Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Sejak manusia menghendaki kemajuan dalam kehidupan, sejak itulah timbul gagasan untuk melakukan pengalihan, pelestarian dan mengembangkan kebudayaan melalui pendidikan. Oleh karena itu, dalam sejarah pertumbuhan masyarakat, pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka memajukan kehidupan generasi sejalan dengan tuntunan masyarakat. Menurut keyakinan kita, sejarah pembentukan masyarakat dimulai dari keluarga Adam dan Hawa sebagai unit terkecil dari masyakat dimuka bumi ini. Dalam keluarga tersebut telah dimulai proses kependidikan umat manusia, meskipun dalam ruang lingkup terbatas sesuai dengan kebutuhan hidupnya. Perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perkembangan pendidikan, dimana pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas pendidikan. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar baik, sehingga dapat dibuktikan hasilnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan yang hanya dengan sekedarnya maka hasilnya tidak optimal. Kita menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam usaha mencerdaskan bangsa dan merupakan salah satu factor dalam mencapai keberhasilan pembangunan yang didasarkan atas falsafah bangsa yakni pandangan hidup dan cita-cita bangsa didalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Pendidikan dilingkungan kelarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan,

kesopanan, dan moral. Disamping itu juga, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang penting utamanya hal-hal yang bersifat religious. Tidak dapat disangkal lagi sebagaimana pentingnya pendidikan dilingkungan keluarga bagi perkembangan anak-anak manusia yang pribadi dan berguna bagi masyarakat. Dan kita semua tentu telah mengetahui bahwa pengaruh keluarga terhadap pedidikan anak-anak berbeda-beda. Yang mana sebagian keluarga atau orang tua mendidik anak-anaknya menurut pendirian-pendirian modern, sedangkan sebagian lagi keluarga atau orangtua masih menganut pendirian-pendirian kuno atau kolot. Masalah belajar adalah masalah yang selalu actual dan dihadapi oleh setiap orang. Maka dari itu banyak ahli-ahli membahasa dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling cocok dengan situasi kebudayaan kita. Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Perkembangan ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan perkembangan pendidikan, dimana pendidikan mempunyai peran yang strategis dalam menentukan arah maju mundurnya kualitas pendidikan. Hal ini bisa dirasakan ketika sebuah lembaga pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan yang benar-benar baik, sehingga dapat dibuktikan hasilnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan yang hanya dengan sekedarnya maka hasilnya tidak optimal.

Keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil terbentuk oleh ikatan dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin, wanita dan pria serta anakanak yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh orangtua. Alam mempercayakan pertumbuhan serta perkembangan anak pada mereka. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya. Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua dikatakan pendidik pertama karena dari merekalah anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya dan dikatakan pendidik utama karena pendidikan dari orang tua menjadi dasar bagi perkembangan dan kehidupan anak dikemudian hari. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Dra. Kartini Kartono, keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak ada dalam hubungan interaksi yang intim. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral, dan pendidikan anak.Masalah anak-anak dan pendidikan adalah suatu persolan yang amat menarik bagi seorang pendidik dan ibu-ibu yang setiap saat menghadapi anak-anak yang membutuhkan pendidikan. Mengasuh dan membesarkan anak berarti memelihara kehidupan dan kesehatannya serta mendidiknya dengan penuh ketulusan dan cinta kasih. Secara umum tanggung jawab mengasuh anak adalah tugas kedua orang tuanya. Selanjutnya untuk mewujudkan pengertian pendidikan yang dimaksud, maka lingkungan keluarga (orang tua) merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak.

Keluarga merupakan proses penentu dalam keberhasilan belajar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Malik Fadjar bahwa orang tua dikatakan sebagai pendidik pertama dan utama karena pendidikan yang diberikan orang tua merupakan dasar dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Oleh karena pada diri setiap anak terdapat suatu dorongan dan daya untuk meniru, dengan dorongan ini dapat melakukan sesuatu yang telah dilakukan orang tuanya. Masa ini juga merupakan masa sensitif bagi anak sebab apa yang dilihat dan apa yang didengarnya akan selalu ditiru tanpa mempertimbangkan baik buruknya. Dalam hal ini sangat diharapkan kewaspadaan serta perhatian yang besar dari orang tua, karena masa meniru ini secara tidak langsung turut membentuk watak anak di kemudian hari. Dengan demikian faktor identifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting, sehingga mereka menjadi terbina, terdidik, dan belajar dari pengalaman langsung. Hal ini pula yang nantinya akan berpengaruh lebih besar daripada informasi atau pengajaran lewat instruksi dan petunjuk yang disampaikan dengan kata-kata. Dalam lingkungan keluarga, pendidikan yang berlangsung di dalamnya adalah pendidikan informal, dengan orang tua sebagai pendidik. Orang tua adalah pendidik kodrati yang diberikan anugerah oleh Allah berupa naluri orang tua. Kasih sayang dan pengertian keluarga khususnya orang tua akan meninggalkan yang positif dalam perkembangan jiwa anak. Untuk itu sudah sepantasnya orang tua menjadi teladan yang baik bagi anak. Di sisi lain sebelum anak menjadi dewasa, orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan seperti berbicara, berhitung, membaca, menulis, dan sebagainya. Ketika anak mencapai usia belajar, maka orang tua harus

bertanggungjawab memasukkan anaknya ke sekolah dan membiayai pendidikannya. Orang tua bertanggungjawab untuk membina anak-anaknya dan mensejahterakan kehibupan mereka. Adapun kesejahteraan anak itu meliputi segi fisik (jasmani) dan mental (rohani). Dan tanggungjawab dalam segi mental (rohani) ini merupakan masalah penting karena kualitas pribadi anak merupakan dari hasil pembinaan mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggungjawab pembinaan mental rohaninya. Salah satu bagian dari tanggungjawab pembinaan mental rohani anak adalah menyekolahkan anak ke sekolah atau ke lembaga pendidikan. Karena pendidikan merupakan suatu usaha atau proses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan perannya dalam kehidupan secara fungsional dan optimal, dalam Islam manusia dituntut untuk menuntut ilmu dari sejak lahir hingga akhir hayat. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah Saw. yang berbunyi adalah:

Berdasarkan realita dan peranan ketiga lembaga ini maka ahli pendidikan Ki Hajar Dewantara menganggap ketiga lembaga pendidikan ini sebagai tri pusat pendidikan yang meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat. Istilah tiga lingkungan pendidikan itu dikenal dengan pendidikan informal, pendidikan formal dn pendidikan non formal. Di dalam lingkungan keluarga (informal) yang berperan menjadi pendidik adalah orang tua dan cara orang dalam membimbing anak belajar di rumah berbeda satu sama lain, karena tingkat pendidikan orang tua yang berbeda, kemungkinan ilmu pengetahuan cara membimbing anak dalam belajar belum dikuasai oleh semua orang tua, karena tidak semua orang tua mempunyai tingkat pendidikan tinggi. Cara membimbing anak dalam belajar di rumah akan berpengaruh terhadap

prestasi belajar anak, sehingga anak di sekolah akan mempunyai prestasi belajar yang berbeda sesuai dengan bimbingan yang di peroleh dari orangtuanya.

Dari paparan peristiwa dan teori diatas, penulis sangat tertarik untuk penelitian mengenai motivasi orangtua dan prestasi belajar yang nantinya peneliti dapat membuktikan kebenaran dari sebuah peristiwa dan teori yang ada. Adapun judul dalam penelitian ini adalah PENGARUH MOTIVASI ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI MAN LAMONGAN. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian Latar Belakang diatas dalam penelitian motivasi orangtua terhadap prestasi belajar siswa maka dalam rumusan masalah yang akan peneliti fokusakan adalah: 1. C. TUJUAN PENELITIAN D. MANFAAT PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi

Motivasi sering disebut orang dengan motif saja untuk menunjukkan mengapa seseorang berbuat sesuatu. Motivasi dan motif adalah dua istilah yang sulit dibedakan dan tidak jarang orang memakai istilah yang berbeda ini menjadi sama dalam pemakaian kata atau kalimat baik dalam segi ucapan maupun tulisan untuk mencapai jawaban antara kata motif dan motivasi ini terlebih dahulu harus tahu secara jelas pengertian dari dua istilah tersebut. Motivasi, sikap, minat, yang memberikan kemungkinan untuk mendorong seseorang dalam berbuat dan tingkah laku. Untuk mendorong seseorang mencapai aktivitas dari tujuan yang diinginkan. Menurut Sumadi (1990: 70) dalam buku Psikologi Pendidikan, motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan. Dalam pengertian ini motif bukanlah hal yang dapat diamati, akan tetapi dapat diketahui karena adanya suatu aktivitas itu dapat kita lihat atau saksikan. Sebagaimana pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Martin Handoko, motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mangarahkan, dan mengorganisasikan tingkah laku (Handoko, 1992: 9). Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Dimyati,1999:80).

Motivasi dapat didefinisikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan (Abdul R.S, 2008:182). Oemar Hamalik (2001:158) menyatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Ustman Najati, motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, yang menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu (Hamalik,2001:183). Winkel (W.S Winkel, 1996:151) menyatakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu. Sedangkan maksud dari motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi merupakan pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu (Purwanto, 2004:71). James O. Whitteker (dalam Wasty Soemanto, 1990:193) memberikan pengertian secara umum mengenai penggunaan motivasi dibidang psikologi, menurutnya motivasi ialah kondisi atau keadaan yang mengakibatkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Sedangkan Sumadi Suryabrata (2002:114) mengatakan motivasi sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Maslow (dalam Djaali, 2007:101) mengungkapkan bahwa kebutuhan dasar hidup manusia itu terbagi atas lima tingkatan, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan akan aktualisasi diri. Manusia memerlukan motivasi

yang dapat memberikan semangat dan kemampuan untuk mengerjakan sesuatu, begitu juga dengan pelajar atau siswa sangat memerlukan adanya motivasi untuk belajar lebih giat lagi. Motivasi banyak dipengaruhi oleh aspek manusia yang menjadi pusat perhatian karena determinan perilaku bisa berasal dari dalm manusia baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat psikologis serta dari lingkungan. Ditinjau dari sifatnya, maka determinan-determinan tersebut dapat dikatakan. 1. Bersifat biologis (nafsu, kebutuhan biologis). 2. Bersifat mental (cita-cita, rasa tanggung jawab). 3. Bersifat obyek atau kondisi dalam lingkungan (materi, pangkat). Motivasi merupakan istilah yang menunjukkan kepada seluruh proses orang yang punya motivasi. Gerakan termasuk situasi yang memberikan dorongan dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir pada gerakan atau perubahan (Sarwono, 1984). Sedangkan Purwanto (1990), menyebutkan bahwa motivasi mengandung tiga komponen pokok yaitu: 1. Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu maupun untuk bertindak dengan cara tertentu. 2. Menggerakkan atau menyalurkan tingkah laku individu terhadap sesuatu. 3. Menompang tingkah laku motivasi berkaitan sangat erat deangn kemampuan orang mengatakan ada kemampuan yang terkandung didalam pribadi individu. 2. Ciri-ciri Dan Aspek-aspek Motivasi Berikut ini ciri-ciri motivasi dalam perilaku menurut Irwanto , dan kawan-kawan (1991):

1. Pengaruh perilaku menggejala dalam bentuk tanggapan-tanggapan yang bervariasi dan motivasi tidak hanya merangsang suatu perilaku tentu saja, tapi merangsang berbagai kecenderungan perilaku yang memungkinkan tanggapan yang berbeda-beda. 2. Kekuatan dan efesiensi perilaku mempunyai hubungan yang berfariasi dengan kekuatan determinan. Rangsangan yang lemah mungkin menimbulkan reaksi hebat atau sebaliknya. a. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu. b. Penguatan positif menyebabkan suatu perilaku tertentu cenderung untuk diulangi kembali. c. Kekuatan perilaku akan lemah bila akibat dari perbuatan ini bersifat tidak enak. Motivasi juga berkaitan sangat erat dengan komonen, sehingga orang mengatakan ada komponen yang terkandung dalam pribadi orang yang penuh motivasi. Motivasi mempersilahkan seseorang untuk melakukan sesuatu sebab individu sendiri memang ingin melakukannya. Jika benar-benar ingin melakukan yang diinginkan akan menjadi lebih termotivasi dan jika benar-benar ingin melakukan sesuatu tentu saja akan kekurangan motivasi (Denny, 1997). Sedangkan Mc Donald (dalam Soemanto, 1990), mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga didalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Menurut Morgan (dalam Soemanto,1990), motivasi bertalian dengan tiga hal sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi, yaitu:
1. Keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), adalah keinginan individu

untuk mencapai tujuan (goal).

2. Tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (Motivated behavior), adalah wujud

tingkah laku individu dalam mencapai tujuan, yaitu berupa reaksi-reaksi yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan mengurangi ketegangan psikologisnya.
3. Tujuan dari pada tingkah laku (goals or ends of such behavior), adalah hasil yang dicapai

oleh individu setelah individu mampu mewujudkan suatu keinginan. Akhirnya mencapai hasil atau tujuan tertentu sehingga akan member kepuasan bagi individu. Apabila seseorang tdak berkemampuan atau tidak menemukan cara untuk mencapai suatu tujuan tertentu, maka kebutuhan individu untuk mencapai tujuan itu tidak terpenuhi dan jika tujuan terpenuhi maka individu menjadi puas, misalnya orang tua yang telah berhasil mendidik anaknya sehingga merasa puas. 3. Fungsi Dan Tujuan Motivasi

Anda mungkin juga menyukai