Anda di halaman 1dari 11

Tabel 1.

2 Persentase Tingkat Pengangguran, Tingkat Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi Pada Tahun 2008-2012 Tahun Tingkat Pengangguran 2008 8,39 2009 7,87 2010 7,41 2011 6,8 2012 6,32* *Hingga April 2012 **Perkiraan Tingkat Inflasi 11,6 2,78 6,96 3,79 5,3** Pertumbuhan Ekonomi 6,2 4,36 6,1 6,5 6,0**

DILIHAT DARI ASPEK BESARNYA PENGANGGURAN Berdasarkan data BPS menunjukkan jumlah penduduk Indonesia yang mengalami kenaikan dari tahun-ketahun. Dimulai pada tahun 1980 sebesar 146.777.000 sampai pada tahun 2007 sebesar 224.904.000 jiwa (BPS, 1980 dan 2007). Kenaikan tersebut juga diikuti oleh kenaikan jumlah pengangguran, hal ini menunjukkan kenaikan jumlah penduduk tidak terserap ke lapangan pekerjaan sehingga jumlah pengangguran pun naik. Terlihat dalam tabel diatas bahwa tingkat pengangguran dari tahun 1998 sampai 2006 terus meningkat walaupun di tahun 2000 menurun tetapi ditahun berikutnya meningkat drastis dengan persentase hamper 2%. Tetapi di tahun 2007

menunjukkan penurunan tingkat pengangguran yang cukup bagus dengan persentase 1%. Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat dilihat tingkat pengangguran di Indonesia yang dari tahun ke tahun bertambah terus. Tingkat pengangguran meningkat melebihi 8 persen per tahun yang mengindikasikan bertambahnya jumlah pengangguran. Bahkan pada tahun 2006, tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 10,27 persen dengan jumlah pengangguran sebesar 10.932.000 jiwa (Statistik Indonesia, 1998-2007). Berdasarkan gambar 1.1 dapat diketahui hubungan tingkat pertumbuhan angkatan kerja dengan tingkat pengangguran yang terjadi di Indonesia. Pada gambar tersebut dapat dilihat hubungan yang cenderung searah atau positif. Peningkatan angkatan kerja di Indonesia tidak dibarengi dengan perluasan lapangan kerja, sehingga tingkat pengangguran pun bertambah seiring penambahan angkatan kerja. Pada tahun 2008 jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 111,95 juta orang, bertambah 470 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2008 sebesar 111,48 juta orang atau bertambah 2,01 juta orang dibanding Agustus 2007 sebesar 109,94 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 102,55 juta orang, bertambah 503 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2008 sebesar 102,05 juta orang, atau bertambah 2,62 juta orang dibanding keadaan Agustus 2007 sebesar 99,93 juta orang. Tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Agustus 2008 mencapai 8,39 persen, mengalami penurunan dibanding pengangguran Februari 2008 sebesar 8,46 persen, dan pengangguran Agustus 2007 sebesar 9,11 persen. Pada tahun 2009, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu orang dibanding jumlah angkatan kerja Februari 2009 sebesar 113,74 juta orang atau bertambah 1,88 juta orang dibanding Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 104,87 juta orang, bertambah 380 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2009 sebesar 104,49 juta orang, atau bertambah 2,32 juta orang dibanding keadaan Agustus 2008 sebesar 102,55 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 7,87 persen, mengalami penurunan apabila dibandingkan TPT Februari 2009 sebesar 8,14 persen, dan TPT Agustus 2008 sebesar 8,39 persen.

Pada tahun 2010, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 116,5 juta orang, bertambah sekitar 530 ribu orang dibanding angkatan kerja Februari 2010 yang sebesar 116,0 juta orang atau bertambah 2,7 juta orang dibanding Agustus 2009 yang sebesar 113,8 juta orang. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 108,2 juta orang, bertambah sekitar 800 ribu orang dibanding keadaan pada Februari 2010 yang sebesar 107,4 juta orang atau bertambah 3,3 juta orang dibanding keadaan Agustus 2009 yang sebesar 104,9 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 7,14 persen, mengalami penurunan dibanding TPT Februari 2010 yang sebesar 7,41 persen dan TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen. Pada tahun 2011, jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 119,4 juta orang, bertambah sekitar 2,9 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2010 sebesar 116,5 juta orang atau bertambah 3,4 juta orang dibanding Februari 2010 sebesar 116 juta orang. Penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2011 mencapai 111,3 juta orang, bertambah sekitar 3,1 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2010 sebesar 108,2 juta orang atau bertambah 3,9 juta orang dibanding keadaan Februari 2010 sebesar 107,4 juta orang. Pada tahun 2012, pada Februari 2012 meningkat menjadi 120,4 juta orang, sementara jumlah penduduk yang bekerja juga bertambah menjadi 112,8 juta orang. Akibatnya, tingkat pengangguran terbuka menurun. Jumlah angkatan kerja di Indonesia sebesar 120,4 juta atau naik 1 juta orang ketimbang periode yang sama tahun lalu. Jika dibanding dengan Agustus 2011, yang sebesar 117,4 juta, jumlah angkatan kerja pada Februari 2012 naik 3 juta orang. Sedangkan jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2012 mencapai 112,8 juta. Jika dibanding dengan Agustus 2011 yang sebesar 109,7 juta orang, maka jumlah penduduk yang bekerja naik 1,5 juta orang. Peningkatan jumlah penduduk yang bekerja berimbas pada penurunan tingkat pengangguran sebesar 0,5 persen menjadi 6,32 persen. Permasalahan pengangguran memang sangat kompleks dan merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan dengan beberapa indikator-indikator. Indikatorindikator ekonomi yang mempengaruhi tingkat pengangguran antara lain pertumbuhan ekonomi negara bersangkutan, tingkat inflasi, serta besaran upah yang berlaku. Apabila di suatu negara pertumbuhan ekonominya mengalami kenaikan, diharapkan akan berpengaruh pada penurunan jumlah pengangguran, hal

ini diikuti dengan tingkat upah. Jika tingkat upah naik akan berpengaruh pada penurunan jumlah pengangguran pula. Sedangkan tingkat inflasi yang tinggi akan berpengaruh pada kenaikan jumlah pengangguran.

DILIHAT DARI ASPEK BESARNYA INFLASI Berdasarkan tabel di atas, besarnya inflasi rata-rata yang terjadi dari tahun 1980-2007 adalah sebesar 11,03 persen. Inflasi tertinggi terjadi di tahun 1998 dan 2005 yaitu sebesar 77,63 dan 17,11. Tahun 1998 inflasi sebesar 77,63 persen yang disebabkan oleh krisis moneter yang terjadi pada tahun tersebut mengakibatkan lonjakan-lonjakan harga yang sangat tinggi, hal ini disebut hiper-inflasi. Inflasi terendah terjadi di tahun 1999 yaitu sebesar 2,01 persen. Lalu di tahun 2000 juga terjadi pertumbuhan yang cukup ekstrim yaitu sebesar 367,66 persen, hal ini diakibatkan ketidakstabilan ekonomi serta kenaikan bahan bakar minyak yang terus-menerus pada tahun tersebut mengakibatkan kenaikan harga pada barang-barang. ini berlanjut hingga tahun 2001. Tingginya tekanan inflasi dari sisi biaya tidak terlepas dari kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan . Kebijakan pemerintah tersebut meliputi kenaikan beberapa harga barang dan tarif jasa seperti bahan bakar minyak (BBM), angkutan, listrik, air minum dan rokok, serta kenaikan upah minimum tenaga kerja swasta dan gaji pegawai negeri. Dengan mengeluarkan kebijakan pemerintah tersebut, pada tahun 2002 laju inflasi menunjukkan kecenderungan yang menurun yaitu pada posisi 10.03 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh menguatnya nilai tukar rupiah dan membaiknya ekspektasi inflasi. Nilai tukar rupiah dalam periode tersebut mengalami penguatan nilai tukar rupiah. Penurunan inflasi 2003 pada posisi 5.06 pesen disebabkan baik oleh perkembangan faktor fundamental maupun faktor nonfundamental yang memberikan tekanan inflasi yang menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Begitulah terus berlanjut pada tahun 2004 tingkat inflasi dapat ditekan hingga

berada pada inflasi ringan yaitu inflasi terjadi di bawah 10 persen. Data yang menunjukkan perkembangan tingkat inflasi menunjukkan dalam keadaan yang terus menurun. Kuatnya tekanan eksternal di atas perkiraan semula terutama akibat melambungnya harga minyak dunia dan berlanjutnya kondisi moneter ketat global telah mempengaruhi perkembangan inflasi di dalam negeri. Respon menaikkan harga BBM domestik guna menjaga kesinambungan fiskal

sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia tersebut memberikan tekanan kuat terhadap inflasi 2005. Selain dampak tekanan eksternal tersebut, gangguan pasokan dan distribusi, tingginya ekspektasi inflasi, dan depresiasi nilai tukar rupiah turut memberikan tekanan harga yang semakin meningkat. Secara keseluruhan inflasi 2005 melonjak mencapai 17,11 persen. Beberapa kebijakan dilakukan antara lain kebijakan administered prices seperti harga rokok, tarif tol, dan PAM mengalami kenaikan harga. Selain itu, tekanan fundamental lain yang mempengaruhi inflasi adalah meningkatnya ekspektasi inflasi yang didorong oleh kenaikan harga BBM dan pelemahan nilai tukar rupiah. Inflasi yang pada 2005 mencapai 17,11 persen menurun kembali hingga mencapai 6,60 persen pada 2006 yang terjadi hingga tahun 2007. Pada Tahun 2008 terjadi krisis keuangan dunia Perkembangan tersebut menyebabkan rupiah tertekan hingga sempat mencapai Rp12.150 per dolar AS di November 2008 disertai melonjaknya volatilitas yang mencapai 4,67 persen. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 5,4 persen dari Rp9.140 pada tahun 2007 menjadi Rp9.666 pada tahun 2008. Sementara itu, melonjaknya harga minyak dan komoditas pangan dunia berimbas pada tingginya inflasi IHK Indonesia yang mencapai 11,06 persen pada tahun 2008. Berdasarkan disagregasi, kenaikan inflasi IHK terutama didorong oleh meningkatnya harga-harga yang diatur Pemerintah (administered prices). Pada tahun 2009 inflasi menyentuh angka paling terkecil sepanjang sejarah ,hal ini tidak lepas dari turunyan tingkat konsumsi masyarakat khusnya pada barang barang impor akibar terdepresiasinya rupiah serta kelemahan ekonomi dunia pada saat itu. Menurunnya laju inflasi sepanjang tahun 2009, sangat dipengaruhi oleh rendahnya laju inflasi pada bahan makanan dan komponen barang-barang yang harganya ditetapkan pemerintah. Namun, pada tahun 2010, laju inflasi cenderung meningkat sebesar 6,96 persen sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia yang mendorong kenaikan harga-harga barang dan jasa di Indonesia. Selain itu, perubahan iklim juga telah berdampak pada menurunnya produksi barang dan jasa. Oleh karena itu, pemerintah harus terus melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan inflasi dengan melakukan operasi pasar, menjaga kecukupan pasokan dan ketersediaan barang, mengamankan stok di daerah, menjaga kelancaran distribusi barang, mengembangkan sistem logistik nasional,

dan mengintensifkan penyuluhan pertanian agar petani lebih siap dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Untuk akhir tahun 2011, Indonesia mencatatkan tingkat inflasi sebesar 3.79%. Lembaganya mencatat harga beras masih menjadi penentu utama laju inflasi Indonesia tahun 2011. Dari 3,79 persen kenaikan harga beras menyumbang 0,54 persen inflasi, harga emas menyumbang 0,34 persen, harga rokok kretek berkontribusi 0,22 persen, dan harga sewa rumah kontrakan menyumbang 0,21 persen. Pemerintah optimistis target inflasi tahun 2012 yang sebesar 5,3% dapat tercapai meski ada kenaikan tarif dasar listrik sebesar 10%. Rusman Heriawan, Kepala Badan Pusat Statistik, mengatakan target inflasi akan tercapai jika tidak ada kejadian yang akan mendorong laju inflasi.

DILIHAT DARI ASPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Krisis ekonomi di Indonesia telah berkembang semakin dalam selama tahun 1998, hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 13,7 persen. Di tahun 1999 pertumbuhan ekonomi kembali naik menjadi 0,8 persen yang didorong oleh pengeluaran konsumsi masyarakat. Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 menjadi lebih seimbang. Dengan didukung oleh nilai tukar yang kompetitif, ekspor nonmigas, kegiatan investasi yang mulai meningkat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menembus angka 4,9 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tahun 2001 sebesar 3,3 persen. Pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan meskipun masih relatif lebih baik dari pertumbuhan yang dialami oleh negara-negara di kawasan ASEAN. Di tahun 2002 secara umum masih mengindikasikan proses pemulihan ekonomi bersamaan dengan membaiknya indikator makro moneter seperti inflasi, nilai tukar, dan suku bunga, pertumbuhan ekonomi mencapai 4,4 persen. Di tahun 2003 Seiring dengan membaiknya indikator makroekonomi, yaitu inflasi yang rendah, tingkat suku bunga yang menurun, dan nilai tukar yang menguat, pertumbuhan ekonomi menunjukkan perbaikan dengan tumbuh sebesar 4,7 persen. Begitupun halnya di tahun 2004, pertumbuhan ekonomi juga naik menjadi 5,1 persen sebagai akibat membaiknya perekonomian.

Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2005 meningkat dibandingkan tahun 2004 yakni sebesar 5,6 persen. Meskipun demikian, realisasi pertumbuhan tersebut tercatat lebih rendah dibandingkan dengan prakiraan Bank Indonesia (6 persen) akibat dampak tekanan eksternal yang lebih berat. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2006 mencapai 5,5 persen banyak didorong peningkatan stimulus fiskal serta kinerja ekspor yang tetap tinggi sehingga dapat menahan dampak pelemahan daya beli masyarakat pasca kenaikan harga BBM. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 merupakan pencapaian tingkat pertumbuhan tertinggi pasca krisis yakni mencapai 6,3 persen. Terciptanya stabilitas makroekonomi di dalam negeri serta perbaikan daya beli masyarakat memberikan landasan yang kokoh dan kondusif bagi penguatan pertumbuhan ekonomi di tahun ini. Di tahun 2008 pertumbuhan ekonomi hampir menyamai tahun 2007 yakni sebesar 6,2 persen. Hal ini diakibatkan adanya tekanan stabilitas ekonomi makro yang semakin tinggi terutama di paruh kedua 2008. Kuatnya tekanan yang berasal dari sumber eksternal tercermin pada kinerja neraca pembayaran yang menurun, nilai tukar yang cenderung melemah dan inflasi yang tinggi.Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 menyentuh angka 4.36 persen hal ini tidak lepas dari perlambatan ekonomi dunia akibat menrunya ekonomi Amerika Serikat Akibat Ka sus Suprime. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2010 tercatat sebesar 6,1 persen. Selama tahun 2010, semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang mencapai 13,5 persen. Kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,7 persen, sektor konstruksi 7,0 persen, sektor jasa-jasa 6,0 persen. Sedangkan pertumbuhan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan 5,7 persen. Kemudian sektor listrik, gas dan air bersih 5,3 persen, sektor industri pengolahan 4,5 persen, sektor pertambangan dan penggalian 3,5 persen, dan sektor pertanian 2,9 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan Produk Domestik Bruto tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen dibandingkan dengan tahun 2010. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan partumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 10,7 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 1,4 persen. Sementara PDB (tidak termasuk migas) tahun 2011

tumbuh 6,9 persen. Besaran PDB Indonesia tahun 2011 atas dasar harga berlaku mencapai Rp7.427,1 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.463,2 triliun. Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan meski akan mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 masih cukup tinggi dan diperkirakan bisa mencapai 6,0 persen. Selain itu, pada 2012 diasumsikan bahwa tingkat inflasi berada pada level 5,0 persen, nilai tukar rupiah sebesar Rp8.400 per dolar AS, dan suku bunga Bank Indonesia sebesar 6,0 persen. Dalam APBN 2012 pemerintah menargetkan bahwa pertumbuhan ekonomi akan mencapai 6,7 persen, tingkat inflasi sebesar 5,30 persen, nilai tukar rupiah Rp8.800 per dolar AS, harga minyak 90 dolar AS per barel dan "lifting" minyak 950.000 barel per hari. Fauzi menambahkan, untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan dan memperkuat perekonomian agar tidak terkena dampak dari krisis global pemerintah harus terus menggenjot pembangunan proyek-proyek infratsruktur

SUMBER-SUMBER:

http://finance.detik.com/read/2011/05/05/124514/1633086/4/jumlah-penganggurandi-indonesia-tersisa-812-juta-orang

http://abuudnmr.blogspot.com/2011/05/data-pengangguran-di-indonesia-tahun.html

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1439/Skripsi.docx?sequen ce=1

http://amriamir.files.wordpress.com/2008/09/inflasi-dan-pengangguran-di-indonesia1.pdf

http://amriamir.files.wordpress.com/2008/09/inflasi-dan-pengangguran-di-indonesia1.pdf

http://nasional.kontan.co.id/news/februari-2012-pengangguran-indmonesia-turun632/2012/05/07

http://liautami.wordpress.com/2011/04/04/paper-perbandingan-inflasi-di-indonesiaperiode-2005-2010/

http://www.bumn.go.id/ptpn8/publikasi/2011-laju-inflasi-indonesia-379-persen/

http://www.indonesiafinancetoday.com/read/13694/Pemerintah-Optimistis-TargetInflasi-2012-Tercapai-

http://www.tribunnews.com/2011/02/07/pertumbuhan-ekonomi-capai-61-persen

http://www.wartaekonomi.co.id/berita-227792303-pertumbuhan-ekonomi-indonesia.html

http://www.pajak.go.id/content/ekonomi-indonesia-2012-akan-tumbuh-60-persen

Anda mungkin juga menyukai