Anda di halaman 1dari 22

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Umum Mengenai Kelapa Sawit Pabrik kelapa sawit (PKS) adalah Pabrik yang mengolah Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit dengan proses standar menjadi produk minyak sawit kasar (CPO) dan inti sawit ( kernel ). Pabrik kelapa sawit dibangun berdasarkan suatu rancangan ( design ) tertentu sesuai dengan keinginan atau kebutuhan si pemilik (owner) namun berdasarkan pengalaman selama ini, pembangunan PKS baik yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta nasional, dirancang dan dibangun dengan kapasitas terpasang 30 ton s/d 60 ton TBS/jam. Bahan baku ( Rare Material ) yang digunakan untuk memproduksi minyak sawit kasar adalah tandan buah segar (TBS) yang diperoleh dari pohon kelapa sawit yang telah berumur lebih dari 3 tahun. Tanaman kelapa sawit dengan nama ilmiah Elaeis guineeusis jaeg termasuk famili Arecaceae adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis yang termasuk tanaman tahunan. Tanaman ini sudah dikembangkan di daerah Asia Tenggara dan Amerika Selatan. Pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848 sebagai sentra plasma nutfah, ditanam di kebun raya bogor. Percobaan percobaan banyak dilakukan di berbagai tempat di Jawa, Sumatra dan pulau pulau lainnya. Semua dilaporkan dengan baik dan kemudian dilanjutkan pengembangannya. Buah kelapa sawit adalah buah dengan berat sekitar 3 40 kg setiap tandan disusun oleh buah dengan berat sekitar 10 20 gram/ butir yang duduk pada bulir. Setipa bulir terdiri dari 10 18 butir buah tergantung pada

Universitas Sumatera Utara

kesempurnaan

penyerbukan. Beberapa bulir membentuk tandan. Buah sawit

yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit. Tandan Buah Sawit terdiri dari unsur unsur :

1. Danging buah (Mesocarp) 2. Sabut (Fibres) 3. Cangkang ( Shell) 4. Inti (Kernel)

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah iklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/ tahun dan suhu sekitar 22 32o C. tanaman kelapa sawit sudah mulai menghasilkan pada umur 24 30 bulan. Buah yang pertama keluar masih dinyatakan dengan buah pasir, sehingga belum dapat diolah dalam pabrik karena mengandung kadar minyak yang rendah. Dalam satu pohon dijumpai buah betina dan buah jantan yang berbeda sehingga penyerbukannya disebut penyerbukan silang. Jumlah bunga betina dan bunga jantan yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat tanaman dan pengaruh lingkungan seperti penyinaran, pemupukan dan perlakuan lainnya. Umur buah tergantung jenis tanaman, umur tanaman dan iklim. Umumnya buah telah dapat dipanen setelah berumur 6 bulan terhitung sejak penyerbukan. Dengan semakin berkurangnya minyak bumi serta kepekaan masyarakat internasional tentang polusi dan lingkungan maka prospeknya sebagai pengganti bahan bakar, pelumas deterjen yang berasal dari minyak bumu akan semakin baik. Oleh karena tuntutan kebutuhan akan minyak mentah dan sumber devisa negara , minyak mentah yang dihasilkan dari buah kelapa sawit perlu diadakan

Universitas Sumatera Utara

peningkatan pengolahan dari buah sawit menjadi minyak mentah (CPO). Untuk ini diperlukan standar dan pengawasan mutu produksi guna menekan kerugian yang terjadi. Kerugian ini kemungkinan dapat terkadi pada saat perlakuan di kebun kelapa sawit dan dapat juga terjadi pada kelalaian sewaktu pengolahan dipabrik kelapa sawit. 1. Varietas Buah Tanaman kelapa sawit dapat dibagi dalam beberapa varietas, varietas ini dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurungnya yaitu : a. Dura Presentase mesocrap terhadap buah bervariasi 35 - 50 % dan dijumpai ada yang mencapai 65 %. Tebal cangkang antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Inti relatif besar dan Daging buah tipis, serta rendemen relatif rendah 17 - 18%. Dura sangat baik digunakan sebagai induk betina. b. Pisifera Dengan karateristik tidak mempunyai cangkang. Sisa cangkang digantikan oleh lingkar serabut disekeliling inti. Karena tidak ada cangkang presentase mesocrap relatif tinggi. terhadap, buah relatif besar dan rendemen sangat tinggi. Pisifera disebut juga sebagai pohon betina yang steril karena, sebagian besar tandan aborsi pada awal perkembangannya. Karena itu pisifera tidak dapat ditanam secara komersial. Pisifera digunakan sebagai induk jantan. Oleh karena itu dari hasil persilangan dura dengan pisifera dihasilkan tipe ketiga yaitu tenera.

Universitas Sumatera Utara

c. Tenera Tipe ini banyak ditanam secara komersial diperkebunan. Mempunyai karakteristik gabungan dari kedua induknya, tebal cangkang antara 0,5 - 4 mm disekelilingnya ada lingkar serabut. Ratio mesocrap terhadap buah sangat tinggi 60 90 %. Menghasilkan tandan relatif lebih banyak dibandingkan dura, walaupun ukuran tandan lebih kecil dari dura. Rendemen 22 24 %. Pada Gambar 2.1 dapat dilihat berbagai varietas buah sawit.

a. Dura

b. Pisifera

c. Tenera

Gambar 2.1 Varietas buah sawit ( Dura, Pisifera, dan Tenera) Satu pohon sawit menghasilkan 15 25 tandan per tahun dengan rata rata berat tandan 3,5 4,5 kg pada tanaman muda dan 8 12 tandan pertahun dengan berat rata rata 20 25 kg tanaman dewasa dan tua. Di PT. Perkebunan Nusantara IV sawit yang biasa diterima adalah Dura Dan Tenera. Kelapa sawit tumbuh pada ketinggian 200 400 meter diatas permukaan laut dan beriklim tropis dengan curah hujan 2000 2500 mm/thn pada suhu 22C 32C. Kelembaban juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman ini, kandungan air pada tanah 25% - 30%.

Tanaman kelapa sawit secara umum waktu tumbuhnya rata-rata 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini sebab

Universitas Sumatera Utara

dikarenakan kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah kelapa sawit mulai berbuah pada usia dua setengah sampai tiga tahun. Pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut sebagai periode matang, dimana pada periode tersebut

menghasilkan buah tandan segar dan terkadang pada usia 20 25 tahun tanaman kelapa sawit mati. Semua komponen kelapa sawit dapat dimanfaatkan secara maksimal. Buah sawit memiliki daging dan biji sawit, dimana daging buah sawit diolah menjadi CPO. Sementara itu sebagian dari cangkang biji sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. 2. Pemeriksaan Buah Metode pengambilan contoh yang diperiksa mutunya dilakukan secara sembarang terhadap buah yang diambil setiap hari tersebut minimal sebanyak 1 3 janjangan tiap afdeling. 3. Klasifikasi Mutu Dasar penentuan klasifikasi mutu buah yang dipakai adalah menurut kriteria panen baru dari bagian tanaman dimana yang dikatakan buah masak/ normal bagi tanaman.

Klasifikasi mutu tersebut adalah : - Terutama 3 7 tahun berondolan buah 10 ke atas. - Dewasa 8 20 tahun, berondolan 20 ke atas. - Setengah tua 21 tahun, berondolan 40 ke atas.

Universitas Sumatera Utara

4. Standar Mutu Untuk menentukan mutu suatu minyak maupun inti sawit baik atau tidaknya diperlukan standart mutu. Adapun faktor yang menentukan bahwa mutu minyak sawit dan mutu inti sawit baik atau tidak adalah :

1. Untuk minyak sawit (CPO) meliputi antar lain : a. Kadar FFA (Free Fatty Acid) b. Kadar air c. Kadar kotoran 2. Untuk mutu inti kelapa sawit meliputi antara lain : a. Kadar FFA (Free Fatty Acid) b. Kadar air c. Kadar kotoran d. Inti pecah 3. Tandan Buah Sawit (TBS) dengan mutu yang baik akan menghasilkan : a. Minyak sebanyak 20-25% b. Inti (kernel) sebanyak 4-6% c. Cangkang 5-9% d. Tandan kosong (empty fruit bunch) 20-22% e. Serat (fiber) 12-14% 4. Sedangkan Buah Berondolan akan menghasilkan: a. Minyak sebanyak 30-34% b. Nut (biji) 15-17% c. Serat (fiber) 14-30% 5. Sampah 2-10%

Universitas Sumatera Utara

Inti sawit merupakan hasil yang lain dari pengolahan Pabrik Kelapa Sawit. Untuk mutu Kelapa Sawit yang baik mempunyai kadar air kurang 7 %, kadar FFA kurang dari 2 % dan kadar kotoran kurang dari 4 %.

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian.

2.2 Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Cairan yang keluar dari alat kempa (presan) terdiri dari campuran minyak, air dan padatan bukan minyak ( NOS = Non Oil Solid). Untuk memisahkan minyak dari fase lainnya perlu dilakukan dengan proses pemurnian yang disebut dengan klarifikasi. Minyak tersebut perlu segera dimurnikan dengan maksud agar tidak terjadi penurunan mutu akibat adanya reaksi hidrolisis dan oksidasi. Hidrolisis dapat terjadi karena cairan bersuhu panas dan cukup banyak air, demikian juga oksidasi akan terjadi dengan adanya NOS yang berupa bahan organik dan anorganik seperti Fe dan Cu berperan sebagai katalisator yang mempercepat terjadinya reaksi yang cepat. . Maka dengan proses ini akan dihasilkan minyak sawit mentah (crude palm oil). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air di dalam minyak. Minyak sawit ini dapat di tampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni, dan hasil olahan lainnya. Sedangkan sisa olahannya yang berupa lumpur masih dapat dimanfaatkan dengan proses daur ulang untuk diambil minyak sawitnya.

Universitas Sumatera Utara

Dalam cairan terdapat beberapa fase yang sulit dipisahkan dengan satu cara, maka dilakukan pemisahan fase minyak, fase NOS dan fase air dengan beberapa tahapan. Pemisahan minyak dari fraksi cairan lainnya dilakukan dengan berdasarkan sebagainya. prinsip filtrasi, pengendapan, penguapan, sentrifugasi dan

Dalam buah yang direbus terdapat komposisi minyak 54%, air 28% dan NOS 18% dan jika diperas dengan screw press maka komposisi ini akan berubah menjadi cairan dengan kandungan minyak 66%, air 24 % dan NOS 10%, berdasarkan ini dapat dihitung bahwa cairan yang keluar adalah 320 liter/ton TBS didalamnya terdapat minyak 210 liter dengan demikian perlu ditambahkan air untuk mempermudah proses pemurnian. Padatan bukan minyak yang keluar dari kempa ( presan ) diberikan istilah Non Fatty Pressing Quotient (NFPQ), yaitu jumlah padatan yang terikut dalam minyak setelah melalui ayakan yang berasal dari lumpur lapangan dan sel debris yang memiliki arti bahwa semakin tinggi NFPQ maka kehilangan minyak dalam proses klarifikasi semakin tinggi, dengan anggapan kehilangan minyak NOS tetap. NFPQ dalam minyak antara 10 20%.

2.3 Tujuan Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan ( pengepresan ) perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan/ pemurnian minyak kasar adalah agar mendapatkan minyak dengan kualitas yang sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang layak.

Universitas Sumatera Utara

Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan akan disalurkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk disaring, agar kotoran berupa serabut kasar tersebut disalurkan ketangki penampungan minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank (COT) dipanaskan hingga 95 - 100 C. Menaikkan temperatur minyak sangat penting artinya, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis (BJ) antara minyak, air dan sludge (lumpur), sehingga sangat membantu dalam proses pengendapan. Selanjutnya minyak dari crude oil tank dikirim ke tangki pengendap (continous settling tank/ clarifier tank). Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Miyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank.sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Di PKS, sludge diolah untuk dikutip kembali pada minyak yang masih terkandung didalamnya. Pengolahan sludge umumnya menggunakan alat yang disebut decanter yang menghasilkan 3 fase, yaitu light phase, heavy phase dan solid. Light phase merupakan fase cairan dengan kandungan minyak yang cukup tinggi. Oleh karena itu, fase ini harus segera dikembalikan ke crude oil tank dan siap untuk diproses kembali. Heavy phase merupakan fase cairan dengan sedikit kandungan minyak sehingga fase ini kirim ke bak fat pit untuk kemudian diteruskan ke kolam limbah. Akumulasi dari heavy phase yang tertampung pada fat pit juga masih menghasilkan minyak. Minyak ini pun dikirim ke crude oil tank untuk diproses kembali. Solid merupakan padatan dengan kadar minyak maksimum 3,5 % dari

Universitas Sumatera Utara

berat sampel. Solid yang dihasilkan ini selanjutnya diaplikasikan ke kebun sebagai pupuk.

2.4 Alur Pemurnian Minyak Kelapa Sawit Pada Stasiun Klarifikasi Minyak yang berasal dari ess masih banyak mengandung kotoran-kotoran yang berasal dari daging buah seperti stasiun pr lumpur, air dan lain-lain. Untuk mendapatkan minyak yang memenuhi standar, maka perlu dilakukan pemurnian terhadap minyak tersebut. Pada stasiun Klarifikasi ini terdiri dari beberapa unit alat pengolah untuk memurnikan minyak produksi, yang meliputi : Sand Trap Tank, Vibrating Screen, Crude Oil Tank, Continous Settling Tank (CST), Oil Tank, Purifier, Vacum Dryer, Sludge Oil Tank, Sludge Vibrating Screen, Sludge Centrifuge, Fat Pit, dan Storage Tank.

2.4.1 Sand Trap Tank Minyak hasil mesin press merupakan minyak mentah yang masih banyak mengandung kotoran-kotoran. Minyak tersebut masuk ke sand trap tank untuk mengendapkan partikel-partikel yang mempunyai densitas tinggi. Sand trap tank adalah alat yang berbentuk silinder yang bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis antara air dan minyak dimana berat jenis air lebih tinggi dari minyak, sehingga dengan mudah minyak yang berada diatas air akan mengalir ke vibrating screen. Alat ini digunakan untuk memisahkan pasir dari cairan minyak kasar yang berasal dari stasiun pengempaan yaitu screw press, melalui oil gutter minyak dari screw press masuk kemari, lalu dipanaskan sampai dengan suhu 95, dan proses pemanasan itu sendiri dengan menggunakan uap (steam) yang di injeksikan kedalamnya. Dalam proses pabrik PKS peralatan yang

Universitas Sumatera Utara

pertama kali mengeluarkan sludge adalah sand trap tank, dan pada sand trap tank terdapat buffle, yaitu suatu alat penangkap pasir atau kotoran-kotoran. Pada Gambar 2.2 dapat dilihat proses kerja dari Sand Trap.

Gambar 2.2 Sand Trap Tank Dalam hal ini Temperatur pada sand trap tank harus mencapai 95 C, agar pada saat dilakukan pembuangan (blow down), lumpur (sludge) yang keluar tidak terlalu banyak mengandung minyak, sehingga dapat menyebabkan lossis atau kehilangan minyak yang banyak. Selain itu terdapat Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektifitas sand trap tank adalah: a. temperatur b. Kondisi baffle c. Kondisi Umpan

Universitas Sumatera Utara

2.4.2 Vibrating Screen Minyak bagian atas dari sand trap tank yang masih mengandung serat dan sedikit kotoran dialirkan ke ayakan getar (vibrating screen). Proses penyaringan memakai vibrating screen bertujuan untuk memisahkan padatan non oil solid (NOS), seperti : serabut, pasir, tanah dan kotoran-kotoran lain yang masih terbawa dari sand trap tank, sehingga pada proses selanjutnya didapatkan minyak yang memenuhi proses standar.

Vibrating yang digunakan adalah double deck vibrating screen, dimana screen pertama berukuran 30 mesh dan screen kedua 40 mesh. Padatan yang tertahan pada ayakan akan dikembalikan ke digester melalui conveyor, sedangkan minyak dipompakan ke crude oil tank.

Pada alat ini harus ditambahkan air panas dengan tujuan agar partikelpartikel pasir dapat dipisahkan dengan baik, suhu air panas diusahakan agar tetap panas (90-95 C). Getaran pada vibrating screen dikontrol melalui penyetalan bandul yang diikat pada elektromotor. Getaran yang kurang mengakibatkan pemisahan tidak efektif. Kontrol kebersihan vibrating screen harus dilakukan secara rutin, agar padatan (solid) buangan dari hasil penyaringan vibrating screen tidak menumpuk. Pada Gambar 2.3 dapat dilihat proses penyaringan minyak pada Vibrating Screen.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 Vibrating Screen

2.4.3 Crude Oil Tank (COT) Minyak yang keluar dari vibrating screen dialirkan ke crude oil tank untuk ditampung sementara. Crude oil tank berfungsi untuk mengendapkan partikel partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Karena tanki ini ukurannya kecil yaitu 10 M3 dengan masa tunggu 30 45 menit untuk PKS 30 ton/ jam, dapat dikatakan bahwa retention time minyak relatif singkat sehingga lebih berfungsi mengendapkan pasir atau lumpur partikel besar, sedangkan untuk memisahkan partikel halus kurang berhasil.

Fungsi utamanya oil tank ialah menampung minyak dari ayakan sebelum di pompakan pada continous settling tank, yang ditempatkan tepat dibawah ayakan getar sehingga minyak dari ayakan getar langsung ditampung. Pada crude

Universitas Sumatera Utara

oil tank ini minyak dipanaskan dengan steam melalui sistem pipa pemanas, dan suhu dipertahankan 90-95C. Dari sini minyak dipompakan ke CST (Continuous Settling Tank).

2.4.4 Vertical Clarifier tank (VCT) Fungsi dari VCT adalah untuk memisahkan minyak, air dan sludge secara grativitasi, dimana minyak dengan berat jenis yang lebih kecil yaitu 0,8 gram/cm3 akan berada pada lapisan yang paling atas, sedangkan air yang berat jenisnya 1 gram/cm3 akan berada pada lapisan tengah, dan lumpur dengan massa jenis 1,3 gram/cm3 dari VCT. Minyak hasil dari pemisahan gravitasi pada VCT dialirkan kedalam oil tank, sedangkan sludge dialirkan kedalam sludge tank. Untuk mengetahui bahwa performa kerja VCT tersebut masih bagus maka indicator yang dapat digunakan adalah kandungan minyak pada VCT dapat mempengaruhi kandungan minyak pada sludge di under flow. Sebaiknya ketebalan lapisan minyak dalam VCT adalah 30-50 cm baru dilakukan pengutipan minyak melalui skimmer. Fungsi strirer dalam VCT adalah untuk membantu mempercepat pemisahan minyak dengan cara mengaduk dan memecahkan padatan serta mendorong lapisan minyak dengan sludge. Temperatur yang cukup (95 C) akan memudahkan proses pemisahan ini. Prinsip kerja didalam VCT dengan menggunakan prinsip keseimbangan antara larutan yang berbeda jenis. Prinsip bejana berhubungan diterapkan dalam mekanisme kerja VCT. Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bagan kerja VCT dalam memisahkan air, minyak dan sludge.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.4 Bagan Kerja Pada VCT

2.4.5 Oil Tank Fungsi oil tank adalah untuk tempat sementara minyak sebelum diolah oleh oil purifier. Kebersihan tangki perlu dijaga karena akan mempengaruhi mutu kadar kotoran dalam minyak, maka yang harus dilakukan adalah blow down secara rutin. Pemanasan dilakukan dengan menggunakan steam coil untuk mendapatkan temperatur yang diinginkan yakni 95 C. Steam coil yang bocor dapat mengakibatkan tingginya kadar air dalam minyak.

Universitas Sumatera Utara

Tujuan pemanasan minyak adalah untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan kotoran ringan, dengan cara pengendapan yaitu zat yang memiliki berat jenis yang lebih berat dari minyak akan mengendap didasar tangki. Suhu minyak dalam oil tank sangat berpengaruh agar menjaga minyak tetap tepisah dari air dan lumpur. Campuran minyak yang terdapat dalam oil tank terdiri dari tiga lapisan yaitu, lapisan minyak, lapisan air dan lapisan kotoran. Kapasitas dari Oil Tank tersebut dapat menampung hingga 10 Ton/ jam. Peranan oil tank ini cukup signifikan pada proses selanjutnya dalam memanaskan minyak, karena tidak terjadi lagi pemanasan, dianggap suhu pada oil tank adalah sumber panas untuk pengolahan lanjutan seperti oil purifier dan vacum drier. Pada Gambar 2.5 dapat dilihat proses kerja oil tank sebagai tempat penyimpanan minyak sementara.

Gambar 2.5 Oil Tank

Universitas Sumatera Utara

2.4.6 Oil Purifier Alat oil purifier ini sering disebut oil centrifuge yang berfungsi memurnikan minyak dari kadar air sampai dengan 0,2%. Alat ini dengan prinsip gaya sentrifugal, yaitu memisahkan cairan antara air, minyak dan kotoran dengan cara membedakan berat jenisnya. Minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil yaitu 0,8 gram/m3 akan lebih ringan dibanding air yang berat jenisnya adalah 1 gram/m3, dan kotoran dengan berat jenis 1,3 gram/m3 maka dengan teori ini minyak akan berada dilapisan paling atas dari oil purifier, sehingga apabila bejana mengalami centrifugal (perputaran) maka minyak yang massanya lebih ringan akan berada ditengah dan akan terlempar ke sudu-sudu disc yang sangat tipis dan disalurkan ke nozzle, lalu dialirkan ke vacum dryer untuk proses pemvakuman kandungan air. Pada Gambar 2.6 dapat dilihat proses pemisahan minyak, air dan NOS berdasarkan BJ (berat jenis) dengan prinsip sentrifugal.

Gambar 2.6 Pemisahan cairan berdasarkan BJ

Keterangan Gambar 2.6 Bj<1 = Minyak Bj=1 = Air Bj>1 = NOS

Universitas Sumatera Utara

2.4.7 Vacuum Driyer Minyak yang sebelum disalurkan ke tangki penimbunan/ penyimpanan terlebih dahulu harus dikeringkan dalam vacum dryer. Tujuan pengeringan minyak pada vacum dryer untuk memperkecil kadar air yang terkandung didalam minyak sawit sampai dengan 0,1%. Dari tahap-tahap proses pemurnian akan diperoleh hasil produksi yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan, agar mutu dari minyak akan mencapai standart baiknya. Pada Gambar 2.7 dapat dilihat proses pemvakuman air oleh Vacum Dryer.

Gambar 2.7 Vacum Dryer

2.4.8 Storage Tank Minyak dari vacuum dryer, kemudian dipompakan ke storage tank (tangki timbun), pada suhu simpan 45-55C. Setiap hari dilakukan pengujian mutu. Minyak yang dihasilkan dari daging buah berupa minyak yang disebut Crude Palm Oil (CPO).

Universitas Sumatera Utara

Fungsi dari pada tanki timbun adalah sebagai berikut :

1. Tempat penimbunan minyak CPO 2. Tempat pengukuran hasil CPO pada setiap pengolahan 3. Tempat pengiriman minyak via truk 4. Stasiun pengutipan minyak

2.5 Faktor-Faktor Pada Proses Pemurnian Minyak Pada proses pengolahan dan pemurnian minyak kelapa sawit pada sebuah pabrik, terdapat faktor-faktor pendukung yang berperan penting pada proses pemurnian minyak kelapa sawit, Faktor-faktor pendukung tersebut adalah :

2.5.1 Temperatur Minyak Temperatur minyak untuk proses pemurnian harus dapat disesuaikan, karena hal tersebut berhubungan erat dengan berat jenis dan viskositas minyak yang akan diperoses. Oleh karena itu, temperatur minyak sawit untuk proses pemurnian harus dipanaskan terlebih dahulu di oil tank dengan suhu 90-95 C.

2.5.2 Berat jenis Fluida Pada proses pemurnian, berat jenis fluida yang masuk sangat erat hubunganya dengan temperatur minyak yang masuk. hal ini disebabkan karena, semakin tinggi temperatur suatu zat, maka akan semakin ringan pula berat jenis zat tersebut. jadi, pada saat proses pemurnian berlangsung, pada suhu yang telah ditentukan, maka akan sangat mendukung berlangsungnya proses pemurnian minyak kelapa sawit disamping akibat adanya gaya sentrifugal yang timbul.

Universitas Sumatera Utara

2.5.3 Kapasitas Olah Yang dimaksud dengan kapasitas olah pada proses pemurnian minyak sawit ini adalah pengaturan minyak yang masuk atau debit untuk proses pemurnian minyak sawit, agar dapat diperoleh hasil proses pemurnian dengan baik. Pengaturan kapasitas minyak masuk harus selalu dilakukan pada saat peralatan mulai beroprasi, pada saat operasi telah berlangsung dan pada saat operasi peralatan akan selesai. Dengan penyesuaian kapasitas minyak masuk akan dapat diperoleh hasil pemurnian yang baik dan sesuai dengan jumlah dan mutu yang diinginkan.

2.5.4 Perbedaan Di Dalam Spesifik Grativitasi Pengaruh gaya sentrifugal terhadap seluruh pertikel, sebanding dengan besarnya spesifik grtivasinya. ini dipergunakn terhadap partikel padat dan juga kepada pertikel cair. Semakin besar perbedaanya, semakin mudah

memisahkannya.

2.5.5 Ukuran dan Bentuk Partikel Partikel yang lebih besar, bersendimentasi lebih cepat. Partikel yang akan dipecahkan harus tidak begitu kecil dan campuran harus dekat dengan koloid partikel yang bundar dan halus, lebih mudah dipisahkan dari pada partikel yang tidak beraturan.Perlakuan yang kasar, contohnya yang dapat diamati dalam pompa, dapat membelah partikel dengan ukurannya kecil dan kecepatannya memisah semakin lambat.

Universitas Sumatera Utara

2.5.6 Waktu Sentrifugal Waktu sentrifugal adalah lamanya waktu proses sentrifugasi, dalam hal ini terfokus pada proses dari pemurnian alat Oil Purifier,dimana di dalam prosesnya tersebut menggunakan prinsip kerja dari gaya sentrifugal.

2.6 Pengenceran Pengenceran bertujuan untuk mengencerkan minyak sehingga pemisahan pasir dan serat serat yang terdapat dalam minyak (NOS) dapat berjalan dengan baik. Pengenceran berlangsung dengan baik bila suhu air pengenceran 800 - 900C. Suhu ini kadang kadang tidak mendapat perhatian yang serius, karena tangki air panas berada di tempat yang lebih tinggi dari digester, sehingga pengamatannya lebih sulit. Air pengencer yang diberikan ke dalam cairan bermanfaat :

1. Untuk menurunkan viskositas cairan, sehingga zat yang mamiliki BJ>1,0 akan mudah mengendap sedangkan zat yang memiliki <1,0 akan mengapung. BJ minyak pada suhu 40, 50, 70, dan 1000C berturut turut adalah 0,895; 0,890; 0,876; 0,875. dan zat tersebut mudah memisah dengan baik karena minyak memiliki viskositas pada suhu 50, 70, dan 1000C berturut turut 27, 14, dan 8 centiposis. Hal ini bermanfaat untuk mengaktifkan pengumpulan NOS baik dalam proses pengendapan maupun dalam proses pemisahan dengan sentrifus.

2. Untuk mempermudah pemisahan fraksi yang terdapat dalam cairan minyak berdasarkan polaritas.

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk memecahkan emulsi minyak yang dalam bentuk butiran halus dan sering melekat dengan NOS. Juga berperan untuk melemahkan fungsi emulsifier yang terdapat dalam minyak.

Jumlah air pengencer yang digunakan sangat bevariasi pada setiap PKS. Jumlah air pengencer sulit diketahui jika tidak menggunakan flow meter. Jumlah air pengencer yang dianjurkan yaitu sebanding dengan crude oil yang keluar dari screw press. Jumlah air yang digunakan berpengaruh terhadap retention time minyak dalam continous settling tank, yang sangat penting artinya dalam efisiensipemisahan minyak dan kua;itas minyak sawit. Jumlah air yang dianjurkan adalah sebanding dengan jumlah minyak yang terdapat dalam cairan. Jumlah air pengencer yang digunakan ialah 320 liter/ ton TBS setara dengan 9600 liter/ jamuntuk PKS 30 ton TBS/ jam, dengan perincian 50% untuk screw press dan 50% untuk vibrating screen dan stasiun klarifikasi.

Pemakaian air yang terlalu banyak akan menyebabkan penurunan kualitas unit pengolahan PKS terutama pada alat klarifiaksi. Hal ini diatasi dengan memperpendek retention time pada setiap alat pengolahan yang dapat berakibatkan penurunan efisiensi ekstraksi. Dan sering menimbulkan penambahan instalansi yang seharusnya tidak perlu. Pemberian air pengencer tergantung pada disain unit pengolahan dan kandungan NOS, yang dapat dipengaruhi oleh kebersihan pemanen.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai