Anda di halaman 1dari 2

Sebuah Pilihan

Setiap musim semi tiba, aku selalu menyempatkan diri pergi ke taman yang tidak jauh dari rumahku untuk menyegarkan diri atau sekedar untuk menyapa para bunga yang seakan memanggilku. Tidak tahu mengapa aku sangat mencintai bunga. Batin ini terasa sejuk ketika aku bertemu dengan bunga-bunga yang bermekaran dengan warna cantik nan anggun di tubuhnya. Mungkin karena aku mempunyai sifat yang sama dengan almarhum ibu ku yang juga pecinta bunga. Sudah 5 tahun beliau meninggal, dan aku tinggal bersama ayah di pusat kota Nicosia. Tepatnya di komplek perumahan Sinagog yang kecil ini. Sore ini aku telah berjanji dengan Lourie tetanggaku sekaligus sahabatku untuk pergi ke taman. Lourie termasuk anak yang cerdas di sekolah. Ia selalu masuk 5 besar, bahkan hingga kelas 8 sekarang ini. Sedangkan aku, aku berada di 10 besar pun aku sudah sudah bersyukur karena kelasku ini adalah kelas terunggul di Nioubery Junior High School. Aku sering iri dengan Lourie yang sangat cantik dengan rambut pirangnya yang terurai panjang sepinggang, andai saja rambut ku yang pendek ini bisa cepat panjang seperti dia. Sudah lama kau disini Lourie? dengan nafas terengap-engap dan berkeringat aku berkata kepada Lourie yang sedang duduk di bangku taman. Mungkin Lourie sedikit kesal denganku karena aku terlambat datang ke taman. Huh! Dasar kau Ellen! Aku sudah hampir setengah jam menunggumu disini. Mengapa kau bisa terlambat sedangkan rumahmu cukup dekat? tanya Lourie kesal. Kau seperti tidak tahu saja. Aku harus menyelesaikan pekerjaan rumah dahulu sebelum pergi. Maafkan aku Ellen. Jawabku sambil duduk di dekat Lourie. Setelah lama bergosip. Kami pun beranjak dari kursi taman untuk mengerjakan tugas diberikan oleh guru. Aku dan Lourie memang sangat suka bergosip, mulai dari menggosip teman di sekolah sampai guru yang kami benci. Bu Diover biasa kita memanggilnya, ia guru biologi yang sangat galak. Dialah yang memberi tugas kelompok ini. Aku mendapat tugas bunga Cyclamen dan Lourie mendapat tugas bunga Tulip. Lourie dan aku pun berpisah untuk mencari bunga masing-masing. Aku sudah mengerti betul denah taman ini karena waktu aku masih kecil ibuku sering mengajakku ke sini dan mengenalkan banyak jenis bunga. Tentu saja bunga Cyclamen yang banyak tumbuh di negara Cyprus yang padat ini juga ia perkenalkan. Tapi semenjak ibu meninggal aku jadi sedikit lupa dengan sebagian nama bunga di taman ini. Aku juga tidak begitu ingat dengan bentuk dan warna dari bunga Cyclamen, tapi untung saja ada nama pada masing-masing bunga yang tertera pada plangkat yang bisa menolongku untuk mencari bunga Cyclamen. Terlihat dari jauh olehku, bunga berwarna merah ke jinggaan yang begitu menawan. Seperti aku kenali, sangat menarik perhatian ku untuk melihatnya. Aku pun mulai mendekat, dan aku lihat nama yang tertera pada plangkat. YES! Akhirnya aku mendapatkanmu Cyclamen! Atau akan ku sebut kau si bunga menawan! Hahaha. Teriak ku sambil tertawa. Ellen! Aku mencarimu kemana-mana ternyata kau disini! Suaramu terdengar sampai lampu taman yang ada di sana! Kata Lourie sambil berlari ke arahku. Ups! Aku terlalu bersemangat sampai tidak tahu tempat. Hahaha. Aku menyeringai lebar. Tidak terasa aku dan Lourie pun pulang dengan membawa setangkai bunga Tulip dan Cyclamen. Aku senang hari ini dapat pergi ke taman setelah lebih dari 2 minggu aku tidak ke sana karena tugas sekolah dan pekerjaan rumah yang tidak bisa aku tinggalkan. Rumah Louroi cukup jauh dari taman, kami harus berpisah di depan pagar rumahku karena Lourie harus berbelok ke kanan. Aku dan Lourie saling melambaikan tangan. Sepertinya ayah lembur lagi hari ini. Ucapku pelan sambil melihat ke arah rak sepatu yang ada di samping jendela. Aku bergegas membuka pintu rumah untuk meletakan setangkai

Cyclamen di pot yang berisi air yang sudah aku siapkan sebelum pergi ke taman siang tadi.Tebakkanku benar, ayah belum pulang dari kantornya. Ya, aku memakluminya. Sebagai orang tua tunggal ayahku bekerja keras siang dan malam untuk menghidupi aku dan dia. Aku berbaring di tempat tidurku setelah meletakan bunga Cyclamen beserta potnya di jendela di kamarku. Setelah lama aku memandangi bunga itu dari tempat tidurku yang sempit ini, aku merasa ada yang aneh dengan bunga itu. Aku merasakan ada nyawa dari dalam bunga yang aku petik sore tadi. Mungkin hanya perasaanku saja. Atau mungkin, aku benar.

Huaaaaaaammmm. Selamat pagi dunia! Ucapku sambil meregangkan tangan. Kulirik jam yang ada di atas meja menunjukkan pulul 6 pagi. Aku memang sudah terbiasa untuk bangun pagi. Seketika teringat olehku bunga Cyclamen yang diketakan di jendela. Loh? Siapa yang berani mengambil bunga ku? Aku terkejut dan menggerutu dalam hati. Aku terus mencari-cari sampai ke bawah meja kamarku. Lalu sambil menuruni tangga dengan secepat mungkin aku berteriak dengan keras Ayaaaaaahhh!!! Dimana bunga Cyclanen yang aku letakan di jendela??? Aku tidak mengerti maksudmu Ellen, ayah tidak tahu bunga yang kau maksud ada dimana. Memang tadi malam aku melihat setangkai bunga di jendela kamarmu, tetapi aku tidak sama sekali menyentuhnya apa lagi untuk memindahkannya.

Anda mungkin juga menyukai