycin dilarutkan NaCl Metronidazole 3x500 Ceftriaxon 2 x 1 gram (iv) Suprafenid supp 3 x 1 Paracetamol 3x500mg
Tanggal 11 April 2012 S O : luka operasi masih terasa nyeri, pusing -, mual , demam : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 120/80 mmHg : 86 x/menit : 36,40C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi tampak kemerahan. Terdapat
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
nanah yang cukup banyak di dalam luka. Nyeri tekan + BAB BAK A : + 1 kali : lancar
: Infus RL 20 tetes/menit + DC Levofloxasin 2 x 500mg (p.o) Ceftriaxon 1x2 g Metronidazole 3x500mg Asam Mefenamat 3 x 500mg (p.o) Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet (p.o) Garamycin dilarutkan NaCl
Tanggal 12 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 140/90 mmHg : 79 x/menit : 36.70C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari
umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi tampak kemerahan dan lebih menegring . Terdapat rembesan nanah dan darah dari luka. Nyeri tekan +
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
BAB BAK A
: + 1 kali : lancar
: Infus RL 20 tetes/menit Levofloxasin 2 x 500mg (p.o) Metronidazole 3x500mg Ceftriaxon 1x2 Asam Mefenamat 3 x 500mg (p.o) Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet (p.o) Garamycin dilarutkan NaCl pada luka
Tanggal 13 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 120/70 mmHg : 80 x/menit : 36.50C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari
umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi tampak lebih kering. Terdapat rembesan nanah dan darah. Nyeri tekan + BAB BAK : + 1 kali : lancar
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
10
: Infus RL 20 tetes/menit Levofloxasin 2 x 500mg (p.o) Metronidazole 3x500mg Asam Mefenamat 3 x 500mg (p.o) Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet (p.o) Garamycin dilarutkan NaCl pada luka
Tanggal 14 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 110/80 mmHg : 82 x/menit : 360C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari
umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi sudah tidak tampak merah dan mengering. Terdapat rembesan darah dari luka. Nyeri tekan + luka operasi kering, pus (-), darah (+) BAB BAK A : + 1 kali : lancar
: Infus RL 20 tetes/menit
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
11
Levofloxasin 2 x 500mg (p.o) Asam Mefenamat 3 x 500mg (p.o) Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet (p.o) Garamycin dilarutkan NaCl pada luka Tanggal 15 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 110/80 mmHg : 82 x/menit : 36.70C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari
umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi tampak lebih kering. Terdapat rembesan darah dari luka. Nyeri tekan + BAB BAK A : + 2 kali : lancar
: Infus RL 20 tetes/menit Levofloxasin 2 x 500mg (p.o) Asam Mefenamat 3 x 500mg (p.o) Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet (p.o) Garamycin dilarutkan NaCl pada luka
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
12
Tanggal 16 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 110/70 mmHg : 81 x/menit : 36.40C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm dari
umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi tampak lebih kering. Terdapat sedikitrembesan nanah dan darah. Nyeri tekan + BAB BAK A : + 2 kali : lancar
: Infus RL 20 tetes/menit Levofloxasin 2 x 500mg (p.o) Asam Mefenamat 3 x 500mg (p.o) Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet (p.o) Garamycin dilarutkan NaCl pada luka Rencana Her hekting pada 18 april 2012
Tanggal 17 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU : baik
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
13
Kesadaran TD Nadi
: compos mentis : 110/80 mmHg : 84 x/menit : 36.00C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : luka operasi kering sebagian pus (-), darah (+) sedikit : + 1 kali : lancar
: Infus RL 20 tetes/menit Levofloxasin 2 x 500mg (p.o) Asam Mefenamat 3 x 500mg (p.o) Sulfas Ferosus 1 x 1 tablet (p.o) Garamycin dilarutkan NaCl pada luka Rencana her hekting pada luka yang masi terbuka pada tgl 18 april 2012
Tanggal 18 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 120/80 mmHg : 80 x/menit : 36.50C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
14
Abdomen
sayatan luka operasi. Pada sekitar luka operasi sudah tidak tampak terdapat rembesan darah dan nanah. Nyeri tekan BAB BAK A : + 2 kali : lancar
: dilakukan Her hecting pada luka post operasi Cefadroxyl 2x500mg Asam mefenamat 3 x500mg Sulfas ferrous 1x1
Tanggal 19 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 130/90 mmHg : 80 x/menit : 36.30C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak jahitan pada luka operasi sebanyak 2 jahitan pada
sayatan luka operasi. Pada sekitar luka operasi sudah tidak tampak terdapat rembesan darah dan nanah. Nyeri tekan -
BAB BAK
: + 2 kali : lancar
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
15
: Post her hecting hari I a/i infeksi luka post operasi Sectio caesarea Anemia ringan
: Cefadroxyl 2x500mg Asam mefenamat 3 x500mg Sulfas ferrous 1x1 observasi luka
Tanggal 20 April 2012 S : nyeri pada luka operasi sudah berkurang, pusing (-), Mual (-), Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 130/90 mmHg : 80 x/menit : 36.50C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak jahitan pada luka operasi sebanyak 2 jahitan pada sayatan luka operasi. Pada sekitar luka operasi sudah tidak tampak terdapat rembesan darah dan nanah. Nyeri tekan BAB BAK A : + 1kali : lancar
: Post her hecting hari II a/i infeksi luka post operasi Sectio caesarea Anemia ringan
: lanjutkan therapi.
Tanggal 21 April 2012 S : nyeri pada luka operasi (-), pusing (-), Mual (-),
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
16
Muntah(-),demam(-) O : KU Kesadaran TD Nadi : baik : compos mentis : 140/80 mmHg : 81 x/menit : 36.50C : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/: dalam batas normal : Tampak jahitan pada luka operasi sebanyak 2 jahitan pada sayatan luka operasi. Pada sekitar luka operasi sudah tidak tampak terdapat rembesan darah dan nanah. Nyeri tekan BAB BAK A : + 2 kali : lancar
: Post her hecting hari III a/i infeksi luka post operasi Sectio caesarea Anemia ringan
: boleh pulang Cefadroxyl 2x500mg Asam mefenamat 3 x500mg Sulfas ferrous 1x1 Kontrol 3 hari ke poliklinik kebidanan.
IV. RESUME : Sejak 9 hari yang lalu seorang pasien yang sedang hamil anak pertamanya dengan usia kehamilan 9 bulan datang karena merasakan mules-mules sejak +12 jam SMRS dan sudah keluar air-air sejak +3 jam SMRS. Keluar lendir namun darah belum keluar. Setelah itu dilakukan induksi dengan drip oxytoxin sebanyak 2 kolf, kala II memanjang dan dilakukan sectio saecarea. Setelah itu 6 hari post operasi sectio saecarea pasien datang untuk mengontrol luka operasi ke poliklinik kebidanan. Luka operasi dirasakan sangat
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
17
nyeri yang terus menerus sejak + 5 hari sebelum masuk RSUD Ciawi. Rasa panas pada bekas operasinya tetapi pasien membiarkannya. Sejak 1 hari sebelum masuk RSUD Ciawi, pasien juga menderita demam yang cukup sehingga pasien mengkonsumsi panadol dan demam turun sesaat setelah mengkonsumsi panadol namun rasa nyeri pada luka tetap ada. Pasien mengaku tidak ada pantang makan-makanan apapun. Pasien tidak ada alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
Status generalis Keadaan umum Gizi Tekanan darah Nadi Pernafasan Suhu Abdomen : Baik, kesadaran compos mentis : Baik : 120/80 mmHg : 80 x/menit : 20 x/menit : 37,50C : Supel, datar, hepar dan lien tidak teraba membesar, : Tampak luka terbuka pada sayatan luka operasi. 8cm : dari umbilicus tampak lubang sebesar kelereng dengan : kedalaman luka + 2 cm. Pada sekitar luka operasi : tampak kemerahan. Terdapat nanah yang cukup banyak : di dalam luka. Nyeri tekan + : Teraba massa pada perut kiri bawah sebesar telur ayam
Pemeriksaan dalam : tidak dilakukan PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium tanggal 8April 2012: Hematologi
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
18
Hb Ht Lekosit Trombosit
Kimia Darah Protein total : 4.55 Albumin : 2.66 Globulin : 1.9 SGOT : 19 SGPT :8 Ureum : 14.5 Creatinin : 0.52 Glukosa sewaktu : 73
Urinalisa 8 April 2012 Urine lengkap Warna Kekeruhan Berat jenis pH leukosit nitrit protein glukosa keton urobilinogen biliburubin eritrosit Sedimen : kuning : agak keruh : 1.010 : 7.0 : +3 (positive) : - (negative) : +1(positive) : normal : - / negatif : normal : - / negatif : +4 (positive)
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
19
eritrosit leukosit
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
20
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi luka operasi hal yang paling mungkin terjadi, karena pembedahan merupakan tindakan yang dengan sengaja membuat luka pada jaringan dan merupakan suatu tempat jalan masuk dari bakteri, sehingga membutuhkan tingkat sterilitas yang maksimal dan juga orang-orang yang ikut dalam operasi harus dibatasi jumlahnya. Infeksi luka operasi terdiri dari superfisial, dalam dan organ sehingga penangannya pun berbeda. Infeksi luka operasi disebabkan oleh beberapa bekteri, yaitu bakteri gram negatif, gram positif, dan bakteri anaerob. Gejala yang muncul seperti tanda-tanda inflamasi, yaitu terasa panas, nyeri, kemerahan, bengkak, dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya cairna atau nanah dari tempat luka. Berkembangnya infeksi tergantung dari beberapa faktor diantaranya yaitu jumlah bakteri yang memasuki luka, tipe dan virulensi bakteri, pertahanan tubuh hostdan faktor eksternal lainnya. Juga terdapat beberapa faktor resiko yang dapat mencetuskan terjadinya infeksi luka operasi, yaitu faktor pasien, faktor operasi, dan faktor mikrobiologi. Penanganan dan pencegahan terjadinya infeksi luka operasi pada dasarnya adalah dengan menjaga sterilitas, dengan melakukan teknik operasi yang baik.
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
21
A. Definisi
Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka, dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus yang serius dapat mengenai organ tubuh. Menurut sistem CDCs terdapat kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka operasi, yaitu : 1. Infeksi Superfisial, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dan infeksi hanya mengenai pada kulit atau jaringan subkutan pada daerah bekas insisi. 2. Infeksi Dalam, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat-alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat-alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai jaringan lunak yang dalam dari luka bekas insisi. 3. Organ atau ruang, yaitu infeksi yang terjadi diantara 30 hari setelah operasi dimana tidak menggunakan alat yang ditanam pada daerah dalam dan jika menggunakan alat yang ditanam maka infeksi terjadi diantara 1 tahun dan infeksi yang terjadi berhubungan dengan luka operasi dan infeksi mengenai salah satu dari bagian organ tubuh, selain pada daerah insisi tapi juga selama operasi berlangsung karena manipulasi yang terjadi.
TABLE CRITERIA FOR DEFINING A SURGICAL SITE INFECTION (SSI)* Superficial Incisional SSI Infection occurs within 30 days after the operation and infection involves only skin or subcutaneous tissue of the incision Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
22
and at least one of the following: 1. Purulent drainage, with or without laboratory confirmation, from the superficial incision. 2. Organisms isolated from an aseptically obtained culture of fluid or tissue from the superficial incision. 3. At least one of the following signs or symptoms of infection: pain or tenderness, localized swelling, redness, or heat and superficial incision is deliberately opened by surgeon, unless incision is culture-negative. 4. Diagnosis of superficial incisional SSI by the surgeon or attending physician. Do not report the following conditions as SSI: 1. Stitch abscess (minimal inflammation and discharge confined to the points of suture penetration). 2. Infection of an episiotomy or newborn circumcision site. 3. Infected burn wound. 4. Incisional SSI that extends into the fascial and muscle layers (see deep incisional SSI). Note: Specific criteria are used for identifying infected episiotomy and circumcision sites and burn wounds.433 Deep Incisional SSI Infection occurs within 30 days after the operation if no implant is left in place or within 1 year if implant is in place and the infection appears to be related to the operation and infection involves deep soft tissues (e.g., fascial and muscle layers) of the incision and at least one of the following: 1. Purulent drainage from the deep incision but not from the organ/space component of the surgical site. 2. A deep incision spontaneously dehisces or is deliberately opened by a surgeon when the patient has at least one of the following signs or symptoms: fever (>38C), localized pain, or tenderness, unless site is culture-negative. 3. An abscess or other evidence of infection involving the deep incision is found on direct examination, during reoperation, or by histopatholog ic or radiologic examination. 4. Diagnosis of a deep incisional SSI by a surgeon or attending physician. Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
23
Notes: 1. Report infection that involves both superficial and deep incision sites as deep incisional SSI. 2. Report an organ/space SSI that drains through the incision as a deep incisional SSI. Organ/Space SSI Infection occurs within 30 days after the operation if no implant is left in place or within 1 year if implant is in place and the infection appears to be related to the operation and infection involves any part of the anatomy (e.g., organs or spaces), other than the incision, which was opened or manipulated during an operation and at least one of the following: 1. Purulent drainage from a drain that is placed through a stab wound into the organ/space. 2. Organisms isolated from an aseptically obtained culture of fluid or tissue in the organ/space. 3. An abscess or other evidence of infection involving the organ/space that is found on direct examination, during reoperation, or by histopathologic or radiologic examination. 4. Diagnosis of an organ/space SSI by a surgeon or attending physician. * Horan TC et al.22 National Nosocomial Infection Surveillance definition: a nonhuman-derived implantable foreign body (e.g., prosthetic heart valve, nonhuman vascular graft, mechanical heart, or hip prosthesis) that is permanently placed in a patient during surgery. If the area around a stab wound becomes infected, it is not an SSI. It is considered a skin or soft tissue infection, depending on its depth
B. Penyebab
Infeksi yang terjadi pada luka operasi disebabkan oleh bakteri, yaitu bakteri gram negatif (E. coli), gram positif (Enterococcus) dan terkadang bakteri anaerob dapat yang berasal dari kulit, lingkungan, dari alat-alat untuk menutup luka dan operasi. Bakteri yang paling banyak adalah Staphylococcus.
TABLE Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
24
DISTRIBUTION OF PATHOGENS ISOLATED* FROM SURGICAL SITE INFECTIONS, NATIONAL NOSOCOMIAL INFECTIONS SURVEILLANCE SYSTEM, 1986 TO 1996 Staphylococcus aureus 17 20 Coagulase-negative staphylococci 12 14 Enterococcus spp. 13 12 Escherichia coli 10 8 Pseudomonas aeruginosa 8 8 Enterobacter spp. 8 7 Proteus mirabilis 4 3 Klebsiella pneumoniae 3 3 Other Streptococcus spp. 3 3 Candida albicans 2 3 Group D streptococci (non-enterococci) 2 Other gram-positive aerobes 2 Bacteroides fragilis 2 *Patogen yang presentasinya kurang dari 2 % tidak termasuk.
C. Patogenesis
Infeksi potensial terjadi tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yang terpenting adalah : Jumlah bakteri yang memasuki luka Tipe dan virulensi bakteri Pertahanan tubuh host Faktor eksternal, seperti : berada di rumah sakit beberapa hari sebelum pembedahahn dan operasi yang berlangsung lebih dari 4 jam.
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
25
Faktor pasien : 1. Status nutrisi yang buruk 2. Diabetes Mellitus yang tidak terkontrol 3. Merokok 4. Kegemukan Meningkatkan resiko pada lapisan lemak abdomen subkutan yang lebih dari 3 cm (1,5 inch). Resiko meningkat dikarenakan dibutuhkan incisi yang lebih luas, sirkulasi yang berkurang pada jaringan lemak atau kesulitan teknik operasi saat melewati lapisan lemak 5. Infeksi koeksisten pada tempat lain di tubuh Dapat meningkatkan resiko penyebaran infeksi melalui aliran darah 6. Kolonisasi dengan mikroorganisme 7. Perubahan respon imun ( HIV / AIDS dan pengguna kortikosteroid jangka panjang) 8. Lamanya perawatan sebelum operasi
Faktor Operasi 1. Pencukuran sebelum operasi 2. Persiapan kulit sebelum operasi 3. Lamanya operasi 4. Profilaksis antimikroba 5. Ventilasi ruang operasi 6. Pembersihan atatu sterilisasi instrumen 7. Material asing pada tempat pembedahan 8. Drain
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
26
9. Teknik pembedahan 10. Hemostasis yang buruk 11. Kegagalan untuk menutupi dead space 12. Trauma jaringan
E. Diagnosa
Untuk mendiagnosa apakah itu suatu infeksi luka operasi dapat dengan cara : 1. Pemeriksaan fisik, dengan memeriksa apakah ada pembengkakan, cairan atau sekret yang keluar. Harus diperhatikan juga apakah ada penyebaran dari infeksi. 2. Tes darah, darah dapat mengetahui bagaimana keadaan tubuh kita dan bakteri apa yang terdapat dan yang menginfeksi. 3. Tes pencitraan, termasuk x-ray,MRI, scan tulang.
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
27
4. Kultur dari luka dan biopsi jaringan, untuk mengidentifikasikan bakteri apa yang terdapat pada luka, jenis infeksi dan pengobatan apa yang tepat. Faktor luka lokal dihubungkan dengan fakta bahwa pembedahan merusak mekanisme benteng pertahanan seperti kulit dan mukosa saluran pencernaan selam dilakukan pembedahan. Teknik pembedahan yang baik adalah jalan terbaik untuk mencegah infeksi luka operasi. Klasifikasi luka operasi Clean (class I) luka operasi yang tidak terinfeksi yang mana tidak ada peradangan yang ditemukan pada saluran pernafasan, saluran pencernaan, genital, atau traktus urinarius tidak terkena. Luka biasanya tertutup dan jika perlu drainase denganclosed drainage. Luka operasi diikuti dengan trauma tumpul seharusnya dimasukkan pada kategori ini jika masuk dalam kriteria. Contoh : Hernia repair, biopsi mammae 1-5,4% Clean-contaminated (Class II) Luka operasi yang mana saluran pencernaan, saluran pernafasan, traktus urinarius dan genital terkena dengan kondisi terkontrol dan tanpa kontaminasi yang tidak biasanya. Contoh : Cholecystectomy, operasi saluran pencernaan elektif Contaminated (Class III) terbuka, baru, luka tiba-tiba. Sebagai tambahannya, pembedahan dengan potongan besar dengan tknik yang steril atau kebocoran besar pada saluran pencernaan, dan sayatan yang akut,
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
28
inflamasi yang nonpurulen termasuk dalam kategori ini. Contoh : Trauma, luka jaringan yang luas, enterotomy saat obstrusi usus Dirty (Class IV) Luka traumatik yang lama yang tertahan pada jaringan yang dilemahkan yang termasuk infeksi klinis yang ada atau visera yang perforasi. Definisi ini menunjukkan bahwa organisme penyebab infeksi post operasi Contoh : Perforasi diverculitis, infeksi nekrotik jaringan lunak 3,1-12,8%
F. Penatalaksanaan
1. Pembersihan luka Hal ini bisa dilakukan dengan mencuci luka dengan air steril. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan tekanan tinggi dengan jarum atau kateter dan alat penyemprot yang besar. Solusi pembunuhan kuman dapat digunakan unuk membersihkan luka. 2. Debridement Hal ini dilakukan untuk membersihkan dan membuang objek, atau kulit mati dan jaringan dari daerah luka. Dokter dapat membatasi area yang rusak pada luka atau sekitar luka. Pembalut basah bisa ditempatkan pada luka dan dibiarkan mengering. Dokter juga bisa mengeringkan luka untuk membersihkan pus. 3. Penutup luka
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
29
Hal ini juga disebut pembalut luka. Pembalut digunakan untuk melindungi luka dari kerusakan lebih lanjut dan infeksi. Hal ini juga menolong menyediakan tekanan untuk mengurangi pembengkakan. Pembalut bisa berbagai bentuk. Pembalut bisa mengandung beberapa substansi untuk menlong mempercepat penyembuhan. 4. Obat-obatan Dokter mungkin memberikan antibiotik untuk mengatasi infeksi. Pasien juga mungkin diberikan obat-obatan untuk mengurangi sakit, pembengkakan, atau demam. 5. Terapi oksigen hyperbarik Juga disebut HBO. HBO digunakan untuk memperoleh oksigen lebih banyak ke dalam tubuh. Oksigen diberikan dibawah tekanan untuk menolong oksigen supaya sampai ke jaringan dan darah. Pasien dimasukkan ke ruangan yang berbentuk seperti tabung yang disebut ruangan hiperbarik atau ruangan tekanan. Pasien bisa melihat dokter dan berbicara dengan mereka melalui pengeras suara. Pasien mungkin mebutuhkan terapi ini lebih dari sekali. 6. Terapi tekanan negatif Juga sisebut vacuum-assisted closure (VAC). Pembalut berbentuk spesial dengan melekat pada sebuah tabung diletakkan didalam kavitas luka dan ditutup dengan ketat. Tabung berhubungan ke sebuah pompa yang akan menolong menyedot keluar cairan berlebih dan kotoran dari luka. VAC juga mungkin menolong untuk meningkatkan aliran darah dan mengurangi jumlah bakteri di luka. 7. Pengobatan lain Mengontrol atau mengobati kondisi medis yang menyebabkan penyembuhan luka yang buruk menolong mengobati infeksi pada luka. Pasien mungkin perluminum obat untuk mengontrol penyakit seperti diabetes atau tekanan darah tinggi. Dokter mungkin memberikan pasien supplemen atau menyarankan diet spesial untuk meningkatkan nutrisi dan kesehatan pasien. Pembedahan mungkin dilakukan untuk meningkatkan aliran darah jika pasien mempunyai masalah dengan pembuluh darah.
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
30
KESIMPULAN Infeksi luka operasi adalah infeksi dari luka yang didapat setelah operasi. Dapat terjadi diantara 30 hari setelah operasi, biasanya terjadi antara 5 sampai 10 hari setelah operasi. Infeksi luka operasi ini dapat terjadi pada luka yang tertutup ataupun pada luka yang terbuka, dikarenakan untuk proses penyembuhannya. Dapat juga terjadi pada jaringan maupun pada bagian dari organ tubuh dan juga dapat terjadi pada jaringan superfisial (yang dekat dengan kulit) ataupun pada jaringan yang lebih dalam. Menurut sistem CDCs terdapat standarisasi pada kriteria untuk mendefinisikan infeksi luka operasi, yaitu : 1. Insisi Superfisial; 2. Insisi Dalam; 3. Organ atau ruang. Terdapat beberapa klasifikasi luka operasi, yaitu : clean, clean-contaminated, contaminated, dirty. Patogenesis terjadinya infeksi luka pada operasi tergantung dari beberapa faktor, yaitu : faktor pasien, faktor terjadinya infeksi, faktor operasi, faktor mikrobiologi. Luka yang di buat pada saat operasi merupakan tempat jalan masuk dari bakteri, karena itu diperlukan penatalaksanaan dalam pencegahan terjadinya infeksi luka operasi. Pencegahan agar tidak terjadi infeksi luka operasi adalah pada saat preoperatif dan intraoperatif.
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
31
PEMBAHASAN
Diagnosa infeksi luka post operasi sectio caesarea ini dapat diteggakakn dari anamnesa pasien,pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium
Dari anamnesa: 1.nyeri pada luka post operasi terjadi dalam kurun waktu 5 hari stelah operasi 2. rasa panas pada luka operasi 3. demam Dari pemeriksaan fisik: 1. Pada luka keluar pus dan bercampur darah 2. Nyeri tekan pada luka operasi Dari pemeriksaan Laboratorium: leukositosis( 18200).
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend C M, Beauchamp R D, Evers B M, Mattox K L. 2004. Sabiston Textbookof Surgery.The Biological Basis of Modern Surgical Practice17th edition. Elsevier Saunders; Philadelphia. P 258-263. 2. Burnicardi F C, Anderson D K, Bizliar T R, Durin D L, Hunter J G, Pollock M E. 2006. Schwartzs manual of surgery Eight edition. MacGrawhill; New York. P. 90-96 3. Mangram A J, Horan T C, Pearson M L,Silver L C, Jarvis W R.1999. Guidline for prevention of Surgical Site of Infection. Columbia University School of Nursing;New York 4. Steven M. Gordon.2001. New Surgical Techniques and Surgical Site Infections.http://www.cdc.gov/ncidod/eid/vol7no2/gordon.htm, 24 Feb 2009. 5. Bonnie Barnard, MPH, CIC.2003.http://www.theific.org/basiconcepts/11.pdf , 24 Februari 2009 6. Joint commission Resource.2008.http://www.jcrinc.com/Surgical-SiteInfections/, 24 Februari 2009 7. Colleges Committee on Operating Room Environment (CORE) .1999.http://www.facs.org/about/committees/cpc/ssiguide0700.pdf, 24 Februari 2009
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara RSUD Ciawi Bogor Periode 06 Febuary 2012 15 April 2012
33