Anda di halaman 1dari 5

Home Login / Registerasi / Aktivasi F.A.Q.

/ Kredit / Kontak

GDL
ITB Central Library
A member of the Institut Teknologi Bandung Network

Info
Versi liveCD dari koleksi perpustakaan ITB Central Library Alamat: Jl. Ganesha 10 Info lebih lanjut

Pencarian... Menu...

Home Bookmark Diskusi / Komentar Pencarian

Bahasa...

Indonesian English

Links...

IndonesiaDLN DIKTI

Theme

Gray

Green

Path: Top IndonesiaDLN Universities IJPTUNCEN Research_Report Languages Frasa Bahasa Kwansu Research Report from IJPTUNCEN / 2001-09-07 11:35:00 Oleh : Lalu Fakihuddun, FKIP - UNCEN Dibuat : 1999-10-10, dengan 0 file Keyword : Frasa, Bahasa, Kwansu Nomor Panggil (DDC) : PU 499.125 Fak Bahasa daearah merupakan bagian yang integral dari kebudayaan daerah. Sebagai bagian dari kebudayaan daerah, bahasa daerah tentu memberikan andil dalam memperkaya kebudayaan nasional, termasuk di dalamnya memperkaya bahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Moeliono (1986:vii) yang mengatakan, "Masalah kebahasaan dan kesusastraan merupakan salah satu segi masalah kebudayaan nasional yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh dan berencana agar tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk sastranya, bisa tercapai". Adapun tujuan akhir dimakssud menurutnya adalah kelengkapan bahasa Indonesia sebagai pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang baik dan benar untuk berbagai tujuan oleh lapisan masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Mencermati apa yang dikatan oleh Moeliono di atas, dapat dikatakan bahwa pendokumentasian/penelitian bahasa-bahasa daerah sangatlah penting, karena dengan penelitian tersebut kita tidak hanya mengetahui khasanah kebudayaan daerah yang kita miliki, tetapi juga berguna untuk pengembangan bahasa nasional kita (Bahasa Indonesia). Sebagai bagian dari kebudayaan daerah, bahasa daerah memiliki tempat yang sangat strategis di dalam pembinaan kebudayaan daerah. Hal ini dimungkinkan karena bahasa daerah selain mengemban fungsinya sebagai alat komunikasi antar masyarakat daerah, juga berfungsi sebagai media pengembangan kebudayaan daerah itu sendiri. Pengembangan kebudayaan daerah, biasanya berlangsung secara lisan, sementara disisi lain, penutur asli (native speaker) bahasa daerah semakin berkurang atau banyak yang tidak menguasai bahasa daerahnya. Berkurangnya jumlah penutur tersebut, antara lain disebabkan oleh : 1. pembauran, misalnya perkawinan antaretnis, 2. dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi seperti ini jika tidak cepat diantisipasi oleh para pemerhati bahasa, khususnya para peneliti bahasa, cepat atau lambat masyarakat penutur suatu bahasa itu akan kehilangan identitas kedaerahannya, terutama bahasa derah mereka. Kekhawatiran akan punahnya bahasa-bahasa daerah di Irian Jaya, Mihardja (Mantan Kakanwil Depdikbud Prop. Irian Jaya) dalam Tifa Irian Minggu I Desember 1993,

mengatakan bahwa : Bahasa daerah di irian Jaya akan hancur-hancuran. Pendapat tersebut sangat beralasan karena dari 250 bahasa daerah di Irian Jaya, baru sekitar 40 bahasa yang sudah ditulis dalam aspek tertentu oleh SIL dan oleh peneliti asing sebelumnya, serta beberapa bahasa saja yang sudah diteliti oleh peneliti bangsa Indonesia. Penelitian bahasa oleh peneliti bangsa Indonesia pada umumnya dilaksanakan atas biaya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa melalui Kanwil Depdikbud Propinsi Irian Jaya. Hasil penelitian bahasa daerah berguna untuk pengembangan bahasa nasional. Disamping itu orang lain akan lebih mudah mempelajari bahasa daerah itu dan penutur asli bahasa daerahpun akan lebih mudah dalam mempelajari bahasa Indonesia. Hasil penelitian bahasa daerah dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan penyuluhan keluarga berencana, pertanian, hukum, dan lain-lain. Bahasa Kwansu termasuk ke dalam rumpun bahasa non Austronesia, tepatnya merupan keluarga bahasa Papua. Bahasa Kwansu ini berkedudukan sebagai bahasa daerah dan berfungsi sama seperti bahasa-bahasa daerah lain yang tersebar di kawasan nusantara. Oleh sebab itu bahasa ini patut mendapat perhatian yang sama seperti bahasa-bahasa daerah yang lain, lebih lagi populasi penutur kurang lebih 350 orang bukan lagi jumlah yang banyak bagi sebuah bahasa daerah yang hidup di tengah masyarakat yang semakin menuntut kemoderenan. Berdasarkan kajian pustaka, peneliti tidak menemukan sebuah tulisan mengenai struktur Bahasa Kwansu yang ditemukan hanya sebuah petunjuk kecil mengenai hasil survei pemetaan bahasa yang pernah dilakukan oleh Kamma 1975, dalam "Index of Irian Jaya Languages", 1991. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa struktur sintaksis (frasa, klausa, dan kalimat) Bahasa Kwansu belum pernah diteliti. Hal ini diperkuat oleh Dr. Michael (SIL). Deskripsi Alternatif : Bahasa daearah merupakan bagian yang integral dari kebudayaan daerah. Sebagai bagian dari kebudayaan daerah, bahasa daerah tentu memberikan andil dalam memperkaya kebudayaan nasional, termasuk di dalamnya memperkaya bahasa Indonesia. Hal ini sejalan dengan pendapat Moeliono (1986:vii) yang mengatakan, "Masalah kebahasaan dan kesusastraan merupakan salah satu segi masalah kebudayaan nasional yang perlu ditangani dengan sungguh-sungguh dan berencana agar tujuan akhir pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, termasuk sastranya, bisa tercapai". Adapun tujuan akhir dimakssud menurutnya adalah kelengkapan bahasa Indonesia sebagai pemakaian bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang baik dan benar untuk berbagai tujuan oleh lapisan masyarakat pemakai bahasa Indonesia.

Mencermati apa yang dikatan oleh Moeliono di atas, dapat dikatakan bahwa pendokumentasian/penelitian bahasa-bahasa daerah sangatlah penting, karena dengan penelitian tersebut kita tidak hanya mengetahui khasanah kebudayaan daerah yang kita miliki, tetapi juga berguna untuk pengembangan bahasa nasional kita (Bahasa Indonesia). Sebagai bagian dari kebudayaan daerah, bahasa daerah memiliki tempat yang sangat strategis di dalam pembinaan kebudayaan daerah. Hal ini dimungkinkan karena bahasa daerah selain mengemban fungsinya sebagai alat komunikasi antar masyarakat daerah, juga berfungsi sebagai media pengembangan kebudayaan daerah itu sendiri. Pengembangan kebudayaan daerah, biasanya berlangsung secara lisan, sementara disisi lain, penutur asli (native speaker) bahasa daerah semakin berkurang atau banyak yang tidak menguasai bahasa daerahnya. Berkurangnya jumlah penutur tersebut, antara lain disebabkan oleh : 1. pembauran, misalnya perkawinan antaretnis, 2. dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kondisi seperti ini jika tidak cepat diantisipasi oleh para pemerhati bahasa, khususnya para peneliti bahasa, cepat atau lambat masyarakat penutur suatu bahasa itu akan kehilangan identitas kedaerahannya, terutama bahasa derah mereka. Kekhawatiran akan punahnya bahasa-bahasa daerah di Irian Jaya, Mihardja (Mantan Kakanwil Depdikbud Prop. Irian Jaya) dalam Tifa Irian Minggu I Desember 1993, mengatakan bahwa : Bahasa daerah di irian Jaya akan hancur-hancuran. Pendapat tersebut sangat beralasan karena dari 250 bahasa daerah di Irian Jaya, baru sekitar 40 bahasa yang sudah ditulis dalam aspek tertentu oleh SIL dan oleh peneliti asing sebelumnya, serta beberapa bahasa saja yang sudah diteliti oleh peneliti bangsa Indonesia. Penelitian bahasa oleh peneliti bangsa Indonesia pada umumnya dilaksanakan atas biaya Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa melalui Kanwil Depdikbud Propinsi Irian Jaya. Hasil penelitian bahasa daerah berguna untuk pengembangan bahasa nasional. Disamping itu orang lain akan lebih mudah mempelajari bahasa daerah itu dan penutur asli bahasa daerahpun akan lebih mudah dalam mempelajari bahasa Indonesia. Hasil penelitian bahasa daerah dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan penyuluhan keluarga berencana, pertanian, hukum, dan lain-lain. Bahasa Kwansu termasuk ke dalam rumpun bahasa non Austronesia, tepatnya merupan keluarga bahasa Papua. Bahasa Kwansu ini berkedudukan sebagai bahasa daerah dan berfungsi sama seperti bahasa-bahasa daerah lain yang tersebar di kawasan nusantara. Oleh sebab itu bahasa ini patut mendapat perhatian yang sama seperti bahasa-bahasa daerah yang lain, lebih lagi populasi penutur kurang lebih 350 orang bukan lagi jumlah yang banyak bagi sebuah bahasa daerah yang hidup di tengah masyarakat yang semakin menuntut kemoderenan.

Berdasarkan kajian pustaka, peneliti tidak menemukan sebuah tulisan mengenai struktur Bahasa Kwansu yang ditemukan hanya sebuah petunjuk kecil mengenai hasil survei pemetaan bahasa yang pernah dilakukan oleh Kamma 1975, dalam "Index of Irian Jaya Languages", 1991. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa struktur sintaksis (frasa, klausa, dan kalimat) Bahasa Kwansu belum pernah diteliti. Hal ini diperkuat oleh Dr. Michael (SIL). Copyrights : Copyright 2001 by Universitas Cenderawasih. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved. Beri Komentar ?#(0) | Bookmark Properti ID Publisher Organisasi Nama Kontak Alamat Kota Daerah Negara Telepon Fax E-mail Administrator E-mail CKO Print ... Kontributor...

Nilai Properti IJPTUNCEN FKIP - UNCEN Sungkana hadi Waena Jayapura Jayapura Indonesia

acshadi@jayapura.wasantara.net.id acshadi@jayapura.wasantara.net.id

Editor: henny@ijptuncen

This work was carried out with the aid of a grant from INHERENT-DIKTI | Best Viewed with Firefox! 2006 ITB. All rights reserved. | Valid XHTML + CSS Top ^

Anda mungkin juga menyukai