KELOMPOK 8
Fatimah Zuhra Tri Aprianti Eugenia Jennifer Jasmine M. Arga Sena Setiawan M. Habibi N. S. T. Rizki Amy Lavita Retno Susilwati Sriwulan Rosalinda Putri M. Luqman Nul Hakim Diah Putri Wardani
04101001061 04101001067 04101001071 04101001076 04101001082 04101001095 04101001096 04101001100 04101001103 04111901001
2
Skenario
Pokok Bahasan
Klarifikasi Istilah
Identifikasi Masalah
Analisis Masalah Kerangka Konsep
Hipotesis
Learning Issue Sintesis
SKENARIO
Case History: A 9 years old girl came to Moh. Hoesin Hospital with complain of pale and abdominal distention. She lives in Kayu Agung. She has been already hospitalized two times before (2009 and 2010) in Kayu Agung General Hospital and always got blood tranfusion. Her younger brother, 7 years old, looks taller than her. Her uncle was died when he was 21 years old due to the similar disease like her. Physical Examination: Compos mentis, anemis (+), wide epicanthus, prominent upper-jaw HR: 94x/mnt, RR: 27x/mnt, TD: 100/70 mmHg, temp: 36,7 C Heart and Lung: within normal limit Abdomen: Hepatic enlargement x , spleen: Schuffner III Extrimities: pallor palm of hand. Others: normal Laboratory Results: Hb: 7,6 gr/dl, Ret: 1,8%, Leucocyte: 10.2 x 109/lt, thrombocyte: 267 x 109/lt, Diff count: 0/2/0/70/22/6 Blood film: anisocytosis, poikylocytosis, hypochrime, target cell (+) MCV: 64 (fl), MCH: 21 (pg), MCHC: 33 (gr/dl), SI within normal limit, TIBC within normal limit, Serum Ferritin within normal limit 4
KLARIFIKASI ISTILAH
Pucat Distensi abdominal Wide epicanthus Anisocytosis Prominent upper jaw Poiylocytosis Hypochrome Target cell TIBC
IDENTIFIKASI MASALAH
1.
2. 3.
4. 5. 6. 7.
8. 9.
Seorang anak perempuan usia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan pucat dan distensi abdominal. Riwayat Perjalanan Penyakit: Pasien sudah dua kali dirawat di RS (2009 dan 20120) di Kayu Agung Pasien selalu mendapat transfusi darah Riwayat Keluarga: Adiknya (7 tahun) lebih tinggi darinya Pamannya meninggal di usia 21 tahun dengan penyakit yang serupa Hasil pemeriksaan fisik Hasil pemeriksaan laboratorium
ANALISIS MASALAH
1. Apa saja penyakit yang dapat menyebabkan pucat dan distensi abdomen? 2. Apa saja indikasi, kontraindikasi, dan efek samping transfusi darah? 3. Bagaimana hubungan kondisi pasien dengan tempat tinggal dan riwayat penyakit keluarganya? 4. Apa yang menyebabkan pasien mengalami gangguan pertumbuhan pada kasus ini?
penunjang yang dilakukan) serta working diagnosis pada kasus ini? 9. Bagaimana gambaran mikroskopis RBC pada kasus ini? 10. Apa etiologi pada kasus ini? 11. Apa epidemiologi dan faktor resiko pada kasus ini?
(abnormalitas pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab.)? 14. Bagaimana manifestasi klinis pada kasus ini? 15. Bagaimana tatalaksana serta tindakan edukasi untuk keluarga pada kasus ini? 16. Bagaimana prognosis pada kasus ini? 17. Bagaimana komplikasi pada kasus ini? 18. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus
ini?
9
KERANGKA KONSEP
Anisositosis
Anemia hemolitik
Hepatomegali
10
HIPOTESIS
Seorang anak perempuan 9 tahun menderita anemia hemolitik ec thalassemia intermedia
11
12
:D
Penyebab pucat :
Anemia hipokrom mikrositer 2. Anemia normokrom normositer 3. Anemia makrositer Penyebab distensi abdomen : 1. Adanya masa 2. Peritonitis generalisata 3. Adanya cairan pada
1.
13
Indikasi transfusi darah adalah : Anemia pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan. Anemia kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain. Gangguan pembekuan darah karena defisiensi komponen. Plasma loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma subtitute atau larutan albumin. Penurunan kadar Hb disertai gangguan hemodinamik
Manfaat transfusi darah: Mengganti cairan plasma yang hilang karena perdarahan akut Mengatasi anemia Mempertahankan kadar hb tidak turun di bawah 10 gr% pada pasien thalassemia. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen Memperbaiki volume darah tubuh Memperbaiki kekebalan Memperbaiki masalah pembekuan.
14
Dampak transfusi darah: Komplikasi dini Reaksi hemolitik Reaksi alergi terhadap leukosit, trombosit, atau protein Reaksi pirogenik. Kelebihan beban sirkulasi Emboli udara Hiperkalemia Kelainan pembekuan Cedera paru akut yang berhubungan dengan transfusi (transfusion related acute lung injury, TRALI)
15
:D
Komplikasi lanjut Transmisi penyakit Virus (Hepatitis A, B, C, HIV, CMV) Bakteri (Treponema pallidum, Brucella, Salmonella)Parasit (malaria, toxoplasma, mikrofilaria) Kelebihan timbunan besi akibat transfuse Sensitisasi imun
Kontra indikasi : Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk melakukan transfusi darah, tetapi ada beberapa keadaan yang transfusi darah tidak memberikan efek yang berarti, seperti pada : Whole blood sebaiknya tidak diberikan pada pasien anemia yang normovolemi, karena bisa menyebabkan overload cairan. Platelets concentrate kurang efektif jika diberikan pada keadaan-keadaan dengan destruksi yang cepat seperti pada ITP, TTP, dan KID. Fresh Frozen Plasma sebaiknya tidak digunakan untuk ekspansi volum.
16
pada kejadian thalassemia. Daerah endemi malaria cenderung memiliki angka prevalensi thalssemia yang lebih tinggi, karena penderita thalassemia resisten terhadap infeksi malaria. Di Indonesia sendiri prevalensi thalassemia cukup tinggi di daerah Sumatera Selatan.
Prevalensi etnik melayu di Palembang:
Thalasemia : 13,4 % ( liliani, 2004) Thalasemia : 8,0 % ( safyudin, 2003) Frekuensi di palembang : 10 % (sofro, 1993)
17
:D
Asumsi pedigree pada kasus pasien ini: Bila, salah satu orang tua carier Persentase F1: 50% normal 50% carrier Bila, ayah carrier-ibu carrier Persentase F1: 25% normal 50% carrier 25% thalassemia
18
:D
Hambatan pertumbuhan terjadi akibat:
Perubahan fungsi tulang-tulang dari pembangun
tubuh menjadi pembentuk eritrosit mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan . Massa jaringan eritropetik yang membesar tetapi inefektif bisa menghabiskan nutrient Penimbunan besi pada pasien thalassemia dapat merusak organ endokrin
19
KASUS
INTERPRETASI
Anemis
Morfologi Wajah
Abdomen Hepar Lien Pembesaran Schoeffner II Hepatomegali (Pembesaran hati Hati bagian kanan membesar sampai garis khayal dari umbilicus
:D
arcus costae
Hati bagian kiri membesar sampai garis khayal dari umbilicus prosesus xhipoideus) Splenomegali (Limpa membesar sampai garis khayal arcus costa kiri umbilicus)
Kemerahan
Anemia Normal 21
INTERPRETASI Anemia Retikulositosis (akibat hiperplasia eritroid dengan produksi eritrosit yang dipercepat)
50 70
20 40 28
22
Blood film
ukurannya)
Peningkatan eritropoeisis (gambaran sel-sel eritrosit dengan bentuk yang beragam)
MCV
76 96 fl
64 (fl)
Mikrositik
:D
MCH MCHC
27 32 pg 30 35 gr/dl
21 (pg) 33 (gr/dl)
Serum Iron
50 150
Normal
TIBC
250 400
Normal
Serum Ferritin
50 300
Normal
24
Malaria
+ + -
+ +
:D
Fascies Cooley
Hepatosplenomegaly Hb < Retikulosit > Anisoytosis Poikylositosis Hipokrom Target sel MCV < MCH normal MCHC < Serum iron normal TIBC normal
+
+ + + + + + + + + + + +
+ +
+ + +
+ + + + + +
+ +/+ + + -
25
Anamnesis
1. Tanyakan kepada pasien ataupun keluarganya mengenai identitas pasien
2. Perlu ditanyakan juga pekerjaan orang tua untuk menunjang pengobatan nantinya.
3. Tanyakan keluhan yang dialaminya.
26
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukannya anemis (+), wide
epicanthus prominent upper-jaw. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan pembesaran hati x , pembesaran limpa: schoeffner III. Pada ekstremitas : pucat pada telapak tangan. Terdapat juga retardasi pertumbuhan. Pada kasus-kasus lain terdapat juga murmur jantung ataupun tanda-tanda gagal jantung dan intolerance terhadap aktivitas akibat komplikasi dari anemia yang berat. Pada pasien yang kelebihan besi akan timbul tanda-tanda endokrinopati.
27
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium FBC (Full Blood Count) Sediaan Darah Iron studies Elektroforesis hemoglobin Analisis DNA Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan radiologis Pemeriksaan auditorik dan funduskopi
:D
28
Gambaran Mikroskopis
Anisocytosis
Poikilocytosis Hypochrom
Target Cell
29
:D
30
Etiologi
Etiologi Thalassemia adalah adanya defek pada
:D
kromosom 11 yang mensintesis rantai globin sehingga terjadi gangguan pada sintesis rantai globin .
31
:D
Thalassemia banyak ditemukan pada daerah Mediterania, Asia Tenggara, Timur Tengah, India, Pakistan, Rusia selatan. Penduduk Indonesia sekitar 5-6% merupakan Carrier Thalassemia. Dengan presentase pada daerah Palembang sekitar 8-10%.
Faktor resiko :
Memiliki keluarga yang carrier thalassemia, maupun yang menderita thalassemia. Karena kelainan ini bersifat autosomal maka tidak ada perbedaan jumlah penderita pada laki-laki dan perempuan.
32
Patofisiologi
:D
Dibentuknya banyak SDM yang belum matur yang nanti bersirkulasi di darah dan memiliki afinitas terhadap O2 yang lebih rendah juga. Sehingga penderita biasanya mengalami anemia dengan ciri-ciri kulit yang pucat. Dengan terjadinya anemia hemolitik ( penghancuran SDM melebihi pembentukannya) yang parah, akan semakin membendung di limpa sehingga kerja limpa memberat dan membesar (splenomegaly).Selain itu, dengan ketidakstabilan rantai Hb yang membuat eritrosit rapuh dan kehilangan sifat fleksibelnya semakin menambah hemolisis. Sebab di trabekula ukurannya hanya 3 mikrometer yang harusnya dapat dilewati eritrosit yang berukuran 8 mikrometer.6 Dengan kondisi anemia hemolitik ini, maka eritrosit yang dirombak oleh hati akan semakin banyak. Saat dirombak, Hb dikeluarkan dari eritrosit dan dipecah menjadi heme dan globin. Heme dipecah menjadi Fe untuk disimpan di hati dan digunakan kembali, dan protoporfirin. Dimana protoporfirin ini akan diubah menjadi pirol yang akan diubah menjadi biliverdin dan direduksi menjadi bilirubin bebas. (sehingga biasanya penderita mengalami peningkatan bilirubin dengan manifes fesesnya berwarna kehijauan). Peningkatan bilirubin bisa berakibat terjadi ikterus hemolitik dan perubahan warna kulit menjadi kekuningan.(indirect bilirubin tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak dan dibawah kulit banyak terdapat lemak6 Selain itu hati juga berfungsi membantu pembentukan eritrosit yang juga memperberat kerja & kerusakan hati. Sehingga lama-lama membesar (hepatomegaly) Hiperplasia dari sumsum tulang maupun tulang kranium karena berperan dalam eritropoiesis (perubahan struktur tulang muka)
33
:D
Wide epichantus dan prominent upper jaw Hepatic Enlargement dan Splenomegali
Hemoglobin menurun gangguan pada pembentukan Hb sel darah merah mudah rupture hb menurun Retikulosit meningkat anemia memicu pelepasan hormone eritropoetin memicu eritropoesis pelepasan eritrosit muda retikulosist meingkat. Anisositosis gangguan pada pembentukan Hb sel darah merah mudah ruptur Hb menurun memicu pengeluaran eritropoetin peningkatan pemebentukan sel darah sel darah yang belum matur di keluarkan ke sirkulasi anisositosis (ukuran eritrosit yang beredar disirkulasi tidak sama besar, yang belum matur cenderung lebih besar). Poikilositosis gangguan pada pembentukan Hb sel darah merah mudah ruptur Hb menurun memicu pengeluaran eritropoetin peningkatan pemebentukan sel darah sel darah yang belum matur di keluarkan ke sirkulasi poikilositosis (bentuk eritrosit yang berdara di sirkulasi beragam) Hypocrom gangguan pembentukan Hb eritrosit menjadi pucat (kerena yang member warna merah pada darah adalah hemoglobin) Target cell pembentukan hemoglobin yang tidak sempurna sel darah merah memiliki rasio yang relative lebih besar dibandingkan volume Hb tergenang ditengah eritrosit target cell. MCV menurun karena terjadi penurunan Hb dan eritrosit MCH menurun karena terjadi penurunan Hb dan eritrosit
34
Tatalaksana
:D
Transfusi darah :
Hb penderita dipertahankan antara 8 g/dl sampai 9,5 g/dl. Dengan kedaan ini akan
memberikan supresi sumsum tulang yang adekuat, menurunkan tingkat akumulasi besi, dan dapat mempertahankan pertumbuhan dan perkembangan penderita. Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap kenaikan Hb 1 g/dl.
Medikamentosa
Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur sel darah
merah. Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat. Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk meningkatkan efek kelasi besi. Bila kadar ferritin serum atau serum iron meningkat: Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%, atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah. Atau desferopron oral.
35
Komplikasi
:D
Komplikasi jantung Terjadi kerusakan gen yang berat, sehingga jantung penderita mudah
berdebar-debar. Transfusi yang berulang mengakibatkan penumpukan besi pada organ-organ tubuh. Akibat iskemia serebral dapat timbul episode kelainan neurologik fokal ringan. Gangguan pendengaran Serangan pirai sekunder dapat timbul akibat cepatnya turn over sel dalam sumsum tulang. Hemosiderosis akibat transfusi darah yang berulang-ulang atau salah pemberian obat-obat yang mengandung besi. Pencegahan untuk ini adalah desferal (chelating agent). Dapat terjadi tukak menahun pada kaki, deformitas otot skelet, tulang dan sendi.
36
KDU
:D
37