Anda di halaman 1dari 17

Sudaryatno Sudirham

Analisis Keadaan Mantap Keadaan

Rangkaian Sistem Tenaga

ii

BAB 9

Pembebanan Tak Seimbang


Pada pembebanan seimbang, model satu fasa mempermudah analisis sistem tiga fasa. Apabila beban tidak seimbang, sistem akan mengandung fasor-fasor tidak seimbang, baik arus maupun tegangannya. Apabila fasor-fasor tidak seimbang tersebut dapat diuraikan kedalam komponen-komponen yang seimbang maka masing-masing komponen seimbang dapat dianalisis menggunakan model satu fasa. Jadi kita memandang sistem tak seimbang sebagai superpoisi dari sistem seimbang. Komponen-komponen seimbang itu disebut komponen simetris. Dalam pembahasan komponen simetris ini kita hanya akan melihat sistem tiga fasa. Bahwa fasor tegangan (ataupun arus) dalam sistem tak seimbang dapat dinyatakan sebagai jumlah dari fasor tegangan (atau arus-arus) yang seimbang dikemukakan oleh C.L. Fortesque memaparkan dalam papernya, pada 1918. 9.1. Pernyataan Komponen Simetris Hanya ada tiga kemungkinan fasor tiga fasa seimbang yang dapat digunakan untuk menyatakan komponen-komponen dari fasor tiga fasa tak seimbang, yaitu: a) Fasor tiga fasa seimbang urutan positif, ABC. b) Fasor tiga fasa seimbang urutan negatif, CBA. c) Fasor tiga fasa tanpa beda sudut fasa yang disebut urutan nol Ketiga sistem fasor tersebut diperlihatkan pada Gb.9.1.

9-1

a) Fasor urutan positif (ABC):

V1A = V10o V1B = V1 120


o

Im
V1C 120 o Re V1B 120 o V1A

V1C = V1 240o

b) Fasor urutan negatif (CBA)

Im

V2 A = V20

o o

V2 B

120 o Re 120 o V2 A

V2B = V2 +120

V2C = V2 + 240o
c) Fasor urutan nol

V2C

V0 A = V0 V0B = V0 V0C = V0

Im

V0 A = V0B = V0C = V0
Re

Operator a. Untuk menyatakan menggunakan operator a yaitu


a = 1120 o

komponen

simetris

kita (9.1)

Operator semacam ini telah kita kenal yaitu operator j di mana

j = 190 o .
Dengan menggunakan operator a maka fasor urutan positif dapat kita tuliskan

V1A = V1 ;

V1B = a 2 V1 ;

V1C = aV1

(9.2)

9-2 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

dan fasor urutan negatif sebagai

V2 A = V2 ;

V 2 B = aV 2 ;

V2C = a 2 V2

(9.3)

Fasor Tak Seimbang. Fasor tak seimbang merupakan jumlah dari komponen-komponen simetrisnya.

V A = V0 A + V1A + V2 A = V0 + V1 + V2 VB = V0 B + V1B + V2 B = V0 + a 2 V1 + aV2 VC = V0C + V1C + V2C = V0 + aV1 + a V2


yang dapat kita tuliskan dalam bentuk matriks
V A 1 1 2 VB = 1 a VC 1 a 1 V0 a V1 a 2 V2
2

(9.4)

(9.5)

9.2. Mencari Komponen Simetris Komponen-komponen simetris adalah besaran-besaran hasil olah matematik. Ia tidak diukur dalam praktek. Yang terukur dalam praktek adalah besaran-besaran yang tak seimbang yaitu V A , V B , VC . Komponen simetris dapat kita cari dari (9.4) dengan menjumlahkan fasor-fasor dan dengan mengingat bahwa (1+a+a2) = 0, yaitu

V A = V0 + V1 + V2 VB = V0 + a 2 V1 + aV2 VC = V0 + a V1 + a 2 V2

V A + V B + VC = 3V0 + (1 + a 2 + a ) V1 + (1 + a + a 2 ) V = 3V0

V0 =

1 VA + VB + VC 3

(9.6)

9-3

Jika baris ke-dua (9.4) kita kalikan dengan a dan baris ke-tiga kita kalikan dengan a2, kemudian kita jumlahkan, kita peroleh:

V A = V0 + V1 + V2 aV B = aV0 + a 3 V1 + a 2 V2 a 2 VC = a 2 V0 + a 3 V1 + a 4 V2

VA + aVB + a 2 VC = (1 + a + a 2 ) V0 + 3V1 + (1 + a 2 + a ) V2 = 3V1

V1 =

1 V A + aVB + a 2 VC 3

(9.7)

Jika baris ke-dua (9.4) kita kalikan dengan a2 dan baris ke-tiga kita kalikan dengan a, kemudian kita jumlahkan, kita peroleh:

V A = V0 + V1 + V2 a 2 V B = a 2 V0 + a 4 V1 + a 3 V2 aVC = aV0 + a 2 V1 + a 3 V2

V A + a 2 VB + aVC = (1 + a 2 + a ) V0 + (1 + a + a 2 ) V1 + 3V2 = 3V2

V2 =

1 V A + a 2 VB + aVC 3

(9.8)

Relasi (9.6), (9.7), (9.8) kita kumpulkan dalam satu penulisan matriks:
V0 1 1 1 V1 = 3 1 a V2 1 a 2 1 VA a 2 VB a VC

(9.9)

Dengan demikian kita mempunyai dua relasi antara besaran fasa dan komponen simetrisnya yaitu (9.5) dan (9.9) yang dapat kita tuliskan dengan lebih kompak sebagai berikut.

9-4 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

~ ~ V ABC = [T] V012 ~ ~ V012 = [T]1 V ABC


dengan

(9.10)

1 1 [T] = 1 a 2 1 a

1 a a2

dan

[T]

1 1 1 = 1 a 3 1 a 2

1 a2 a

(9.10.a)

Dengan cara yang sama kita dapat memperoleh relasi untuk arus
I A 1 1 2 I B = 1 a I C 1 a I 0 1 I 0 1 1 I dan I = 1 1 a a 1 1 3 I 2 1 a 2 a 2 I 2 1 I A a 2 I B (9.11) a I C

sehingga secara keseluruhan kita dapatkan relasi untuk tegangan dan arus:

~ ~ ~ ~ V ABC = [T ] V012 dan V012 = [T ]1 V ABC ~ ~ ~ ~ I ABC = [T ] I012 dan I012 = [T ]1 I ABC

(9.12)

CONTOH-9.1: Pada suatu pembebanan tak seimbang terukur arus-arus sebagai berikut:

I A = 9060 o A, I B = 60 60 o A, I C = 0 A
Hitunglah arus-arus komponen simetrisnya. Penyelesaian:
I1 = 1 I A + aI B + a 2 I C 3 1 = 9060 o + 6060 o + 0 = 5060 o = 25 + j 43,3 A 3

( (

9-5

I2 =

1 I A + a 2 I B + aI C 3 1 = 9060 o + 60180 o + 0 = 3060 o + 20180 o 3 = 15 + j 25,9 20 = 5 + j 25,9 A

( (
(

I0 =

1 I A + I B + IC 3 1 = 9060 o + 60 60 o + 0 = 3060 o + 20 60 o 3 = 15 + j 25,9 + 10 j17,3 = 25 + j8,6 A

Dalam Contoh-9.1 ini, IC = 0. Dengan diperolehnya nilai arus komponen simetris, kita dapat melakukan verifikasi dengan menghitung arus I C . Dari (9.11) kita peroleh

I C = I 0 + aI 1 + a 2 I 2

= 25 + j8,6 + 50180 o + 30300 o + 2060 = 25 + j8,6 50 + 15 j 25,98 + 10 + j17,32 = 0 A


Sesuai dengan yang diketahui. 9.3. Impedansi Urutan Jika impedansi Z A , Z B , Z C merupakan impedansi seri dengan tegangan V A , V B , VC maka

I A V A V B = [Z ABC ] I B atau I C V B
(9.13)

~ ~ V ABC = [Z ABC ] I ABC

9-6 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

arus yang melalui impedansi. [Z ABC ] adalah matriks 3 3, yang elemen-elemennya merupakan impedansi total yang terdiri dari impedansi sendiri dan bersama. Matriks ini belum tentu diagonal tetapi memiliki simetri tertentu. Simetri ini adalah sedemikian rupa sehingga matrik impedansi urutan, yaitu [Z 012 ] merupakan matriks diagonal atau hampir diagonal. Kita akan melihat sebuah contoh. CONTOH-9.2: Suatu saluran tiga fasa masing masing memiliki reaktansi sediri Xs sedangkan antar fasa terdapat reaktansi bersama Xm. Tentukanlah impedansi urutan.

~ V A adalah tegangan antar terminal impedansi dan I a adalah

Perhatikan bahwa Xs adalah reaktansi sendiri dan Xm adalah reaktansi bersama sehingga tegangan antara terminal impedansi adalah

V A V A = jX s I A + jX m I B + jX m I C VB VB = jX m I A + jX s I B + jX m I C VC VC = jX m I A + jX m I B + jX s I C
yang dapat dituliskan dalam bentuk matriks

V A V A X s V B VB = X m VC VB X m

Xm Xs Xm

X m I A X m I B X s I C

9-7

dan dapat dituliskan dengan lebih kompak ~ ~ ~ V ABC V ABC = [Z ABC ] I ABC Dari (9.12) kita turunkan ~ ~ V ABC = [T ] V012 ~ ~ V ABC = [T ] V012 ~ ~ I ABC = [T ] I012 sehingga

~ ~ [T]V012 [T]V012 = [Z ABC ][T] ~012 I dan ~ ~ ~ V012 V012 = [T ]1 [Z ABC ][T ] I012
Pada relasi terakhir ini:

[T]-1 [Z ABC ][T] = 1 1


3

1 a

X s + 2X m 1 1 Xs + 2Xm j 2 2 = X s X m aX s + (1 + a ) X m a X s + (1 + a ) X m 1 a 2 3 X s X m a 2 X s + (1 + a ) X m aX s + (1 + a 2 ) X m 1 a 0 0 X s + 2Xm 0 0 Xs Xm = j 0 0 Xs Xm

1 a 2 X s + 2Xm

1 a2 a

Xs jX m Xm

Xm Xs Xm

X m 1 1 X m 1 a 2 X s 1 a

1 a a2 1 a a2

sehingga

V0 V0 V1 V1 = V2 V2

X s + 2X m 0 j 0

Xs Xm 0

I 0 I 0 1 X s X m I 2
0

yang dapat ditulis secara kompak ~ ~ ~ V012 V012 = [Z 012 ] I012


9-8 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

Untuk rangkaian dalam contoh di atas, dapat didefinisikan Impedansi urutan nol Z 0 = j ( X s + 2 X m ) Impedeansi urutan positif Z1 = j ( X s X m ) Impedansi urutan negatif Z 2 = j ( X s X m ) Rangkaian ekivalen urutan dari rangkaian dalam ini digambarkan sebagai berikut:

Z0 V0

V0

Z1 V1

V1

Z2 V2

V2

Urutan nol

Urutan positif

Urutan negatif

Gb.9.1. Rangkaian ekivalen urutan. 9.3. Daya Pada Sistem Tak Seimbang Daya pada sistem tiga fasa adalah adalah jumlah daya setiap fasa.
S 3 f = V A I + VB I + VC I C A B

= VA

VB

I A VC I B I C

(9.14)

= V ABCT I ABC
Relasi (9.12) memberikan ~ ~ ~ ~ V ABC = [T ] V012 V ABCT = V012T [T ]T ~ ~ ~ ~ I ABC = [T ] I012 I ABC = [T ] I012 sehingga (9.14) menjadi

(9.15)

~ S 3 f = V012T [T ]T [T ] I 012

(9.16)

9-9

Pada (9.16) ini kita hitung [T ]T [T ]

[T]T [T ] = 1

1 a2 1 a

1 1 1 a 1 a a 2 1 a 2

1 3 0 0 1 0 0 a 2 = 0 3 0 = 30 1 0 0 0 1 a 0 0 3

Dengan demikian (9.16) dapat dituliskan

~ S 3 f = 3V012T I 012 atau


= 3 V0 I 0 + V1 I1 + V2 I 2

(9.17)

CONTOH-9.3: Hitunglah daya tiga fasa pada kondisi tidak seimbang seperti berikut: 10 j10 10 kV dan I V ABC = ABC = 10 A 0 10 Penyelesaian:

j10 = 10 V ABCT = [10 10 0] dan I ABC 10


Kita akan memperoleh daya tiga fasa langsung dengan mengalikan kedua matriks kolom ini j10 S 3 f = [10 10 0] 10 = j100 + 100 + 0 10

= (100 j100) kVA


Hasil ini kita peroleh dengan mengaplikasikan langsung formulasi daya dengan mengambil nilai-nilai tegangan dan arus yang tiadak simetris. Berikut ini kita akan menyelesaikan soal ini melalui komponen simetris. Tegangan urutan adalah:
9-10 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

1 1 ~ 1 1 ~ V012 = [T ] V ABC = 1 a 3 2 1 a ~ Dari sini kita hitung V012T

1 10 0 = 1 10 a10 + 0 2 a 10 3 10 a 2 10 + 0 a 0

1 ~ V012T = 0 10 a10 10 a 2 10 3
Arus urutan adalah:

1 1 ~ 1 1 ~ I012 = [T ] I ABC = 1 a 3 1 a 2

1 j10 a 2 10 a 10

0 0 1 2 1 = j10 a10 a 10 = j10 + 10 3 3 j10 a 2 10 a10 j10 + 10 0 ~ 1 I012 = j10 + 10 3 j10 + 10


Daya tiga fasa adalah seperti dinyatakan oleh (9.17). ~ S3 f = 3V012T I012
0 1 1 j10 + 10 2 = 3 0 10 - a10 10 a 10 3 3 j10 + 10 1 = 0 + (10 a10)( j10 + 10) + (10 a 210)( j10 + 10) 3 1 = (300 j300) = (100 j100) kVA 3

Hasil ini sama dengan yang diperoleh pada perkalian langsung. (catatan: a + a 2 = 1 ).
9-11

9.4. Sistem Per-Unit


Sistem per-unit sesungguhnya merupakan cara penskalaan atau normalisasi. Besaran-besaran sistem dalam satuan masing-masing, tegangan dalam volt arus dalam ampere impedansi dalam ohm, ditransformasikan ke dalam besaran tak berdimensi yaitu per-unit (disingkat pu). Pada mulanya transformasi ke dalam per-unit dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan, namun dengan perkembangan penggunaan computer maksud penyederhanaan itu sudah tidak berarti lagi. Walaupun demikian, beberapa keuntungan yang terkandung dalam sistem per-unit (yang akan kita lihat kemudian) masih terasakan dan oleh karena itu kita akan pelajari. Nilai per-unit dari suatu besaran merupakan rasio dari besaran tersebut dengan suatu besaran basis. Besaran basis ini berdimensi sama dengan dimensi besaran aslinya sehingga nilai per-unit besaran itu menjadi tidak berdimensi

Nilai per - unit =

nilai sesungguhnya nilai basis

Nilai sesungguhnya mungkin berupa bilangan kompleks, namun nilai basis yang ditetapkan adalah bilangan nyata. Oleh karena itu sudut fasa nilai dalam per-unit sama dengan sudut fasa sesungguhnya. Sebagai contoh kita ambil daya kompleks

S = V I = VI( )

(9.18)

di mana adalah sudut fasa tegangan dan adalah sudut fasa arus. Untuk menyatakan S dalam per-unit kita tetapkan Sbasis yang berupa bilangan nyata, sehingga

S pu =

S( ) = S pu ( ) S basis

(9.19)

Didefinisikan pula bahwa

S basis = Vbasis I basis

(9.20)

9-12 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

Nilai Sbasis dipilih secra bebas. Oleh karena itu, kita dapat memilih salah satu Vbasis atau Ibasis untuk ditentukan secara bebas, tetapi tidak kedua-duanya. Jika kita ambil rasio dari (9.18) dan (9.20) kita peroleh

S pu =

VI S = = V pu I pu S basis Vbasis I basis

(9.21)

Nilai basis untuk impedansi ditentukan menggunakan relasi

Z basis

2 Vbasis Vbasis = = I basis S basis

(9.22)

Dengan Zbasis ini relasi arus dan tegangan

V = Z I atau Z =
akan memberikan

V I

Z V/I atau = Z basis Vbasis / I basis Z pu = V pu I pu


Karena Z = R + jX maka (9.23)

R + jX Z R X = = +j Z basis Z basis Z basis Z basis Z pu = R pu + jX pu

atau (9.24)

Jadi tidaklah perlu menentukan nilai basis untuk R dan X secara sendiri-sendiri. Selain itu tidak pula diperlukan menentukan nilai basis untu P dan Q secara sendiri-sendiri.

S S basis

P + jQ S basis

atau (9.25)

S pu = Ppu + Q pu

9-13

CO TOH-9.4: Nyatakanlah besaran-besaran pada rangkaian satu fasa berikut dalam per-unit dengan mengambil Sbasis = 1000 VA dan Vbasis = 200 V.

V = 200 0 o V

j4 j8

Penyelesaian: S basis = 1000 VA;

Vbasis = 200 V

S 1000 I basis = basis = =5 A Vbasis 200 V 200 Z basis = basis = = 40 I basis 5 2000 o = 10 o pu 200 4 4 = 0,1 pu ; X Cpu = = 0,1 pu ; R pu = 40 40 8 = 0,2 pu X Lpu = 40 Transformasi rangkaian dalam per-unit menjadi
Maka: V pu =

10 o pu

0,1 pu j 0,1 pu j 0,2 pu

Z pu = 0,1 j 0,1 + j 0,2 = 0,1 + j 0,1 = 0,1 245 o pu I pu = V pu Z pu =

10 o 0,1 245
o

= 5 2 45 o pu

S pu = V pu I pu

= 10 o 5 245 o = 5 245 o pu

9-14 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

Sistem Tiga Fasa. Sistem tiga fasa sangat luas dipakai dalam penyediaan energy listrik. Oleh karena itu dikembangkan pengertian nilai basis tambahan sebagai berikut. S basis3 f = 3S basis

V Lbasis = Vbasis 3 Z Ybasis = Z basis Z basis = 3Z basis I Lbasis = I basis I Ybasis = I basis I basis = I basis / 3
Bagaimana implementasi dari nilai-nilai basis di atas, akan kita lihat pada contoh berikut ini. CO TOH-9.5: Sebuah sumber tiga fasa dengan tegangan fasa-fasa 6 kV mencatu dua beban seimbang yang tersambung parallel. Beban-A: 600 kVA, factor daya 0,8 lagging. Beban-B: 300 kVA, factor daya 0,6 leading. Tentukan nilai basis untuk sistem ini, hitung arus saluran dalam per-unit dan dalam ampere, dan impedansi beban A. Penyelesaian: Penentuan nilai basis adalah sembarang. Kita pilih Sbasis3f = 600 kVA dan VLbasis = 6 kV, sehingga (9.26)

600 = 200 kVA 3 6 = 3464 V Vbasis = 3 200 S = 57,74 A Ibasis = basis = Vbasis 6 / 3 Sbasis = 3464 V = 60 Zbasis = basis = Ibasis 57,74
Sumber ini terbebani seimbang sehingga hanya ada urutan positif. Besaran per fasa adalah:

9-15

Beban-A:
SA = 600 = 200 kVA; A = cos 1 (0,8) = +36,9 o (f.d. lag ) 3 SA S basis = 200 + 36,9 o = 136,9 o 200

S A = 20036,9 kVA S Apu = V Apu = 6/ 3

= 10 o ; 6/ 3 S Apu 136,9 o = I = = 136,9 o I Apu = 1 36,9 = 0,8 j 0,6 Apu V Apu 10 o

Beban-B:

SB =

300 = 100 kVA; B = cos(0,6) = 53,1o (f.d. lead ) 3 SB S basis 100 53,1o = 0.5 53,1o 200

S B = 100 53,1o kVA S Bpu = =

V Bpu = V Apu = 10 o
I Bpu =

S Bpu V Bpu

0,5 53,1o 10
o

= 0,5 53,1o

I Bpu = 0,553,1o = 0,3 + j 0,4


Arus saluran:
I pu = I Apu + I Bpu = 0.8 j 0,6 + 0,3 + j 0,4 = 1,1 j 0,2

I = (1,1 j 0,2) 57,74 = 63,51 j11,55 = 64,55 10,3 o A


Impedansi beban-A: Z Apu =

V Apu I Apu

10 o 1 36 o

= 136,9 o

Z A = 6036,9 o = (48 + j 36)

9-16 Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Sistem Tenaga

Anda mungkin juga menyukai