Anda di halaman 1dari 7

BIRU

Oleh : Yati Suwityoningrum X9/33


Langit hari ini begitu cerah. Tak ada awan yang menghalangi cahaya matahari dan menutupi warna langit pagi ini. Tia yang duduk dekat jendela kamarnya menikmati langit biru dan tersenyum. Langit ini mengingatkannya pada seorang yang menjadi langit di hatinya. Tia melihat kotak kecil. Kalung berinisial B dan T ada di dalamnya. Dia mengambil kalung itu, dan melihat ke langit. --Ren, Ce, Zi, liat hpku gak? Tia bertanya pada 3 sahabatnya itu sambil mengeluarkan isi tasnya untuk mencari ponselnya yang entah kemana. Hari itu Tia kehilangan ponselnya saat pulang sekolah. Emang kamu taruh mana tadi? Cece bertanya sambil membantu Tia mencari ponselnya di sekitar meja kelas. Aduh, tau nih. Lupa! Tia kelabakan ponselnya tak juga ketemu. dasar Tia. Penyakit lupa masih aja di pelihara. Renny ikut bicara sambil membantu mencarikan tentunya. Sementara Zizi mencoba menghubungi ponsel Tia. emh, tadi aku masukin di tas kok. Terus waktu istirahat aku bawa ke kantin. Habis dari kantin.. aku tadi kemana ya?? Tia mencoba mengingat. Perpus! Zizi yang menemani Tia ke perpus tadi mengingatkan. Ah! Ya! Bentar ya aku ambil dulu. Tunggu lo. Kalian jangan ninggal! Tia bergegas mencari ponselnya di perpus. iya! Cepet! Kalo lama kita tinggal. Hahahaha canda Cece. --Tia menyapa penjaga perpus yang saat itu asyik membaca sebuah novel. Lalu, Tia mencari ponsel di rak-rak buku, meja baca, sampai di tumpukan buku. Hari itu perpus lagi sepi, jadi Tia leluasa mencari ponselnya. Setelah beberapa menit, Tia menemukan ponselnya yang terselip antara buku-buku di rak. Dia bingung juga mengapa ponselnya ada di situ. Apa dia memang lupa meletakkan ponselnya itu atau ada hal lain. Tia menyerah mengingatnya. Dia bergegas kembali ke kelasnya. Tia kembali menyapa penjaga perpus yang masih asyik dengan novelnya dan berterima kasih. --Teeeet. Teeeeeeeeeeeet.. Suara itu menandakan ada panggilan masuk di ponselnya. Ringtone yang di pasang Tia sangat biasa memang, bahkan seperti bunyi bel masuk sekolahnya. Tia melihat nomor yang tak dikenal di layar ponselnya. Dia menjawab panggilan itu. Hallo? Hai, Tia. Ponselmu udah ketemu kan? terdengar suara seseorang asing di ponselnya. maaf, ini siapa? aku panggil saja Blue. ---klik---

Sambungan telepon diputuskan Tia. Dia malas bicara dengan orang yang tidak dikenalnya. Sampai di kelas, Tia tak melihat ketiga sahabatnya itu. Dia agak kesal di tinggal. Dia berjalan keluar sekolah dan di loby sekolah ketiga sahabatnya yang menunggunya protes saat meliahat Tia. lama banget sih? Ketemu gak hp nya? Renny yang gak suka nunggu lama langsung nyerocos. aduh, maaf deh. Tadi jawab telpon dulu. Udah ketemu kok. Nih. Tia menunjukkan ponselnya. Telfon dari sapa tuuuh?? Zizi menggoda. tau! Geje orangnya. Udah yuk. Pulang. Ajak Tia. --Teeet.Teeeet.Teeeeet Tia yang sedang menikmati keripik maicih sambil nonton acara favoritnya, Spongebobs Squarepants sedikit terganggu dengan panggilan masuk itu. Dia melihat nomor yang tadi siang mengubunginya di sekolah dan menjawab panggilan itu dengan asal. hmh? Sapa siih? ini Blue yang tadi siang. Masa lupa? ada apa an? ga ada apa-apa. Cuma pengen ngobrol sama kamu. ga ada kerjaan lain ya kamu? Tia agak malas ngobrol di telepon. ada sih, tapi udah selesai. Hehe. Eh, Tia lagi ngapain sekarang? lagi tidur! Masa gak tau sih aku lagi ngomong. Tia gak suka basa basi. Kadang

kata-kata kasar dan dingin keluar dari mulutnya itu. Cukup lama Tia ngobrol dengan Blue yang belum jelas itu. Lama-lama, Tia merasa Blue asyik juga jadi teman ngobrol. Blue bisa menghadapi Tia yang dingin dan cuek. Hari-hari berikutnya, Blue semakin sering menelepon Tia. Dan tentunya dia semakin asyik. Tia merasa nyaman ngobrol dengan Blue walau dia tak tau Blue itu siapa. --Hari itu, Tia merayakan hari ulang tahunnya di sebuah restoran bersama keluarganya. Meski hanya kecil-kecilan, Tia merasa senang. Di sana juga ada ketiga sahabatnya. Saat perjalanan pulang, mendapat telepon dari Blue. Tia

happy birthday, Tia. Wish you all the best.God always bless you. Ucapan selamat ulang tahun dari Blue yang sangat menyenangkan. Thanks Blue. Emm. Kok tau hari ini ulang tahunku? ya tau lah. Apa yang Blue gak tau tentang kamu. Tia dan Blue terus ngobrol. Tia menceritakan kebahagiaannya hari ini. Sampai di rumah baru Tia dan Blue mengakhiri obrolan mereka. Saat Tia akan tidur, Blue menelepon lagi. Hallo. Ada apa? besok pergi ke taman sekolah istirahat ke 2 yaa.. aku mau ketemu kamu. hah? Ketemu? iya, kamu gak mau tau aku ya? Hahaha tawa Blue terdengar di ponsel Tia.

iya iya. Tia menutup teleponnya. Dia bingung harus bagaimana. Selama ini dia lupa akan ingin taunya terhadap Blue karena keasyikkan Blue. Dia tak berpikir ingin bertemu Blue. --Besoknya, istirahat ke 2, Tia pergi ke taman sekolah sendiri. Ketiga sahabatnya tak mau ikut Tia karena mereka tak mau mengganggu. Di taman sekolah Tia mencari Blue. Dia sulit mencarinya karena tak pernah bertemu. Tia! suara cowok di belakang Tia mengagetkannya. Tia, ini aku Blue suara itu menyadarkan Tia yang mencari-cari Blue. Blue? Tia berbalik ragu melihat seorang cowok di depannya. dan

yahh, emang sih aku suka warna biru. Karna itu aku pake nama Blue. Biru itu langit di pagi hari tanpa awan yang menutupi. Langit biru. Ya! Aku suka langit biru. langit biru? Wah, Tia berkata sambil terkagum. Langit biru itu cerah, sangat indah menurutku. Aku ingin seperti itu. Billy tersenyum. manis sekali, menurut Tia. --Setelah pertemuan itu, Billy sering mengajak Tia keluar bareng. Kadang mereka pergi ke toko buku karena hobi mereka yang sama, yaitu baca buku. Tia senang jalan sama Billy. Beberapa bulan berikutnya, Billy mengajak Tia ke taman sekolah. Tia cukup heran, karena tak biasanya Billy mau pergi ke taman sekolah saat libur sekolah. Memang saat itu adalah liburan kenaikan kelas di sekolahnya. Tia, hari ini aku mau bilang sesuatu yang sebenarnya ke kamu. Billy mengatakan suatu hal yang membuat Tia bingung. mau bilang apaan sih? Emang ada sesuatu yang gak bener? Tia bicara dengan cuek, seperti biasanya. emm, sebenernya aku.. aku ada.. aku suka sama kamu, Tia. Aku suka sama kamu dari pertama liat kamu. Billy berkata dengan terbata-bata awalnya. Tia terdiam. Dia bingung harus berkata apa. Selama ini dia tak pernah menyangka Billy akan menyukainya. Tia juga suka pada Billy, tapi dia hanya menganggap Billy adalah teman, atau boleh dibilang sahabat, tak lebih dari itu.

iya, kenalkan, nama asli aku Billy. Dari kelas XI-2. Kata Blue yang ternyata bernama Billy. emh, iya. Aku Tia. Dari kelas XI-4 udah tau! eh! Kenapa kamu gak bilang nama asli kamu dari dulu? yah, kamu gak nanya. Billy tertawa. yeee, inisiatif kek kasih tau duluan. Eh, kenapa sih kamu dulu ngaku namanya Blue? Ada sesuatu ya di balik Blue itu? Tia juga tertawa. kenapa kamu tanya itu? emm, gak pa-pa sih Cuma pengen tau aja. Kalo gak mau kasih tau ya gak apaapa kok.

eh Bill? Kamu serius? Jangan bercanda deh! Tia mencoba bertanya, memastikan hal yang membuatnya bingung. Tia, kamu liat ini kurang serius ya? Apa perlu diulang? Billy senyum-senyum tak jelas. Tapi Bill, apa sih yang kamu suka dari aku? semua, Tia. Aku suka semua dari kamu. Kamu cantik, baik, unik. hah? Unik? Kamu kira aku barang ya? Tia berlagak marah. Sebenarnya dia senang dibilang unik. uh, dasar Tia! Kamu tuh unik, beda dari yang lain. Eh, aku mau lanjutin yang tadi. Billy tertawa. Ihh, Billy. Lanjutin apaan? Would you be my girlfriend? Pertanyaan Billy sedikit membuat Tia kaget. Ternyata Billy beneran suka sama Tia. Tia semakin bingung harus bagaimana. Tia terdiam cukup lama. Tia ragu untuk menjawab pertanyaan Billy. Dia tak ingin menolaknya, tapi dia tak yakin untuk menjawab ya. Tia, kok diem? Kamu gak suka ya sama aku?Billy tak sabar menunggu jawaban Tia. emm, Bill. Bukannya aku gak suka sama kamu, tapi. Billy menunggu Tia meneruskan perkataannya. tapi aku gak bisa, Bill! ya, ud--- Aku gak bisa jawab nggak, Bill. Tia memotong ucapan Billy sambil tersenyum.

Billy memeluk Tia tanpa kata apapun. Billy terlalu senang tampaknya. Tia juga senang. Dia tersenyum di pelukan Billy. Sejak saat itu, Tia menjadi kekasih Billy. Billy sangat menyayangi Tia dan dia selalu melindungi Tia. Tia sangat beruntung memiliki Billy yang kini menjadi langit di hatinya, langit biru yang cerah. Sampai suatu hari, setelah Ujian Nasional selesai, Tia merasa Billy bebeda hari itu. Dan ternyata Billy memutuskan hubungan mereka yang sudah 1 tahun ini. Ya, mereka sudah menjalin hubungan selama 1 tahun. Tia, maafkan aku. Kita gak bisa lanjutin hubungan ini. tapi kenapa, Bill? Apa aku buat kesalahan ke kamu? Bukan, Tia. Aku cuma gak bisa lagi melindungimu, menemanimu, dan menjadi pacarmu. karena apa? Karena kita sebentar lagi lulus dari sekolah ini? bukan. Pokoknya aku sudah gak bisa lanjutin. Kata Billy sambil berlalu di hadapan Tia. Billy pergi. Tia sangat bingung dan tak bisa berkata apa-apa. Dia tak tau alasan Billy yang sebenarnya. Billy tak lagi seperti dulu. Tia tak bisa terima ini semua. Dia masih menyayangi Billy. Dia tak ingin kehilangan seorang yang sudah mencerahkan hatinya, menjadi langit di hatinya. Sejak saat itu, Billy sulit di hubungi. Tia masih belum terima keputusan Billy itu. Saat pengumuman kelulusan sekolahpun Tia tak bertemu Billy. Hingga suatu hari setelah pengumuman, Tia bertemu Billy di universitas tempatnya akan medaftar. Dia melihat Billy sangat berbeda, wajahnya

tampak pucat, tampak berbeda dengan teeakhir kali Tia bertemu dengannya. Tia mendatangi Billy saat itu. Namun, Billy berusaha menghindar saat tau Tia akan mendatanginya. Tia bingung dengan sikap Billy. Tia melihat seseorang mendatanginya dan memberikan sebuah kotak kecil kepadanya. Tia, permisi. Ini dari Billy. kata orang itu. iya, mas. Makasih ya. Oh, mas temennya Billy? Kata Tia sambil menerima kotak kecil itu. Dia mengingat-ingat orang di sepannya yang sepertinya pernah dia temui. iya, aku Kevin. Oh, tolong sampaikan ke Billy ya. Saya mau ketemu dia besok di taman SMA yang dulu jam pulang sekolah. Tolong ya, bilang ke Billy. Tia sekarang ingat kalau Kevin ini adalah sahabat Billy. iya, aku usahakan. Katanya lalu pergi. Tia membuka kotak kecil dari Billy. Isinya adalah sebuah kalung berinisial B dan T juga ada kertas yang dilipat kecil di dalamnya. Tia membuka kertas itu dan membaca tulisan Billy. Tia, ini adalah kalung yang ingin aku berikan setelah ujian nasional selesai. Tapi, aku tak sempat memberinya karena aku tak bisa melanjutkan hubungan kita. Maafkan aku. Sekarang aku ingin memberikan ini karena aku tak mau menyimpannya atau membuangnya. Kalung ini aku berikan sebagai tanda terima kasih karena kamu telah mengisi hariku semasa SMA. Sekarang aku tak akan menemuimu lagi dan aku ucapkan selamat tinggal. Billy

Tia menahan hatinya yang sangat merindukan Billy. Dia ingin menangis. Tia memegang kertas itu erat, menahan air mata menetes di pipinya. --Esok hari, Tia pergi ke taman sekolah. Dia tetap ingin menunggu Billy disana walau dia tau Billy tak mungkin datang. Di taman sekolah, Tia melihat Kevin, teman Billy dan menghampirinya, tapi Kevin pergi dari taman itu setelah tahu Tia melihatnya. Tia mencari Kevin. Tak ada hasil, Kevin sudah pergi. Tia memutuskan untuk pulang, karena Billy tak datang dan hari sudah semakin sore. Saat wisuda dan perpisahan di sekolah, Billy tak datang. Tia heran, mengapa Billy tak datang pada saat terakhir ini di sekolah. Tia juga merindukan Billy. Dia ingin sekali bertemu Billy. Saat itu, Tia tak sengaja mendengar obrolan beberapa anak tentang Billy. Kata mereka, Billy tak bisa datang karena harus ke luarnegeri. Tia berpikir Billy akan melanjutkan sekolah atau pindah bersama keluarganya di sana. Tia sedikit kecewa karena jauh dari Billy. Namun, perasaan Tia gundah saat itu. Dia teringat Billy. Lalu, Tia melihat Kevin di antara anak lainnya. Dia segera memanggilnya. Kevin! Kamu tau kabar Billy? Emmm Kevin menjawab pertanyaan Tia. bingung

Ayolah, Kevin. Kamu pasti tau kabar Billy sekarang kan? Oh, ya. Aku dengar Billy mau ke luarnegeri. Beneran ta? iya, Tia Kevin tak bisa berbohong pada Tia. Mau ngapain Billy ke luarnegeri, Vin?

Kamu belum tau ya? Billy sakit. Billy sakit liver. Aku gak tau sakitnya kayak gimana. Tapi, dia mau ke luar negeri. Mungkin akan menjalani perawatan di sana. Kevin menjawab dengan ragu. Sakit? Udah lama sakitnya? Dari kapan? Tia tak percaya. sejak selesai ujian nasional. kamu bener gak tau? Kamu pacarnya kan? Kevin mengira Tia tahu Billy sedang sakit. Tia menggeleng. Wajah Tia tampak sedih, kecewa, dan cemas. Kevin, aku boleh tau Billy sekarang di mana? sebenarnya, Billy melarangku mengatakan ini semua. Tapi, mungkin lebih baik kamu tau tentang Billy. Kalian berdua masih saling menyayangi, tampaknya. Emm, Billy sekarang sedang rawat inap di rumah sakit St. Vincentius A. Paulo. emm, ya udah, Kevin. Aku akan pergi ke sana. Tia memotong ucapan Kevin dan bergegas pergi. Tapi, Tia! Jangan bilang Billy, aku yang kasih tau! Iya! Makasih, Kevin! kata Tia sambil berlari keluar dari acara itu. --Tia ingin segera menemui Billy. Dia berharap Billy masih di rumah sakit. Sampai di rumah sakit St. Vincentius A. Paulo, Tia segera bertanya kamar tempat Billy dirawat. Setelah tahu, Tia mencari kamar Billy. Cukup lama mencari kamar itu, karena rumah sakit ini lumayan besar. Setelah ketemu, Tia masuk ke kamar itu. Dia sangat senang melihat Billy lagi, tapi dia juga sedih melihat Billy terbaring lemah di sana. Kedatangan Tia tentu mengejutkan Billy.

Tia? kata Billy sambil melihat Tia dengan tak percaya. Bill, kenapa kamu gak bilang dari dulu sih? Kenapa kamu pergi dengan ini semua? Billy, apa karena ini kamu gak bisa jadi pacarku lagi? Tia menangis di hadapan Billy. Tia, kamu tau dari mana aku di sini? Billy bingung karena tak ada yang tau dia sedang dirawat di sini, kecuali keluarga dan sahabatnya. Aku gak bisa kehilangan kamu, Bill. Aku terlanjur sayang sama kamu. Tia tak menghiraukan pertanyaan Billy. Dia masih menangis. Tia. Maafkan aku. Aku gak mau kamu menderita karena aku. Aku sudah tak bisa aku gak mau kamu melihat ini semua. Billy tertunduk. Billy, aku tak peduli kamu sakit atau yang lain. Aku tetap sayang kamu, Bill. Aku ingin selalu ada buat kamu, di sisimu. Kamu tak perlu takut aku menderita. Aku senang bersamamu Billy. maafkan aku, Tia. Maafkan aku. Billy, aku sayang kamu. aku juga sayang kamu Billy tersenyum. dia memeluk Tia yang berada di depannya. Tia, besok aku harus pergi ke Singapura. Aku harus menjalani sejumlah pengobatan di sana. Tia, maafkan aku harus meninggalkanmu kali ini. Billy terlihat sedih. Billy, aku akan menunggumu sampai kamu pulang ke kota ini. Aku akan menunggumu sampai kamu sembuh. Tia, aku ingin menjadi langit itu Billy menunjuk langit di luar yang saat itu

sedang cerah dan berwarna biru. Sangat indah. aku mau jadi langit itu di hatimu, Tia. Billy tersenyum. senyum termanis yang Tia pernah lihat. kamu sudah menjadi langit biru di hatiku, Bill. Kamu sudah mencerahkan hatiku. Tia tersenyum dan melihat langit lewat jendela bersama Billy. aku juga ingin, kalau kamu melihat langit, kamu akan mengingatku. Kamu melihatku di langit itu. Aku akan mengingatmu, Billy. Selalu, karna kamu ada di hatiku. Dan langit itu adalah dirimu. --Tia menemani Billy di rumah sakit sampai sore hari. Saat Tia mendapat telepon dari ibunya, dia harus pulang. Dan besoknya, Tia mengantar Billy ke bandara. Tia sebenarnya tak mau jauh dari Billy. Dia menangis saat Billy memeluknya. Tia berharap Billy cepat sembuh dan kembali bersamanya. Billy, Ill wait for you. Kata Tia. Good bye, Billy tersenyum. --Billy, semangat ya jalani pengobatanmu. Kata Tia yang menelepon Billy sehari setelah keberangkatan Billy ke Singapura. terima kasih ya, Tia. Aku sangat bersemangat saat ini. suara Billy terdengar di ponsel Tia. Aku mendoakanmu agar cepat sembuh dan kembali ke sini, Bill. Aku kangen kamu, Billy.

iya, Tia. Aku juga kangen kamu. Tia, aku tutup dulu ya. Aku udah mau mulai. Itu adalah suara terakhir Billy di telinga Tia. Billy tak bisa mempertahankan hidupnya. Ya, Billy meninggalkan raganya saat itu. Tia mendengar dari orang tua Billy yang menelepon setengah jam setelah Billy mengakhiri suaranya di telepon. Tia tak bisa berkata apa-apa. Dia menangis. Rasa kehilangan melanda hatinya. --Tia menitikkan air mata di pipinya sambil melihat langit dan tetap memegang kalung dari kotak kecil tadi. Billy sudah tiada saat itu tapi, dia adalah langit yang dia lihat sekarang. Langit itu cerah, biru, menandakan Billy sedang tersenyum ceria. Tia yakin Billy saat ini tersenyum untuknya. Billy juga ada di hatinya dan menjadi langit untuknya.

Anda mungkin juga menyukai