Anda di halaman 1dari 3

A.

1. Biopsi

Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dilakukan apabila terdapat benjolan pada bagian tubuh yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak kondisi yang dapat didiagnosis dengan biopsi, misalnya peradangan dalam organ dalam seperti hati, ginjal, yang dapat dilihat dari sampel biopsi. Kita dapat mengetahui tingkat keganasan yang terjadi.

2. Cara Pengambilan dan Pengiriman Biopsi

Teknik Biopsi a. FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau Si Bajah (Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum Halus)

Menggunakan alat yang terdiri dari tabung suntik plastik ukuran 10 ml, jarum halus, gagang pemegang tabung suntik, kaca objek dan desinfektan alkohol atau betadin. Tumor dipegang lembut lalu jarum diinsersi segera ke dalam tumor. Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal; tekanan di dalam tabung menjadi negatif; jarum manuver mundur-maju. Dengan cara demikian sejumlah sel massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik. Piston dalam tabung dikembalikan pads posisi semula dengan cara melepaskan pegangan. Aspirat dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara dan dikirimkan ke laboratorium. Sering terjadi false negative karena kemungkinan jarum tidak tepat mengambil sel yang terkena kanker. b. Stereotactic Needle Biopsy (Core Biopsy) Dilakukan pada suatu gumpalan (bengkak) yang sulit untuk

dilihat atau dirasakan. Jarum akan dituntun ke area yang dicurigai dengan bantuan mammography atau ultrasound, dan X-ray akan memastikan area yang ingin dibiopsi. c. Incisional Biopsy Seperti operasi pembedahan pada umumnya. Pengambilan irisan dari benjolan. Pada

umumnya tipe ini dilakukan pada pembengkakan di jaringan ikat seperti otot. d. Excisional Biopsy Keseluruhan benjolan diambil. Sering dilakukan pada benjolan di dada. False

negative jarang terjadi.

Pengiriman Biopsi Jaringan harus dimasukkan ke dalam larutan fiksasi secepat mungkin setelah diambil dari tubuh, apalagi bila organ tersebut mudah membusuk misalnya otak, hati, paru, usus dan organ dalam lainnya; jangan ditunggu sampai operasi selesai. Fiksasi dapat dilakukan dengan formalin 10% atau alkohol 70%.

Beberapa Cara Pengiriman a. Fiksasi Basah (Wet Fixation) Sediaan segar yang baru saja diperoleh segera dicelupkan ke dalam fiksasi selama 30-40 menit. Kemudian dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi serta botol perendamnya. Untuk mengatasi risiko pengiriman yang sulit dengan botol yang berisi cairan yang mungkin tumpah, maka setelah sediaan tersebut difiksasi selama 30 menit, dikeluarkan dari cairan dan dikeringkan di udara kamar. Setelah kering sediaan dapat dimasukkan ke dalam tabung atau di dalam karton yang telah disiapkan. Bahan fiksasi sebaiknya digunakan alkohol yang mudah didapat. b. Fiksasi Pelapis (Coating Fixative) Zat-zat ini adalah campuran dari alkohol basa yang memfiksasi sel-sel dan bahan seperti lilin yang membentuk lapisan pelindung yang tipis di atas sel. a) Aerosol yang dipakai dengan cara menyemprotkannya pada sediaan b) Liquid basa diteteskan di atas sediaan sesegera mungkin

3. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Biopsi

a.

Posisif maligna disebut positif "mandat" untuk melakukan tindakan lebih lanjut antara lain survei

metastasis, menentukan stadium, memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan mendiskusikan pola pengobatan. b. Kelainan jinak disebut negatif belum dapat menyingkirkan adanya kanker; perlu dipikirkan

kemungkinan negatif palsu. c. Mencurigakan maligna disebut suspek mungkin memerlukan pemeriksaan lain sebelum pengobatan

antara lain pemeriksaan potongan beku ataupun sitologi imprint atau kerokan durante operasionam. d. Tidak dapat diinterpretasi disebut inkonklusif dapat terjadi karena kesalahan teknik atau karena

situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikat banyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam praktek, sitologi inkonklusif meningkatkan false negative.

Sumber : dari blog, tapi lengkap...gimana dong -_-

diagnosis kanker nasofaring

1. Pemeriksaan anamnesis dan keluhan utama pasien Pasien dengan epistaksis aspirasi balik, hidung tersumbat menetap, tuli unilateral, limfadenopati leher tak nyeri, sefalgia, ruda-paksa saraf kranial dengan kuasa tak jelas, dan keluhan lain harus diperiksa teliti rongga nasofaringnya dengan nasofaringoskop indirek atau elektrik. 2. Pemeriksaan kelenjar limfe leher Perhatikan pemeriksaan kelenjar limfe rantai vena jugularis interna, rantai nervus aksesorius dan rantai arteri vena transversalis koli apakah terdapat pembesaran 3. Pemeriksaan saraf kranial Terhadap saraf kranial tidak hanya memerlukan pemeriksaan cermat sesuai prosedur rutin satu per satu, tapi pada kecurigaan paralisis otot mata, kelompok otot kunyah dan lidah kadang perlu diperiksa berulang kali barulah ditemukan hasil positif 4. Pemeriksaan serologi virus EB Dewasa ini, parameter yang digunakan untuk penapisan kanker nasofaring adalah VCA-IgA, EA-IgA, EBV-DNAseAb. Hasil positif pada kanker nasofaring berkaitan dengan kadar dan perubahan antibodi tersebut. Bagi yang termasuk salah satu kondisi berikut ini dapat dianggap memiliki risiko tinggi kanker nasofaring: a. Titer antibodi VCA-IgA >= 1:80 b. Dari pemeriksaan VCA-IgA, EA-IgA, dan EBV-DNAseAb, dua di antara tiga indikator tersebut positif c. Dari tiga indikator pemeriksaan diatas, salah satu menunjukkan titer yang tinggi kontinu, atau terus meningkat Bagi pasien yang memenuhi patokan tersebut, harus diperiksa teliti dengan nasofaringoskop elektrik, bila perlu dilakukan biopsi. Yang perlu ditekankan adalah perubahan serologi virus EB dapat menunjukkan reaksi positif 4-46 bulan sebelum diagnosis kanker nasofaring ditegakkan. Tapi harus diperhatikan hasil positif semu 5. Diagnosis pencitraan a. Pemeriksaan CT b. Pemeriksaan MRI c. Pencitraan tulang seluruh tubuh d. PET (positron emission tomography) 6. Diagnosis histologi Pada pasien kanker nasofaring, sedapat mungkin diperoleh jaringan dari lesi primer nasofaring untuk pemeriksaan patologik. Sebelum terapi dimulai harus diperoleh diagnosis histologi yang jelas. Hanya jika lesi primer tidak dapat memberikan diagnosis patologik pasti barulah dipertimbangkan biopsi kelenjar limfe leher. Sumber : Desen, Wan, et al. 2011. Buku Ajar Onkologi Klinik. Balai Penerbit FKUI: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai