Anda di halaman 1dari 14

ETIKA PROFESI Aspek Bisnis di Bidang Konstruksi (Kontraktor) KELOMPOK V

NAMA NAMA KELOMPOK Riksan A. Tjan Irfani Namakule Isti Nurizzky Said Iwan F. Kumter Riko Malang Irfan Siradju M. Ikhsan Khuwait

PENDAHULUAN Bisnis investasi yang gkat. Hal ini, ik) yang mesti jasa konstruksi di Indonesia sangat berpotensi, dimana kegiatan dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta setiap tahunnya menin berkaitan juga dengan cakupan wilayah dan jumlah masyarakat (publ mendapatkan pelayanan.

Pemanfaatan potensi usaha jasa konstruksi di Indonesia dapat dilakukan d engan pelibatan pengusaha nasional secara kompetitif melalui proses yang transpa ran, adil, efisien dan efektif (ekonomis), serta penegakan hukum. Selain itu, di butuhkan peningkatan kemampuan (capacity building) kontraktor, dan implementasi kebijakan yang berpihak pada pengusaha nasional. Pelibatan usaha jasa konstruksi nasional diharapkan akan dapat menciptakan lapangan kerja, peningkatan layanan infrastruktur publik, dan usaha jasa konstruksi nasional dapat bersaing pada pan gsa pasar regional, pasar domestik, dan pasar luar negeri. Bisnis usaha jasa konstruksi merupakan usaha yang mempunyai karakteristi k tertentu dan unik, dimana memiliki batasan-batasan (constrain) yang harus dipe nuhi, yaitu waktu berkaitan dengan periode pelaksanaan proyek, biaya berhubungan dengan anggaran proyek, dan mutu berkaitan dengan spesifikasi, serta keselamat an dan kesehatan kerja bagi pekerja dan masyarakat di sekitar proyek. Selain itu , melibatkan banyak pihak yang memiliki disiplin ilmu yang beragam dan pekerja y ang tanpa keterampilan (non skill) Bisnis konstruksi dapat dibagi menjadi dua bagian, berdasarkan kegunaan konstruk si tersebut dan kepemilikannya, yaitu (Asnudin A, 2004) : (1). Proyek konstruksi digunakan untuk kepentingan umum (public project), sis tem pengadaan kontraktor dilakukan berdasarkan peraturan/perundangan yang berlak

u, seperti kebijakan pemerintah setempat (autonomy regulation), kebijakan negar a donor (loan/hibah), dan program - program yang dikembangkan oleh organisasi no n pemerintah (NGO). (2). Pengadaan proyek konstruksi untuk kepentingan pribadi (private project) . Sebagai pemilik proyek (owner) mempunyai otoritas penuh untuk menentukan krite ria yang digunakan untuk pengadaan kontraktor, antara lain : Pemilik proyek (own er) bebas menentukan kontraktor dengan cara apapun, bebas melakukan negosiasi de ngan salah satu kontraktor dan dapat membatasi kontraktor yang di undang / ditaw arkan suatu pekerjaan, pengumuman dapat dilakukan secara terbuka (transparan) un tuk mendapatkan penawaran kontraktor yang kompetitif. Fungsi pasar untuk suatu organisasi, yaitu merupakan tempat untuk memasa rkan jasa atau produk, dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan organ isasi. Pasar dalam artian di lingkup jasa konstruksi adalah suatu proses transaksi anta ra penyedia jasa dan pengguna jasa, dimana (1) penyedia jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa, dan (2) pengguna jasa adalah sebagai pemilik pekerjaan yang bertanggungjawab ata s pelaksanaan pengadaan barang/jasa dalam lingkungan proyek tertentu. Tujuan Usaha Jasa Konstruksi Pendirian suatu badan usaha jasa konstruksi mempunyai tujuan melakukan k egiatan bisnis di bidang jasa konstruksi dengan harapan dapat memperoleh keuntun gan. Beberapa cara yang mesti diketahui oleh kontraktor sebagai penyedia jasa ko nstruksi, antara lain (1) mendapatkan proyek, (2) mendapatkan keuntungan dari pe laksanaan proyek tersebut, dan (3) menjaga keberlangsungan perusahaannya. Keberlangsungan usaha jasa konstruksi memerlukan pengelolaan yang mempun yai orientasi pengembangan usaha yang jelas dengan memperhatikan kebutuhan pasar , dan perkembangan sumber daya, serta kemajuan teknologi. Layanan Jasa Konstruksi Lingkup pasar jasa atau layanan jasa konstruksi dapat diklasifikasikan b erdasarkan bidangnya, yaitu sebagai berikut: (LPJKN, 2006). (1). Bidang Arsitektur yang mencakup: perumahan, bangunan pergudangan dan ind ustri, bangunan komersial, fasilitas olahraga dan rekreasi, pertamanan. (2). Bidang Sipil meliputi, jalan dan jembatan, terowongan, pelabuhan/dermaga, d rainase, bendung/bendungan, irigasi. (3). Bidang Mekanikal dengan cakupan: instalasi ac dan ventilasi udara, perpi paan air, instalasi lift dan escalator, pertambangan dan manufaktur, instalasi t hermal, konstruksi alat angkut, konstruksi perpipaan minyak, fasilitas produksi, penyimpanan minyak dan gas, jasa penyedia alat konstruksi. (4). Bidang Elektrikal meliputi: pembangkit tenaga listrik, jaringan transmis i tenaga, jaringan distribusi tenaga listrik, jaringan distribusi telekomun ikasi, instalasi kontrol, instalasi listrik. (5). Bidang Tata Lingkungan mencakup: perpipaan air, minyak dan gas jarak jau h, perpipaan gas dan air lokal/perkotaan, pengolahan air bersih, pekerjaan penge boran air tanah. Pengerjaan proyek infrastruktur Indonesia hingga 2010 berada di peringka t dua dunia dengan nilai proyek US$120 milliar. Peringkat pertama diduduki China dengan total pengerjaan proyek di atas US$200 milliar (Robert Mulyono Santoso, 2008), sehingga dapat diartikan bahwa pasar konstruksi di Indonesia sangat berpo tensi bagi penyedia jasa konstruksi di Indonesia, tetapi hasil penelitian yang d ilakukan oleh Asnudin A (2004) menunjukkan bahwa, pada umumnya usaha jasa konstr uksi dengan kategori skala kecil dan skala menengah, hanya mengerjakan satu pake t kontrak untuk setiap tahun anggaran dan penelitian yang dilakukan oleh Biemo W Soemardi (2007) menunjukkan bahwa jumlah proyek relatif belum dapat dikatakan c ukup besar jika dibandingkan dengan jumlah usaha di sektor konstruksi yang menca pai lebih dari 80.000 perusahaan, sehingga dapat diartikan sebagai masih terbata snya pangsa pasar dan ketatnya persaingan di sektor jasa konstruksi nasional. Perusahaan konstruksi domestic bahkan hanya berdasarkan intuisi dari par

a pemimpin perusahaan. Namun demikian, walaupun tidak melalui suatu proses peren canaan yang rinci dan bersifat informal, secara umum pendekatan strategi pemasar an yang digunakan tidak berbeda antara satu kontraktor dengan kontraktor yang la in (dalam hal ini kontraktor besar, menengah dan kecil), yaitu menggunakan strat egi pemilihan pasar yang terdiri dari strategi segmentasi (segmentation), peneta pan pasar sasaran (market targeting) dan penempatan posisi (positioning) serta p engembangan strategi bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri atas strategi produk, strategi harga, strategi saluran pemasaran, serta strategi komunikasi d an promosi. Bidang pemasaran ini memiliki kontak paling besar dengan lingkungan ekst ernal perusahaan. Tidak saja berfungsi untuk melihat peluang pasar, namun secara keseluruhan bidang pemasaran difungsikan untuk memenangkan ketatnya persaingan pasar. Sayangnya dalam banyak kasus di industri konstruksi, kontraktor masih kur ang memberikan perhatian pada fungsi pemasaran ini (Pearce, 1992). Dalam studiny a Pearce menyatakan bahwa kontraktor percaya bahwa bagian terpenting dari suatu organisasi adalah bagian produksi, sehingga mereka lebih berorientasi pada produ ksi dibandingkan dengan pemasaran. Mereka lebih melihat peluang-peluang yang dir asakan cocok dengan kemampuannya sebagai kontraktor, dibandingkan dengan beradap tasi untuk keadaan saat ini dan peluang pasar di masa depan.

ISI Untuk rencana pemasaran usaha jasa pelaksana konstruksi dibutuhkan beber apa faktor pendukung, antara lain orientasi pasar yang akan dituju, kemudahan ak ses informasi, kemampuan dan kapasitas sumber daya yang dimiliki, kestabilan pol itik dan ekonomi, serta penegakan hukum. Aspek BIsnis di bidang Konstruksi Orientasi Pasar Peluang pasar untuk usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat besar, yan g bersumber dari proyek pemerintah ataupun proyek swasta. Kontraktor fokus pada proyek-proyek pemerintah, menunjukkan bahwa (1) ku rangnya kontraktor yang mengarah ke specialist untuk suatu klasifikasi pekerjaan , (2) kemampuan modal kerja yang kecil, dan (3) penguasaan teknologi yang rendah , serta (4) keterbatasan peralatan dan (5) akses informasi yang rendah dan siste m pemasaran yang lemah. Hasil studi yang dilakukan oleh Biemo W Soemardi (2007), bahwa kontraktor fokus ke proyek pemerintah karena berbagai alasan, yaitu terda patnya kepastian anggaran pembangunan yang tercantum dalam anggaran belanja nega ra baik di tingkat pusat (APBN) maupun di tingkat daerah (APBD) setiap tahunnya yang dialokasikan untuk pembangunan fisik. Orientasi kontraktor dalam memilih pasar dipengaruhi beberapa faktor, ya itu karakteristik proyek seperti nilai kontrak, periode pelaksanaan, dan tingkat kes ulitan, serta faktor K3 (keselamatan dan kesehatan kerja), dan lokasi proyek, kemampuan finansial berkaitan dengan proses pembayaran, nilai kontrak mempengaruhi kontribusi buat laba perusahaan, persyaratan dalam penawaran, seperti jaminan, waktu pemasukan penawaran, karakteristik perusahaan, seperti kemampuan finansial, jumlah proyek yang sement ara dikerjakan, hubungan dengan pemilik proyek (owner), dan pengalaman dalam men angani proyek sejenis di masa lalu.

Untuk mendukung keterlibatan usaha jasa konstruksi skala kecil pada berb agai sektor pasar konstruksi dibutuhkan, peningkatan kompetensi melalui program pemberdayaan dan peningkatan kapasitas (c apacity building) secara berkelanjutan (sustainable), mengarahkan ke usaha jasa konstruksi yang spesifik (specialist), dan pelibatan sebagai sub kontraktor pada proyek konstruksi skala besar dengan penge mbangan pola kemitraan, serta kemudahan akses pada institusi keuangan dan pemberlakuan tingkat suku bunga rend ah, pencanangan paket pekerjaan yang berbasis padat karya (labour based program) da n penerapan teknologi sederhana. Lingkup Pemasaran Segmentasi pasar menurut regulasi pengadaan yang berlaku di Indonesia, y ang mengatur tentang lingkup pekerjaan yang dapat dilaksanakan penyedia jasa kon struksi berdasarkan kualifikasi dan klasifikasi badan usaha yang dimiliki. Lingk up pekerjaan tersebut, diatur berdasarkan pada tiga kriteria, yaitu risiko, tekn ologi dan besaran biaya dan volume. Kriteria risiko pada pekerjaan pelaksana ter diri atas, kriteria risiko kecil mencakup pekerjaan yang pelaksanaannya tidak membahayakan keselamatan umum dan harta benda, kriteria risiko sedang mencakup pekerjaan yang pelaksanaannya dapat berisiko mem bahayakan keselamatan umum, harta benda, dan jiwa manusia, dan kriteria risiko tinggi mencakup pekerjaan yang pelaksanaannya berisiko sangat me mbahayakan keselamatan umum, harta benda, jiwa manusia, dan lingkungan. Kriteria penggunaan teknologi pada pekerjaan pelaksana ditentukan berdasarkan be saran biaya dan volume pekerjaan, terdiri atas: kriteria teknologi sederhana mencakup pekerjaan yang menggunakan alat kerja sede rhana dan tidak memerlukan tenaga ahli, kriteria teknologi madya mencakup pekerjaan yang menggunakan sedikit peralatan b erat dan memerlukan sedikit tenaga ahli, dan kriteria teknologi tinggi mencakup pekerjaan yang menggunakan banyak peralatan b erat dan banyak memerlukan tenaga ahli dan tenaga terampil. Usaha jasa konstruksi skala kecil dan menengah, umumnya, mendapatkan pek erjaan yang memiliki kriteria risiko kecil, dan teknologi sederhana dengan besar an biaya yang telah diatur dalam regulasi pengadaan yang ada di Indonesia. Untuk mendukung pelibatan usaha jasa konstruksi dalam skala yang lebih luas dalam pas ar jasa konstruksi dapat dilakukan berbagai langkah-langkah strategis, seperti mengembangkan pola-pola kemitraan antara pelaku jasa konstruksi skala besar dan skala menengah kecil, desain konstruksi yang berbasis program padat karya (labour based program), pengembangan kapasitas sumber daya bagi usaha jasa konstruksi skala kecil dan m enengah secara berkelanjutan, pola pengadaan jasa konstruksi yang berdasarkan asas yang ada pada undang-undang tentang jasa konstruksi dan regulasi pengadaan yang berlaku di Indonesia. Usaha jasa pelaksana konstruksi skala kecil dan menengah, umumnya memili ki segmen pasar yang sedikit, karena keterbatasan sumber daya (dana, tenaga kerj a, keahlian, teknologi) tampaknya menjadi kendala untuk melayani semua segmen pa sar yang telah diidentifikasi sebelumnya, seperti, paket pekerjaan dengan kriter ia risiko kecil, dan menggunakan teknologi sederhana dengan besaran biaya yang t elah diatur dalam regulasi pengadaan yang ada di Indonesia. Kemampuan Keuangan Untuk mendorong keterlibatan usaha jasa konstruksi skala kecil dan menen gah pada dunia usaha yang kompetitif dan bersaing secara luas dibutuhkan kemampu an keuangan yang baik. Untuk itu, kebijakan dan komitmen dari pemerintah dan ins titusi terkait sangat diperlukan, seperti, akses permodalan yang mudah ke institusi keuangan

pemberlakuan suku bunga yang rendah bagi usaha kategori mikro/kecil dan menengah , (2) proses administrasi yang efektif dan ekonomis, program-program pembinaan yang berkelanjutan (sustainable program) tentang siste m pengelolaan keuangan bagi dunia usaha skala kecil dan menengah. Pada setiap pekerjaan konstruksi untuk penyedia jasa sangat membutuhkan modal awal yang cukup besar untuk biaya langsung proyek maupun berbagai jaminan selalu menyertai, seperti jaminan penawaran, jaminan uang muka, jaminan pelaksan aan, dan jaminan pemeliharaan. Hal itu, belum termasuk jaminan-jaminan yang cuku p besar, seperti construction risk, Erection Insurance, dan jaminan-jaminan lain nya," Uang Jaminan Persyaratan uang jaminan atau bank garansi dari bank merupakan salah sat u faktor penyebab kegagalan pelaku konstruksi nasional karena belum adanya dukun gan dan kebijakan dari pihak perbankan. Padahal dukungan perbankan menjadi syara t utama untuk memenangkan persaingan dunia konstruksi di luar negeri. Syarat iku t tender di luar negeri harus ada bank garansi dari bank-bank pelaksana. Akses keuangan yang mudah dan ekonomis yang prosedur administrasi efekti f sangat dibutuhkan oleh pelaku usaha jasa konstruksi, terutama bagi penyedia ja sa yang diklasifikasikan sebagai skala kecil dan menengah. Beberapa negara membe rlakukan kemudahan-kemudahan bagi dunia usaha yang diketegorikan skala kecil dan menengah pada proses pelibatan di sektor jasa konstruksi Pengendalian Biaya Kontrol terhadap penggunaan biaya yang menjadi hal penting yaitu adalah pengelolaan aliran masuk dan keluar keuangan (cash flow) merupakan hal yang pent ing untuk diperhatikan. Pengelolaan Cash Flow Kontraktor harus dapat merencanakan bisnis dengan baik agar dapat memper oleh jaminan profit atau keuntungan pada akhir proyek. Untuk mencapai hal terseb ut diperlukan suatu pertimbangan nilai waktu uang yang harus dibelanjakan dalam menganalisis bisnis dan keuangan. Beberapa kontraktor, terutama kontraktor skala kecil dan menengah yang kurang memahami hal ini, sehingga tidak dapat menjaga k eberlangsungan bisnis. Untuk itu, kontraktor harus mengembangkan kemampuannya ag ar mampu mengatur bisnis dengan baik, terutama dalam manajemen keuangan. Pembiayaan bisnis atau sumber dana untuk suatu perusahaan kontraktor pada dasarn ya terdiri atas: modal milik sendiri (equity capital), modal pinjaman (borrowed capital), keuntungan yang tertahan (retained profits) Agar kontraktor dapat menjalankan bisnisnya secara berkelanjutan setidak nya kontraktor harus dapat menghitung dan memperkirakan sumber dana untuk perusa haan kontraktor tersebut. Arus uang tunai (cash flow) menunjukkan semua uang tunai yang diterima dan dibay ar sepanjang periode kontrak, seperti satu minggu, satu bulan atau satu tahun. U ang kas ini penting karena kontraktor mempunyai berbagai kewajiban yang harus di bayarkan secara tunai, seperti pembayaran terhadap tukang pada akhir minggu, pem bayaran material tertentu, dan lain-lain. Analisis cash flow membutuhkan suatu peramalan agar dapat menetapkan ber apa banyak uang tunai yang akan dibutuhkan pada waktu tertentu pada masa yang ak an datang, serta mencatat berapa banyak uang tunai yang dibelanjakan. Peramalan tersebut bermanfaat untuk mengetahui berapa banyak uang tunai yang benar-benar d imiliki atau rencana kebutuhan uang tunai pada suatu waktu. Suatu bisnis dapat b erjalan tanpa keuntungan pada suatu periode waktu, tetapi tidak dapat bertahan j ika tanpa uang tunai. Di dalam bisnis konstruksi cash flow kebanyakan tergantung pada kemajuan proyek-proyek secara individu. Hal ini, akan menyulitkan peramala

n, khususnya untuk perusahaan kecil yang hanya memperoleh proyek satu atau dua d alam waktu yang bersamaan. 10.2. Eskalasi harga Eskalasi harga atau revisi kenaikan nilai proyek, merupakan kebijakan ya ng sering diambil, bila terjadi estimasi nilai proyek dari pemilik proyek tidak sesuai dengan kenaikan harga di lapangan. Berbagai kerugian yang dihadapi penyedia jasa bila estimasi nilai proyek tidak t epat, seperti penyelesaian proyek tidak bisa diselesaikan tepat waktu. Pasalnya, para kontraktor menunggu proses persetujuan eskalasi harga dari pemilik proyek/ pengguna jasa, sehingga kontraktor tidak mengharapkan terjadinya eskalasi harga, contoh kasus pada tahun 2006 pemerintah menyetujui eskalasi harga, namun sebagi an kontraktor memilih tidak mengambil eskalasi tersebut. Pasalnya, proses perset ujuannya eskalasi terlalu lama. Di sisi lain, kontraktor dituntut menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu (Asnudin A, 2005). Pelibatan Usaha Jasa Konstruksi Nasional Pelibatan usaha jasa konstruksi nasional diharapkan: berkembangnya usaha nasional dan mampu menyerap tenaga kerja, meningkatkan daya saing nasional, dan pelayanan pemerintah terhadap publik menjadi lebih baik.. Kontraktor skala kecil dan menengah merupakan kualifikasi usaha yang men dominasi pada usaha jasa konstruksi (LPJKN, 2008). Kualifikasi kecil diharapkan mampu berkembang dan bersaing secara luas yang lebih kompetitif. Untuk itu, dibu tuhkan iklim kompetensi usaha yang sehat melalui proses yang tidak diskriminatif dan memberikan peluang yang sama terhadap semua kontraktor. Beberapa aspek yang menjadi faktor penting agar usaha jasa konstruksi skala keci l dan menengah dapat survive dan bersaing secara luas, yaitu: registrasi dan ser tifikasi badan usaha, kualifikasi dan klasifikasi, iklim kompetensi, penjaminan mutu, risiko,kebijakan dan komitmen. 1. Registrasi dan sertifikasi Pengertian dasar sertifikasi adalah (1) tanda bukti pengakuan dalam pene tapan klasifikasi dan kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha di bidang jasa konstruksi baik yang berbentuk orang perorangan atau badan usaha dan (2) ta nda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja ora ng perorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan keterampil an tertentu serta keahlian. Pengertian registrasi adalah suatu kegiatan untuk me nentukan kompetensi badan usaha sesuai klasifikasi dan kualifikasi yang diwujudk an dalam bentuk sertifikat badan usaha. Registrasi Badan Usaha, Sertifikasi Tenaga Ahli adalah amanat yang tertulis dala m Undang-Undang Jasa Konstruksi serta Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 ten tang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. Keputusan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi No. 11 Tahun 2006 adalah keputusan lembaga yang tugasnya sebagai regulator dan pengelola registrasi badan usaha dan sertifikasi tenaga ahli. Teregistrasinya badan usaha jasa konstruksi serta para tenaga profession al telah memiliki sertifikat paling tidak akan mampu menjawab tantangan global, pasar global yang dihadapi usaha jasa konstruksi saat ini (Iwan, N. 2007 dan Sar wono,H. 2007). Sementara badan usaha telah melakukan registrasi pada Lembaga Pen gembangan Jasa Konstruksi sejak tahun 2004 sampai dengan awal tahun 2008, hanya sekitar 65 % dari jumlah badan usaha nasional di Indonesia (LPJKN, 2008). Menurut Asnudin A dan Tilaar, (2007) proses registrasi yang telah dijalankan ole h Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) beberapa tahun terakhir ini dapat dikerjakan dengan baik, sehingga pekerjaan registrasi tahun 2007 dapat dilaksana kan, tetapi memerlukan perbaikan pelayanan atau peningkatan mutu pelayanan agar lebih memberikan kepuasan kepada stakeholder, dan perbaikan sistem sehingga dap at mengakomodir jumlah anggota yang demikian besar, serta melakukan recruitment tenaga kerja. 2. Kualifikasi dan Klasifikasi

Definisi klasifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut bidang dan sub bidang peker jaan. Sementara kualifikasi adalah bagian kegiatan registrasi untuk menetapkan penggol ongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat / kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha. Menurut Smith (1994) tujuan kualifikasi adalah untuk menunjukk an (1) kemampuan finansial perusahaan, (2) kompetensi sumber daya manusia, dan ( 3) reputasi perusahaan. Sesuai data pada Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Depa rtemen Pekerjaan Umum (2005) bahwa peta badan usaha jasa konstruksi di Indonesia berjumlah sekitar 121.506 perusahaan kontraktor dan 3.424 perusahaan konsultan. Sebaran jumlah kontraktor tersebut terkonsentrasi di Indonesia Bagian Barat mas ing-masing 61,4 % untuk perusahaan kontraktor dan 69,6 % untuk perusahaan konsul tan. Sementara pada tahun 2007 data kualifikasi usaha jasa pelaksana konstruksi di Indonesia sebesar 136.439 perusahaan kontraktor, yang di dominasi kualifikasi skala kecil 89,93 persen, kemudian pada tahun 2008 menjadi 484.116 kontraktor d engan sebaran 87,08 persen merupakan klasifikasi kecil (gred 1 s/d 3), ini menun jukkan bahwa setiap tahun terjadi penambahan jumlah penyedia jasa konstruksi dan trendnya memberikan gambaran bahwa dari sisi jumlah klasifikasi menengah sampai besar (gred 4 s/d 5) mengalami peningkatan berkisar 1 persen. 3. Iklim Kompetensi Usaha Iklim kompetensi usaha yang dapat membuka peluang bagi pelaku pasar di s ektor konstruksi sangat dipengaruhi oleh ekonomi makro dengan pertumbuhan ekonom i nasional yang stabil, seperti peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) ra kyat Indonesia yang berarti suatu refleksi mulai pulihnya daya beli masyarakat y ang pada akhirnya dapat meningkatkan permintaan terhadap produk-produk konstruks i. Di sisi lain perkembangan pasar industri konstruksi tidak saja hanya dipengaruhi oleh sektor ekonomi, akan tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan politik bai k di dalam negeri maupun di luar negeri terutama tingkat regional. Menurut Biemo W Sumardi (2007) kebijakan penerapan otonomi daerah pada tahun 2000, menyebabka n beralihnya pengelolaan proyek-proyek dari pusat ke daerah-daerah. Konsumen yan g tadinya terkonsentrasi di Jakarta akan terbagi bagi ke daerah-daerah potensial . Hal ini, akan berpengaruh pada penerapan strategi meraih pangsa pasar dari mas ing-masing pelaku jasa konstruksi. Selain otonomi daerah, saat ini kontraktor na sional juga dihadapkan dengan era globalisasi yang ditandai dengan diberlakukann ya Asean Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2003 yang menyebabkan kontraktor-kont raktor asing dapat dengan bebas ikut bersaing memperebutkan proyek-proyek pada p asar konstruksi di Indonesia. Dengan masuknya kontraktor-kontraktor asing terseb ut, di tengah belum pulihnya kondisi pasar industri konstruksi saat ini, tentuny a akan menyebabkan semakin ketatnya persaingan di antara pelaku bisnis konstruks i di Indonesia. Berbagai permasalahan yang timbul sejak diberlakukannya UU tentang otonomi daera h, dimana tiap daerah melakukan interpretasi berbeda-beda terhadap regulasi yang ada, seperti (1) mengeluarkan peraturan daerah (PERDA) yang sifatnya diskrimina tif, dimana dianggap melakukan proteksi sehingga hanya menguntungkan sekelompok penyedia jasa, (2) proses administrasi yang panjang dengan biaya yang besar, dan (3) berbagai peraturan yang tumpang tindih. Dunia usaha yang sehat merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan iklim kompetensi antara kontraktor, untuk dapat menjadi kompetitif dan bersaing secara luas, sehingga sangat dibutuhkan penataan kembali berbagai peraturan yang diang gap dapat menghambat kemajuan dunia usaha dan mengeluarkan regulasi yang dapat m elindungi usaha skala kecil, serta mendorong terciptanya persaingan yang sehat d an professional dalam proses pengadaan. 4. Penjaminan Mutu Mutu adalah kemampuan untuk mengatur proyek dan menyediakan produk (bara ng atau jasa) sesuai keinginan pengguna (user requirements), pada saat yang tepa t, sesuai anggaran yang tersedia, sedapat mungkin dengan keuntungan (profit) yan

g tinggi (Smith, 1995). Menurut Purnomo S (2007) adalah (1) kualitas dapat dipan dang sebagai kesesuaian produk dengan fungsi atau tujuan, (2) sifat dan karakter istik produk atau jasa yang memenuhi kebutuhan pelanggan/pemakai, dan (3) menyer ahkan barang/produk yang tidak dikembalikan dan diserahkan pada pelanggan/pemaka i yang seharusnya, serta (4) kesesuaian dengan spesifikasi dan standar yang berl aku. Dalam perusahaan jasa konstruksi perlu dibangun budaya mutu agar perusahaan ters ebut dapat survive dalam era globalisasi ini. Yang dimaksud dengan budaya adalah tamadun, peradaban, cara berkelakuan (berpikir) dan akal budi (Anon., 1989). Se mentara menurut Malinowski (1983) budaya adalah peralatan, adat dari kelompok so sial, buah pikiran manusia dan kepercayaan atau dengan kata lain suatu cara hidu p dimana manusia berada dalam keadaan yang lebih baik untuk mengatasi masalah ny ata dan tertentu yang dihadapinya semasa beradaptasi dengan lingkungan guna meme nuhi kebutuhannya. Menurut Kunda (1992), Van Maanen dan Kunda (1989), budaya ada lah mekanisme sosial yang menuntun atau dapat dijadikan dasar untuk menggerakan anggota-anggotanya supaya memahami, berfikir dan merasakan berada jalan yang bet ul dan benar. Jadi budaya merupakan suatu pola dan mekanisme sosial yang dijalan kan oleh suatu organisasi untuk mengurus anggotanya dan dapat dijadikan dasar ya ng tegas untuk menggerakan anggotanya dalam melaksanakan pekerjaannya dengan bai k (Rita, 2003). Untuk mencapai mutu yang diinginkan ada tiga hal perlu diperhatikan, yaitu: (1) standar produk seperti spesifikasi pekerjaan yang telah ditetapkan, (2) standar proses kerja seperti metode pelaksanaan yang diterapkan, dan (3) standar sistem seperti ISO 9000 (International Standard Organization) (Asnudin A, 2004).

5.

Resiko Karakteristik proyek konstruksi yang memiliki sifat unik, yaitu melibatk an berbagai pihak dan batasan-batasan yang mesti dipenuhi, serta kemungkinan ter jadinya risiko-risiko yang tidak pernah dapat diperkirakan. Menurut Soeharto (20 01) untuk menghadapi suatu risiko proyek, dikenal suatu golden rule yaitu jangan mengambil risiko bilamana, (1) Organisasi yang bersangkutan tidak mampu menangg ungnya (can not afford to lose), (2) Manfaat yang diraih lebih kecil dari risiko yang mungkin timbul, (3) Masih tersedia sejumlah alternatif, dan (4) Belum adan ya rencana kontijensi untuk mengatasinya. Risiko didefinisikan adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan / membaha yakan) dari suatu perbuatan atau tindakan (balai pustaka, 2005). Dalam proyek en gineering atau konstruksi, risiko umumnya diartikan sebagai kemungkinan terjadin ya kerugian finansial. Untuk proyek skala besar, Menurut Kristiawan (2006), risi ko dapat terjadi akibat faktor, lokasi, desain, ekonomi, dan politik, serta ling kungan. Risiko lokasi, seperti pembebasan lahan, lokasi terletak di daerah bencana alam, kondisi geoteknis, penemuan arkeologis (antik/fosil). Risiko desain/konstruksi, seperti kesalahan desain, masalah constructability, pr oduktivitas tenaga kerja, kecelakaan kerja, kerusakan material/peralatan, keterl ambatan Risiko ekonomi, seperti Inflasi, pajak, fluktuasi harga komoditas, perubahan kurs mata uang, material hilang dari pasaran karena diserap booming kons truksi Risiko politik, seperti perubahan kebijakan pemerintah, proyek ditentang oleh ma syarakat, perang, embargo. Risiko lingkungan hidup, seperti perlindungan terhadap fauna / flora langka di s ekitar lokasi proyek, kontaminasi lingkungan akibat limbah, penurunan kualitas u dara, air, dan tanah dalam jangka panjang.

Prosedur Pendirian Bisnis Kontraktor Identifikasi Kesempatan Berusaha Identifikasi kesempatan usaha merupakan langkah pertama dalam studi kelayakan. C aracara yang dapat digunakan untuk identifikasi kesempatan usaha dapat dilakukan dengan modus-modus berikut: Mempelajari impor. Impor menunjukkan bahwa masih terdapat (sebagian) pasar yang masih belum bisa dipenuhi oleh pasar dalam negeri. Bila impor ini mempunyai kecenderungan yang semakin meningkat, bisa diprediksi bahwa masih terdapat permintaan dari dalam negeri untuk produk/jasa tersebut. Menyelidiki keberadaan material lokal. Jumlah material yang melimpah, dengan harga yang murah dan/atau mutu yang baik merupakan kesempatan yang dapat dimanfaatkan. Mempelajari keterampilan tenaga kerja. Beberapa industri, seperti misalnya industri kerajinan atau industri berbasis pengetahuan, menempatkan tenaga kerja sebagai faktor yang sangat penting. Tersedianya tenaga kerja yang berketerampilan mungki n dapat digunakan untuk membuat produk yang sejenis, namun terdiferensiasi dibandingkan produk yang telah ada di pasaran. Mempelajari Industri. Berbagai kesempatan dapat diperoleh dalam industri yang sedang berkembang. Misalnya, meningkatnya jumlah dan harga ekspor udang galah berkualitas super menunjukkan bahwa masih terbukanya kesempatan usaha pada bidang pembudidayaan udang maupun industri hulunya (misalnya: bidang pakan udang , pembibitan udang, pembuatan kolam udang, dsb) Eksploitasi Kemajuan Iptek. Perubahan teknologi memungkinkan investor memanfaatkan kesempatan itu sebelum pihak lain memulainya. Langkah masuk mendahului pesaing ke pasar yang baru mungkin dapat memberikan first mover advantage yang bila di-manage, akan menjadi competitive advantage yang menguntungkan. Mempelajari hubungan antar industri. Pertumbuhan suatu industri hampir bisa dipastikan akan menciptakan kesempatan bagi industri lainnya. Contoh, pertumbuha n industri pembudidayaan kerang mutiara memberikan kesempatan bagi industri pembibitan dan pakan kerang mutiara (industri hulu) maupun industri kerajinan be rbasis mutiara dan perdagangan mutiara (industri hilir). Identifikasi kesempatan ini da pat dilakukan dengan menganalisa bagaimana input dan output industri tersebut saling terkait. Menilai rencana/program pembangunan. Rencana atau Program Pembangunan Nasional maupun Daerah atau masterplan pembangunan yang dilakukan pemerintah, atau proyek-proyek besar oleh swasta akan menciptakan kebutuhan akan produk/jasa lain yang belum ada. Melakukan pengamatan di tempat lain. Pembangunan di daerah, wilayah, maupun negara lain mungkin dapat diterapkan di d aerah kita.

Berikut ini langkah langkah pendirian kontraktor 1. Rencana Bisnis ; mempersiapkan rencana bisnis, jadi ketika perusahaan sudah terbentuk perusahaan sudah harus memiliki aktifitas yang jelas. 2. Kantor dan Corporat Identity ; Persiapkan kantor berikut perangkat kerja yang dibutuhkan yang membuat perusahaa n dapat menjalankan fungsi administrasinya. Jangan lupa, persiapkan juga dana op erasional perusahaan untuk 3 bulan kedepan. Mengantisipasi jika belum ada aliran dana masuk ke perusahaan. Corporat Identity atau identitas perusahaan juga harus ada. Paling tidak anda su dah harus memiliki logo perusahaan yang akan digunakan untuk pembuatan stempel d an kop surat. 3. Akte Pendirian ; CV adalah persekutuan komanditer, artinya perusahaan ini didirikan atas 2 atau l ebih pemilik modal. Sebelum mengajak rekan bisnis, pastikan terlebih dahulu meng enai -Modal -Posisi -Hak dan kewajiban -Tugas dan tanggung jawab -Dan hal lain yang dianggap perlu. Setelah itu, pendiri dan rekan kerja mendatangi pihak notaris. Pendiri menyataka n keinginannya dan notaries memandu dalam ketentuan yang nantinya akan tercantu m/dicantumkan dalam akte pendirian perusahaan. Baik itu soal jabatan, hak dan ke wajiban para komanditer (direktur/wakil direktur dan komisaris) maupun bidang us aha perusahaan yang akan dipilih. Syarat-syarat yang harus dibawa saat pengurusan Akte Pendirian adalah ; -KTP dan kehadiran para komanditer -Bukti pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Banguna n) tempat perusahaan itu beralamat dan berkantor nantinya. 4. Pendaftaran Perusahaan Dalam menjalankan roda perusahaan nantinya, perusahaan tak lepas dari adanya ket erkaitan dengan pihak lain. Dan setiap kegiatan yang melibatkan pihak lain memer lukan administrasi yang membuktikan eksistensi perusahaan. Artinya, perusahaayan g didirikan adalah perusahaan yang terdaftar dan legal untuk menjalankan suatu k egiatan. Caranya, anda harus mendaftarkan perusahaan tersebut ke pemerintah daer ah setempat baik itu di kantor walikota atau kantor bupati tempat perusahaan ber domisili. Kelengkapan administrasi perusahaan yang akan diurus, adalah ; -SITU (Surat Izin Tempat Usaha) -SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) -TDP (Tanda Daftar Perusahaan) -FISKAL -SURAT PEMERIKSAAN ALAT PROTEKSI/PEMADAM KEBAKARAN Syarat-syarat yang harus dibawa adalah ; -Lampiran fotokopi akte notaris, pas photo dan cap perusahaan. -Menentukan golongan Kecil, Menengah atau Besar (sesuai modal perusahaan) yang d icantumkan di SIUP Semua pengurusan tersebut dilakukan di Unit Layanan Terpadu kantor walikota/bupa ti.

5. Mengurus NPWP Perusahaan Sebagai perusahaan aktif, artinya perusahaan sudah harus menjalankan kewajibanny a sebagai wajib pajak. Untuk mengurus administrasi agar perusahaan terdaftar seb agai wajib maka anda harus mendatangi Kantor Direktorat Pajak untuk mengurus hal

berikut ini ; -Kartu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) -SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) -SKT (Surat Keterangan Terdaftar) Dalam pengurusannya, syarat yang harus dibawa adalah ; Melampirkan fotokopi berkas pada langkah 3 dan 4 atau apabila ada ketentuan tambahan lainnya, anda dapat menanyakannya ke pihak direktorat pajak setempat. Legalitas Sebagai Wajib Pajak Setelah ketentuan pada langka 5 diatas sudah dipenuhi, ada satu hal lagi yang ha rus di penuhi yaitu ; -Surat PKP (Pengusaha Kena Pajak ) Cara pengurusannya masih di Kantor Direktorat Pajak, tentu saja dengan melampirk an NPWP, SKPD dan SKT yang telah anda daptkan sebelumnya. Prosedur Pengadaan, Kontak Bisnis dan Fakta Integritas Prosedur Pengadaan Tenaga Kerja antara lain: 1. Perencanaan Tenaga Kerja Perencanaan tenaga kerja adalah penentuan kuantitas dan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan dan cara memenuhinya. Penentuan kuantitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu time motion study dan peramalan tenaga kerja. Sedangkan pe nentuan kualitas dapat dilakukan dengan Job Analysis. Job Analysis terbagi menja di dua, yaitu Job Description dan Job Specification / Job Requirement. Tujuan Jo b Analysis bagi perusahaan yang sudah lama berdiri yaitu untuk reorganisasi, pen ggantian pegawai, dan penerimaan pegawai baru. 2. Penarikan Tenaga Kerja Penarikan tenaga kerja diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Sumber internal yaitu menarik tenaga kerja baru dari rekomendasi karyawan lama d an nepotisme, berdasarkan sistem kekeluargaan, misalnya mempekerjakan anak, adik , dan sebagainya. Keuntungan menarik tenaga kerja dari sumber internal yaitu low ongan cepat terisi, tenaga kerja cepat menyesuaikan diri, dan semangat kerja men ingkat. Namun kekurangannya adalah menghambat masuknya gagasan baru, terjadi kon flik bila salah penempatan jabatan, karakter lama terbawa terus, dan promosi yan g salah mempengaruhi efisiensi dan efektifitas. Tujuan menarik tenaga kerja dari sumber internal adalah untuk meningkatkan semangat, menjaga kesetiaan, memberi motivasi, dan memberi penghargaan atas prestasi. Sumber eksternal yaitu menarik tenaga kerja baru dari lembaga tenaga ker ja, lembaga pendidikan, ataupun dari advertising, yaitu media cetak dan internet . Keuntungan menarik tenaga kerja dari sumber eksternal adalah dapat meminimasli sasi kesalahan penempatan jabatan, lebih berkualitas dan memperoleh ide baru/seg ar. Namun kekurangannya adalah membutuhkan proses yang lama, biaya yang cukup be sar, dan rasa tidak senang dari pegawai lama. Tujuan menarik tenaga kerja dari s umber eksternal adalah untuk memperoleh gagasan/ide baru dan mencegah persaingan yang negatif. 3. Seleksi Tenaga Kerja Ada lima tahapan dalam menyeleksi tenaga kerja, yaitu seleksi administra si, tes kemampuan dan psikologi, wawancara, tes kesehatan dan referensi (pengece kan). Terdapat dua pendekatan untuk menyeleksi tenaga kerja, yaitu Succecive Sel ection Process dan Compensatory Selection Process. Succecive Selection Process a dalah seleksi yang dilaksanakan secara bertahap atau sistem gugur. Compensatory Selection Process adalah seleksi dengan memberikan kesempatan yang sama pada sem ua calon untuk mengikuti seluruh tahapan seleksi yang telah ditentukan. 4. Penempatan Tenaga Kerja Penempatan tenaga kerja adalah proses penentuan jabatan seseorang yang d isesuaikan antara kualifikasi yang bersangkutan dengan job specification-nya. In dikator kesalahan penempatan tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang tidak produkti f, terjadi konflik, biaya yang tinggi dan tingkat kecelakaan kerja tinggi.

Prosedur Pengadaan Barang dan Jasa Jenis-jenis metode pemilihan penyedia barang dan jasa ada empat, yaitu : Metode Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, Pemilihan Langsung, dan Penunjukan Langsung. Jika menggunakan metode Penunjukan Langsung, maka prosedur pemilihan penyedia ba rang dan jasa seperti berikut : Penilaian kualifikasi Permintaan penawaran dan negosiasi harga Penetapan dan penunjukan langsung Penunjukan penyedia barang/jasa Pengaduan Penandatanganan kontrak Kontak Bisnis Kontak bisnis adalah seseorang dalam sebuah perusahaan klien atau organi sasi lainnya yang lebih sering dihubungi dalam rangka keperluan bisnis. Data kon tak bisnis berfungsi untuk mengorganisasikan dan menyimpan informasi lengkap men genai koneksi, sehingga memudahkan dan mempercepat akses ke data penting dalam r angka memelihara hubungan bisnis. Pakta Integritas Pakta Integritas merupakan salah satu alat (tools) yang dikembangkan Tra nsparency International pada tahun 90-an. Tujuannya dalah menyediakan sarana bag i Pemerintah, Perusahaan swasta dan masyarakat umum untuk mencegah korupsi, kolusi dan nepotisme, terutama dalam kontrak-kontrak pemerinta h (public contracting). Manfaat Pakta Integritas bagi Institusi/ Lembaga Melindungi para pimpinan, anggota komisi, sekretariat dan karyawan darituduhan-t uduhan suap Melindungi para pimpinan, anggota komisi, sekretariat dan karyawan dari tindak p idana korupsi yang dapat menyeret mereka ke penjara PI memungkinkan peserta lelang/kontraktor melaksanakan kontrak pengadaan yang be bas suap Membantu Institusi/ Lembaga mengurangi high cost economy. PI membantu meningkatkan kredibilitas Institusi PI membantu meningkatkan barang/jasa instansi publik kepercayaan masyarakat atas pengadaan PI membantu pelaksanaan Program yang berkualitas dengan dukungan logistik tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya. Dasar Hukum Pakta Integritas Di Indonesia 1. TAP MPR No. VIII/2001 tentang keterbukaan informasi bagi masyarakat dala m rangka partisipasi masyarakat dalam pemberantasan korupsi. 2. Keputusan Komisi Pemilihan Umum No. 186 tahun 2002 tentang PETUNJUK PELA KSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA KEPERLUAN PEMILIHAN UMUM. 3. UNDANG-UNDANG No. 5 TAHUN 1999 tentang LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PER SAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. PASAL . 22 4. UNDANG-UNDANG PIDANA KORUPSI. NO.31/1999 tentang PEMBRANTASAN TINDAK PID ANA KORUPSI 5. UNDANG-UNDANG No. 30/2002 tentang KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KOR UPSI. 6. UNDANG-UNDANG No. 18/1999 Tentang PENGEMBANGAN INDUSTRI JASA KONSTRUKSI. 7. UNDANG-UNDANG No.20/2001 tentang PERUBAHAN ATAS UNDANG- UNDANG No. 31/19 99 Tentang PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. 8. Kepres 80/2003 tentang Perubahan Kepres 18/2001 tentang Pedoman Pengadaa n Barang dan Jasa MODUL PAKTA INTEGRITAS & SISTEM PEMANTAUAN (PELAKSANAAN BARANG DAN JASA ) DI INSTITUSI/ LEMBAGA PUBLIK

PENUTUP Potensi bisnis jasa konstruksi di Indonesia dapat disimpulkan beberapa point, ya itu : Pasar usaha jasa konstruksi di Indonesia sangat berpotensi, dimana kegiatan inve stasi yang dilakukan oleh pemerintah dan sektor swasta setiap tahunnya meningkat . Investasi untuk pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur cukup besar berdasark an dengan cakupan wilayah dan jumlah masyarakat (publik) yang mesti mendapatkan pelayanan. Potensi pasar jasa konstruksi ini, dapat dimanfaatkan oleh usaha jasa konstruksi nasional dengan mengembangkan kemampuan kontraktor, implementasi kebijakan dari berbagai aspek, yang berpihak (affirmative action) pada pelibatan jasa konstruk si nasional. Pada dasarnya kontrak kerja adalah dokumen atau perjanjian tertulis anta ra perusahaan dengan karyawan. Dalam kontrak kerja tertulis hak dan kewajiban ma sing-masing pihak. Dokumen resmi ini diangap sebagai bukti ikatan antara karyawa n dengan perusahaan, yang menyangkut perlindungan terhadap hak-hak karyawan. Leb ih dari itu, yang paling penting, kontrak kerja juga memperlihatkan kewajiban ya ng harus Anda berikan kepada perusahaan. Beberapa hal pokok yang tersurat dalam kontrak kerja : Pengangkatan Dalam kontrak kerja harus tertulis jabatan dan sebutan yang akan di pangku. Sete lah itu, tertulis rincian tugas dan tanggung jawab posisi tersebut. Imbalan atas jasa (gaji) Bilangan gaji yang diterima harus tertulis dengan jelas. Jadwal kerja Berisi keterangan jadwal kerja yang harus dipatuhi. Jam kerja resmi, termasuk ja m lembur atau shift malam jika ada. Lokasi kerja juga harus disebutkan dengan je las.

Tata Tertib dan disiplin Ini termasuk bagian yang amat penting. Perusahaan perlu menuliskan hal ini agar para karyawan tak masuk dan pulang kantor seenaknya. Pada beberapa perusahaan te rtentu, tata tertib dan disiplin ini menyangkut informational proprietary yang h arus dijaga rapat-rapat dan tak bolehbocor ke tangan perusahaan lain. Apalagi ke p erusahaan saingan. Pemutusan hubungan kerja Pasal ini membahas kondisi yang bisa menyebabkan seorang karyawan dipecat. Jika terjadi pelanggaran oleh karyawan, perusahaan berhak merumahkan karyawannya itu. Karena itu, karyawan perlu tahu pasal-pasal itu.

REFERENSI jurnal smartek, vol. 6, no. 4, nopember 2008: 228 240 http://indonesiancommunity.multiply.com/notes/item/110 http://massofa.wordpress.com/2008/02/17/perjanjian-kerja http://solution-computer.blogspot.com/p/draft-kontrak-kerja.html http://blogkublogku.blogspot.com blog rio hamdan sap 2 evaluasi proyek: pengertian evaluasi proyek, aspek-aspeknya dan metode memperoleh gagasan -guido benny

Anda mungkin juga menyukai