Anda di halaman 1dari 10

MERUMUSKAN RESEARCH QUESTION

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis. Penelitian meliputi pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat kesimpulan dan sekurang kurangnya mengadakan pengujian yang hati hati atas semua kesimpulan untuk menentukan apakah iaa cocok dengan hipotesis. (Woody,1927). Pada hakikatnya penelitian dibagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan teori atau hipotesis,sedangkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesis melalui validasi teori.. Langkah langkah yang perlu diperhatikan dalam membuat penelitian antara lain :masalah penelitian, merumuskan research question,mengembangkan kerangka teori, mengembangkan hipotesis,pengukuran variabel, desain penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, analisis dan interpretasi data,laporan penelitian, dan analisis kritis penelitian. . Untuk itu penulis mengkaji lebih dalam lagi mengenai pokok bahasan makalah yang berkaitan dengan Metode Penelitian yang bersangkutan tentang research question.. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut. 1) Apa tujuan penggunaan perumusan masalah pada suatu penelitian? 2) Bagaimanakah cara merumuskan masalah dalam suatu penelitian ? 3) Bagaimanakah perbandingan perumusan masalah pada penlitian kualitatif dan kuantitatif?

1.3 Tujuan Masalah Berdasarkan rumusan masalah, maka makalah ini memiliki tujuan masalah sebagai berikut. 1) Menjelaskan tentang tujuan penggunaan perumusan masalah pada suatu penelitian 2) Menjelaskan cara merumuskan masalah dalam suatu penelitian 3) Menjelaskan perbandingan perumusan masalah pada penlitian kualitatif dan kuantitatif 2. Pembahasan 2.1 Pengertian dasar dan tujuan penggunaan rumusan masalah Rumusan masalah dituangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui kegiatan penelitian. Perumusan masalah penelitian harus didasarkan pada topik permasalahan yang telah diidentifikasi pada bagian latar belakang masalah dan bagian pembatasan masalah. Rumusan masalah dituangkan dalam bentuk kalimat tanya dan harus jelas, tegas, padat, dan spesifik serta menampakkan antara lain: variabel-variabel yang diteliti, jenis hubungan antar variabel, dan subjek penelitian (lokasi penelitian tidak harus dicantumkan). Rumusan masalah yang baik dapat mengindikasikan ruang lingkup penelitian, memberikan bayangan yang jelas tentang kemungkinan atau arah dari jawabannya serta bagaimana cara menjawabnya/mengujinya, sehingga berfungsi sebagai penuntun yang jelas terhadap metode yang akan digunakan dalam rangka menjawab masalah tersebut. Terkait dengan hal tersebut, pemilihan kata-kata tanya yang digunakan dalam rumusan masalah juga menjadi penting dan harus tepat, artinya jelas kemungkinan jawabannya dan terukur. Rumusan masalah merupakan serapan kelanjutan dari latar belakang penelitian karena di daiamnya menjelaskan tentang faktor-faktor penyebab munculnya masalah yang akan diteliti.Kata 'masalah`memang mempunyai arti yang berbeda-beda,dapat berarti bidang cakupan atau mengenai suatu hal.Seorang dokter yang didatangi pasien, maka is akan dihadapkan pada masalah untuk mengetahui mengapa orang itu sakit. Masalah penelitian dapat berupa pertanyaan yang muncul karena ketidaktahuan atau kesenjangan. Rumusan pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih mudah dijawab daripada pertanyaan umum,banyakcara untuk mengetahui apakah rumusan masalah telah dapat terungkap dengan baik atau tidak. Definisi masalah yang dimaksud dalam penelitian mempunyai arti yang spesifik, mengisi kekosongan pengetahuan yang diawali dengan pertanyaan mengapa terjadi perbedaan antara what
2

is(apa yang terjadi)? dan what should be(apa yang seharusnya)? dan faktor apa penyebabnya terjadi perbedaan tersebut. Contoh I di muka (pada latar belakang) dapat diteruskan dalam rumusan masalah ini,caranya sebagai berikut:
1)

What is? (apa yang terjadi):Yang terjadi di Kota Malang adalah tingginya angka kenakalan remaja dengan memakai obat terlarang. What should be? (apa yang seharusnya): yang seharusnya remaja itu adalah mempersiapkan diri dalam rangka untuk menyongsong hari depan dengan persaingan yang semakin ketat. Kesenjangan (gap) antara What is? Dengan What should be? lni adalah disebut

2)

masalah.Dari masalah ini harus diungkapkan faktor-faktor apa penyebabnya? Misalkan karena faktor minimnya informasi seputuran obat terlarang sebagai faktor dominan atas keadaan tersebut, di samping faktor keluarga, lingkungan atau lainnya. Oleh karenanya, dicoba untuk diteliti lebih jauh mengapa remaja kota Malang tingkat kenakalannya cenderung mengalami kenaikan dengan spesifikasi kenakalan pada penyahgunaan obat terlarang? (pernyataan ini adalah sebagai salah satu contoh saja). Seorang peneliti dapat membuat percobaan untuk menghasilkan teknologi baru. Dalam melakukan percobaan, penelitian itu tidak selalu berhasil mencapai tujuan, sukses menghasilkan teknologi baru itu, bukan berhasil atau tidaknya yang menjadi ukuran. Pada tahap tertentu, jika ia gagal, mampu menjelaskan kegagalannya, bila ia sukses ia juga mampu menjelaskan kesuksesan yang diraihnya. Jika peneliti tidak mampu menjelaskan kegagalan atau kesuksesan penelitiannya, tidak ada bedanya dengan petani misalnya,yang hanya coba-coba menanam tanaman yang tidak biasa ia tanam. Jika ia gagal maka selesailah percobaan yang dilakukan, karena ia tidak mampu menggunakan teori untuk memperbaiki percobaannya lebih lanjut. Demikian pula seseorang insinyur teknik yang gagal atau sukses melakukan percobaan tertentu, tetapi ia tidak mampu menjelaskan kesuksesannya atau kegagalannya,berarti penelitian semacam ini belum memenuhi syarat penelitian ilmiah (scientific research). Seringkali masalah penelitian tidak spesifik dirumuskan, hal ini menyebabkan penelitian tidakatau kurang terarah dalam upaya menjawab masalah.Contoh rumusan masalah yang tidak spesifik ialah: "Indonesia pada saat ini kekurangan produksi kedelai, produktivitas kedelai per hektar masih rendah, sebagian kedelai masih impor." Rumusan masalah yang tidak spesifik itu akan memberikan arah penelitian yang berbeda3

beda. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan rumusan yang dapat diformulasikan. Rumusan di atas dapat dispesifikasikan dengan jalan melihat dari beberapa aspek, misalnya aspek agronomi, sosial, ekonomi, teknologi, dan sebagainya.Pernyataan atau permasalahan penelitian yang lebih spesifik akan lebih baik karena dapat mengarahkan kegiatan penelitian yang lebih spesifik pula. Mengapa seringkali sulit dalam formulasi permasalahan? Hal ini dapat terjadi karena peneliti kurang nnenguasai permasalahan dalam bidang itu,atau kekurangan membaca dari literatur yang sudah ada, di samping pengalaman yang cukup dalam bidang penelitian, Dari contoh di atas, rumusan masalah dapat dispesifikasikan sebagai berikut: "Hasil penelitian kedelai unggul telah disebarkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan, walaupun petani telah menggunakan bibit unggul produktivitas kedelai masih jauh lebih rendah daripada produktifitas yang dicapai oleh hasil Balai Percobaan: Kedelai sebagai salah satu macam komoditi yang diusahakan petani, pasti mempunyai kaitan dengan tanaman lainnya.Oleh karena itu masalah rendahnya produksi kedelai, bukan hanya berada dalam sistem tanaman kedelai itu sendiri, melainkan pada sistem dari tanaman secara keseluruhan.Tegasnya ,permasalahan penelitian merupakan justifikasi atau alasan mengapa penelitian tertentu dilakukan. Sedangkan pentingnya permasalahan dapat ditinjau dari berbagai aspek (budaya, teknik, sosial, ekonomi, dan sebagainya). Jadi, Problematika penelitian hendaknya juga mencakup bukan hanya "what tetapi juga mencakup "whom, "where', "who', "when, "why" , dan "how'Atau disingkat konsep 5 W + 1 H , yaitu: What = apa yang hendak atau layak untuk diteliti?; where = di mana anda melaksanakan penelitian?, apakah di daerah tertinggal, daerah transmigrasi, daerah kumuh,dan sebagainya; when = kapan pantasnya penelitian itu dilaksanakan, sekarang, bulan depan, tahun depan, dan seterusnya; who = siapa yang berperan dalam masalah tersebut, siapa yang dominan,siapa yang menyebabkan,siapa yang kena akibatnya, siapa yang membantu, dan sebagainya?; why = mengapa terjadi demikian,mengapa orang ini terlibat,mengapa kenyataan tidak sesuai dengan program? dan sebagainya; how = bagaimana keadaannya, bagaimana peranannya, bagaimana kejadiannya? dan sebagainya. Semuanya ini sebagai media untuk spesifikasi masalah. Rumusan masalah penelitian berguna untuk beberapa kepentingan , yaitu : 1) Justifikasi atau alasan mengapa penelitian dilakukan. 2) Mampu mengarahkan peneltian, dengan prosedur menganalisis masalah secara operasional, yaitu (i) menemukan dan mengenali penampilan masalah . Temukan dan kenali sosok masalah
4

(performace problem) yaitu perbedaan antara what should be doe dan what is actually being done , dan (ii) mendeskripsikan sosok masalah dengan bantuan kata kata diatas (5 w + 1 h). Untuk jenis penelitian eksplanasi, rumusan masalah sebaiknya diarahkan langsung kepada jenis hubungan antar variabel yang diteliti sehingga bisa dikembangkan/dirumuskan hipotesisnya. Pada jenis penelitian ini, rumusan-rumusan masalah yang bersifat deskriptif sebaiknya tidak disajikan. Sebagai contoh penelitian bidang non-kependidikan: 1) Topik permasalahan "Pengaruh struktur modal terhadap provitabilitas perusahaan" maka rumusan masalahnya bisa sebagai berikut: Apakah ada pengaruh signifikan dari struktur modal terhadap provitabilitas perusahaan di lingkungan industri manufaktur yang listing di BEJ? Rumusan masalah tersebut bisa saja dikemukakan dengan cara lain, misalnya jika peneliti memperlakukan variabel struktur modal bukan sebagai variabel dengan skala interval melainkan sebagai variabel dengan skala nominal, scbagai berikut: Apakah ada perbedaan profitabilitas yang signifikan antara perusahaan yang memiliki struktur modal didominasi oleh utang dengan perusahaan yang memiliki struktur modal didominasi oleh modal sendiri? Kedua rumusan masalah tersebut sama-sama mempersoalkan hubungan antara variabel struktur modal dengan variabel provitabilitas. Item-item rumusan masalah yang terkait dengan topik permasalahan tersebut yang bersifat deskriptif, misalnya:
(1)

Bagaimana gambaran struktur modal perusahaan di lingkungan industri manufaktur yang listing di BEJ? Seberapa besar provitabilitas perusahaan di lingkungan industri manufaktur yang listing di BEJ?

(2)

tidak perlu disajikan khususnya dalam penelitian eksplanasi, karena rumusan-rumusan masalah tersebut tidak memiliki makna dan implikasi teoretis sehinga tidak bisa dikembangkan hipotesisnya. 2) Permasalahan umum: Bagaimanakah gambaran pelaksanaan sistem akuntansi berbasis komputer di perusahaan tekstil Eratex Jaya Probolinggo-Jawa Timur. Permasalahan umum ini selanjutnya dijabarkan ke dalam beberapa rumusan masalah khusus sebagai berikut. (1)Program software apakah yang digunakan untuk menjalankan sistem akuntansi perusahaan?
5

(2)Bagaimanakah jenis dan bentuk dari formulir-formulir yang digunakan? (3)Bagaimanakah karakteristik dari sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya dilihat dari latar belakang pendidikannya? (4)Bagaimanakah karakteristik dari sistem kontrol yang digunakan? (5) dsb. Secara teknis dalam perumusan masalah, ada beberapa kandungan antara lain: 1) Menyangkut pendekatan dan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti. 2) Menerapkannya untuk suatu tujuan. 3) Mengemukakan hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakukan penelitian. 4) Menyatakan pernyataan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahannya. 5) Merupakan penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. 6) Pernyataan yang dapat menjawab permasalahan,meskipun terbatas pada konsep atau hipotesis awal. 7) Pernyataan yang dapat mengarahkan cara berfikir peneliti. 8) Pernyataan yang sangat erat kaitannya dengan tujuan penelitian. 2.2 Cara merumuskan masalah Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis nantinya dan dari rumusan masalah dapat menghasilkan topik penelitian atau judul penelitian. Kondisi-kondisi yang dilakukan saat membuat rumusan masalah, yaitu: 1) Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan. 2) Rumusan hendaknya jelas dan padat. 3) Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah. 4) Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis. 5) Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian. Dalam memilih masalah , perlu dihindarkan masalah serta rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu bersifat lokal ataupun terlalu argumentatif serta variabel-variabel penting dalam perumusan masalah harus diperhatikan. Masalah-masalah ilmiah tidak boleh merupakan pertanyaan etika atau moral maupun tentang nilai dan value judgement karena pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab secaa ilmiah.. Untuk menghindarkan hal tersebut, maka janganlah menggunakan kata mustikah atau lebih baik, atau perkataan6

perkataan lain yang menunjukkan preferensi. Sebaiknya jangan pula menggunakan pertanyaanpertanyaan yang berhubungan dengan metode sampling atau pengukuran dan lain-lain dalam memformulasikan masalah. Ada dua cara untuk memformulasikan masalah, cara yang pertama dengan menurunkan masalah dari teori yang telah ada, seperti masalah pada penelitian eksperimental. Cara yang kedua yaitu dari observasi langsung di lapangan seperti yang sering dilakukan oleh ahli-ahli sosiologi. Jika masalah diperoleh di lapangan , maka sebaiknya juga menghubungan masalah tersebut dengan teori-teori yang telah ada sebelum masalah tersebut diformulasikan, karena ada kalanya penelitian tersebut dapat menghasilkan dalil-dalil dan adapat membentuk suatu teori. Membuat masalah penelitian merupakan hal yang sukar, antara lain karena: 1) Tidak semua masalah di lapangan dapat diuuji secara empiris. 2) Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah-masalah.
3) Kadang kala si peneliti dihadapkan kepada banyak sekali masalah penelitian, dan sang

peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan.
4) Adakalanya masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan untuk memecahkan

masalah tersebut sukar deperoleh. 5) Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik yang ada di kepalanya dalam memilih masalah.

2.3 Membandingkan perumusan masalah pada penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif Pada dasarnya bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian baik penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif sama yaitu berdasarkan tingkat eksplanasi (level of explanation), antara lain: 1) Rumusan masalah deskriptif. Pada penelitian kualitatif rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. Sedangkan pada penelitian kuantitatif rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri
7

sendiri). Jadi dalam penelitian kuantitatif peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel lain. 2) Rumusan masalah komparatif. Pada penelitian kualitatif rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan pada penelitian kuantitatif rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda. 3) Rumusan masalah assosiatif atau hubungan. Pada penelitian kualitatif rumusan masalah assosiatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksikan hubungan antara situasi sosial atau domain satu dengan lainnya. Rumusan masalah assosiatif dibagi menjadi tiga yaitu hubungan simetris yaitu hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan sehingga bukan merupakan hubungan sebab akibat atau interaktif, hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab dan akibat, serta hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif. Sedangkan pada penelitian kuantitatif rumusan masalah assosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitan yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, antara lain: hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama, hubungan kausal yaitu adanya variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (variabel dipengaruhi), serta hubungan reciprocal atau timbal balik merupakan hubungan yang tidak diketahui mana variabel independen dan dependennya. 3. Penutup 3.1 Kesimpulan 1) Rumusan masalah dituangkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui kegiatan penelitian. Perumusan masalah penelitian harus didasarkan pada topik permasalahan yang telah diidentifikasi pada bagian latar belakang masalah dan bagian pembatasan masalah. Rumusan masalah dituangkan dalam bentuk kalimat tanya dan harus
8

jelas, tegas, padat, dan spesifik serta menampakkan antara lain: variabel-variabel yang diteliti, jenis hubungan antar variabel, dan subjek penelitian (lokasi penelitian tidak harus dicantumkan). Rumusan masalah yang baik dapat mengindikasikan ruang lingkup penelitian, memberikan bayangan yang jelas tentang kemungkinan atau arah dari jawabannya serta bagaimana cara menjawabnya/mengujinya, sehingga berfungsi sebagai penuntun yang jelas terhadap metode yang akan digunakan dalam rangka menjawab masalah tersebut. Terkait dengan hal tersebut, pemilihan kata-kata tanya yang digunakan dalam rumusan masalah juga menjadi penting dan harus tepat, artinya jelas kemungkinan jawabannya dan terukur. Pada dasarnya bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian baik penelitian kualitatif maupun penelitian kuantitatif sama yaitu berdasarkan tingkat eksplanasi (level of explanation) yaitu rumusan masalah deskriptif,rumusan masalah komparatif,rumusan masalah hubungan 2) Dalam memilih masalah , perlu dihindarkan masalah serta rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu bersifat lokal ataupun terlalu argumentatif serta variabel-variabel penting dalam perumusan masalah harus diperhatikan. Masalah-masalah ilmiah tidak boleh merupakan pertanyaan etika atau moral maupun tentang nilai dan value judgement. 3) Dalam penelitian kualitatif, rumusan masalah yang merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk lapangan atau situasi social tertentu. Pertanyaan penelitian tidak dirumuskan atas dasar definisi operasional atas suatu variabel penelitian untuk memahami gejala yang kompleks, interaksi social yang terjadi, dan kemungkinan ditemukan hipotesis atau teori baru. Sedangkan penelitian kuantitatif, bentuk rumusan masalah terkait dengan variabel penelitian sehingga rumusan masalah penelitian sangat spesifik dan akan digunakan sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, instrument, dan teknik analisis data. Daftar Rujukan Dr.Ir. Masyhuri,Drs. M. Zainudin, MA.2008. Metode Penelitian,Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung. Penerbit PT Refika Aditama Tim Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Malang.2004. Pedoman Penulisan Skripsi Jurusan Akuntansi. Malang. Penerbit Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Malang.
9

Nazir,M. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

10

Anda mungkin juga menyukai