Anda di halaman 1dari 8

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/diktat%20Pendidikan%20Sains.

pdf Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol.

DIKTAT PENDIDIKAN SAINS


Asri Widowati, M.Pd
Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Yogyakarta 2008
BAB I HAKIKAT SAINS A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui pengertian sains menurut berbagai ahli 2. Mahasiswa menjelaskan hakikat sains dan keterkaitannya dengan pembelajaran sains. B. Materi Hakikat sains kami gunakan untuk menjawab pertanyaan apakah sebenarnya sains itu?. Istilah sains berasal dari bahasa latin scientia yang berarti pengetahuan. Namun pernyataan ini terlalu luas dalam penggunaannya sehari-hari. Dalam arti sempit sains adalah disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi, mineralogi, meteorology, dan fisika, sedangkan life science meliputi biologi (anatomi, fisiologi, zoology, sitologi, embriologi, mikrobiologi). Dalam buku ini istilah sains dimaknai secara khusus sebagai nature of science atau ilmu pengetahuan alam. Pengertian atas istilah sains secara khusus sebagai Ilmu Pengetahuan Alam sangat beragam. Conant (dalam Usman, 2006: 1) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan tumbuh sebagai hasil eksperimentasi dan observasi, serta berguna untuk diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Carin & Sund (1989) mendefinisikan sains adalah suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui observasi dan eksperimen yang terkontrol. Trowbridge & Byebee (1986: 38) menggambarkan skema umum ilmu pengetahuan sebagaimana tergambar dalam Gambar 1: Trowbridge & Byebee (1986: 38)
Gambar 1. Sains sebagai Tubuh Ilmu Pengetahuan (Trowbridge & Byebee, 1986: 38)

Berdasarkan skema tersebut, Trowbridge & Byebee (1986: 38)

mendefinisikan sains sebagai berikut: Science is a body of knowledge, formed by a process of continuous inquiry, and encompassing the people who are enganged in the scientific enterprice. Berdasarkan pada definisi tersebut, karakteristik sains yang khas adalah sains ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. Berdasarkan pada definisi tersebut, karakteristik sains yang khas adalah sains ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. Nash dalam bukunya The Nature of Science menyatakan bahwa Science is a way of looking at the world. Jadi disini sains dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk dapat mengamati sesuatu, dalam hal ini adalah dunia. Selanjutnya Nash mengemukakan bahwa cara memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan cara memandang biasa atau cara memandang filosof misalnya. Cara memandang sains bersifat analisis, melihat sesuatu secara lengkap dan cermat serta dihubungkan antara satu fenomena dengan fenomena yang lain sehingga secara keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamati. Lebih lanjut ia menandaskan bahwa the whole science is nothing more than a refinement of everyday thinking. Kalimat tersebut maksudnya adalah metode berpikir atau pola pikir sains tidak sama dengan pola pikir seharihari, di mana berpikirnya harus menjalani refinement sehingga cermat dan lengkap. J.D.Bernal menyarankan untuk memahami sains haruslah melalui pemahaman dari berbagai segi atau aspek dari sains seutuhnya (tidak hanya dari satu aspek saja). Ia menonjolkan adanya 5 aspek yaitu: 1. Sains sebagai institusi Institusi di sini artinya adalah suatu lembaga imaginer, kelembagaan dari bidang profesi tertentu. Misalnya orang bertanya anda bekerja di mana?, maka orang yang ditanya itu menjawab di bidang sains. Bidang sains memang baru muncul abad ke 20 dan diakui eksistensinya karena kenyataannya telah ada beribu manusia menggantungkan hidupnya pada bidang ini. Sains memiliki ciri khusus; kalau bidang lain (kedokteran, hokum, dan sebagainya) berhadapan langsung dengan masyarakat, tetapi bidang sains cenderung memisahkan diri dari masyarakat umum. Ilmuwan bekerja di laboratorium dengan alat-alat yang asing bagi masyarakat, membuat hitung-hitungan yang hanya bisa dimengerti mereka, seolah-olah mereka memiliki bahasa khusus yang hanya dimengerti oleh rekan-rekan seprofesinya. Karena ciri khusus itulah maka orang cepat mengetahui bahwa itu sains, tetapi jika ditanya apa itu sains maka sebagaian besar tidak mengetahui karena memang tidak mengerti apa yang dilakukan oleh para ilmuwan. Maka jawabnya adalah sains itu ya apa yang dikerjakan oleh ilmuwan atau science is what scientist do sebagaimana dikemukakan Bernal. 2. Sains sebagai metode Hal ini berkebaikan dengan sains sebagai institusi yang merupakan sesuatu yang nyata dan dapat dilihat hubungannya dengan masyarakat. Sains sebagai suatu metode adalah suatu hal yang abstrak, yang merupakan konsepsi. Konsepsi metode sains itu senditri tidaklah tetap karena pegertiannya berkembang sesuai dengan perkembangan sejarah.

Jadi metode sains merupakan suatu proses yang terus berubah. Metode sains terdiri dari sejumlah kegiatan, baik mental maupun manual, termasuk di dalamnya adalah observasi, eksperimentasi, klasifikasi, pengukuran, dan sebagainya. Metode sains juga melibatkan teori-teori hipotesis serta hokum-hukum. 3. Sains sebagai kumpulan pengetahuan Sains dapat dipandang sebagai suatu body of knowledge yang terus tumbuh, tidak statis. Kumpulan pengetahuan sains tidak sama seperti agama ataupun kesenian. Agama berkenaan dengan pelestarian suatu kebenaran yang bersifat mutlak, sedangkan seni bersifat individual. Perbedaan dengan sains adalah kebenaran sains tidak bersifat mutlak karena kebenaran sains diperiksa oleh orang lain atau diulang observasinya, dan jumlahnya pun selalu berkembang. Sains sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yangbaru.pengetahhuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam. 4. Sains sebagai faktor pengembang produksi 5.Sains sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan dan sikap. Nagel dalam bab pertama dalam buku Philosophy of Science Today karangan Sidney Morgenbesser mengemukakan sains dapat dilihat dalam tiga aspek, yaitu; 1. Aspek tujuan, sains adalah sebagai alat unstuck menguasai alam, dan memberi sumbangan kepada kesejahteraan manusia. Sebagai contoh: berbagai keuntungan yang didapat dari sains dan teknologinya di bidang kesehatan dan industri. 2. Aspek pengetahuan yang sistematik, dan tangguh dalam arti merupakan suatu hasil atau kesimpulan yang didapat dari berbagai peristiwa. 3. Aspek metode, metode sains merupakan suatu perangkat aturanaturan untuck memecahkan masalah, untuk mendapatkan hokum-hukum ataupun teori-teori dari objek yang diamati. R. Harre dalam bukunya The Philosophies of Science dijelaskan bahwa science is a collection of well attested theories which explain the patterns and regularies and irregularies among carefully studied phenomena, yang berarti sains adalah kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya, menjelaskan tentang pola-pola dan keteraturan maupun ketidakteraturan dari gejala yang diamati dengan seksama. Klaimat tersebut berisi dua hal. Yang pertama menyatakan bahwa sains itu suatu kumpulan pengetahuan, dalam hal ini teori-teori. Yang kedua menjelaskan fungsi dari pengetahuan atau teori itu yaitu untuk menjelaskan adanya pola hubungan antara berbagia gejala alam. Wigner (ahli Fisika) mendefiniskan sains sebagai gudang/penyimpanan pengetahuan tentang gejala-gejala alam. Bube mendefinisikan sains adalah pengetahuan tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi indra dengan dunia tersebut. Pernyataan ini memberikan suatu ketelitian yang menarik tentang bagiamana kegiatan observasi berlangsung,yakni: (a) observasi gejala-gejala alam (yang

merupakan dasar otoritas dimana pengetahuan ilmiah berlaku) melalui pikiran dan indra seseorang; (b) proses observasi menyangkut dua jalur interaksi antara observer dan yang diobservasi. Observasi merupakan dua jalur, yaitu: (1) observer dipengaruhi untuk merespon terhadap stimulus di lingkungannya melalui indranya; (2) objek atau gejala yang diobservasi juga diperlakukan dan mungkin berubah. Untuk membahas hakikat sains ada beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut Hardy dan Fleer (1996) sehingga dapat memahami sains dalam perspektif yang lebih luas, yaitu: 1. Sains sebagai kumpulan pengetahuan (body of knowledge) Sains sebagaikumpulanpengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam. 2. Sains sebagai suatu proses Sains sebagai suatu proses penelusuran umunnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan gambaran sains yang berkaitan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai dari kegiatan pengamatan, inferensi, hipotesis, dan percobaan dalam alam. Ilmuwan memberikan berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah dalam melakukan kegiatannya. 3. Sains sebagai kumpulan nilai Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai proses. Bagaimanapun juga pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat dalam sains. Ini termasuk didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru sekalipun. 4. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia Proses sains dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka. Sains tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja. Cain & Evans (Nuryani Y. Rustaman, dkk. 2003: 88) menyatakan sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap dan teknologi. Jika sains mengandung empat hal tersebut, maka ketika belajar sains pun siswa perlu mengalami keempat hal tersebut. Dalam pembelajaran sains, siswa tidak hanya belajar produk saja, tetapi juga harus belajar aspek proses, sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh. Sejalan dengan pemikiran tersebut, pembelajaran sains merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan pada siswa sebagaimana yang dikemukakan National Science Educational Standart (1996: 20) bahwa Learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak

hanya mencakup aktivitas hands-on tetapi juga minds-on. http://dara9.files.wordpress.com/2008/05/definisi-ipa.pdf

Fisher Science adalah kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode yang berdasarkan observasi. Carin Science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Nash seorang ahli kimia, menekanakan bahwa science adalah suatu proses atau suatu cara untuk meneropong dunia. T.H. Huxley, seorang ahli biologi Science adalah pikiran sehat yang diorganisir. Secara tepat pernyataan yang mudah dimengerti ini melukiskan kewajaran dan kemasukakalan (rasionalitas) pengetahuan ilmiah sehingga dapat membantu melenyapkan beberapa ilmu sihir (mistik) yang sering melingkupi science. Bube, seorang ahli fisika Science adalah pengetahuan tentang dunia alamiah yang diperoleh dari interaksi indera dengan dunia tersebut. James Conant, seorang ahli kimia organik Science adalah rangkaian konsep-konsep yang saling berhubungan dan baganbagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimentasi dan observasi, dan merupakan hasil eksperimentasi dan observasi yang lebih lanjut. Benyamin, seorang ahli filsafat Science adalah mode of inquiry yang berusaha untuk mencapai pngetahuan tentang dunia dengan menggunakan metode hipotesa yang telah ditetapkan terhadap apa yang diberikan di dalam observasi. Dampier, seorang ahli sejarah science Science adalah pengetahuan tentang gejala-gejala alam yang teratur dan studi rasional tentang hubungan antara konsep-konsep yang mana gejala-gejala ini dinyatakan. A.N. Whitehed menyatakan bahwa Sains dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Orde pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala fakta (orde observasi) dan orde kedua didasarkan pada konsep manusia mengenai alam semesta (orde konsepsional).
http://suryanto.blog.unair.ac.id/2009/11/18/perbedaan-pengetahuan-knowledge-dan-pengetahuanilmiah-sains/

PERBEDAAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) DAN PENGETAHUAN ILMIAH (SAINS)

Oleh: Suryanto Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Para pembaca blog ini yang budiman, termasuk mahasiswa saya, pengetahuan (knowledge) dan pengetahuan ilmiah (sains) itu berbeda. Istilah ini seringkali membingungkan kita, karena keduanya sama-sama menggunakan kata pengetahuan di dalam bahasa Indonesia. Kalau dalam bahasa Inggris, jelas, bahwa yang satu knowledge dan yang lain sains. Pengetahuan adalah hasil usaha seseorang untuk menangkap suatu realitas ke dalam jiwa hingga hasil tangkapan itu tidak membuatnya ragu-ragu lagi. Obyek realitas itu bisa benda, sifat sesuatu, atau peristiwa dari sekitar kita. Jadi pengetahuan itu tidak menimbulkan keraguan di pikiran pemiliknya. Pengetahuan ilmiah (sains) adalah pengetahuan yang diperoleh itu diketahui adanya hubungan sebab-akibat (cause-effect). mengapa hubungan sebab akibat itu penting, karena sains hanya diperoleh melalui tahapan-tahapan ilmiah. Tahapan-tahapan ini tentunya akan melalui metode saing. Oleh karena itu cara memperoleh pengetahuan dan cara memperoleh sains sudah jelas beda. Karena itu paling tidak definisi di atas dapat membantu pemahaman kita antara kedua konsep tersebut. http://kusmardiyanto-islamadalahkebenaran.blogspot.com/2009/01/memahami-perbedaanmakna-antara-ilmu.html

PengertianSains Kata sains berasal dari kata science (bahasa Inggris). Sains sepenuhnya adalah hasil usaha manusia dengan perangkatnya yaitu panca indra dan akal, maka sains tidak membicarakan sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh panca indra dan akal. Sains tergolong ke dalam pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan. Sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metoda sains (scientific methode). Metoda sains adalah proses sebagai berikut : kumpulan fakta - hipotesa - pengujian hipotesa teori sains. Jika ditemukan fakta baru maka perlu dibuat hipotesa baru lalu dilakukan lagi pengujian hipotesa (baru) lalu diperoleh teori sains baru begitu seterusnya sebagai proses yang tidak akan pernah berakhir. Maka sains akan terus berubah berbanding lurus dengan ditemukannya fakta-fakta baru. Ada sains, tentu ada juga yang bukan sains yaitu semua pengetahuan yang tidak diperoleh melalui metoda sains termasuk di dalamnya pengetahuan yang berasal dari wahyu (Al-Quran dan As-Sunnah).

Contoh sains, dari hasil pengamatan ternyata bahwa, galaksi-galaksi bergerak saling menjauh., ini adalah ilmu karena menyatakan sebagaimana ada-nya, yang membawa kepada kesimpulan bahwa, alam raya mengembang (artinya semakin luas), kesimpulan ini adalah sains (karena ini diperoleh melalui metoda sains, scientific methode). Contoh bukan sains, dikatakan di dalam Al-Quran surat Adz - Dzariyyat (51) ayat 47, yang artinya, Dan langit telah Kami bangun dengan kedua tangan (Kami) dan Kamilah yang benarbenar meluaskannya., ini adalah bukan sains karena tidak diperoleh melalui metoda sains tapi ini adalah wahyu Alloh atau perkataan Alloh, jadi ini adalah ilmu.

Jadi ilmu tidak selalu sama dengan sains dan tidaklah semua sains adalah ilmu karena sains bisa salah dalam arti tidak sesuai sebagaimana ada-nya maupun dalam arti jika diamalkan tidak berpahala di akherat kelak. Ilmu adalah ilmu dan sains adalah sains, ilmu dan sains adalah dua hal yang berbeda. Boleh jadi secara kebetulan sains dan ilmu bersesuaian.
http://id.wikipedia.org/wiki/Ilmu

Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.[1] Segisegi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.[2] Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi. Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.

Syarat-syarat ilmu
Berbeda dengan pengetahuan, ilmu merupakan pengetahuan khusus tentang apa penyebab sesuatu dan mengapa. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut sebagai ilmu[4]. Sifat ilmiah sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu-ilmu alam yang telah ada lebih dahulu.
1. Objektif. Ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri dari satu golongan masalah yang sama sifat hakikatnya, tampak dari luar maupun bentuknya dari dalam. Objeknya dapat bersifat ada,

atau mungkin ada karena masih harus diuji keberadaannya. Dalam mengkaji objek, yang dicari adalah kebenaran, yakni persesuaian antara tahu dengan objek, sehingga disebut kebenaran objektif; bukan subjektif berdasarkan subjek peneliti atau subjek penunjang penelitian. 2. Metodis adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam mencari kebenaran. Konsekuensinya, harus ada cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran. Metodis berasal dari bahasa Yunani Metodos yang berarti: cara, jalan. Secara umum metodis berarti metode tertentu yang digunakan dan umumnya merujuk pada metode ilmiah. 3. Sistematis. Dalam perjalanannya mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu , dan mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya. Pengetahuan yang tersusun secara sistematis dalam rangkaian sebab akibat merupakan syarat ilmu yang ketiga. 4. Universal. Kebenaran yang hendak dicapai adalah kebenaran universal yang bersifat umum (tidak bersifat tertentu). Contoh: semua segitiga bersudut 180. Karenanya universal merupakan syarat ilmu yang keempat. Belakangan ilmu-ilmu sosial menyadari kadar ke-umum-an (universal) yang dikandungnya berbeda dengan ilmu-ilmu alam mengingat objeknya adalah tindakan manusia. Karena itu untuk mencapai tingkat universalitas dalam ilmu-ilmu sosial, harus tersedia konteks dan tertentu pula.

Anda mungkin juga menyukai