Anda di halaman 1dari 41

Materi Kelas XII

Bab 1. Gelombang Bunyi


GETARAN k = konstanta pegas W = berat x = perubahan panjang pegas F = gaya pegas y = simpangan Ep = energi potensial Emek = energi mekanik Ek = energi kinetik A = amplitudo t = waktu = kecepatan sudut m = massa T = periode k = konstanta l = panjang f = frekuensi = panjang gelombang Lo = panjang mula-mula L = perubahan panjang n = nada dasar ke Vp = kecepatan pendengar Vs = kecepatan sumber bunyi P = daya R1= jarak 1 R2 = jarak 2

1.

w k = x

2.

F=-k.
3. 4. 5.
Ep = ky2 E mek = kA2 Ek = k (A2-y2)

6.

v=

k ( A2 y 2 ) m

7. 8. 9. 10. 11.

k = m 2 y = A sin t v = A cos t a = 2 A sin t Ek = Ep =


1

m 2 A 2 cos 2 t m 2 A 2 sin 2 t
1 2

12. 13.

E mek =

m 2 A 2

14.

T = 2

m k

15.

T = 2

l g

GELOMBANG
mekanik transversal refleksi refraksi interferensi defraksi polarisasi gel. longitudinal gel.

Gelombang
elektromagnetik gel.

1. 2.

v =f = t v

y gel. berjalan =

t x A sin 2 T
ujung bebas

3.

y diam

= 0

y = 2 A cos 2

x t L sin 2 T
ujung terikat

4.

y diam

1 2

y = 2 A sin 2 5.

x t L cos 2 T

v=

F E P

m F Lo A L

6.

v=

E = modulus young

E=

stress P = = strain

F L

A Lo

v gas = =

Cp RT = Cv M

7.

BUNYI
nada Bunyi

Gelombang Longitudinal
> 20.000 Hz (Ultrasonic) 20 Hz 20.000 Hz < 20 Hz (Infrasonic) keras / lemah tergantung Amplitudo tinggi/rendah tergantung Frekuensi

desah Nada Sumber

1.

Dawai

ND

( n + 1) P ( n + 2) s ( n + 2) P ( n + 1) s

fn =

n +1 v 2L

Pipa Organa Terbuka fn = n +1 v 2L

3.

Pipa Organa Tertutup

( n + 1) P ( n + 1) s

fn =

2n + 1 v 4L

Sifat :

Refleksi (Pemantulan) d= v.tpp 2

Resonansi
ln =

( 2n 1) 1
4

Interferensi (Percobaan Quinke) n memperkuat ( n + 1) 1 memperlemah 2 Pelayangan (beat)


f layangan =
Beat

fA fB

Efek Doppler fP = v vP fs v vs

Intensitas I= P P = A 4R 2 1 R1
2

I1 : I 2 =

1 R2
2

Taraf Intensitas (TI) TI = 10 log


dB

I I0

I 0 = 10 12 Watt m 2

Bab 2. Gejala Gelombang

1. Gelombang adalah gangguan yang menjalar. Gerak gelombang dapat dipandang sebagai perpindahan (transfer) energi dan momentum dari suatu tempat ke tempat lain. 2. fungsi simpangan suatu gelombang yang merambat dinyatakan dengan persamaan gelombang

y = A sin (t k.x)

Kecepatan osilasi partikel di suatu titik yang dilalui gelombang berjalan :

v = A cos (t kx)
Percepatan osilasi partikel disuatu titik yang dilalui gelombang berjalan :

a = - 2A sin (t kx) = t kx = 2 T
t x

atau

a = - 2y

3. Sudut fase gelombang berjalan dirumuskan :

Fase gelombang :

t x - atau = 2 T

Beda fase :

= 2 - 1
1 2 = T - T

x t

= =

x x t t - 1 - + 2 T T x 2 - x1 x atau =

4. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarnya searah dengan arah rambatnya. 5. Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarnya tegak lurus arah rambatnya. 6. Gelombang berjalan adalah gelombang yang amplitudonya tetap pada titik yang dilewatinya. 7. Gelombang stasioner adalah gelombang yang amplitudonya tidak tetap pada titik yang dilewatinya, yang terbentuk dari dan amplitudo sama tetapi fasenya berlawanan. 8. Sifat-sifat umum gelombang antara lain : a. Dapat dipantulkan (Refleksi) b. Dapat dibiaskan (Refraksi) c. Dapat dipadukan (Interferensi) d. Dapat dilenturkan (Difraksi) e. Dapat diserap arah getarnya (Polarisasi) 9. Cepat rambat gelombang transversal dalam dawai dirumuskan : v= F m dimana = = massa dawai persatuan panjang l interferensi dua buah gelombang datang dan pantul yang masing-masing memiliki frekuensi

v=

F m l F.l m F.l .A.l F .A Gelombang stasioner denga penantulan ujung terikat :

v=

v= v= 10.

y = 2A sin kx cos ( t kl )
Amplitudo Gelombang stasioner : As = 2 A sin kx 11. Gelombang stasioner denga penantulan ujung bebas :

y = 2A cos kx sin ( t kl )
Amplitudo Gelombang stasioner : As = 2 A cos kx 12. Energi pada gelombang transveral, dirumuskan :

W = l. 4 2f2A2
Energi gelombang longitudinal, dirumuskan :

W = 2 2 f2 A2 A v t
Untuk gelombang stasioner akibat pemantulan pada ujung terikat, letak titik-titik perut dari ujung terikat merupakan kelipatan ganjil (2n + 1) dari seperempat panjang gelombang.

X = (2n + 1) .
Untuk perut ke 1 n = 0, perut ke 2 n = 1 dan seterusnya. Letak titik simpul dari ujung terikat merupakan kelipatan genap (2n) dari seperempat panjang gelombang.

X = (2n) .
Untuk simpul ke 1 n = 0, simpul ke 2 n = 1 dan seterusnya.

Untuk gelombang stasioner akibat pemantulan pada ujung bebas, letak titik-titik perut dari ujung bebas merupakan kelipatan genap (2n) dari seperempat panjang gelombang.

X = (2n) .
Untuk perut ke 1 n = 0, perut ke 2 n = 1, dan seterusnya Letak titik simpul dari ujung bebas merupakan kelipatan ganjil (2n + 1) dari seperempat panjang gelombang.

X = (2n +1 ) .
Untuk simpul 1 n = 0 simpul ke 2 n = 1 dan seterusnya.

Bab 3. Listrik Statis

01.

F=k k=

q1 . q 2 r2

1 9 2 2 4 0 = 9 x 10 Nm /Coulomb

0 = 8,85 x 10-12 Coulomb2 / newton m2 F = gaya Q1 = muatan benda 1 Q2 = muatan benda 2 R = jarak benda 1 ke 2

E=k
02.

Q r2

E = kuat medan listrik Q = muatan R = jarak


03.

Kuat medan listrik oleh bola konduktor.

ER=0. Er = kuat medan listrik di pusat bola Es = kuat medan listrik di kulit bola

Es = k

Q R2

Ep = k

Q r2

Ep = kuat medan listrik pada jarak p dari pusat bola

04.

Kuat medan disekitar pelat bermuatan.

Ep =

20

Q A

EP =

= rapat muatan
05.

Ep = kuat medan listrik

WA > B = k . Q. q.(

1 1 ) rB rA Q. q 1 Q. q Q. q = . ----- E P = k rB 4 0 rB rB

Bila rA = maka W~ > B = k . 6.

V =k

Q 1 Q = . rB 4 0 rB

V = potensial listrik 07. 08 .

WA> B = q.(v B v A )
POTENSIAL BOLA KONDUKTOR.

VO = VK = V L = k . 09. HUKUM

q q VM = k. R r

KEKEKALAN ENERGI
2q (V1 V2 ) m

( v 2 ) 2 = ( v1 ) 2 +
10.

C=

Q V

11.

C0 =

C= K 0 A d

.A d

12.

C = C0 . K =

13. W =

1 2

Q2 2 1 atau W = 2 CV C

14.

Susunan Seri.

- Q = Q1 = Q2 = Q3 = ..... s - V = V + V + V + V +..... s ab bc cd de -

1 1 1 1 = + + +..... CS C1 C2 C3

15.

Susunan paralel.

- V = V1= V2 = V3 p - Qp = Q1 + Q2 + Q3 + ..... - Cp = C1 + C2 + C3 + ..... 16. VGAB =

C1V2 + C 2V2 C1 + C 2

C = kapasitas listrik Q = muatan listrik V = beda potensial Co = Kapasitas dalam hampa udara d = jarak antar dua keeping A = luas masing-masing keeping K = konstanta dielektrik W = energi kapasitor

Bab 4. Listrik Dinamis


1.

i=

dq dt

2.

dq = n.e.V.A.dt

i=

dq = n.e.V . A dt

Ampere Ampere/m2

03.

J=

i = n.e.V A

04.

i= L A

V A VB R

05.

R = .

06.

R(t) = R0 ( 1 + .t )
SUSUNAN SERI

07.

i = i1 = i2 = i3 = .... VS = Vab + Vbc + Vcd + ... RS = R1 + R2 + R3 + ...

08.

SUSUNAN PARALEL

VP = V1 = V2 = V3 i + i1 + i2 + i3 + ....

1 1 1 1 = + + + ... R p R1 R2 R3

09.

Jembatan wheatstone

RX . R2 = R1 . R3 RX =
1 0.

R1 .R3 R2

AMPEREMETER/GALVANOMETER .

RS =

1 Rd Ohm n 1

11.

VOLTMETER.

Rv = ( n - 1 ) Rd

Ohm

W=i2.r.t=V.i.t Joule 1 kalori = 4,2 Joule dan 1 Joule = 0,24 Kalori W = 0,24 i 2 . r . t = 0,24 V . i . t Kalori
13.

P=

dw = V .i dt

(Volt -Ampere = Watt)

14. a)

Elemen PRIMER : elemen ini membutuhkan pergantian bahan pereaksi setelah sejumlah energi dibebaskan melalui rangkaian luar misalnya : Baterai. Pada elemen ini sering terjadi peristiwa polarisasi yaitu tertutupnya elektroda-elektroda sebuah elemen karena hasil reaksi kimia yang mengendap pada elektroda-elektroda tersebut. Untuk menghilangkan proses polarisasi itu ditambahkan suatu zat depolarisator. Berdasarkan ada/tidaknya depolarisator, dibedakan dua macam elemen primer : 1. Elemen yang tidak tetap; elemen yang tidak mempunyai depolarisator, misalnya pada elemen Volta. 2. Elemen tetap; elemen yang mempunyai depolarisator. misalnya : pada elemen Daniel, Leclanche, Weston, dll. Elemen SEKUNDER : Elemen ini dapat memperbaharui bahan pereaksinya setelah dialiri arus dari sumber lain, yang arahnya berlawanan dengan arus yang dihasilkan, misalnya : Accu. Misalkan : Akumulator timbal asam sulfat. Pada elemen ini sebagai Katoda adalah Pb; sedangkan sebagai Anode dipakai PbO2 dengan memakai elektrolit H2SO4.
b)

Elemen BAHAN BAKAR : adalah elemen elektrokimia yang dapat mengubah energi kimia bahan bakar yang diberikan secara kontinue menjadi energi listrik. Misalkan : pada elemen Hidrogen-Oksigen yang dipakai pada penerbangan angkasa.
c)
15.

dW dq

( Joule/Coulomb = Volt )

16. 17.

i=

R+r

disusun secara seri

i=
18.

n. r + R

n.

disusun secara paralel

i=

r +R m

19.

Susunan seri - paralel

i=

n .r + R m

n .

20.

TEGANGAN JEPIT

K = i . R 21. Hukum Kirchhoff I ( Hukum titik cabang ) i=0

i1 + i2 + i3 = i4 + i5
22.

Hukum Kirchoff II ( Hukum rangkaian tertutup itu ) + i.R = 0 E E : negatif : positif

arah arus berlawanan dengan arah loop diberi tanda negatif. I = kuat arus q = muatan listrik t = waktu v = kecepatan electron n = jumlah electron per satuan volume e = muatan electron A = luas penampang kawat V = beda potensial R = hambatan = hambat jenis kawat Ro = hambatan mula-mula = koefisien suhu P = daya r = hambatan dalam = GGL n = jumlah rangkaian seri m = jumlah rangkaian paralel Rd = hambatan dalam K = tegangan jepit Rv = tahanan depan

Bab 5. Medan Magnet


01. r = 02.

0 A

B=

03. H =

04. B = H = r . o. H 05. Benda magnetik : nilai permeabilitas relatif lebih kecil dari satu.
Contoh : Bismuth, tembaga, emas, antimon, kaca flinta. Benda paramagnetik : nilai permeabilitas relatif lebih besar dari pada satu. Contoh : Aluminium, platina, oksigen, sulfat tembaga dan banyak lagi garam-garam logam adalah zat paramagnetik. Benda feromagnetik : nilai permeabilitas relatif sampai beberapa ribu. Contoh : Besi, baja, nikel, cobalt dan campuran logam tertentu ( almico )

06. Rumus Biot Savart.


dB =

I .d sin r2 Weber A. m

k=

4
= 10-7

07. Induksi magnetik di sekitar arus lurus


B=

2 B
=

I .a

H=

B r .

=
0

I 2 . a

08. Induksi Induksi magnetik pada jarak x dari pusat arus lingkaran.
B=

a. I . N . sin 1 r2

atau

B=

a2. I. N r3

09. Induksi magnetik di pusat lingkaran.


B=

I. N a

10. Solenoide
Induksi magnetik di tengah-tengah solenoide :

B=

n I

Bila p tepat di ujung-ujung solenoide

0 n I 2 11 . Toroida

B=

B= n I N 2 R 12. Gaya Lorentz


n=

F=BI
13.

sin

F = B.q.v sin

Besar gaya Lorentz tiap satuan panjang

F=
1 4.

I P IQ

Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Listrik


lintasan berupa : PARABOLA. percepatan :

a=

q. E m

Usaha : W = F . d = q . E .d Usaha = perubahan energi kin

Ek = q . E .d
1 2 1 mv 2 2 2 mv1 2 = q. E . d

15. Lintasan partikel jika v tegak lurus E.

t=

1 1 d = 2 at 2 = 2 .

q. E 2 . m vX 2

Kecepatan pada saat meninggalkan medan listrik.

v = v X 2 + vY 2 v Y = a. t = vY vX q. E . m vX

Arah kecepatan dengan bidang horisontal :

tg =

16. Gerak Partikel Bermuatan Dalam Medan Magnet


Lintasan partikel bermuatan dalam medan magnet berupa LINGKARAN.

mv B q
jari-jari : R=

17. Momen koppel yang timbul pada kawat persegi dalam medan

magnet
= B.i.A.N.Sin
r = permeabilitas relative = permeabilitas zat B = induksi magnet = Fluks H = kuat medan magnet A = luas bidang yang ditembus q = muatan listrik = sudut antara v dengan B a = jarijari lingkaran r = jarak I = kuat arus N = banyak lilitan l = panjang kawat F = gaya Lorentz v = kecepatan partikel R = jari-jari lintasan partikel

Bab 6. Imbas Elektromagnetik


d dt di Perubahan arus : Eind = -L dt
Perubahan fluks : Eind = -N
GGL IMBAS

Induktansi timbal balik : Eind1 = -M

di1 dt1

, Eind2 = -M

di 2 dt 2

Kawat memotong garis gaya : E i n d = B.l. v sin Kumparan berputar : Eind = N.B.A. sin t

L=N

L= I N D UK TA N S I DI R I

o N 2 A 1 i1 2 i2

M = N2 M=

o N1 N 2 A

, M = N1

(Induktansi Ruhmkorff)

T RA N S F O R M A T O R

Ideal : Np : Ns = Is : Ip N p : Ns = Ep : E s Tidak ideal : Ps = Pp

Eind = GGL induksi N = banyak lilitan B = induksi magnet A = luas bidang permukaan/kumparan = fluks magnet L = induktansi diri I = kuat arus Np = banyak lilitan kumparan primer

Ns = banyak lilitan kumparan sekunder l = panjang solenoida Pp = Daya pada kumparan primer Ps = daya pada kumparan sekunder Ep = tegangan pada kumparan primer Es = tegangan pada kumparan sekunder = kecepatan sudut M = induktansi Ruhmkorff

Bab 7. Optika Geometri


Plato dan Euclides : adanya sinar-sinar
penglihat.

Teori melihat benda

Aristoteles Al Hasan

: Menentang sinar-sinar penglihat. : Pancaran atau pantulan benda

S i r Is a a k N e wt o n : T e o r i E mi s i S um be r c ah a y a m e n y al ur k a n P ar ti ke l y an g k e c i l d an r i n ga n be r ke ce p a t a n ti n g g i . C hr i s t i a n Huy g e n s : T e or i E te r al a m : c ah a y a p ad a d as ar n y a S am a de ng a n bun yi , m e r a m b a t me me r l uk a n m e d i um . Th o m a s Yo un g da n A ug us t i n e Fr es n e l l : C ah a y a da pa t l e n t ur da n be r i n te r f e r e n s i J ea n L e o n F o u c a u l t : Ce pat rambat cahay a di zat cai r lebi h kecil daripada di

udara.
elektromagnetik. transversal karena Mengalami polarisasi. Pieter Zeeman : Cahaya dapat dipengaruhi medan magnet yang kuat. Johannes Stark : Cahaya dapat dipengaruhi medan listrik yang kuat. Michelson dan Morley : Eter alam tidak ada. Max Karl Ernest Ludwig Planck : Teori kwantum cahaya. Albert Einstein : Teori dualisme cahaya. Cahaya sebagai partikel dan bersifat gelombang Merupakan gelombang elektromagnetik. Tidak memerlukan medium dalam perambatannya Merambat dalam garis lurus K e ce p a t a n te r be s a r di da l a m va k um 3 . 1 0 8 m/ s Kecepatan dalam medium lebih kecil dari kecepatan di vakum. Kecepatan di dalam vakum adalah absolut tidak tergantung pada pengamat.

TEORI CAHAYA

James Clerk Maxwell : Cahaya gelombang Heinrich Rudolph Hertz : Cahaya geloimbang

S I F A T C A HA Y A

PEMANTULAN CAHAYA.
01.

1 1 1 = + f s s'
s' s
=/

02. M = -

h' h

03. Cermin datar :


n=

R=

sifat bayangan : maya, sama besar, tegak

360 -1
d = s1 + s2 Mtotal = M1.M2

04. cermin gabungan

Cermin cekung :
diperbesar

R = positif Mengenal 4 ruang Sifat bayangan : benda di Ruang I : Maya, tegak, Benda di Ruang II : Nyata, terbalik,

diperbesar Benda di Ruang III: Nyata, terbalik, diperkecil

Cermin cembung :
diperkecil

R = negatif

sifat bayangan : Maya, tegak,

PEMBIASAN/REFRAKSI.
01. Indeks bias

nbenda =

c = u vm m

nbenda > 1
n12 =

n relatif medium 1 thdp medium 2

n1 v 2 2 = = n 2 v1 1

02. benda bening datar 03. kaca plan paralel

n sin i = n sin r
(1)

(2)

n sin i = n sin r (cari r) d sin(i r ) t= cos r


umum

04. Prisma r1)


2

(deviasi)

(1) n sin i1 = n sin r1 (cari (2) = r1 + i2 (cari i2) (3) n sin i2 = n sin r2 (cari (4) = i1 + r2 -

r2)
minimum > 10o > = 10o

syarat : i1 = r2 sin ( min + ) = min =

n' 1 sin n 2

n' 1) n

05. Permukaan lengkung.

n n' n' n + = s s' R n n' n' n + = (1) s1 s1 ' R1


(2)d = s1 + s2

06. Lensa tebal

n' n n n' + ' = (3) s2 s2 R2 1 n' 1 1 = ( 1)( ) f n R1 R2 1 f gab = 1 1 + f1 f 2

07. Lensa tipis

Cembung-cembung (bikonveks) R1 +, R2 Datar cembung R1 = tak hingga , R2 Cekung cembung R1 - , R2 Cekung-cekung (bikonkaaf) R1 - , R2 + Datar cekung R1 = tak hingga , R2 + Cembung cekung R1 + , R2 +

9. Lensa Konvergen (positif)

1 1 1 = + f s s'
M=-

divergen (negatif)

s' h' =/ / s h

10. Kekuatan lensa (P)

P=

1 f 100 f

f dalam meter f dalam cm

P=

n = banyak bayangan (untuk cermin datar) = sudut antara ke dua cermin f = jarak focus

R = jari-jari bidang lengkung = panjang gelombang cahaya P = kekuatan lensa

s = jarak benda ke cermin s = jarak bayangan ke cermin h = tinggi benda h = tinggi bayangan m = perbesaran bayangan i = sudut datang r = sudut pantul n = indeks bias d = tebal kaca t = pergeseran sinar = sudut pembias = deviasi

Bab 7. Arus Bolak-Balik


Osiloskop = mengukur tegangan max E=Emax. Sin .t Eefektif = yang diukur oleh voltmeter Emax = yang belum terukur Epp = dari puncak ke puncak = frekwensi anguler t = waktu Vmax = tegangan maksimum Imax = Arus maksimum T = periode V max 2 i max 1 Iefektif= Iefektif = Imax{ 2 T Epp = 2.Emax Eefektif=

sin 2 (

2 )dt } T

I.

Resistor pada DC-AC

II.

Induktor (L) pada DC-AC

Xl = reaktansi induktif

E=L

(satuan XL = ohm)

dim ax. sin .t dt E = L. .i max . cos .t Xl = .L

III.

Capacitor pada DC-AC

C = kapasitas kapasitor Xc = reaktansi kapasitif Q=C.V dQ dc.V i= = dt dt c.dV max . sin .t i= dt i = .c.V max . cos .t 1 XC = C (Satuan XC = 0hm)

IV.

R-L-C dirangkai seri


1. 2.

. Xl = .L
Xc =

1 .C 3. Gambar fasor

4.

Z = R 2 + ( Xl Xc ) 2
i= E Z
Vac = Vr 2 + Vl 2

5. 6.

Vab = i.R

Vbc = i. Xl Vcd = i. Xc
7.

Vbd = Vl Vc Vad = Vr 2 + (Vl Vc) 2 R

Daya=Psemu.cos Daya=Psemu. Z
Psemu = V.I (Volt Amper) a. Xl > Xc RLC bersifat induktif V mendahului I dengan beda fase b. Xl = Xc RLC resonansi Z = R kuat arus paling besar, karena hambatan total paling kecil. 1 1 f = T = 2 L.C 2 L.C c. Xc > Xl RLC bersifat capasitif I mendahului V dengan beda fase

8. tg =

XL XC R

Z = Impedansi = sudut fase L = induktansi diri f = frekwensi T = periode R = hambatan

Bab 8. Perkembangan Teori Atom


Atom-atom merupakan partikel terkecil dari suatu zat Atom-atom suatu zat tidak dapat diuraikan menjadi partikel Yang lebih kecil. Atom suatu unsur tidak dapat diubah menjadi unsur lain. Atom-atom setiap zat adalah identik, artinya mempunyai Bentuk, ukuran dan massa yang sama. Atom suatu zat berbeda sifat dengan atom zat Dua atom atau lebih yang berasal dari unsur-unsur yang berlainan dapat membentuk senyawa. Pada suatu reaksi atom-atom bergabung menurut perbanDingan tertentu. Bila dua macam atom membentuk dua macam senyawa Atau lebih, maka perbandingan atom-atom yang sama dalam kedua senyawa itu sederhana. KELEMAHANNYA. Atom tidak dapat dibagi lagi bertentangan dengan ekspeRimen. Dalton tidak membedakan pengertian atom Satuan molekul juga disebut atom. Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat berTentangan dengan eksperimen Faraday dan J.J Thomson Atom merupakan suatu bola yang mempunyai muatan Positif yang terbagi merata ke seluruh isi atom. Muatan positif dalam atom ini dinetralkan

DALTON lain. -

dan molekul -

TEORI J.J THOMSON ATOM oleh elektron-

Elektron yang tersebar diantara muatan-muatan positif Itu dan jumlah elektron ini sama dengan jumlah muatan Positif. KELEMAHANNYA. Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan hamBuran sinar Alfa ternyata muatan positif tidak merata naMun terkumpul jadi satu yang disebut INTI ATOM.

Atom terdiri dari muatan-muatan positif, di mana seluruh

RUTHERFORD -

Muatan posoitif dan sebagian besar massa atom terkumpul ditengah-tengah atom yang disebut dengan INTI ATOM. Di sekeliling inti atom, pada jarak yang relatif jauh beredar Lah elektron-elektron mengelilingi inti atom. Muatan inti atom sama dengan muatan elektron yang mengelilingi inti, sehingga atom bersifat netral. KELEMAHANNYA. Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom Atau tidak mendukung kemantapan atom. Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum Atom-atom Hidtrogen adalah spektrum garis tertentu.

Pengukuran massa elektron oleh : J.J. Thomson dengan percobaan Tetes Minyak Milikan. SINAR KATODA
Partikel bermuatan negatif

Sifat : - Bergerak cepat menurut garis lurus keluar tegak lurus dari katoda. - Memiliki energi - Memendarkan kaca - Membelok dalam medan listrik dan medan magnet.

MODEL ATOM BOHR DIBUAT BERDASARKAN 2 POSTULATNYA YAITU :


1.

Elektron tidak dapat berputar dalam lintasan yang sembarang, elektron hanya dapat berputar pada lintasan tertentu tanpa memancarkan energi. Lintasan ini Disebut lintasan stasioner. Besar momentum anguler elektron pada lintasan Stasioner ini adalah : mvr =

n disebut bilangan kwantum (kulit) utama. 2. Elektron yang menyerap energi (foton) akan berpindah ke lintasan yang energinya tinggi, dan sebaliknya.

nh 2

1. Ep = -k

e2 r e2 r

2. Ek = - k

3. Etotal = - k 4. r =

e2 r

n2 h ( )2 2 me k 2

5. r1 : r2 : r3 : = 12 : 22 : 32 : 6.

1 1 1 = R( 2 2 ) nA nB
Deret Lyman Deret Balmer Deret Paschen Deret Brackett Deret Pfund max min fmin fmax

R = tetapan Ridberg nA = 1 nA = 2 nA = 3 nA = 4 nA = 5

R = 1,097.10 7 m-1

nB = 2, 3, 4 . nB = 3, 4, 5, . nB = 4, 5, 6, . nB = 5, 6, 7, . nB = 6, 7, 8, .

nB = 1 lebihnya dari nA nB = Energi stasioner E=

05. Energi
Energi Pancaran E = 13,6 (

13,6 eV n2 1
2

nA

1 nB
2

) eV

E = h.f (J)

e = muatan electron r = jari-jari lintasan electron Ep = Energi potensial Ek = energi kinetic n = bilangan kuantum r = jari-jari lintasan electron = panjang gelombang h = tetapan Planck

Bab 9. Radioaktivitas
Adanya Fosforecensi : berpendarnya benda setelah disinari.
Dasar penemuan

Adanya Fluorecensi : berpendarnya benda saat


disinari.

Penemu: Henry Becquerel


Menghitamkan film Dapat mengadakan ionisasi Dapat memendarkan bahan-bahan tetentu Merusak jaringan tubuh Daya tembusnya besar Sinar Sinar Sinar

Sifat-sifat

Macam sinar

Penemu: Pierre Curie dan Marrie Curie

Urutan naik daya tembus: Sinar , Sinar , Sinar Urutan naik daya ionisasi: Sinar , Sinar , Sinar x x x x x x x x x x x B xxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx

01. I = Io e02. 03.


HVL
Z

nilai x N=AZ

sehingga I = Io

HVL

ln 2 0,693 =

XA

04. Deffect massa

= (mproton + mnetron) minti

05. Eikat inti = {(mproton + mnetron) minti }.931 MeV

06. Hukum Pergeseran

m dalam sma = {(mproton + mnetron) minti }.c2 m dalam kg A A-4 A-4 atau ZXA + ZX Z-2X Z-2X

XA

Z+ 1

XA atau

XA tetap

Z+ 1

XA +

Jika memancarkan

07. T =

0,693 ln 2 =

8. R = . N 9. N = No.2-t/T 10. D =
E m

11. Ereaksi = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).931 MeV = (msebelum reaksi -msesudah reaksi ).c2 12. Reaksi FISI
Pembelahan inti berat menjadi ringan Terjadi pada reaktor atom dan bom atom Menghasilkan Energi besar < enerfi reaksi FUSI Dapat dikendalikan.

m dalam sma. m dalam kg

Reaksi FUSI

Penggabungan inti ringan menjadi inti berat Terjadi pada reaksi di Matahari dan bom hidrogen Tidak dapat dikendalikan. Pencacah Geiger Muller (pulsa listrik) Tabung Sintilasi (pulsa listrik) Kamar kabut Wilson (Jejak lintasan saja) Emulsi film

13.

ALAT DETEKSI

X = nama atom / unsure z = nomor atom a = nomor massa p = proton n = netron m = massa T = waktu paruh

N = jumlah inti yang belum meluruh No = jumlah inti mula2 = konstanta peluruhan t = lamanya berdesintegrasi R = aktivitas radioaktif

Bab 10. Optika Fisis

Sinar yang dapat diuraikan

CAHAYA

Sinar yang tak dapat diuraikan Dalam ruang hampa cepat rambat sama besar f r e kw e ns i m as i n g wa r n a be da Pj. Gelomb masing warna beda Merah Jingga Kuning Hijau Biru Nila Ungu ( dan v terbesar)

Polikromatik Monokromatik

DISPERSI (PERURAIAN WARNA)

(n, , f dan Efoton terbesar)

Benda bening Plan paralel Prisma Lensa

r = /rm ru/ t = /tm tu/ = u - m s = /sm su/ f = /fm fu/


Prisma Akromatik (nu nm) = (nu nm) Lensa Akromatik.

MENIADAKAN DISPERSI :

1 f gabmerah

=
'

1 f gabungu
'

n n n n 1 1 1 1 1 1 1 1 ( m 1)( ) + ( m 1)( ) = ( u 1)( ) + ( u 1)( ) n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2 n R1 R2


Flinta Kerona Flinta Kerona

PRISMA PANDANG LURUS

(nh 1) ) = (nh 1) )

Max Cermin Fresnell

p.d 1 = ( 2k ) 2

Min

p.d 1 = (2k 1) 2 p.d 1 = ( 2k ) 2 p.d 1 = (2k 1) 2

Max Percobaan Young Min

INTERFERENSI

(Syarat : Koheren) (A, f, sama)


Cincin Newton (gelap sbg pusat)

Max

rk2 = R (2k-1) Min rk2 = R (2k)

Max Selaput tipis Min Celah tunggal

2n d cos r = (2k-1) 2n d cos r = (2k) Max Min d sin = (2k + 1) sin = (2k)

DIFRAKSI
Max Kisi Min d sin = (2k)

d sin = (2k 1) k = 1, 2, 3 . . . .

Daya Urai (d)

d = 1,22

.L D

L = jarak ke layar n = indeks bias = deviasi = sudut pembias = panjang gelombang cahaya p = jarak terang dari pusat k = orde garis terang/gelap

D = diameter lensa d = tebal lapisan r = sudut bias rk = jari-jari cincin terang ke k R = jari-jari lensa = sudut difraksi/deviasi f = fokus

Bab 11. RELATIVITAS


Relativitas:
a. Penjumlahan kecepatan
V1 V2 V1 V2

V1 +V 2 V 1.V 2 1+ C2 b. Dilatasi waktu Vr = t' = t0 1

Vr =

V1 V 2 V 1.V 2 1 C2

V2 C2 c. Kontraksi Lorentz V2 C2 d. Massa dan Energi L' = L 0 1

t<t0

m>m0 V2 2 C e. Etotal=Ediam+Ek 1 2 Ek = m.C 1 2 1 V C2 1

m' =

m0

V1 = kecepatan partikel 1 terhadap bumi V2 = kecepatan partikel 2 terhadap partikel 1 Vr = kecepatan partikel 2 terhadap bumi c = kecepatan cahaya V = kecepatan L = panjang setelah mengalami perubahan Lo = panjang mula-mula

m = massa benda saat bergerak mo = massas benda saat diam Ek = energi kinetik to = selang waktu yang daiamati oleh pengamat diam terhadap benda t = selang waktu yang diamati pengamat bergerak

Bab 12. Dualisme Gelombang Cahaya


a. Semakin besar intensitas cahaya semakin banyak elektron elektron yang diemisikan b. Kecepatan elektron yang diemisikan bergantung pada frekuensi; semakin besar f, makin besar pula kecepatan elektron yang diemisikan

E = h. f
E = Ek + E 0 Ek = E a

E = Energi h = tetapan Planck f = frekwensi c = kecepatan cahaya v = kecepatan a = energi ambang

1 m.V 2 = h. f hf 0 2 1 C C mV 2 = h 2 0 1 1 Ek = h.c. 0

m = massa

= panjang gelombang

h. f h Pfoton = ;p= C
p=momentum

p = momentum Ek = Energi kinetik

Hypotesa de Broglie c = f h h = = p m.V p = 2.m.Ek Catatan penting :

Ek=54 ev = 54.1,6.10-19 Joule Massa 1e = 9,1.10-31 kg


Hamburan Compton :

' =

h .(1 cos ) m0.c

Bab 13. Reaksi Inti dan Teknologi Nuklir

Lebih detail, reaksi fisi terjadi pada bahan bakar yang terdapat pada teras reaktor. Pada tipe PWR, bahan bakar berbentuk pellet tersusun menjadi batangan (fuel pin) yang dibundel (fuel-assembly) dan disusun dalam teras reaktor.
1. 2.

Reaksi Nuklir, membahas konsep dasar dan berbagai reaksi nuklir. Reaksi Fisi, secara khusus dan mendalam membahas mengenai reaksi Fisi sebagai salah satu reaksi nuklir.

Reaksi Fisi Berantai

Inti nuklir Xdilambangkan sbb : AXZ Z jumlah proton : A Nomor massa yaitu jumlah neutron (N) dan proton (Z);

A=N+Z. Massa inti : m(AXZ) = A x u Isotop : inti dengan Z sama, (jumlah proton sama) Isobar : inti dengan A sama, (jumlah neutron +proton sama) Isoton : inti dengan N sama, (jumlah proton sama)

Reaksi nuklir selalu terkait dengan penyerapan atau pelepasan energi. Energi yang dilepas (atau diserap) dalam reaksi nuklir dapat dihitunga dengan memanfaatkan rumus pa Einstein berikut : C kecepatan cahaya di ruang hampa M selisih massa yang dikonversi ke energi Untuk reaksi nuklir a (b, c )d E = mc 2

Maka energi reaksinya, Q, dapat dihitung sbb :


Q = [( M a + M b ) ( M c + M d )] c2

Bila Q>0, maka reaksi mengeluarkan energi. Disebut reaksi eksotermik Bila Q<0, maka reaksi memerlukan pasokan energi. Disebut reaksi endotermik

Dari pembahasan ini, reaksi yang harus di maintain untuk menghasilkan listrik (energi) adalah reaksi eksotermik..salah satunya reaksi fisi.

Anda mungkin juga menyukai