1.1 Latar Belakang Untuk menjadi dokter yang profesional, dalam bekerja dokter harus berpedoman pada etika dan hukum profesi. Etika dan hukum menjaga tindakan dokter agar tetap berada di jalur yang benar. Menurut kaidah dasar bioetik, dalam membuat keputusan dokter selalu membuat pertimbangan dari beberapa alternatif, untuk ditentukan satu pilihan yang akan diberikan pada pasiennya. Perrtimbangan ini berdasar pada beneficence (tanpa
pamrih), autonomy(pasien mempunyai otoritas sendiri), non-maleficence (menolong pasien emergensi), danjustice (adil, memperlakukan sesuatu secara universal). 1.2 Tujuan Untuk mengetahui dan menentukan kaidah dasar bioetika kedokteran berdasarkan beneficence (tanpa pamrih), non-maleficence (menolong pasien emergensi), autonomy (pasien mempunyai otoritas sendiri), dan justice (adil, memperlakukan sesuatu secara universal) dalam sebuah kasus. 1.3 Skenario Dr. Bagus Dokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah Puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantri, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena Puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya. Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke Puskesmas sudah ada 4 orang pasien yang sedang mengantri. Dokter Bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib teratur. Pasien pertama adalah seorang
ibu, datang dengan keluhan batuk pilek. Setelah memeriksa pasien tersebut dr. Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukup. Pasien kedua adalah seorang anak balita tampak lemah digendong oleh ibunya. Ibunya mengatakan anak tersebut sudah 2 hari buang-buang air besar. Setelah memeriksa anak tersebut, dr. Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat di rumah sakit yang berada di kota. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. Baiklah kalau begitu saya akan memberi ibu obat dan ORALIT untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir ke rumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu kata dr. Bagus. Pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini kata dr. Bagus kepada pak mantri. Pasien ketiga adalah seorang laki-laki. Pasien tersebut menderita keganasan stadium lanjut. Sebelumnya pasien tersebut pernah dilakukan pembedahan di rumah sakit. Namun keluarga pasien menghentikan pengobatannya lebih lanjut. Orangtua pasien bukanlah orang kaya sehingga mereka tak mampu membeli obat-obatan kemoterapeutik yang mahal. Tetapi orangtua pasien ingin anaknya mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Dokter Bagus menjelaskan kepada orangtuanya bahwa kondisi anaknya tidak dapat ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk membeli obat-obatan mahal tersebut. Dokter Bagus ragu apakah ia harus mengatakan pada meraka untuk tidak usah membeli obat itu. Karena berdasarkan pengetahuannya pada penyakit ini, beberapa pasien meninggal walaupun telah diterapi dengan kemoterapi penuh. Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini telah timbul asites dan pasien tampak sesak. Dokter Bagus menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa kondisi anaknya kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan obat obat kemoterapeutik.Pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah memberi obat-obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu menderita kata dr. Bagus sambil menyerahkan obat kepada orang tua pasien. Saat mempersilahkan pasien ke empatnya masuk ke ruang periksa, dr. Bagus terkejut karena serombongan orang memaksa masuk sambil mengotong seorang pemuda yang tidak sadarkan diri. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu memberi pertolongan pada pemuda tersebut. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk ke dalam mesin
penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dr. Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut tampak bengkak dan pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata tulang tulang ditelapak tangan tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Bagus. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapak tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. Melihat kondisi pasien yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali. Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak laki-lakinya datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada serta punggungnya. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 dan nadi cepat tidak teratur. Dokter Bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan ke rumah sakit yang berada di kota. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut. Waktu telah memasuki siang hari, dokter Bagus melihat keluar ruangan, tampak antrian pasien masih banyak. pak mantri tolong umumkan ke pasien, saya akan istirahat makan sejenak kata dr. Bagus. Demikianlah kegiatan sehari-hari dr. Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa tersebut dan kini usianya sudah memasuki 55 tahun, namun belum ada sedikitpun dibenaknya dokter Bagus untuk mencari pendamping hidupnya, yang ada hanya bagaimana mengobati pasien-pasiennya.