Allah SWT, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena hanya atas petunjuk dan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan penyusunan buku Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010. Buku ini mengetengahkan secara rinci dan komprehensif tentang kondisi dan perkembangan profil pemuda Indonesia dewasa ini dilihat dari aspek kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, dan hasil berbagai program kepemudaan. Disamping itu, diuraikan pula masalah kesenjangan pemuda dalam aspek potensi, kualitas, dan dinamika pemuda menurut jenis kelamin dan wilayah (provinsi dan perkotaan/ pedesaan). Data dan informasi yang tersaji dalam buku ini dihimpun dan diolah dari sumber resmi yang dikeluarkan oleh (1) Badan Pusat Statistik: Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2009 dan Hasil Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) Tahun 2009; (2) Kementerian Sosial, (3) Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan (4) Dinas yang menangani kepemudaan tingkat provinsi se Indonesia. Melalui buku ini ingin ditunjukkan pula bahwa seluruh kebijakan yang ditempuh guna mewujudkan tujuan pembangunan nasional di bidang kepemudaan sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, telah dirumuskan secara sistemik dan sistematis berdasarkan data dan informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Kami berharap buku ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat dan organisasi pemuda, serta instansi/lembaga dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam mengoptimalkan efisiensi, efektifitas dan akuntabilitas perencanaan, pelaksanaan, dan
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
pengendalian program pemberdayaan, pengembangan, dan pembinaan pemuda di lingkungan dan/ atau wilayah tugas masing masingmasing. Akhirnya, kepada para penyusun, narasumber, dan semua pihak yang berperan serta dalam pen penerbitan buku ini kami ucapkan terima kasih. Semoga buku ini dapat bermakna dan memberikan andil yang positif bagi suksesnya program peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda di berbagai bidang pembangunan dalam rangka menuju bangsa yang berkarakter, b bermartabat dan berdaya saing. Billahittaufik Wal Hidayah, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
ii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah meridhoi kemampuan bagi segenap Tim Penyusun dalam hal persiapan dan penyusunan buku Penyajian Data dan Informasi Statistik Kepemudaan Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010. Buku berjudul Penyajian Data dan Informasi Statistik Kepemudaan Tahun 2010, yang saat ini sedang dalam genggaman Anda, merupakan medium publikasi yang menyajikan informasi mengenai kondisi umum kepemudaan di Indonesia. Data dan informasi kepemudaan yang disajikan meliputi; kependudukan, jumlah pemuda, persentase pemuda yang tinggal di perkotaan, rasio jenis kelamin pemuda, struktur umur pemuda, status pernikahan pemuda, partisipasi sekolah pemuda dan pendidikan formal pemuda, pekerjaan pemuda, tingkat pengangguran, tingkat kesehatan pemuda, keberadaan organisasi kepemudaan, serta program kepemudaan (antara lain SP3, BPAP-JPI, PPAN, KUPP, dan SPP). Basis data dan informasi yang digunakan dalam publikasi ini diambil dari berbagai sumber antara lain; Hasil Susenas 2009, BPS RI-Sakernas 2009, Data Statistik Persekolahan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), dan data dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) khususnya mengenai SP3 dan KUPP. Publikasi ini merupakan publikasi tahunan dari Kemenpora, sehingga data dan informasi yang tersedia untuk tahun 2010 ini tentunya mengalami sejumlah perubahan dibandingkan dengan data dan informasi pada tahun-tahun sebelumnya. Yang pasti, ketersediaan data dan informasi kepemudaan ini diharapkan dapat membantu terjadinya sinkronisasi mengenai database kepemudaan secara nasional. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam seluruh tahapan penyusunan buku ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami sungguh membuka diri atas kritik, saran, dan masukan demi penyempurnaan materi buku ini di masa mendatang. Semoga keberadaan buku ini memberikan manfaat bagi masyarakat luas khususnya segenap pemangku kepentingan
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
iii
(stakeholders) kepemudaan di Indonesia. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan menolong kita semua dalam menunaikan tugastugas pengabdian demi kemajuan negara dan bangsa tercinta.
Jakarta,
Desember 2010
Tim Penyusun
iv
Ringkasan Eksekutif
Pemuda adalah simbol dari idealisme, semangat dan cita-cita sebuah bangsa. Pemuda merupakan harapan dan tulang punggung bangsa di masa depan. Potensi besar pemuda terletak pada sifat yang cenderung pada pembaruan dan perubahan. Potensi lain yang dimiliki oleh pemuda adalah sebagai aset ekonomi dalam
pembangunan dan perkembangan ekonomi di Indonesia, ini terkait dengan usia, tenaga dan kemampuan berpikir pemuda. Selain itu, ada beberapa permasalahan yang menyangkut pemuda.
Diantaranya
dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instan, dan tercabut dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang anti sosial (rumahzakat.org). Jumlah pemuda yang relatif banyak, merupakan aset yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Pemuda akan menempati posisi strategis, baik sebagai pelaku pembangunan maupun penerus pembangunan di masa datang. Jumlah pemuda Indonesia (penduduk berusia 16-30 tahun) sekitar 57,81 juta jiwa atau 25,04 persen dari penduduk Indonesia yang berjumlah 230,87 juta jiwa. Persentase pemuda paling kecil dibandingkan penduduk usia di bawah 16 tahun (30,88 persen) serta penduduk di atas 30 tahun (44,08 persen). Meskipun demikian
jumlah pemuda mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2007 (57,17 juta orang) dan 2008 (56,73 juta orang). Persentase pemuda yang tinggal di perkotaan (26,68 persen), lebih besar dibandingkan di perdesaan (23,50 persen). Rasio jenis kelamin pemuda tercatat sebesar 98,00. Hal ini berarti secara rata-rata dalam setiap 100 pemuda perempuan terdapat sekitar 98 pemuda laki-laki. Struktur umur pemuda menunjukkan bahwa kelompok umur 16-20 tahun merupakan komponen terbesar pemuda dengan persentase sebesar 34,56 persen, diikuti pemuda pada kelompok umur 26-30 tahun (34,00 persen), dan kelompok umur 21-25 tahun (31,44 persen). Lebih dari separuh pemuda (55,86 persen) berstatus belum kawin, 42,68 persen berstatus kawin dan 1,45 persen berstatus cerai hidup/mati. Pemuda perempuan berstatus kawin (54,23 persen). lebih tinggi dibandingkan laki-laki (30,90 persen). Pada status belum kawin, pemuda laki-laki (68,39 persen) lebih tinggi dibandingkan perempuan (43,59 persen). Persentase pemuda perempuan di perdesaan yang berstatus kawin (61,81 persen) lebih besar dibandingkan dengan perkotaan (47,09 persen). Status pemuda dalam rumah tangga yang paling besar adalah sebagai isteri/suami dari kepala rumah tangga (19,18 persen) dan sebagai kepala rumah tangga (12,01 persen). Partisipasi sekolah pemuda dalam pendidikan formal dan non formal masih rendah. Sebesar 1,25 persen pemuda tidak/belum pernah sekolah, 17,07 persen masih sekolah dan 81,68 persen tidak
vi
bersekolah lagi. Persentase pemuda di perkotaan yang masih bersekolah (20,47 persen) lebih besar dibanding di perdesaan (13,45 persen). Sementara itu, persentase pemuda perkotaan yang tidak/belum pernah sekolah (0,47 persen) lebih kecil dibandingkan di perdesaan (2,09 persen). Menurut jenis kelamin, persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah (1,48 persen) lebih besar dibanding lakilaki (1,03 persen). Di perkotaan, persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah tercatat sebesar 0,55 persen dan laki-laki sebesar 0,38 persen. Di perdesaan persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 2,46 persen sedangkan laki-laki sebesar 1,71 persen. Angka Partisipasi Sekolah (APS) pemuda kelompok usia sekolah (16-18 tahun dan 19-24 tahun) lebih tinggi dibandingkan kelompok diatas usia sekolah (25-30 tahun). Secara umum, APS pemuda laki-laki lebih tinggi dibandingkan APS pemuda perempuan. Sedangkan menurut tipe daerah, APS pemuda di perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan APS pemuda di perdesaan. Persentase pemuda yang buta huruf selama kurun waktu 2005 hingga 2009 mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2005, pemuda buta huruf tercatat sebesar 1,56 persen, turun menjadi 1,51 persen pada tahun 2007, dan menjadi 0,90 persen tahun 2009. Persentase pemuda perempuan yang buta huruf (1,08 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda laki-laki (0,72 persen). Secara nasional rata-rata lama sekolah pemuda mencapai 9,41 tahun. Rata-rata lama sekolah pemuda di perkotaan sebesar 10,50 tahun sedangkan di perdesaan sebesar 8,26 tahun. RataPenyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
vii
rata lama sekolah pemuda laki-laki (9,42 tahun) lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (9,40 tahun). Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh sebagian besar pemuda adalah jenjang SMP/sederajat (31,19 persen), SM/sederajat (30,93 persen) dan SD/sederajat (23,93 persen). Pemuda yang belum tamat SD dan tidak/belum sekolah persentasenya masing-masing sebesar 6,51 persen dan 1,25 persen. Sedangkan pemuda yang tamat persentasenya sebesar 6,18 persen. Berdasarkan kegiatan sehari-hari, sebanyak 52,61 persen pemuda bekerja, 10,07 persen menganggur/sedang mencari kerja, 17,95 persen mengurus rumah tangga, 15,74 persen sekolah dan 3,62 persen melakukan kegiatan lainnya. Persentase pemuda lakilaki yang bekerja (65,56 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (39,72 persen). Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pemuda tahun 2009 sebesar 62,69 persen. TPAK pemuda laki-laki sebesar 77,46 persen dan TPAK pemuda perempuan sebesar 47,98 persen. Dari keseluruhan pemuda yang bekerja, sebagian besar bekerja di sektor pertanian (32,87 persen), perdagangan (21,42 persen), dan industri (16,59 persen). Di perkotaan, mayoritas pemuda bekerja di sektor perdagangan (31,41 persen), industri (22,44 persen) dan jasa (20,59 persen). Sedangkan di perdesaan, pemuda bekerja di sektor pertanian (53,68 persen), perdagangan (13,43 persen) dan industri (11,91 persen). Pemuda yang bekerja sebagian besar berpendidikan tamat SM/sederajat (30,88 persen), tamat SMP/sederajat (27,15 persen), tamat SD/sederajat (24,78 persen) dan tamat Akademi/PT (7,38 persen). Pemuda yang bekerja
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
PT
viii
sebagian besar berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai (38,04 persen), pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga (23,19 persen), berusaha sendiri (16,09 persen), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar (10,35 persen). Sebanyak 70,20 persen pemuda yang bekerja memiliki jumlah jam kerja minimal 35 jam seminggu. Sementara itu, pemuda yang bekerja dengan jumlah jam kerja di bawah normal yaitu antara 15-34 jam seminggu sebesar 22,38 persen dan mereka yang bekerja dengan jumlah jam kerja 1-14 jam sebesar 5,76 persen. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pemuda di Indonesia tahun 2009 sebesar 10,07 persen. Ini berarti bahwa secara rata-rata dari setiap 100 orang pemuda angkatan kerja, sebanyak 10 pemuda diantaranya belum mempunyai pekerjaan. Bila dilihat menurut jenis kelamin, TPT pemuda laki-laki lebih tinggi dibanding TPT pemuda perempuan (11,89 persen dibanding 8,26 persen). Menurut tipe daerah, TPT pemuda di perkotaan (12,06 persen) lebih tinggi dibanding TPT pemuda di perdesaan (8,34 persen). Dari data Susenas 2009, sekitar 24,41 persen pemuda mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir.
Dibandingkan menurut tipe daerah, pemuda di perdesaan yang mengalami keluhan kesehatan (25,01 persen) persentasenya lebih tinggi dibandingkan pemuda perkotaan (23,84 persen). Dilihat menurut jenis kelamin, persentase pemuda perempuan yang mengalami keluhan kesehatan (25,96 persen) lebih tinggi dibanding pemuda laki-laki (22,82 persen). Keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan pemuda adalah pilek (11,99 persen), batuk (11,68 persen) dan panas (8,84 persen).
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
ix
Sebanyak 12,70 persen pemuda menderita sakit. Dari keseluruhan pemuda yang sakit, sebanyak 57,81 persen diantaranya menderita sakit selama 1-3 hari, 32,03 persen menderita sakit selama 4-7 hari, serta selebihnya adalah pemuda yang menderita sakit lebih dari 7 hari. Pengobatan secara modern cenderung dipilih oleh pemuda guna mengurangi gejala sakit yang dideritanya (92,24 persen) dibandingkan cara tradisional (20,28 persen) dan
pengobatan lainnya (4,98 persen). Tempat fasilitas pelayanan kesehatan paling banyak dikunjungi pemuda adalah Praktek Dokter (33,53 persen), Puskesmas (32,13 persen) dan Praktek
Nakes/Tenaga Kesehatan (27,30 persen). Keberadaan organisasi kepemudaan saat ini berkembang dengan pesat. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah organisasi kepemudaan. Tahun 2007, organisasi kepemudaan di Indonesia berjumlah 191 dan tahun 2009 meningkat menjadi 229. Pembangunan kepemudaan dilaksanakan melalui berbagai macam program yang menyentuh kepentingan pemuda. Beberapa program kepemudaan yang ada pada tahun 2009 antara lain Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3) dengan jumlah 288 orang, Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) dengan jumlah peserta sebanyak 393 orang, dan Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang beranggotakan 5.009 orang. Program kepemudaan yang lain adalah Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) dengan jumlah anggota 152.110 orang, Karang Taruna dengan jumlah pemuda yang aktif sebanyak 61.695 orang. Sementara itu, program kewirausahaan pemuda antara lain Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) pada tahun 2009 berjumlah 383 buah dan Sentra Pemberdayaan Pemuda (SPP) sebanyak 13 buah.
DAFTAR ISI
Halaman SAMBUTAN KATA PENGANTAR RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH/GLOSSARY BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Sistematika Penyajian METODOLOGI 2.1 Sumber Data 2.2 Cakupan 2.3 Konsep dan Definisi 2.3.1 Tipe Daerah 2.3.2 Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga 2.9 Metode Analisis KEPENDUDUKAN 3.1 Jumlah dan Distribusi Pemuda 3.2 Komposisi Pemuda menurut Jenis Kelamin 3.3 Komposisi Pemuda menurut Kelompok Umur 3.4 Komposisi Pemuda menurut Status Perkawinan 3.5 Komposisi Pemuda menurut Status Dalam Rumah Tangga PENDIDIKAN 4.1 Partisipasi Pendidikan 4.2 Angka Buta Huruf 4.3 Rata-rata Lama Sekolah 4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB 2
BAB 3
BAB 4
34 35 41 47 49
xi
Halaman
BAB 5
KETENAGAKERJAAN 5.1 Pemuda Menurut Jenis Kegiatan 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda 5.3 Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha 5.4 Pemuda Bekerja menurut Status Pekerjaan 5.5 Pemuda Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja 5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda KESEHATAN 6.1 Keluhan Kesehatan 6.2 Jenis Keluhan Kesehatan 6.3 Lama Sakit 6.4 Kebiasaan Berobat
52 54 56 58 61 63 64 68 70 72 74 77 82 82 84 87 96
BAB 6
BAB 7
PROGRAM DAN ORGANISASI KEPEMUDAAN 7.1 Sejarah Organisasi Kepemudaan Sebelum Kemerdekaan Indonesia 7.2 Organisasi Kepemudaan setelah Kemerdekaan Indonesia 7.3 Kegiatan Program Kepemudaan
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel A Variabel, Klasifikasi, Skor & Kriteria Desa 2000
Halaman
10 20
Tabel 3.1.1 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Tabel 3.1.2 Proporsi dan Perkiraan Jumlah Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2007- 2009 Tabel 3.1.3 Persentase Pemuda Kelamin, 2009 menurut Pulau dan Jenis
21
23
Tabel 3.2.1 Perkiraan Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 3.2.2 Angka Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Tipe Daerah, 2009 Tabel 3.4.1 Persentase Pemuda yang Pernah Kawin menurut Kelompok Umur, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 3.5.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 Tabel 4.1.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2009 Tabel 4.1.2 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2009 Tabel 4.1.3 Angka Partisipasi Sekolah Formal + Nonformal Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2009 Tabel 4.2.1 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2005, 2007 dan 2009 Tabel 4.2.2 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2009 Tabel 4.3.1 Rata- Rata Lama Sekolah (dalam tahun) Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
24
25
30
32
37
39
40
45
46
48
xiii
Tabel
Tabel 4.4.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 Tabel 5.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan, 2009 menurut
Halaman
50
55
Tabel 5.3.1 Persentase Pemuda yang Bekerja Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, 2009
58
Tabel 5.3.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2009 Tabel 5.4 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2009 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu Terakhir dan Tipe Daerah, 2009
60
62
Tabel 5.5
63
Tabel 5.6.1 TPT Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009 Tabel 5.6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2009 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
65
65
Tabel 6.1
71
Tabel 6.2.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Keluhan, 2009 Tabel 6.2.2 Proporsi Pemuda yang Sakit menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 6.3.1 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Tipe Daerah, 2009 Tabel 6.3.2 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Jenis Kelamin, 2009
72
73
75
76
xiv
Tabel
Tabel 6.4.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati menurut Jenis Obat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 6.4.2 Persentase Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun 2009 Tabel 7.1 Jumlah Organisasi Kepemudaan di menurut Jenis Organisasi, 2007-2009 Indonesia
Halaman
79
80
87
Tabel 7.2
Jumlah Pemuda Peserta Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) menurut Negara Tujuan, 20072009 Jumlah Pemuda menurut Program Kepemudaan, 2007-2009
90
Tabel 7.3
94
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Gambar 3.3.1 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2009 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan, 2009 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 TPAK Penduduk Pemuda Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Pengobatan dan Tipe Daerah, Tahun 2009 Jumlah Peserta Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3), 2001-2009
Halaman 27
Gambar 3.4.1
28
Gambar 3.4.2
29
Gambar 5.1
57
Gambar 6.4
78
Gambar 7.1
89
xvi
Tabel Tabel 3.1.1 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2007 Tabel 3.1.2 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2008 Tabel 3.1.3 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009 Tabel 3.2.1 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 (Perkotaan) Tabel 3.2.2 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 (Perdesaan) Tabel 3.2.3 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan) Tabel 3.3.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 (Perkotaan) Tabel 3.3.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 (Perdesaan) Tabel 3.3.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan) Tabel 3.4.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009 (Perkotaan) Tabel 3.4.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009 (Perdesaan) Tabel 3.4.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan) Tabel 3.5.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Perkotaan)
Halaman 96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
xvii
Tabel Tabel 3.5.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Perdesaan) Tabel 3.5.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 3.6.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Laki-laki) Tabel 3.6.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Perempuan) Tabel 3.6.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009 (Lakilaki+Perempuan) Tabel 4.1.1 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009 (Perkotaan) Tabel 4.1.2 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009 (Perdesaan) Tabel 4.1.3 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 4.2.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009 (Perkotaan) Tabel 4.2.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009 (Perdesaan) Tabel 4.2.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 4.3 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009 Rata-rata Lama Sekolah (dalam Tahun) Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Halaman 109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
Tabel 4.4
121
xviii
Tabel Tabel 4.5.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan) Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perdesaan) Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan) Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perkotaan) Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perdesaan) Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009 (Perkotaan) Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009 (Perdesaan) Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan)
Halaman 122
Tabel 4.5.2
123
Tabel 4.5.3
124
Tabel 5.1.1
125
Tabel 5.1.2
126
Tabel 5.1.3
127
Tabel 5.2
128
Tabel 5.3.1
129
Tabel 5.3.2
130
Tabel 5.3.3
131
Tabel 5.4.1
132
Tabel 5.4.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perdesaan) Tabel 5.4.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 5.5.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009 (Perkotaan)
133
134
135
xix
Tabel Tabel 5.5.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009 (Perdesaan) Tabel 5.5.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 5.6.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perkotaan) Tabel 5.6.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perdesaan) Tabel 5.6.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 5.7.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan) Tabel 5.7.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perdesaan) Tabel 5.7.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 6.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009
Halaman 136
137
138
139
140
141
142
143
144
Tabel 6.2.1 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009 (Perkotaan) Tabel 6.2.2 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009 (Perdesaan) Tabel 6.2.3 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan)
145
146
147
xx
Tabel Tabel 6.3 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009
Halaman 148
Tabel 6.4.1 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009 (Perkotaan) Tabel 6.4.2 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009 (Perkotaan) Tabel 6.4.3 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009 (Perkotaan+Perdesaan) Tabel 6.5 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir dan Mengobati Sendiri Keluhan Kesehatannya menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Obat, 2009
149
150
151
152
Tabel 6.6.1 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009 (Perkotaan) Tabel 6.6.2 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009 (Perdesaan) Tabel 6.6.3 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009 (Perkotaan+ Perdesaan) Tabel 7.1 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Pekerja Sosial Masyarakat menurut Provinsi, 2007-2009 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Anggota Karang Taruna menurut Provinsi, 2007-2009 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Anggota Taruna Siaga Bencana menurut Provinsi, 20072009 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan menurut Provinsi, 2007-2009 Jumlah Pemuda yang Terdaftar dalam Program Kepemudaan menurut Provinsi, 2007-2009
153
154
155
156
Tabel 7.2
157
Tabel 7.3
158
Tabel 7.4
159
Tabel 7.5
160
xxi
DAFTAR ISTILAH/GLOSSARY
APK APS ABH BPS IPM KEMDIKNAS KEMENAG KEMENPORA KEMSOS RI KUPP MSBP PMKS PODES PPAN PSKS PSM PT RPJM SAKERNAS SUSENAS SD SDM SDM SM SMA SMK SMP SPP SP-3 SUKMA TAGANA TPAK TPT
: Angka Partisipasi Kasar : Angka Partisipasi Sekolah : Angka Buta Huruf : Badan Pusat Statistik : Indek Pembangunan Manusia : Kementerian Pendidikan Nasional : Kementerian Agama : Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga : Kementerian Sosial Republik Indonesia : Kelompok Usaha Pemuda Produktif : Modul Sosial Budaya dan Pendidikan : Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial : Potensi Desa : Pertukaran Pemuda Antar Negara : Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial : Pekerja Sosial Masyarakat : Perguruan Tinggi : Rencana Pembangunan Jangka Menengah : Survei Angkatan Kerja Nasional : Survei Sosial Ekonomi Nasional : Sekolah Dasar : Sumber Daya Manusia : Sumber Daya Manusia : Sekolah Menengah : Sekolah Menengah Atas : Sekolah Menengah Kejuruan : Sekolah Menengah Pertama : Sentra Pemberdayaan Pemuda : Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan : Surat Keterangan Melek Aksara : Taruna Siaga Bencana : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja : Tingkat Pengangguran Terbuka
xxii
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Pemuda adalah simbol dari idealisme, semangat dan cita-cita sebuah bangsa. Pemuda merupakan harapan dan tulang punggung bangsa di masa depan. Sejarah membuktikan bahwa pemuda berperan penting dalam perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan. Karena pemudalah yang paling bersemangat,
ambisius dan berani merombak serta bertindak revolusioner terhadap tatanan sistem kenegaraan. Hasan Al Banna seorang tokoh pergerakan di Mesir pernah berkata, "Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panjipanjinya." (Bryan Aga Murida, 2009, Pemuda dalam Perjuangan). Potensi besar pemuda terletak pada sifat yang cenderung pada pembaruan dan perubahan. Peran pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia dimulai dari kebangkitan nasional, sumpah pemuda yang menjadi tonggak persatuan Indonesia, perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia, tumbangnya orde baru serta lahirnya orde reformasi seluruhnya dimotori oleh pemuda. Meskipun pemuda bukan merupakan satu-satunya agen perubahan, namun pemuda selalu berada pada garda terdepan proses perubahan.
Potensi lain yang dimiliki oleh pemuda adalah sebagai aset ekonomi dalam pembangunan dan perkembangan ekonomi di Indonesia, hal ini terkait dengan usia, tenaga dan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh pemuda. Kelompok pemuda tergolong usia produktif, berpotensi untuk memasuki dunia kerja dibandingkan kelompok penduduk lainnya. Disamping potensi yang dimiliki pemuda, terdapat juga beberapa permasalahan yang menyangkut pemuda. Mulai dari masalah pengangguran, krisis mental, krisis eksistensi, hingga masalah dekadensi moral. Budaya permisif dan pragmatisme yang kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instan, dan tercabut dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang anti sosial (rumahzakat.org). Mengingat potensi dan posisi pemuda yang sangat strategis sebagai sumberdaya manusia dalam pembangunan dan calon-calon pemimpin masa depan serta berbagai permasalahan yang
menghinggapi kaum muda pada masa sekarang, perhatian khusus sudah semestinya diberikan suatu kepada pemuda. guna Pembangunan mendukung Pentingnya
kepemudaan pencapaian
menjadi
keharusan
pembangunan
sumberdaya
manusia.
pembangunan sumberdaya manusia seringkali terkait dengan fakta, bahwa prestasi pembangunan manusia Indonesia, yang
dipresentasikan dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) relatif masih kurang baik dibandingkan negara-negara tetangga di lingkup ASEAN. Menurut Human Development Report 2007-2008, HDI Indonesia berada dalam peringkat 107 dari 177 negara yang disurvei oleh UNDP dengan nilai sebesar 0,728. Peringkat ini masih berada di bawah Vietnam (105), Philipina (90), Thailand (78), Malaysia (63),
Brunei Darussalam (30) dan Singapura (25) (Renstra Kemenpora 2010-2014). Oleh karena itu, pembangunan sumberdaya manusia menempati posisi prioritas utama dan sangat strategis dalam pembangunan nasional. Kementerian Pemuda dan Olahraga sebagai wadah yang bertanggung jawab dalam pemberdayaan dan pengembangan pemuda telah menyusun Visi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) 2010-1014, yaitu Mewujudkan Kepemudaan dan Keolahragaan Yang Berdaya Saing, guna mendukung upaya pembangunan sumberdaya manusia Indonesia khususnya
pemberdayaan pemuda. Untuk mencapai hal tersebut, maka Kementerian Pemuda dan Olahraga mempunyai misi Meningkatkan Daya Saing Kepemudaan dan Keolahragaan. Berdasarkan Visi dan Misi yang telah diuraikan tersebut, tujuan yang hendak dicapai oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2010-2014 adalah Terselenggaranya pelayanan kepemudaan yang mendukung upaya peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda di berbagai bidang pembangunan serta pengelolaan keolahragaan nasional yang mendukung upaya peningkatan pembudayaan olahraga dan
pembinaan prestasi olahraga dalam rangka menuju bangsa yang berkarakter dan berdaya saing. Agar pembangunan kepemudaan terarah, maka diperlukan data statistik kepemudaan yang akurat sehingga dapat menjadi dasar/acuan menentukan kebijakan. Tersedianya publikasi dan data mengenai pemuda Indonesia sangat dibutuhkan untuk memberikan gambaran secara makro mengenai kondisi dan situasi pemuda Indonesia.
1.2 Tujuan Tujuan penyusunan publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010 ini secara umum adalah untuk memperoleh gambaran rinci dan menyeluruh tentang profil pemuda di Indonesia, baik pada tingkat nasional maupun tingkat regional. Kondisi dan perkembangan pemuda dalam publikasi ini akan dilihat dari aspek kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan serta berbagai Data program Informasi kepemudaan. Statistik Penyusunan publikasi juga
Penyajian
Kepemudaan
2010
dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang berkaitan dengan masalah kesenjangan dalam aspek potensi, kualitas dan dinamika pemuda yang dilihat menurut jenis kelamin pemuda serta wilayah (provinsi dan perkotaan/perdesaan). Secara keseluruhan, publikasi ini menyajikan informasi berbagai aspek mengenai kepemudaan yang sangat bermanfaat sebagai bahan pengambilan kebijakan pembangunan kepemudaan. Dalam jangka pendek, informasi yang disajikan dapat digunakan sebagai bahan untuk penyusunan berbagai program dan sebagai sarana evaluasi program sebelumnya.
1.3 Sistematika Penyajian Publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan ini secara sistematis disajikan dalam tujuh bagian (bab) dan satu ringkasan eksekutif. Ringkasan eksekutif yang disajikan pada bagian awal publikasi dimaksudkan untuk memberikan gambaran ringkas dan menyeluruh kepada pembaca mengenai keseluruhan isi publikasi. Uraian yang lebih rinci disajikan dalam bab-bab sesuai
dengan tema pokok bahasan dari publikasi. Pada bagian pertama (Bab I) disajikan hal-hal yang menjadi latar belakang dan tujuan penyusunan publikasi, serta sistematika penyajian publikasi
Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010. Metodologi mencakup sumber dan metode pengumpulan data, keterbatasan data serta konsep dan definisi disajikan pada bagian kedua (Bab II). Lima bagian berikutnya secara berturut-turut menyajikan gambaran mengenai kondisi dan perkembangan pemuda dari berbagai aspek diantaranya kependudukan, pendidikan, ketenagakerjaan dan
kesehatan serta program kepemudaan. Indikator penting yang dicakup dalam aspek kependudukan menyangkut perkembangan jumlah pemuda, rasio jenis kelamin, kelompok umur, status perkawinan dan status dalam rumah tangga. Aspek pendidikan digambarkan oleh partisipasi sekolah, angka buta huruf, lama sekolah serta tingkat pendidikan yang ditamatkan. Bahasan mengenai ketenagakerjaan pemuda meliputi jenis kegiatan, tingkat partisipasi angkatan kerja, lapangan usaha, status pekerjaan, jumlah jam kerja dan tingkat pengangguran. Aspek kesehatan meliputi keluhan kesehatan dan jenisnya, angka kesakitan, lama sakit serta kebiasaan berobat. Selanjutnya program kepemudaan yang merupakan bab terakhir membahas mengenai berbagai program kepemudaan serta lembaga/organisasi kepemudaan yang berkembang di Indonesia.
Metodologi
2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010 ini adalah : 1. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2009 sebagai sumber data utama. Data yang dikumpulkan dalam Susenas Tahun 2009 adalah: a. Data Susenas Kor Juli Tahun 2009, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran makro mengenai kondisi dan potensi pemuda dari sisi demografi, kesehatan, ketenagakerjaan dan pendidikan. b. Data Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan Tahun 2009, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran makro mengenai keterangan kegiatan sosial budaya yang dilakukan oleh pemuda. 2. Data hasil Survei Ketenagakerjaan Nasional (Sakernas) Agustus Tahun 2009, untuk memperoleh gambaran mengenai
untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai program kepemudaan serta lembaga kepemudaan yang ada di Indonesia.
4. Data dari Kementerian Sosial RI (Kemsos RI), untuk memperoleh gambaran mengenai program Kepemudaan yang ada di Indonesia.
2.2 Cakupan Data yang bersumber dari Susenas Kor dan Modul MSBP Juli 2009, beberapa indikatornya disajikan hingga level provinsi. Begitu pula data yang bersumber dari Sakernas disajikan hingga level provinsi. Data yang bersumber dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Sosial RI disajikan hingga level provinsi.
2.3 Konsep dan Definisi 2.3.1 Tipe Daerah Untuk menentukan apakah suatu desa/kelurahan tertentu termasuk daerah perkotaan atau perdesaan digunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang skor atau nilainya
didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel: kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses fasilitas umum. Penentuan skor suatu desa/kelurahan dapat dilihat pada Tabel A. Kolom (1) menunjukkan variabel/klasifikasi yang digunakan, dan Kolom (2) menunjukkan nilai skor untuk setiap variabel.
Skor
(2)
Variabel/Klasifikasi
(1)
Skor
(2)
Total Skor Skor Minimum Skor Maksimum 1. Kepadatan Penduduk/Km <500 500 1 249 1 250 2 499 2 500 3 999 4 000 5 999 6 000 7 499 7 500 8 499 8 500 +
2
2 26
C) Sekolah Menengah Umum Ada atau 2,5 Km > 2,5 Km D) Pasar Ada atau 2,5 Km > 2,5 Km E) Bioskop Ada atau 5 Km > 5 Km F) Pertokoan Ada atau 2,5 Km > 2,5 Km
1 0
1 2 3 4 5 6 7 8
1 0
1 0
2. Persentase Rumah Tangga Pertanian 70,00+ 50,00 69,99 30,00 49,99 20,00 29,99 15,00 19,99 10,00 14,99 5,00 9,99 < 5,00 3. Akses Fasilitas Umum A) Taman Kanak-Kanak (TK) Ada atau 2,5 Km > 2,5 Km B) Sekolah Menengah Pertama Ada atau 2,5 Km > 2,5 Km
1 0
1 2 3 4 5 6 7 8 0,1,2,..,10
G) Rumah Sakit Ada atau 5 Km > 5 Km H) Hotel/Biliar/Diskotik/ Panti Pijat/Salon Ada Tidak ada I) Persentase Rumah Tangga Telepon 8,00 < 8,00
1 0
1 0
1 0
1 0
1 0
1 0
10
Cara perhitungan skor adalah sebagai berikut: a. Variabel kepadatan penduduk mempunyai skor antara 1-8, satu bagi desa dengan kepadatan kurang dari 500 orang per km2, dua bagi desa dengan kepadatan kurang dari 500 - 1.249 orang per km2 dan seterusnya sampai dengan 8 bagi desa dengan kepadatan lebih besar atau sama dengan 8.500 orang per km2. b. Skor persentase rumah tangga pertanian berkisar 1 - 8, satu bila desa memiliki 70,00 persen atau lebih rumah tangga tani, dua bila 50,00 - 69,99 persen, dan seterusnya sampai dengan 8, bila desa mempunyai 5 persen atau kurang. c. Variabel akses fasilitas umum merupakan kombinasi antara keberadaan dan akses untuk mencapai fasilitas perkotaan. d. Skor untuk akses fasilitas umum adalah 1 dan 0. Desa-desa yang tidak memiliki fasilitas perkotaan tetapi jaraknya relatif dekat dengan fasilitas perkotaan dan atau mudah mencapainya, maka desa tersebut dianggap setara dengan desa yang memiliki fasilitas dan diberi skor 1, dengan pertimbangan mudahnya akses kepada perkotaan tersebut serupa dengan memiliki. e. Jumlah skor dari ketiga variabel tersebut kemudian digunakan untuk menentukan apakah suatu desa termasuk daerah perkotaan atau perdesaan. Desa dengan skor gabungan 9 atau kurang digolongkan sebagai desa perdesaan, sedangkan desa dengan skor gabungan mencapai 10 atau lebih digolongkan sebagai desa perkotaan.
11
f. Dalam pelaksanaannya penentuan apakah suatu desa/kelurahan termasuk daerah perkotaan atau perdesaan dilakukan oleh BPS RI dengan menggunakan hasil pendataan Potensi Desa (PODES).
2.3.2 Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami atau tinggal bersama di sebagian atau seluruh bangunan fisik/bangunan sensus dan biasanya makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang yang bersamasama mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa. Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga, baik yang pada waktu pencacahan berada di rumah tangga tersebut maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak berniat pindah. Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah bepergian selama 6 bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah (akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih). Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih tinggal di rumah tangga yang sedang dicacah atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap dianggap sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang sedang dicacah tersebut. Pemuda adalah penduduk berumur 16-30 tahun.
12
Kawin
adalah
mempunyai
isteri
wanita) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama maupun tinggal terpisah. Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri. Cerai hidup adalah berpisah sebagai suami-isteri karena
bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh isteri/suami ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi mengaku pernah hamil, dianggap sebagai cerai hidup. Cerai mati adalah ditinggal mati oleh suami atau isterinya dan belum kawin lagi. Rasio Jenis Kelamin adalah perbandingan antara penduduk lakilaki dan perempuan pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Buta Huruf adalah tidak dapat membaca surat atau kalimat sederhana dengan suatu huruf, termasuk huruf Braille. Orang cacat yang pernah dapat membaca dan menulis digolongkan tidak buta huruf. Angka Partisipasi Sekolah adalah nilai perbandingan (dalam persen) banyaknya penduduk yang bersekolah terhadap total penduduk, menurut batasan umur sekolah pada setiap jenjang
13
pendidikan formal dan nonformal (Paket A setara SD, Paket B setara SMP dan Paket C setara SM). Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang sudah ditamatkan oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau jenjang pendidikan tertinggi yang pernah diduduki dan ditamatkan oleh seseorang yang masih bersekolah. Bersekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/sederajat dan SMP/sederajat, pendidikan menengah yaitu SMA/sederajat dan pendidikan tinggi yaitu PT/sederajat) maupun non formal (Paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMA) yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Kementerian Agama (Kemenag), instansi lainnya negeri maupun swasta. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat dan PT. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Meliputi pendidikan kecakapan hidup (kursus), pendidikan anak usia dini (PAUD) atau pra-sekolah, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan (paket A, paket B, dan paket C) serta pendidikan lainnya yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
14
Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk mereka yang tamat/belum tamat Taman Kanak-kanak yang tidak melanjutkan ke Sekolah Dasar. Belum tamat SD adalah pernah/sedang bersekolah di SD atau yang sederajat tetapi tidak/belum tamat. SD meliputi Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah dan sederajat. SMP meliputi jenjang pendidikan SMP Umum, Madrasah Tsanawiyah, SMP kejuruan dan sederajat. SM meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah dan sederajat. Diploma/Sarjana adalah program DI/DII/DIII atau mendapatkan gelar sarjana muda pada suatu akademi/perguruan tinggi yang menyelenggarakan program diploma/mengeluarkan gelar sarjana muda, program pendidikan diploma IV, sarjana pada suatu perguruan tinggi, program pendidikan pasca sarjana (master atau doktor), spesialis 1 atau 2 pada suatu perguruan tinggi. Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16 - 30 tahun yang selama seminggu sebelum pencacahan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja, atau yang sedang mencari pekerjaan. Bukan Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16-30 tahun yang selama seminggu sebelum pencacahan hanya
bersekolah, mengurus rumah tangga, atau melakukan kegiatan lainnya. Dapat juga berarti tidak melakukan kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan.
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
15
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh/membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu sebelum
pencacahan. Bekerja selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah, yang membantu dalam kegiatan usaha/ekonomi). Menganggur adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja. Mencari Pekerjaan adalah kegiatan dari mereka yang bekerja tetapi karena suatu hal masih mencari pekerjaan; atau mereka yang dibebastugaskan dan akan dipanggil kembali tetapi sedang
berusaha untuk mendapatkan pekerjaan; atau mereka yang pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan; atau mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tak dibayar. Mempersiapkan suatu usaha yang dimaksud adalah apabila seseorang telah/sedang melakukan tindakan nyata seperti mengumpulkan modal atau alat, mencari lokasi, mengurus surat ijin usaha, dsb.
16
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. TPAK dihitung dengan rumus: TPAK = Jumlah Angkatan Kerja X 100% Jumlah Penduduk Usia Kerja
Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Namun pada publikasi ini umur dibatasi 16-30 tahun. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/
perusahaan/instansi tempat seseorang bekerja. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, misalnya berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha dibantu buruh tetap, atau buruh/karyawan. Jam Kerja adalah jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah persentase angkatan kerja yang aktif mencari pekerjaan dan tidak sedang mempunyai pekerjaan. TPT dihitung dengan rumus: Jumlah Orang yang Mencari Pekerjaan X 100% Jumlah Angkatan Kerja
TPT =
Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan baik karena penyakit,
17
Sakit adalah menderita penyakit baik akut maupun kronis atau gangguan kesehatan lainnya yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu. Orang yang mempunyai keluhan kesehatan (misalnya masuk angin atau pilek) tetapi kegiatan sehari-harinya tidak terganggu dianggap tidak sakit.
2.4 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam publikasi Penyajian Data Informasi Statistik Kepemudaan 2010 adalah analisis deskriptif dengan penyajian data dalam bentuk tabel ulasan sederhana dan visualisasi berupa gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. Analisis yang disajikan disertai dengan analisis diferensial untuk melihat perbedaan pola serta gambaran antar daerah perkotaan dan perdesaan serta antar wilayah provinsi. Selain itu disertakan juga analisis tren dalam upaya memperoleh gambaran mengenai kecenderungan/perkembangan selama beberapa periode waktu. Pada bagian akhir publikasi ini dilengkapi dengan tabel lampiran untuk melihat data pada tingkat provinsi.
18
Kependudukan
Indonesia mempunyai penduduk yang sangat besar dan termasuk empat besar di dunia setelah Republik Rakyat China, India dan Amerika Serikat. Penduduk Indonesia memiliki berbagai latar belakang, multi etnis dan budaya yang beragam. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai modal berharga bila dikelola dengan baik. Salah satu potensi penduduk adalah generasi muda atau yang disebut dengan pemuda. Pemuda merupakan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai potensi besar mendukung keberhasilan
pembangunan, bila dilihat dari aspek kuantitas maupun produktivitas. Potensi tersebut dapat menjadi beban bila sebagian besar tidak terserap dalam proses pembangunan, karenanya perlu perencanaan dan kebijakan yang tepat untuk meningkatkan kualitas pemuda. Data kependudukan sangat diperlukan pada setiap kegiatan perencanaan pembangunan khususnya perencanaan input dan output
pembangunan serta penetapan prioritas pembangunan di segala bidang. Data dasar kependudukan yang berkaitan dengan jumlah dan struktur penduduk sebagai input pembangunan digunakan sebagai rujukan untuk memperkirakan jumlah SDM yang berperan dalam pembangunan, sedangkan sebagai output pembangunan, digunakan untuk menentukan kelompok sasaran (target groups) pembangunan.
19
Pada bagian kependudukan ini akan diuraikan gambaran rinci pemuda dilihat dari jumlah, distribusi dan struktur/komposisi pemuda, baik pada level nasional maupun level provinsi. Pada bagian ini juga akan dilihat beberapa aspek demografis penting, yaitu jenis kelamin, umur, status perkawinan dan hubungan dengan kepala rumah tangga.
3.1 Jumlah dan Distribusi Pemuda Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional (human capital). Pemuda merupakan kelompok penduduk usia produktif yang sangat potensial sebagai penunjang kegiatan ekonomi. Jumlah pemuda yang relatif banyak, merupakan aset yang dapat diandalkan dalam pembangunan. Pemuda akan menempati posisi strategis, baik sebagai pelaku pembangunan maupun penerus pembangunan di masa datang. Tabel 3.1.1 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, 2009
Kelompok Umur (Tahun)
(1)
Perkotaan+Perdesaan Perkotaan
(2)
Perdesaan %
(3) (4)
Jumlah Penduduk
(5)
20
Hasil Susenas Juli 2009 yang disajikan pada Tabel 3.1.1 memperlihatkan jumlah pemuda Indonesia (penduduk berusia 16-30 tahun) sekitar 57,81 juta jiwa atau 25,04 persen dari jumlah penduduk Indonesia secara keseluruhan yang saat ini berjumlah 230,87 juta jiwa. Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa pemuda mempunyai persentase yang paling kecil jika dibandingkan dengan persentase penduduk usia di bawah 16 tahun (30,88 persen) serta penduduk di atas 30 tahun (44,08 persen). Tabel 3.1.2 Proporsi dan Perkiraan Jumlah Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2007- 2009
Tipe Daerah / Jenis Kelamin
(1)
2008
(3)
2009
(4)
Tipe Daerah Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D 27,60 (27.187.445) 23,67 (29.984.030) 25,39 (57.171.475) 26,73 (29.439.105) 23,15 (27.292.217) 24,88 (56.731.322) 26,68 (29.780.668) 23,50 (28.025.912) 25,04 (57.806.580)
Jenis Kelamin Laki-laki (L) Perempuan (P) L+P 25,15 (28.268.856) 25,63 (28.902.619) 25,39 (57.171.475) 24,63 (28.012.366) 25,13 (28.718.956) 24,88 (56.731.322) 25,02 (28.611.380) 25,06 (29.195.200) 25,04 (57.806.580)
21
Peningkatan pertumbuhan penduduk yang besar tanpa adanya peningkatan kesejahteraan justru bisa menjadi bencana, yang pada gilirannya dapat menimbulkan gangguan terhadap program-program pembangunan yang sedang dilaksanakan.
Pemerintah berupaya menekan laju pertumbuhan penduduk melalui Program Keluarga Berencana yang dicanangkan di akhir tahun 1960-an, yang salah satu tujuannya menekan kelahiran untuk mengatasi masalah peledakan penduduk. Upaya tersebut
menunjukkan keberhasilan, salah satunya terlihat pada menurunnya beban/angka ketergantungan penduduk usia muda, struktur dalam keluarga (jumlah keluarga mengecil) dan orangtua mulai
mendapatkan kesempatan yang lebih baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas anak-anaknya. Tabel 3.1.2 menampilkan proporsi dan perkiraan jumlah pemuda pada tahun 2007-2009. Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pada tahun 2009 jumlah pemuda Indonesia telah mencapai 57,81 juta atau sekitar 25,04 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Angka ini menunjukkan peningkatan
dibandingkan tahun 2007 (57,17 juta orang) maupun tahun 2008 (56,73 juta orang). Dilihat menurut tipe daerah, pada tahun 2009 jumlah pemuda di perkotaan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemuda di perdesaan, yaitu sebesar 29,78 juta jiwa (26,68 persen) berbanding dengan 28,02 juta jiwa (23,50 persen).
22
Dilihat berdasarkan penyebaran atau distribusinya menurut pulau, pada Tabel 3.1.3 menunjukkan bahwa separuh lebih pemuda terkonsentrasi di pulau Jawa (55,64 persen). Sisanya berturut-turut tersebar di pulau Sumatera (23,12 persen), Sulawesi (7,30 persen), Kalimantan (6,39 persen) dan sisanya sebesar 7,56 persen tersebar di pulau-pulau lainnya seperti Papua. Tabel 3.1.3 Persentase Pemuda menurut Pulau dan Jenis Kelamin, 2009
Pulau
(1)
Laki-laki
(2)
Perempuan
(3)
Laki-laki + Perempuan
(4)
Distribusi
dan
potensi
pemuda
pada
setiap
provinsi
bervariasi. Pada Lampiran Tabel 3.1.3, terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak jumlah
pemudanya, yaitu sebanyak 10,44 juta jiwa, disusul kemudian dengan Provinsi Jawa Timur sebanyak 8,01 juta jiwa dan Provinsi Jawa Tengah sebanyak 7,24 juta jiwa. Sementara provinsi yang memiliki jumlah pemuda yang paling sedikit adalah Papua Barat
23
(205,11 ribu jiwa), Gorontalo (219,16 ribu jiwa) dan Maluku Utara (257,52 ribu jiwa).
Perempuan %
(3)
Jumlah
(4)
%
(5)
%
(7)
14.741.828 49,50 15.038.840 50,50 29.780.668 100,00 13.869.552 49,49 14.156.360 50,51 28.025.912 100,00 28.611.380 49,50 29.195.200 50,50 57.806.580 100,00
24
provinsi (23 provinsi) memiliki presentase pemuda perempuan yang sedikit lebih tinggi daripada pemuda laki-laki. Sepuluh provinsi yang menunjukkan pola pemuda laki-laki lebih besar dari pemuda perempuan, yaitu Provinsi Sumatera Utara (50,59 persen), Riau (50,17 persen), Sumatera Selatan (50,14 persen), Bengkulu (50,63 persen), Lampung (51,88 persen), Kepulauan Bangka Belitung (51,36 persen), Jawa Barat (50,17 persen), Banten (50,93 persen), Sulawesi Utara (50,70 persen) dan Sulawesi Tengah (50,07 persen). Tabel 3.2.2 Angka Rasio Jenis Kelamin Pemuda menurut Tipe Daerah, 2009
Tipe Daerah
(1)
Komposisi jenis kelamin pemuda dapat juga dilihat dari angka rasio jenis kelamin (sex ratio) seperti yang disajikan pada Tabel 3.2.2. Dari tabel tersebut nampak bahwa angka rasio jenis kelamin pemuda di daerah perkotaan dan daerah perdesaan nilainya kurang dari 100 yaitu 98,03 dan 97,97. Hal ini menunjukkan kaum perempuan masih sebagai komponen terbesar dalam populasi pemuda. Sebaran rasio jenis kelamin pemuda pada tahun 2009 dilihat menurut provinsi sebagian besar menunjukkan angka lebih kecil dari
25
perempuan lebih banyak daripada jumlah pemuda laki-laki. Ini tercermin dari rasio jenis kelamin pemuda tahun 2009 sebesar 98,00. Hal ini berarti bahwa secara rata-rata dalam setiap 100 pemuda perempuan terdapat sekitar 98 pemuda laki-laki. Namun ada beberapa provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin pemuda lebih dari 100, atau jumlah pemuda laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah pemuda perempuan. Provinsi yang memiliki rasio jenis kelamin lebih dari 100 adalah Provinsi Sumatera Utara (102,38), Riau (100,69), Sumatera Selatan (100,57), Bangka Belitung (105,59), Bengkulu (102,57), Lampung (107,82), Jawa Barat (100,68), Banten (103,77), Sulawesi Utara (102,84) dan Sulawesi Tengah (100,27), seperti yang disajikan pada Lampiran Tabel 3.2.3.
26
kelompok umur. Di daerah perdesaan, komponen terbesar adalah pemuda pada kelompok umur 16 16-20 tahun dengan persentase sebesar 35,49 persen, kemudia pemuda pada kelompok umur 26kemudian 30 tahun dengan persentase 33,88 persen dan pemuda pada kelompok umur 21-25 tahun sebagai yang terkecil dengan 25 persentase 30,64 persen. Sementara itu, di daerah perkotaan pemuda pada kelompok umur 26 26-30 tahun menjadi komponen terbesar dengan persentase 34,11 persen, diikuti pemuda kelompok umur 16-20 tahun dengan persentase 33,70 persen dan pemuda 20 kelompok umur 21-25 tahun sebagai komponen terkecil dengan 25 persentase sebesar 32,19 persen. Gambar 3.3.1 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2009
% 36
34.56 35.49
35
33.70
34.11 33.88
34.00
34 33
32.19
32
31.44
31 30 16-20
30.64
26-30
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan+Perdesaan
27
54.23 42.68
2.19
1.45
Kawin
Perempuan
Cerai Hidup/mati
Laki-laki+Perempuan
28
Berdasarkan Gambar 3.4.1 terlihat adanya perbedaan pola status perkawinan antara pemuda laki laki-laki dan pemuda perempuan. Persentase pemuda perempuan yang berstatus kawin lebih tinggi jika dibandingkan pemuda laki-laki dengan status yang sama (54,23 persen berbanding 30,90 persen). Sebaliknya pemuda dengan erbanding status belum kawin, laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan laki (68,39 persen berbanding 43,59 persen). Perbedaan kedua angka ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa pemuda perempuan pada umumnya lebih banyak yang sudah berkeluarga di usia muda dibandingkan dengan laki-laki. Gambar 3.4.2 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perkotaan Perdesaan
64.53 61.81
% 80
72.02
60
40
27.49
20
0.50 1.89 0.93 2.50
0
Laki-laki Perempuan
Belum Kawin Kawin
Laki-laki
Cerai Hidup/Mati
Perempuan
29
Seperti yang terlihat pada Gambar 3.4.2, di daerah perkotaan persentase pemuda laki-laki yang berstatus kawin hanya sebesar 27,49 persen sedangkan untuk pemuda perempuan mencapai 47,09 persen. Sedangkan di daerah perdesaan persentase pemuda lakilaki yang berstatus kawin sebesar 34,54 persen dan pemuda perempuan yang berstatus kawin sebesar 61,81 persen. Persentase pemuda perempuan di daerah perdesaan yang berstatus kawin (61,81 persen) lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan (47,09 persen). Hal ini sesuai dengan pola budaya kita dimana perkawinan muda umumnya terjadi pada penduduk perempuan dan lebih banyak terjadi di daerah perdesaan. Tabel 3.4.1 Persentase Pemuda yang Pernah Kawin menurut Kelompok Umur, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perkotaan (K) Kelompok Umur (Tahun) (1) Laki- Peremlaki puan L + P (L) (P) (2) (3) (4) Perdesaan (D) Laki- Peremlaki puan L + P (L) (P) (5) (6) (7) Lakilaki (L) (8) K+D Perempuan L + P (P) (9) (10)
16 20
1,58
11,84
6,70
3,58
26,19 14,46
2,60
18,85 10,56
21 25
21,63
51,77
36,93 34,67
62,56 45,49
26 30
60,52
82,42
71,64 72,68
87,08 77,02
Pemuda bila diperhatikan menurut kelompok umur (Tabel 3.4.1), untuk yang pernah kawin (berstatus kawin dan cerai hidup
30
maupun cerai mati), nampak masih terdapat pemuda yang tergolong dalam kelompok usia relatif muda (usia 16-20 tahun) dengan persentase mencapai 10,56 persen. Keadaan ini terutama terjadi pada daerah perdesaan dengan persentase mencapai 14,46 persen, sedangkan di daerah perkotaan persentasenya sebesar 6,70 persen. Keadaan seperti ini patut disayangkan, karena pada kelompok umur ini merupakan kelompok umur yang seharusnya masih mengikuti pendidikan di bangku sekolah. Tabel 3.4.1 juga memperlihatkan pada kelompok usia yang relatif muda (16-20 tahun), persentase pemuda perempuan yang pernah kawin proporsinya (18,85 persen) jauh lebih besar
dibandingkan pemuda laki-laki (2,60 persen). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan. Perlu menjadi perhatian bahwa persentase pemuda perempuan yang berusia muda (16-20 tahun) berstatus pernah kawin di daerah perdesaan mencapai seperempat lebih (26,19 persen).
31
isteri/suami kepala rumah tangga. Sejalan dengan itu, kepala rumah tangga dan isteri/suami dari kepala rumah tangga
memegang peranan yang penting dan strategis dalam setiap rumah tangga. Seperti yang sudah dikemukan sebelumnya, pemuda merupakan kelompok penduduk atau sumber daya manusia yang paling potensial dibandingkan dengan kelompok penduduk lainnya. Potensi para pemuda ini antara lain terlihat dari peranan atau status mereka dalam rumah tangga. Tabel 3.5.1 menyajikan peranan pemuda dalam rumah tangga yang paling besar berturut-turut adalah sebagai isteri/suami dari kepala rumah tangga (19,18 persen) dan sebagai kepala rumah tangga (12,01 persen). Tabel 3.5.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009
Status dalam Rumah Tangga Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
(1)
Isteri/ Suami
(3)
Anak
(4)
Lainnya
(5)
Perkotaan (K) Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan (D) Laki-laki Perempuan L+P K+D Laki-laki
21,86
0,02
63,66
14,47
32
Perempuan L+P
2,36 12,01
37,95 19,18
46,75 55,12
12,94 13,70
Dilihat berdasarkan tipe daerah, persentase pemuda yang berstatus sebagai kepala rumah tangga di daerah perkotaan (12,05 persen) lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan (11,97 persen). Sedangkan persentase pemuda yang berstatus isteri/suami di daerah perkotaan (16,58 persen) lebih kecil dibandingkan daerah perdesaan (21,95 persen). Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pemuda laki-laki lebih banyak yang
berkedudukan sebagai kepala rumah tangga (laki-laki sebesar 21,86 persen, perempuan sebesar 2,36 persen), sedangkan pemuda perempuan sebagian besar berkedudukan sebagai isteri/suami (perempuan sebesar 37,95 persen, laki-laki sebesar 0,02 persen).
33
Pendidikan
Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang tercantum dalam pembukaan Undang Undang Dasar (UUD) 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk meningkatkan kecerdasan bangsa, tentu harus ditunjang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu proses untuk menciptakan SDM yang berkualitas adalah dengan
penyelenggaraan pendidikan yang baik. UUD 1945 Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28 C ayat (1), Pasal 31, dan Pasal 32, mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan nasional menjamin mutu pemerataan untuk
kesempatan
pendidikan,
peningkatan
pendidikan
menghadapi tantangan dan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. Pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender. Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki kecakapan hidup (life skills) yang akan mendorong tegaknya pembangunan.
34
Pemuda sebagai pewaris bangsa harus berkualitas. Kualitas pemuda salah satunya dilihat dari sisi pendidikan. Pendidikan bagi pemuda Perhatian mempunyai dan pengaruh terhadap produktivitas harus kerja. terus
pembinaan
pendidikan
pemuda
ditingkatkan agar pemuda yang merupakan potensi bangsa dapat memberikan kontribusi efektif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan tenaga kerja potensial yang pada akhirnya mendorong percepatan laju pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan pembangunan. Untuk melihat gambaran pendidikan pemuda
Indonesia, pada bab ini akan dibahas indikator pendidikan pemuda diantaranya angka partisipasi sekolah, angka buta huruf, rata-rata lama sekolah dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan.
4.1 Partisipasi Pendidikan Faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara diantaranya adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas terutama generasi mudanya. Pendidikan merupakan
salah satu jalan bagi peningkatan kualitas SDM tersebut. Oleh sebab itu pemerintah secara terus menerus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan dimulai dengan pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada penduduk khususnya generasi muda sebagai penerus kepemimpinan untuk mengecap pendidikan dari tingkat dasar hingga tingkat tinggi Indikator partisipasi sekolah, memberikan indikasi peran serta dan kontribusi pemuda dalam kegiatan pendidikan. Besarnya akses pemuda pada kegiatan sekolah ditunjukkan oleh persentase pemuda yang tidak pernah sekolah terhadap populasi pemuda
35
secara keseluruhan. Semakin tinggi persentase pemuda yang tidak pernah sekolah menunjukkan akses pemuda pada kegiatan sekolah yang semakin rendah, dan sebaliknya. Sementara itu, persentase pemuda yang masih sekolah menunjukkan tingkat perluasan kesempatan bagi pemuda untuk memperoleh pendidikan di sekolah. Semakin tinggi persentase pemuda yang masih bersekolah
menunjukkan semakin luasnya kesempatan bagi para pemuda untuk memperoleh pendidikan. Tabel 4.1.1 menyajikan persentase pemuda menurut tipe daerah, Jenis kelamin serta partisipasi sekolah untuk pendidikan formal + non formal. Masih sekolah adalah mereka yang terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik di suatu jenjang pendidikan formal (pendidikan dasar yaitu SD/MI dan SMP/MTs, pendidikan menengah yaitu SMA/SMK/MA dan pendidikan tinggi yaitu PT) maupun pendidikan non formal (Paket A setara SD, paket B setara SMP dan paket C setara SMA) yang berada di bawah pengawasan Kemdiknas, Kementerian Agama (Kemenag), Instansi Negeri lain maupun Instansi Swasta. Dari tabel tersebut terlihat bahwa pemuda yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 1,25 persen, yang masih sekolah sebesar 17,07 persen dan pemuda yang sudah tidak bersekolah lagi sebesar 81,68 persen. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat pemuda yang belum/tidak pernah menikmati pendidikan. Tabel 4.1.1 juga menunjukkan bahwa persentase pemuda yang masih bersekolah di daerah perkotaan (20,47 persen) lebih besar dibandingkan perdesaan yang hanya sebesar 13,45 persen. Hal ini diduga karena akses pendidikan pemuda di daerah perkotaan jauh lebih baik dibandingkan dengan di daerah perdesaan, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan di perkotaan yang
36
lebih
lengkap
dan
lebih
memadai
dibandingkan
dengan
di
perdesaan. Selanjutnya pada Tabel 4.1.1 juga terlihat, persentase pemuda perkotaan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 0,47 persen, sedangkan persentase di perdesaan hampir dua kali lipat lebih tinggi yaitu sebesar 2,09 persen. Tabel 4.1.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Partisipasi Sekolah, 2009
Formal + Non Formal Tipe Daerah/ Jenis Kelamin Tidak/ Belum Sekolah
(2)
Masih Sekolah
(3)
Jumlah
(1)
(5)
Perkotaan (K) Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan (D) Laki-laki Perempuan L+P K+D Laki-laki Perempuan L+P
Akses pemuda pada pendidikan juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. Pada Tabel 4.1.1, terlihat bahwa persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah lebih tinggi dari
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
37
pemuda laki-laki. Persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah secara keseluruhan tercatat sebesar 1,48 persen, sedangkan untuk pemuda laki-laki sebesar 1,03 persen.
Kesenjangan terhadap akses pendidikan antar jenis kelamin ditemukan baik di perkotaan maupun perdesaan. Di daerah perkotaan persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah tercatat sebesar 0,55 persen dan laki-laki sebesar 0,38 persen. Di daerah perdesaan persentase pemuda perempuan yang tidak/belum pernah sekolah sebesar 2,46 persen dan 1,71 persen untuk pemuda laki-laki. Faktor demografis lain yang juga sangat mempengaruhi akses generasi muda pada pendidikan antara lain adalah umur. Semakin tinggi kelompok umur semakin rendah tingkat partisipasi sekolahnya. Pada Tabel 4.1.2 terlihat bahwa terdapat pemuda usia 16-18 tahun yang saat ini tidak/belum bersekolah sebesar 0,85
persen dan tidak sekolah lagi sebesar 43,99 pesen. Meskipun di usia ini bukan merupakan usia wajib sekolah, namun hal ini menunjukan bahwa masih terdapat pemuda usia produktif yang tidak meneruskan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. Pada Tabel 4.1.2 juga menunjukan semakin rendah kelompok umur semakin rendah persentase yang tidak pernah sekolah. Persentase pemuda yang tidak pernah sekolah kelompok umur 16-18 tahun sebesar 0,85 persen, 19-24 tahun sebesar 1,07 persen dan kelompok umur 25-30 tahun sebesar 1,63 persen. Hal ini sekaligus menunjukan bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan
menunjukan kondisi kearah yang lebih baik dan pemerataan pendidikan semakin meluas.
38
Tabel 4.1.2 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2009
Kelompok Umur (Tahun)
(1)
Masih Sekolah
(3)
Jumlah
(5)
16 18 19 24 25 30 16 30
Dilihat
berdasarkan
distribusi
sebarannya,
partisipasi
pendidikan pemuda di berbagai provinsi bervariasi (Lampiran Tabel 4.2.3). Persentase pemuda yang tidak/belum pernah sekolah berkisar antara 0,31 persen hingga 3,40 persen kecuali di Provinsi Papua yang persentasenya mencapai 28,37 persen. Persentase pemuda yang tidak sekolah lagi diberbagai provinsi sebarannya berkisar antara 57,40 persen hingga 85,85 persen, dengan persentase terendah terdapat di Provinsi Papua dan tertinggi terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Untuk melihat seberapa banyak penduduk yang saat ini memanfaatkan fasilitas pendidikan, dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah. Indikator ini dikenal dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Angka partisipasi sekolah merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah.
39
untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Indikator ini juga dapat digunakan untuk melihat struktur kegiatan penduduk yang berkaitan dengan sekolah. Dalam kajian berikut, Angka Partisipasi Sekolah (APS) didefinisikan sebagai persentase pemuda yang masih bersekolah terhadap jumlah populasi pemuda secara keseluruhan tanpa memperhatikan jenjang atau tingkat pendidikan yang sedang dijalaninya. Tabel 4.1.3 Angka Partisipasi Sekolah Formal dan Formal + Nonformal Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2009
Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
(1)
Formal 16-18
(2)
19-24
(3)
25-30
(4)
16-18
(6)
19-24
(7)
25-30
(8)
16-30
(9)
Perkotaan (K) Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan (D) Laki-laki Perempuan L+P K+D Laki-laki Perempuan L+P 55,80 54,25 55,05 12,97 12,37 12,66 1,60 1,07 1,32 17,84 16,20 17,01 55,90 54,37 55,16 13,04 12,41 12,72 1,63 1,09 1,35 17,90 16,25 17,07 47,64 47,39 47,52 7,14 6,15 6,64 0,86 0,78 0,82 14,18 12,60 13,38 47,72 47,50 47,61 7,26 6,20 6,72 0,92 0,80 0,86 14,26 12,66 13,45 64,49 61,15 62,84 18,21 17,83 18,02 2,28 1,34 1,80 21,28 19,59 20,43 64,63 61,26 62,97 18,24 17,87 18,05 2,28 1,36 1,81 21,32 19,64 20,47
Tabel 4.1.3 secara rinci menyajikan APS pendidikan formal pemuda dan APS pendidikan formal + non formal pemuda menurut
40
tipe daerah, jenis kelamin, dan kelompok umur. APS kelompok usia sekolah (16-18 tahun dan 19-24 tahun) lebih tinggi dibandingkan kelompok diatas usia sekolah (25-30 tahun). Dari tabel tersebut juga terlihat bahwa baik pada kelompok umur 16-18 tahun, 19-24 tahun dan 25-30 tahun, APS pemuda laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan APS perempuan. Pada APS pemuda perempuan seiring dengan peningkatan kelompok usia terjadi penurunan yang cukup signifikan. Kecenderungan makin menurunnya APS
penduduk perempuan pada usia yang semakin tinggi diduga berkaitan dengan kurang tersedianya sarana maupun prasarana untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi di lokasi sekitar tempat tinggal mereka dan faktor sex preference yaitu kecenderungan mengutamakan anak laki-laki untuk bersekolah dibandingkan anak perempuan. Kondisi ini juga sejalan dengan Tabel 3.4.1 yang menggambarkan bahwa status pemuda perempuan yang kawin lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda laki-laki. Pada Tabel 4.1.3 juga ditampilkan APS pemuda di daerah perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Pola tersebut terlihat baik bagi pemuda laki-laki maupun perempuan. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa pemuda di daerah perkotaan memiliki kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tinggal di daerah perdesaan.
4.2 Angka Buta Huruf Buku adalah gudang ilmu yang menjadi solusi memecahkan suatu kebodohan, jadi tepat bila dikatakan buku adalah jendela
41
dunia
dan
membaca
adalah
kuncinya.
Kegiatan
membaca
merupakan kunci memasuki dunia pengetahuan yang maha luas. Membaca merupakan proses awal dalam sebuah perubahan menuju masyarakat bangsa yang maju dan madani. Dalam EFA Global Monitoring Report, Literacy for Life (2006), UNESCO menyimpulkan terdapat korelasi yang kuat antara kemampuan membaca dengan investasi dan kinerja seseorang. Membaca (keaksaraan) akan mempermudah seseorang untuk memahami informasi terkait bidang kerja dan berbagai aspek lain menyangkut peningkatan kualitas hidup. Laporan tersebut menilai bahwa buta aksara merupakan masalah yang dimiliki oleh sebagian besar negara-negara dunia yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Buta aksara sangat terkait dengan kemiskinan,
keterbelakangan, kebodohan serta ketidakberdayaan masyarakat. Penduduk buta aksara tidak hanya terdapat di negara berkembang dan berpenduduk besar tetapi juga di negara maju termasuk Inggris dan Amerika Serikat. (Fauziah Rahmah Lubis, Agustus 2008). Buta aksara atau buta huruf dapat didefinisikan sebagai ketidakmampuan membaca, lawan katanya adalah melek aksara (juga disebut dengan melek huruf) yaitu kemampuan membaca. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang bisa membaca dan menulis. Dalam perkembangan modern kata melek aksara diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk
berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis.
42
Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut:
Melek aksara adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi.
Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali
potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas. Angka melek aksara adalah tolok ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa melatih orang yang mampu baca-tulis jauh lebih murah daripada melatih orang yang buta aksara, dan umumnya orang-orang yang mampu baca-tulis memiliki status sosial ekonomi, kesehatan, dan prospek meraih peluang kerja yang lebih baik. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas). Tingkat buta aksara di Indonesia masih tinggi. Lima penyebab utama, yakni 1) tingginya angka putus Sekolah Dasar (SD), 2) beratnya kondisi geografis Indonesia, 3) munculnya penyandang buta aksara baru, 4) pengaruh faktor sosiologis
43
masyarakat, 5) serta kembalinya seseorang menjadi penderita buta aksara. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberantasan buta aksara merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Berbagai upaya dalam pemberantasan buta aksara telah dilakukan oleh pemerintah. Keseriusan dan komitmen pemerintah terhadap buta aksara atau kemelekaksaraan tertuang dalam PP No. 7 Tahun 2005 tentang RPJM 2004-2009 bahwa salah satu target pembangunan pendidikan adalah menurunnya angka buta aksara penduduk 15 tahun ke atas menjadi 5 persen pada tahun 2009. Secara operasional perhatian khusus mengenai buta aksara ditindaklanjuti dalam Inpres RI No. 5 Tahun 2006 tentang
Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara serta berbagai program yang telah dijalankan, diantaranya adalah kursus A-B-C, Program Pemberantasan Buta Huruf Fungsional, Kejar Paket A, dan saat ini yang paling populer yaitu program Keaksaraan Fungsional (KF) yang dijalankan oleh pemerintah sejak tahun 1995. Program ini dimaksudkan untuk memberantas kebutaaksaraan dengan fokus kegiatan melalui diskusi, membaca, menulis, berhitung dan pemecahan masalah yang dihadapi dalam aktivitas yang berkaitan dengan kebutuhan keseharian. Bentuk penghargaan atas mereka yang mengikuti kegiatan keaksaraan dan dinyatakan lulus, diberikan sertifikat SUKMA (Surat Keterangan Melek Aksara). Pada Tabel 4.2.1 ditampilkan persentase pemuda buta huruf menurut tipe daerah dan jenis kelamin dari tahun 2005, 2007 dan 2009. Dari tabel tersebut terlihat bahwa persentase pemuda yang buta huruf selama kurun waktu 2005 hingga 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada tahun 2005, pemuda yang
44
buta huruf tercatat sebesar 1,56 persen, angka tersebut turun menjadi 1,51 persen pada tahun 2007, kemudian pada tahun 2009 menjadi sebesar 0,90 persen. Rendahnya angka buta huruf pemuda menunjukkan semakin membaiknya kualitas sumber daya pemuda. Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Jika dibandingkan menurut jenis kelamin, pada tahun 2005 persentase pemuda laki-laki yang buta huruf sebesar 1,33 persen, sedikit mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 1,29 persen dan pada tahun 2009 menjadi 0,72 persen. Demikian pula halnya dengan pemuda perempuan pada tahun 2005 sebesar 1,78 persen, pada tahun 2007 turun menjadi sebesar 1,73 persen dan pada tahun 2009 menjadi 1,08 persen. Pada Tabel 4.2.1 juga terlihat bahwa persentase pemuda perempuan yang buta huruf lebih tinggi dibandingkan pemuda lakilaki. Kondisi ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Tabel 4.2.1 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2005, 2007 dan 2009
Tipe Daerah
(1)
2005
L
(2)
2007
L+P
(4)
2009
L+P
(7)
P
(3)
L
(5)
P
(6)
L
(8)
P
(9)
L+P
(10)
Perkotaan (K)
0,52
45
Umur pemuda merupakan salah satu faktor yang juga turut mempengaruhi pola angka buta huruf pemuda. Seperti yang terlihat pada Tabel 4.2.2, angka buta huruf pemuda cenderung semakin meningkat sejalan dengan semakin meningkatnya umur pemuda. Angka buta huruf pemuda pada kelompok umur 16-18 tahun adalah sebesar 0,36 persen, kelompok umur 19-24 tahun sebesar 0,68 persen dan pada kelompok umur 25-30 tahun sebesar 1,39 persen. Kecenderungan semakin meningkatnya angka buta huruf pemuda pada usia yang semakin tinggi ini terjadi di daerah perkotaan maupun perdesaan serta untuk pemuda laki-laki maupun pemuda perempuan. Tabel 4.2.2 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2009
Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
(1)
19-24
(3)
25-30
(4)
16-30
(5)
Perkotaan (K) Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan (D) Laki-laki Perempuan L+P K+D Laki-laki Perempuan L+P
46
4.3 Rata-rata Lama Sekolah Salah satu indikator tunggal lainnya untuk menggambarkan tingkat pendidikan masyarakat adalah rata-rata lama sekolah. Ratarata lama sekolah merupakan cerminan tingkat pendidikan penduduk secara keseluruhan. Rata-rata lama sekolah (mean years of schooling) merupakan indikator yang menunjukkan rata-rata jumlah tahun efektif untuk bersekolah yang dicapai penduduk. Jumlah tahun efektif adalah jumlah tahun standar yang harus dijalani oleh seseorang untuk menamatkan suatu jenjang pendidikan, misalnya tamat SD adalah 6 tahun, tamat SMP adalah 9 tahun dan seterusnya. Perhitungan lama sekolah dilakukan tanpa memperhatikan apakah seseorang menamatkan sekolah lebih cepat atau lebih lama dari waktu yang telah ditetapkan. Rata-rata lama sekolah merupakan indikator pendidikan yang diformulasikan oleh UNDP pada tahun 1990 untuk penyusunan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Sesuai dengan target pemerintah melalui program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan sejak tahun 1994, rata-rata lama sekolah penduduk diharapkan dapat mencapai sebesar 9 tahun (pendidikan dasar), yaitu minimal tamat jenjang pendidikan dasar atau tamat SMP. Pencapaian sasaran tersebut untuk para pemuda secara umum pada tahun 2009 dapat dikatakan telah mencapai hasil sesuai yang diharapkan. Berdasarkan Tabel 4.3.1 dapat diketahui bahwa secara nasional rata-rata lama sekolah pemuda telah mencapai 9,41 tahun. Angka ini mengandung arti bahwa rata-rata pendidikan yang telah dicapai para pemuda hingga tahun 2009 adalah tamat SMP. Dengan kata lain, program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah secara umum telah berhasil dituntaskan oleh pemuda pada tahun 2009.
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
47
Akan tetapi bila dirinci menurut tipe daerah, pemerataan pendidikan belum sepenuhnya dapat dirasakan oleh semua pemuda. Ternyata hanya pemuda di daerah perkotaan saja yang telah berhasil melampaui sasaran program wajib belajar 9 tahun. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah pemuda di daerah perkotaan yang mencapai 10,50 tahun (Tabel 4.3.1). Sebaliknya, bagi pemuda di perdesaan masih belum mencapai hasil yang diharapkan karena rata-rata lama sekolah pemuda perdesaan baru mencapai 8,26 tahun. Sejalan dengan kenyataan itu, program wajib belajar 9 tahun seyogyanya lebih difokuskan pada masyarakat yang tinggal di daerah perdesaan termasuk juga para pemudanya. Tabel 4.3.1 Rata- Rata Lama Sekolah (dalam tahun) Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Jenis Kelamin Tipe Daerah Laki-laki
(1) (2)
Perempuan
(3)
Laki-laki+ Perempuan
(4)
Faktor lain yang juga harus diperhatikan dalam pemerataan pendidikan adalah kesetaraan jender. Hal ini diperlukan karena masih adanya perbedaan rata-rata lama sekolah antara pemuda lakilaki dengan pemuda perempuan meskipun perbedaannya relatif
48
kecil, seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.3.1 Rata-rata lama sekolah untuk pemuda laki-laki yang mencapai 9,42 tahun masih lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan yang hanya mencapai 9,40 tahun. Kondisi tersebut terjadi terutama di daerah perdesaan. Di daerah perdesaan rata-rata lama sekolah untuk lakilaki sebesar 8,29 tahun dan perempuan sebesar 8,22 tahun. Sebaliknya rata-rata lama sekolah pemuda laki-laki di perkotaan mencapai 10,49 tahun dan perempuan sebesar 10,52 tahun.
4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Daya saing sebuah bangsa tidak bisa dipisahkan dari mutu dan kualitas SDM nya. Pemuda merupakan kelompok usia produktif yang merupakan komponen modal dasar pembangunan bangsa. Modal dasar yang berkualitas menjadi tujuan utama pembangunan seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Gambaran kualitas SDM Indonesia dapat dilihat dari pendidikan yang ditamatkan seperti yang disajikan pada Tabel 4.4.1. Pada Tabel 4.4.1 ditampilkan bahwa persentase pemuda yang menamatkan jenjang SMP/sederajat, SM/sederajat dan PT berturut-turut adalah sebesar 31,19 persen, 30,93 persen dan 6,18 persen. Sementara itu, persentase pemuda yang
persentasenya
masih cukup besar (23,93 persen) dan yang belum tamat SD dan
49
tidak/belum sekolah masing-masing persentasenya sebesar 6,51 persen dan 1,25 persen. Fenomena ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang berhasil diselesaikan pemuda masih rendah.
Tabel 4.4.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Jenjang Pendidikan Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
(1)
SD/ Sederajat
(4)
SMP/ Sederajat
(5)
SM/ Sederajat
(6)
Jumlah
PT
(7) (8)
Perkotaan (K) Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan (D) Laki-laki Perempuan L+P K+D Laki-laki Perempuan L+P
42,90
8,01
Tabel 4.4.1 juga menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan pemuda perkotaan lebih tinggi dibandingkan pemuda perdesaan. Persentase pemuda yang menamatkan jenjang pendidikan dasar (SD/sederajat dan SMP/sederajat) di daerah perdesaan lebih tinggi
50
dibandingkan daerah perkotaan. Pola sebaliknya terjadi pada jenjang pendidikan menengah ke atas. Kondisi ini sekaligus menunjukan terjadinya urbanisasi pemuda dalam rangka mencari kehidupan yang lebih baik (bekerja maupun sekolah di perkotaan) Dilihat sebarannya menurut jender, tingkat pendidikan yang berhasil ditamatkan pemuda perempuan hingga jenjang
SMP/sederajat lebih tinggi dari pemuda laki-laki, namun pada jenjang SM/sederajat keatas pemuda laki-laki lebih tinggi
dibandingkan pemuda perempuan, dan pada jenjang PT pemuda perempuan lebih tinggi dibanding pemuda laki-laki.
51
Ketenagakerjaan
Penduduk dipandang dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu negara. Namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang berusia kerjalah yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Penggolongan usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun atau lebih. Angkatan kerja terdiri dari penduduk yang bekerja dan pengangguran. Pengangguran meliputi penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja, tetapi belum mulai bekerja. Sedangkan bukan angkatan kerja terdiri dari penduduk yang pada periode rujukan tidak mempunyai/melakukan aktivitas ekonomi, baik karena sekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan yang lain). Pembahasan mengenai ketenagakerjaan ini menarik karena beberapa alasan. Pertama, dapat dilihat berapa besar jumlah penduduk yang bekerja. Kedua, dapat diketahui jumlah
52
pengangguran dan pencari kerja. Ketiga, apabila dilihat dari segi pendidikan maka hal ini akan mencerminkan kualitas tenaga kerja. Keempat, dilihat dari statusnya dapat diperoleh berapa jumlah penduduk yang bekerja di sektor formal yang jaminan sosialnya baik, dan berapa yang bekerja di sektor informal. Kelima, informasi karakteristik dan kualitas tenaga kerja berguna sebagai dasar pengembangan kebijakan ketenagakerjaan, terutama perluasan kesempatan kerja dan peningkatan kualitas SDM yang diharapkan dapat meminimalkan angka pengangguran. Hal ini penting karena tingginya angka pengangguran akan menimbulkan konsekuensi negatif misalnya meningkatnya kriminalitas. Untuk itu diperlukan perencanaan yang matang dalam pembangunan di bidang
ketenagakerjaan. Perencanaan dan pembangunan di bidang ketenagakerjaan tidak dapat terlepas dari isu tentang pemuda karena pemuda merupakan kelompok yang penting dan mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi. Pemuda merupakan kelompok sumber daya manusia (SDM) yang paling potensial dibandingkan dengan kelompok penduduk lainnya. Sumber daya pemuda merupakan komponen cukup besar dari populasi penduduk secara keseluruhan. Hal tersebut sekaligus merefleksikan gambaran kuantitatif potensi sumber daya pemuda. Tingkat produktivitas sumber daya pemuda secara umum lebih tinggi dari kelompok penduduk lainnya. Ini merupakan potensi lain yang dimiliki sumber daya pemuda. Sebagian besar penduduk yang berusia di bawah usia pemuda (usia 15 tahun) umumnya masih bersekolah. Walaupun ada yang memasuki angkatan kerja namun karena faktor usia yang masih terlampau muda, ketrampilan
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
53
dan pengalaman yang mereka miliki masih sangat terbatas sehingga produktivitasnya cenderung rendah. Sementara itu, penduduk yang lebih tua dari pemuda (usia 30 tahun) mencakup lansia, umumnya memiliki kemampuan fisik maupun mental yang semakin berkurang karena faktor usia. Sejalan dengan kenyataan di atas, arah dan kebijakan pembangunan ketenagakerjaan khususnya upaya perluasan
kesempatan kerja dan penciptaan lapangan pekerjaan baru seyogyanya lebih diprioritaskan pada upaya pemberdayaan pemuda. Hal ini sejalan dengan peranan sumber daya pemuda sebagai tenaga pelaksana pembangunan yang turut menentukan langkah dan keberhasilan pembangunan. Kondisi dan situasi ketenagakerjaan pemuda yang dibahas pada bagian ini meliputi jenis kegiatan utama, partisipasi pemuda dalam angkatan kerja, lapangan usaha, kualitas pekerja, status pekerjaan, jam kerja dan tingkat pengangguran. Hasil pembahasan pada bagian ini secara keseluruhan akan dapat memberikan gambaran secara makro mengenai potensi, peranan dan kontribusi pemuda dalam kegiatan pembangunan ekonomi.
5.1 Pemuda menurut Jenis Kegiatan Berdasarkan kegiatan sehari-harinya, penduduk usia kerja termasuk juga pemuda secara keseluruhan diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan kelompok penduduk usia kerja yang aktif melakukan kegiatan ekonomi, mencakup mereka yang melakukan kegiatan bekerja/berusaha dan mereka yang aktif mencari
54
pekerjaan/usaha. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja mencakup mereka yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga dan mereka yang melakukan kegiatan lainnya yang tidak tergolong sebagai kegiatan bekerja, mencari pekerjaan, sekolah dan mengurus rumah tangga. Tabel 5.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenis Kegiatan, 2009
Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
(1)
Lainnya
(6)
Jumlah
(7)
Perkotaan (K) Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan (D) Laki-laki Perempuan L+P K+D Laki-laki Perempuan L+P
Berdasarkan
hasil
Survei
Angkatan
Kerja
Nasional
(Sakernas) Agustus 2009, separuh lebih (52,61 persen) pemuda bekerja, sekitar 10,07 persen menganggur/sedang mencari kerja, 17,95 persen memiliki kegiatan mengurus rumah tangga, 15,74
55
persen memiliki kegiatan sekolah dan 3,62 persen memiliki kegiatan lainnya. Dilihat menurut jenis kelamin, persentase pemuda laki-laki yang bekerja (65,56 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (39,72 persen. Kondisi ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Bahkan di daerah perdesaan pemuda laki-laki yang bekerja (70,85 persen) hampir dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan pemuda perempuan (38,69 persen). Pola yang serupa terjadi pada pemuda dengan kegiatan mencari pekerjaan/
menganggur, sekolah dan lainnya (Tabel 5.1). Perentase pemuda perempuan yang kegiatan seminggu yang lalunya mengurus rumah tangga (34,44 persen) lebih tinggi dibandingkan pemuda laki-laki (1,40 persen). Pola ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan.
5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda Indikator dasar yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat partisipasi pemuda dalam angkatan kerja adalah TPAK pemuda yang merupakan persentase jumlah angkatan kerja pemuda terhadap jumlah pemuda secara keseluruhan. Angkatan kerja pemuda adalah pemuda yang bekerja dan yang mencari pekerjaan. TPAK pemuda juga merupakan indikator yang dapat digunakan untuk melihat gambaran secara umum mengenai peranan dan kontribusi pemuda dalam kegiatan ekonomi. Pada tahun 2009 nampak bahwa penduduk pemuda yang terlibat kegiatan ekonomi relatif cukup besar. Hal ini tercermin dari TPAK pemuda sebesar 62,69 persen, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.1. Bila dilihat menurut jenis kelamin, terdapat perbedaan
56
TPAK yang cukup jauh antara pemuda laki laki-laki dan perempuan, dimana TPAK pemuda laki-laki sebesar 77,46 persen dan TPAK laki pemuda perempuan sebesar 47,98 persen. Pola yang serupa terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Gambar 5.1 TPAK Penduduk Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
90
73.68
80.71
75 60 45 30 15 0
50.77
62.09
45.49
Perkotaan
Laki-laki
Perdesaan
Perempuan
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki+Perempuan
TPAK pemuda pada masing masing-masing provinsi bervariasi dengan persentase berkisar antara 55,52 55,5272,58 persen, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran Tabel 5.2 tiga provinsi yang memiliki TPAK pemuda tertinggi berturut berturut-turut adalah Provinsi Bali (72,58 persen), Papua (71,40 persen) dan Kalimantan Barat (69,72 persen). Sementara itu, tiga provinsi yang memiliki TPAK pemuda terendah berturut-turut adalah Aceh (55,52 persen), Ria (56,45 turut Riau persen) dan Sumatera Barat (57,29 persen). Di daerah perkotaan, TPAK pemuda pada masing-masing provinsi berkisar antara 50,63 masing 50,63
57
5.3 Pemuda Bekerja menurut Lapangan Usaha Komposisi pemuda yang bekerja menurut lapangan usaha mencerminkan struktur perekonomian dan potensi sektor
perekonomian dalam menyerap tenaga kerja pemuda. Informasi tersebut juga dapat memberikan gambaran kasar mengenai kualitas sumber daya pemuda terutama tingkat ketrampilan yang dikuasai. Semakin tinggi ketrampilan yang dikuasai para pemuda, semakin tinggi minat mereka untuk bekerja di luar sektor pertanian yang menghasilkan upah/gaji lebih tinggi, dan sebaliknya. Tabel 5.3.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, 2009
Lapangan Usaha
(1)
Perkotaan
(2)
Perdesaan
(3)
Perkotaan+ Perdesaan
(4)
Pertanian Pertambangan & galian Industri Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Transportasi & Komunikasi Keuangan Jasa Jumlah
6,83 0,73 22,44 0,35 5,63 31,41 8,65 3,38 20,59 100,00
53,68 1,71 11,91 0,12 5,17 13,43 4,79 0,63 8,57 100,00
32,87 1,28 16,59 0,22 5,37 21,42 6,50 1,85 13,91 100,00
58
Pada Tabel 5.3.1 disajikan persentase pemuda yang bekerja menurut lapangan usaha dan tipe daerah. Sektor/lapangan usaha pertanian ternyata masih mendominasi penyerapan tenaga kerja pemuda. Hal ini dapat dilihat dari hasil Sakernas 2009, dimana dari keseluruhan pemuda yang bekerja, hampir sepertiga (32,87 persen) bekerja pada lapangan usaha pertanian. Kemudian diikuti sektor perdagangan 21,42 persen dan sektor industri 16,59 persen. Sementara itu sektor jasa, sektor transportasi dan sektor konstruksi masing-masing menyerap tenaga kerja pemuda sebesar 13,91 persen, 6,50 persen, dan 5,37 persen. Adapun sektor keuangan, sektor pertambangan dan galian dan sektor listrik, gas dan air masing-masing hanya menyerap tenaga kerja pemuda sebesar 1,85 persen, 1,28 persen dan 0,22 persen. Pada Tabel 5.3.1 juga ditunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola struktur lapangan usaha penduduk pemuda di daerah perkotaan dengan perdesaan. Di daerah perkotaan, mayoritas pemuda bekerja di sektor perdagangan (31,41 persen), diikuti sektor industri (22,44 persen) dan sektor jasa (20,59 persen). Sementara itu, di daerah perdesaan lebih dari separuh pemuda yang bekerja berada di sektor pertanian (53,68 persen), kemudian sektor perdagangan 13,43 persen dan sektor industri 11,91 persen. Kualitas pemuda yang bekerja juga dapat dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi kualitas pemuda yang bekerja, yang akan
mempengaruhi kedudukan serta upah/gaji yang lebih tinggi. Pada Tabel 5.3.2 disajikan persentase pemuda yang bekerja menurut tingkat pendidikan dan tipe daerah. Hampir sepertiga pemuda yang
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
59
bekerja berpendidikan tamat SM/sederajat (30,88 persen), kemudian yang tamat SMP/sederajat sebesar 27,15 persen dan tamat SD/sederajat sebesar 24,78 persen. Sedangkan pemuda yang bekerja dan tamat Akademi/PT sebesar 7,38 persen. Tabel 5.3.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2009
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
(1)
Perkotaan
(2)
Perdesaan
(3)
Perkotaan+ Perdesaan
(4)
Tdk/Blm Pernah sekolah Tidak Tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SM/sederajat Akademi/PT Jumlah
Jika dilihat menurut tipe daerah, ada perbedaan pola pendidikan tenaga kerja pemuda di daerah perkotaan dan perdesaan. Pemuda perkotaan yang bekerja memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan pemuda perdesaan yang bekerja. Di daerah perkotaan, tenaga kerja pemuda hampir separuhnya memiliki pendidikan tamat SM/sederajat (44,10 persen), kemudian yang tamat SMP/sederajat (24,32 persen), tamat
SD/sederajat (14,97 persen) dan tamat Akademi/PT (12,34 persen). Sementara itu tenaga kerja pemuda di daerah perdesaan didominasi oleh tamatan SD/sederajat (32,63 persen), diikuti tamat
60
SMP/sederajat (29,40 persen), tamat SM/sederajat (20,31 persen), dan tidak tamat SD (12,09 persen). Sedangkan tenaga kerja pemuda perdesaan yang tamat Akademi/PT dan tidak/belum pernah sekolah masing-masing sebesar 3,42 persen dan 2,15 persen. Kondisi ini sejalan dengan lapangan usaha pemuda yang bekerja. Separuh lebih pemuda yang bekerja di daerah perdesaan berada pada lapangan usaha pertanian dimana dalam memasuki sektor ini tidak memiliki persyaratan khususnya pendidikan.
5.4 Pemuda Bekerja menurut Status Pekerjaan Jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan disebut
sebagai status pekerjaan. Pada Tabel 5.4 disajikan persentase pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan. Sepertiga lebih pemuda yang bekerja memiliki status sebagai buruh/karyawan/ pegawai (38,04 persen), kemudian sebagai pekerja tidak
dibayar/pekerja keluarga sebesar 23,19 persen, berusaha sendiri sebesar 16,09 persen, dan berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar sebesar 10,35 persen. Sementara itu, pemuda yang bekerja dengan status pekerjaan lainnya masih dibawah 10 persen yaitu berturut-turut sebagai pekerja bebas non pertanian (6,21 persen), pekerja bebas pertanian (4,76 persen), dan berusaha dibantu buruh tetap (1,34 persen). Banyaknya pemuda yang bekerja sebagai buruh/karyawan/ pegawai terlihat jelas di daerah perkotaan. Dari total pemuda di daerah perkotaan yang bekerja, lebih dari separuhnya (58,38 persen) bekerja sebagai buruh/karyawan/pegawai, diikuti berusaha sendiri sebesar 17,42 persen dan pekerja keluarga sebesar 9,78 persen. Sementara itu di daerah perdesaan, sepertiga pemuda
61
bekerja sebagai pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar (33,91 persen), diikuti buruh/karyawan/pegawai sebesar 21,79 persen, berusaha sendiri sebesar 15,03 persen, dan berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar sebesar 14,05 persen. Tabel 5.4 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2009
Status Pekerjaan
(1)
Perkotaan
(2)
Perdesaan
(3)
Perkotaan+ Perdesaan
(4)
Berusaha Sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tidak dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Buruh/karyawan/pegawai Pekerja bebas pertanian Pekerja bebas non pertanian Pekerja keluarga/ tak dibayar Jumlah
5.5 Pemuda Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Produktivitas seseorang dalam bekerja salah satunya dapat dilihat melalui jumlah jam kerja. Jumlah jam kerja normal sesuai standard yang ditentukan International Labour Organization (ILO) adalah 35 jam selama seminggu. Pada Tabel 5.5 terlihat bahwa lebih
62
dari dua pertiga pemuda yang bekerja (70,20 persen) memiliki jam kerja penuh atau jumlah jam kerja minimal 35 jam selama seminggu. Sementara itu, pemuda yang bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah normal yaitu antara 15-34 jam seminggu sebesar 22,38 persen dan mereka yang bekerja dengan jumlah jam kerja 114 jam sebesar 5,76 persen. Tabel 5.5 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu Terakhir dan Tipe Daerah, 2009
Jumlah Jam Kerja
(1)
Perkotaan
(2)
Perdesaan
(3)
Perkotaan+ Perdesaan
(4)
0* 1 14 15 34 35+ Jumlah
Jika dirinci menurut tipe daerah, persentase pemuda yang bekerja dengan jam kerja penuh (minimal 35 jam selama seminggu) di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan perdesaan (83,65 persen berbanding 59,45 persen). Hal ini sesuai dengan sektor dominan di perdesaan adalah pertanian yang tidak mempunyai target waktu kerja per hari seperti sektor formal (jasa dan industri).
63
5.6 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda Pengangguran merupakan akibat dari ketidakmampuan lapangan kerja menyerap angkatan kerja yang tersedia. Hal tersebut dikarenakan terbatasnya lapangan pekerjaan, ketidaksesuaian
kualifikasi pencari kerja dengan kebutuhan, dan jumlah pencari kerja yang terus meningkat. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah indikator ekonomi makro yang digunakan untuk melihat tingkat perekonomian suatu negara. Indikator ini merupakan persentase antara banyaknya pemuda penganggur (mencari kerja, sedang mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena tak mungkin mendapatkan pekerjaan termasuk putus asa, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja) terhadap jumlah pemuda angkatan kerja. Pada Tabel 5.6.1 disajikan TPT pemuda tahun 2009 yang dirinci menurut jenis kelamin dan tipe daerah. Dari tabel tersebut tercatat bahwa tingkat pengangguran pemuda di Indonesia sebesar 10,07 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata dari setiap 100 orang pemuda angkatan kerja, sebanyak 10 pemuda diantaranya belum mempunyai pekerjaan.
64
Tabel 5.6.1 TPT Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Tipe Daerah, 2009
Jenis Kelamin
(1)
Perkotaan
(2)
Perdesaan
(3)
Perkotaan+ Perdesaan
(4)
Bila dilihat menurut jenis kelamin, ternyata TPT pemuda lakilaki lebih tinggi dibanding TPT pemuda perempuan (11,89 persen dibanding 8,26 persen). Pola yang serupa terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Tabel 5.6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2009
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
(1)
Perkotaan
(2)
Perdesaan
(3)
Perkotaan+ Perdesaan
(4)
Tdk/Blm Pernah Sekolah Tidak Tamat SD SD/sederajat SMP/sederajat SM/sederajat Akademi/PT Jumlah
65
Bila dilihat menurut tipe daerah, TPT pemuda di perkotaan cenderung lebih tinggi daripada TPT pemuda di perdesaan. TPT pemuda daerah perkotaan sebesar 12,06 persen, lebih tinggi dibandingkan TPT pemuda daerah perdesaan yang hanya sebesar 8,34 persen. TPT pemuda perkotaan yang lebih tinggi disinyalir erat kaitannya dengan sifat pekerjaan di perkotaan yang lebih kompleks dibandingkan dengan daerah perdesaan. Pekerjaan yang tersedia di perkotaan pada umumnya membutuhkan pekerja dengan
ketrampilan dan kualifikasi pendidikan tertentu. Sedangkan daerah perdesaan umumnya jenis pekerjaan yang tersedia adalah pekerjaan informal sehingga cenderung lebih mudah bagi pemuda perdesaan mendapatkan pekerjaan daripada pemuda perkotaan. Pada Tabel 5.6.2 disajikan TPT pemuda yang dirinci menurut tingkat pendidikan dan tipe daerah. Dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, ternyata TPT pemuda dengan pendidikan tamat akademi/PT menduduki tingkat teratas sebesar 18,72, diikuti TPT pemuda berpendidikan tamat SM/sederajat sebesar 15,35, dan tamat SD/sederajat sebesar 7,22 persen. Pola yang sama terjadi untuk daerah perdesaan, dimana TPT tertinggi terletak pada pemuda dengan pendidikan tamat akademi/PT sebesar 19,33 persen, diikuti tamat SM/sederajat 15,52 persen, tamat SD/sederajat sebesar 6,30 persen, dan tamat SMP/sederajat sebesar 6,24 persen. Untuk daerah perkotaan, TPT tertinggi juga terletak pada pemuda dengan pendidikan tamat akademi/PT yaitu sebesar 18,51 persen, diikuti oleh tamat SM/sederajat sebesar 15,26 persen, tidak tamat SD sebesar 9,88 persen dan tamat SD/sederajat sebesar 9,63 persen. TPT pemuda menurut provinsi disajikan pada Lampiran Tabel 5.7.15.7.3. TPT pemuda menurut provinsi berkisar antara 4,91
66
15,29, dimana TPT tertinggi terjadi di Provinsi Banten sebesar 15,29 persen, diikuti Provinsi Jawa Barat dan Sulawesi Utara masingmasing sebesar 13,53 persen dan 13,49 persen. Sedangkan provinsi dengan TPT terendah adalah Sulawesi Barat sebesar 4,91 persen, diikuti Bali sebesar 5,22 persen dan Nusa Tenggara Timur sebesar 5,31 persen. Distribusi TPT pemuda perkotaan menurut provinsi berkisar antara 6,0117,43 dimana TPT tertinggi terjadi di Provinsi Papua Barat sebesar 17,43 persen, diikuti Provinsi Sulawesi Utara sebesar 15,72 persen dan Maluku sebesar 15,12 persen. Sedangkan provinsi dengan TPT terendah adalah Bali sebesar 6,01 persen, diikuti Sulawesi Barat sebesar 6,02 persen dan Jambi sebesar 8,46 persen. Sementara itu distribusi TPT pemuda perdesaan menurut provinsi berkisar antara 3,9216,54 dimana TPT tertinggi terjadi di Provinsi Banten sebesar 16,54 persen, diikuti Provinsi Jawa Barat sebesar 12,97 persen dan Sulawesi Utara sebesar 11,94 persen. Sedangkan provinsi dengan TPT terendah adalah Papua sebesar 3,92 persen, diikuti Nusa Tenggara Timur sebesar 4,03 persen dan Kalimantan Tengah sebesar 4,09 persen.
67
Kesehatan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan merupakan upaya memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan UndangUndang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang antara lain diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam pengukuran IPM, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dibutuhkan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit ke paradigma sehat, sejalan dengan visi Indonesia Sehat 2010. Setiap kegiatan dalam upaya memelihara kesehatan dan meningkatkan berdasarkan derajat prinsip kesehatan non masyarakat dilaksanakan dan
disrikriminatif,
partisipatif
68
Indonesia yang berkualitas. Indonesia memang telah mengalami kemajuan dalam meningkatkan kualitas kesehatan penduduk. Namun demikian masalah dan tantangan baru muncul sebagai akibat perubahan sosial ekonomi. Permasalahan tersebut antara lain adalah disparitas status kesehatan antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan yang masih cukup tinggi. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut sasaran pembangunan kesehatan pada tahun 2004-2009 (RPJM 2004-2009) adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi terutama pembangunan
kesehatan bagi pemuda untuk menciptakan sumber daya manusia pemuda yang berkualitas. Kualitas kesehatan pemuda umumnya tercermin dari status atau derajat kesehatan yang biasanya dilihat melalui berbagai indikator kesehatan seperti angka kesakitan (morbidity rate) dan rata-rata lama sakit. Angka kesakitan dan rata-rata lama sakit merupakan indikator kesehatan negatif yang artinya semakin tinggi angka kedua indikator tersebut menunjukkan kualitas kesehatan yang semakin memburuk. Indikator lain yang juga biasa digunakan untuk melihat status atau derajat kesehatan adalah indikator perilaku hidup sehat antara lain pola makan, kebiasaan berobat, cara berobat, kebiasaan merokok dan kebiasaan melakukan kegiatan fisik atau olahraga. Pada bab ini akan dibahas beberapa indikator kesehatan dalam rangka memperoleh gambaran secara rinci mengenai kualitas kesehatan pemuda seperti keluhan kesehatan, angka kesakitan (morbidity rate), rata-rata lama sakit, dan cara berobat
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
69
6.1 Keluhan Kesehatan Hidup sehat merupakan keinginan semua orang dengan tidak mengenal usia, baik orang tua maupun anak-anak, demikian halnya dengan generasi muda. Generasi muda sebagai modal utama sekaligus juga sebagai motor utama penggerak pembangunan seharusnya adalah sosok yang sehat. Sehat yang dimaksud bukan hanya sekedar sehat secara jasmani, tetapi juga sehat secara mental, baik intrapersonal maupun sosial. Hal tersebut mutlak diperlukan supaya pemuda dapat secara proaktif mengembangkan diri dalam mengelola berbagai sumber daya pembangunan untuk kepentingan masyarakat dan negara. Perilaku hidup yang tidak sehat dapat memicu seseorang mengalami gangguan atau mempunyai keluhan kesehatan yang pada akhirnya dapat mengganggu aktivitas seseorang. Pada bahasan ini keluhan kesehatan didefinisikan sebagai keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan, kriminalitas atau hal lain. Secara umum, jumlah kejadian keluhan kesehatan yang dialami penduduk pada dasarnya merupakan salah satu indikasi pola perilaku tidak sehat penduduk, antara lain adalah faktor kekurangpedulian dalam menjaga kesehatan, kebugaran tubuh dan faktor keengganan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Dari data Susenas 2009 seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.1, sekitar 24,41 persen dari keseluruhan populasi pemuda mengalami keluhan kesehatan selama sebulan terakhir. Dilihat menurut tipe daerah, tampak bahwa pemuda di daerah perdesaan yang mengalami keluhan kesehatan persentasenya lebih tinggi jika
70
dibandingkan dengan pemuda perkotaan (25,01 persen berbanding 23,84 persen). Dilihat menurut jenis kelamin, persentase pemuda perempuan yang mengalami keluhan lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda laki-laki (25,96 persen berbanding 22,82 persen), pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun daerah perdesaan. Tabel 6.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Tipe Daerah
(1)
Laki-laki
(2)
Perempuan
(3)
Laki-laki+ Perempuan
(4)
Persentase pemuda yang mengalami keluhan kesehatan untuk setiap provinsi disajikan pada Lampiran Tabel 6.1. Pemuda yang mengalami keluhan kesehatan pada masing-masing provinsi persentasenya bervariasi antara 18,92 38,02 persen. Provinsi dengan persentase pemuda yang mengalami keluhan kesehatan paling tinggi berturut-turut adalah Provinsi Gorontalo (38,02 persen), Nusa Tenggara Timur (37,01 persen) dan DI. Yogyakarta (33,17 persen). Sebaliknya provinsi dengan persentase pemuda yang mengalami keluhan kesehatan paling sedikit adalah Provinsi Jambi
71
(18,92 persen), Maluku Utara (19,59 persen) dan Kalimantan Timur (19,76 persen).
6.2 Jenis Keluhan Kesehatan Menurunnya kondisi kesehatan atau daya tahan tubuh selain dapat menggganggu aktivitas sehari-hari juga dapat mengganggu produktivitas kerja, yang pada akhirnya dapat pula mengganggu kinerja secara keseluruhan. Seperti diketahui, seseorang dapat mengalami keluhan kesehatan lebih dari satu jenis, baik dalam waktu yang bersamaan maupun waktu yang berbeda selama satu bulan terakhir. Pada Tabel 6.2.1 disajikan gambaran berbagai jenis keluhan kesehatan yang sering dirasakan oleh pemuda selama satu bulan terakhir. Tabel 6.2.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenis Keluhan, 2009
Tipe Daerah/ Jenis Kelamin
(1)
Jenis Keluhan
Panas Batuk
(2) (3)
Pilek
(4)
Asma/ Sakit Diare/ Napas Kepala Sakit Buang Sesak/ BerGigi Air Cepat ulang
(5) (6) (7) (8)
Lainnya
(9)
Perkotaan (K) Laki-laki Perempuan L+P Perdesaan (D) Laki-laki Perempuan L+P
72
Keluhan kesehatan yang paling banyak dirasakan oleh para pemuda adalah pilek, batuk dan panas dengan persentase masingmasing sebesar 11,99 persen, 11,68 persen dan 8,84 persen. Pola jenis keluhan kesehatan serupa juga ditemukan baik di perkotaan maupun perdesaan serta pemuda laki-laki maupun perempuan. Dilihat menurut tipe daerah, persentase pemuda di perdesaan yang mengalami keluhan kesehatan pada setiap jenis keluhan cenderung lebih tinggi dari rekan mereka di perkotaan, kecuali keluhan batuk dan pilek. Pemuda yang mengalami keluhan batuk dalam satu bulan terakhir di perkotaan sebanyak 12,22 persen dan pemuda di perdesaan sebanyak 11,10 persen, dan untuk keluhan pilek, pemuda di perkotaan sebanyak 12,54 persen, sedangkan pemuda di perdesaan sebanyak 11,41 persen. Tabel 6.2.2 Proporsi Pemuda yang Sakit menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Tipe Daerah
(1)
Laki-laki
(2)
Perempuan
(3)
Laki-laki+ Perempuan
(4)
73
Seseorang dikatakan sakit apabila keluhan kesehatan yang dialami mengakibatkan terganggunya kegiatan sehari-hari seperti bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga atau kegiatan lainnya. Demikian halnya dengan pemuda yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu aktivitas sehari-harinya. Semakin tinggi proporsi pemuda yang sakit terhadap populasi pemuda,
menunjukkan derajat kesehatan penduduk yang semakin buruk. Hasil Susenas 2009 seperti yang disajikan pada Tabel 6.2.2 ada sebanyak 12,70 persen pemuda menderita sakit. Bila diperhatikan menurut jenis kelamin, proporsi pemuda perempuan yang sakit tercatat lebih tinggi dari pemuda laki-laki (13,07 persen berbanding 12,33 persen). Pola yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Proporsi pemuda yang sakit di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda di perkotaan (13,83 persen
berbanding 11,64 persen). Hal ini terlihat secara keseluruhan untuk pemuda laki-laki maupun pemuda perempuan. Pemuda laki-laki yang sakit di perdesaan tercatat sebesar 13,27 persen dan di perkotaan sebesar 11,44 persen. Sementara persentase pemuda perempuan yang sakit di perdesaan tercatat sebesar 14,38 persen dan di perkotaan sebesar 11,84 persen.
6.3 Lama Sakit Indikator lama sakit menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang dialami pemuda, menjadi petunjuk seberapa kuat daya tahan tubuh terhadap berbagai serangan penyakit, dan juga dapat menggambarkan besarnya kerugian yang dialami pemuda karena penyakit yang diderita. Semakin besar nilai indikator ini
74
semakin tinggi tingkat intensitas penyakit yang diderita pemuda dan semakin besar kerugian yang dialami. Pada Tabel 6.3.1 dari keseluruhan pemuda yang mengalami sakit, sebanyak 57,81 persen diantaranya menderita sakit selama 1-3 hari, kemudian sebanyak 32,03 persen menderita sakit selama 4-7 hari serta selebihnya adalah pemuda yang menderita sakit lebih dari 7 hari. Data tersebut memberikan gambaran bahwa dari keseluruhan pemuda yang sakit, sebagian besar mengalami sakit yang tidak begitu berat sehingga perlu sedikit waktu untuk penyembuhannya. Tabel 6.3.1 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Tipe Daerah, 2009
Lamanya Sakit (dalam hari)
(1)
Perkotaan
(2)
Perdesaan
(3)
Perkotaan+ Perdesaan
(4)
13 47 8 14 15 21 22 30 Jumlah
Pola yang sama berlaku baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Satu hal yang menarik adalah adanya suatu pola yang menunjukkan kecenderungan lama sakit pemuda di perdesaan lebih lama daripada di perkotaan. Kondisi ini terlihat dari persentase
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
75
lamanya sakit lebih dari satu minggu (Tabel 6.3.1). Hal ini kemungkinan disebabkan pemuda di perkotaan lebih peduli dan lebih mengerti mengenai kesehatan dan didukung pula oleh ketersediaan sarana kesehatan yang lebih mudah dijumpai di daerah perkotaan. Tabel 6.3.2 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Jenis Kelamin, 2009
Lamanya Sakit (dalam hari)
(1)
Laki-laki
(2)
Perempuan
(3)
Laki-laki + Perempuan
(4)
13 47 8 14 15 21 22 30 Jumlah
Jika dibandingkan menurut jenis kelamin seperti yang ditampilkan pada Tabel 6.3.2, bahwa secara umum pemuda perempuan yang menderita sakit lebih banyak dibanding pemuda laki-laki, seperti pada kelompok lama sakit 1-3 hari pemuda perempuan yang menderita sakit persentasenya sebesar 59,22 persen sedangkan pemuda laki-laki sebesar 56,28 persen. Kondisi ini secara tidak langsung mencerminkan bahwa pemuda
perempuan lebih rentan terhadap gangguan berbagai penyakit dibandingkan dengan pemuda laki-laki. Pada kelompok lama sakit
76
4 hari atau lebih, persentase pemuda laki-laki sedikit lebih tinggi dibanding pemuda perempuan. Persentase pemuda laki-laki yang menderita sakit pada kelompok lama sakit 4-7 hari sebesar 32,82 persen dan yang lama sakitnya lebih dari 7 hari persentasenya berkisar 2,61-5,04 persen. Sementara untuk pemuda perempuan pada kelompok lama sakit 4-7 hari sebesar 31,29 persen dan yang lama sakitnya lebih dari 7 hari persentasenya berkisar 2,24-4,84 persen.
6.4 Kebiasaan Berobat Kesehatan adalah hal yang paling berharga bagi manusia, karena banyak sekali kerugian yang didapat jika tubuh dalam kondisi tidak sehat. Masih rendahnya pendidikan perilaku sehat yang diberikan atau dimiliki oleh masyarakat, sulitnya akses ke pelayanan kesehatan serta tingginya biaya kesehatan atau biaya berobat yang dianggap masih terlalu mahal, adalah beberapa faktor yang menjadi penyebab masyakat mengabaikan masalah kesehatan. Namun demikian, berbagai cara dapat dilakukan untuk mengobati suatu penyakit, diantaranya adalah pergi berobat ke tempat-tempat kesehatan ke pelayanan rumah kesehatan, mendatangkan mengobati petugas sendiri
maupun
mencoba
penyakitnya. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mengobati sendiri penyakitnya antara lain dengan menggunakan berbagai jenis obat, baik obat modern, tradisional maupun cara pengobatan lainnya. Hasil Susenas 2009, seperti yang disajikan pada Gambar 6.4 tampak bahwa pengobatan secara modern cenderung dipilih oleh
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
77
pemuda guna mengurangi gejala sakit yang dideritanya. Hal ini ditandai dengan lebih tingginya persentase pemuda yang mengobati sendiri sakitnya dengan pengobatan modern yaitu sebesar 92,24 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pemuda yang memilih mengobati dengan cara tradisional yang besarnya 20,28 persen dan pengobatan lainnya yang hanya sebesar 4,98 persen. Gambar 6.4 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Pengobatan dan Tipe Daerah, 2009
%100
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 15.07 3.93 6.02 4.98 25.40 20.28 94.19 90.33 92.24
Perkotaan
Modern
Perdesaan
Tradisional
Perkotaan+Perdesaan
Lainnya
Bila dibandingkan menurut jenis kelamin, baik pemuda lakilaki maupun pemuda perempuan mempunyai pola yang relatif sama dalam memilih jenis obat yang digunakan untuk mengobati keluhan kesehatannya. Seperti yang disajikan pada Tabel 6.4.1, persentase pemuda baik laki-laki maupun perempuan cenderung lebih banyak
78
memilih obat modern dibandingkan obat tradisional atau lainnya. Pada penggunaan obat modern, persentase pemuda laki-laki sebesar 92,05 persen dan pemuda perempuan sebesar 92,42 persen. Tabel 6.4.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Obat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perkotaan Jenis Obat yang Digunakan
LakiPerem- laki + puan Perempuan
(3) (4)
Perdesaan
LakiPerem- laki + puan Perempuan
(6) (7)
Perkotaan+ Perdesaan
Lakilaki
(8)
Lakilaki
(2)
Lakilaki
(5)
(1)
Seseorang yang menderita sakit, selain mengobati sendiri upaya lain yang ditempuh adalah dengan cara berobat jalan yaitu mendatangi tempat-tempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah. Umumnya penggunaan sarana berobat ini berkaitan dengan biaya dan ketersediaan pelayanan. Tabel 6.4.2 menunjukkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dipilih oleh pemuda dalam rangka mengobati sakitnya. Tempat fasilitas pelayanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh pemuda
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
79
yang berobat jalan pada tahun 2009 ini secara berturut-turut adalah Praktek Dokter (33,53 persen), Puskesmas (32,13 persen) dan praktek nakes atau tenaga kesehatan (27,30 persen). Pola yang sama terjadi baik pada pemuda laki-laki maupun perempuan. Tabel 6.4.2 Persentase Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, Tahun 2009
Perkotaan Tempat Berobat Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan
Lakilaki + Perempuan
(10)
LakiLakiLaki- Perem- laki + Laki- Perem- laki + Laki- Perem laki puan Perem- laki puan Perem- laki -puan puan puan
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
(1)
Rumah Sakit Praktek Dokter Puskesmas Praktek Nakes Praktek Batra Dukun Bersalin Lainnya
12,03
6,96
7,45
7,23
9,19 10,08
45,12 22,29 27,81 34,67 18,44 36,75 1,26 0,35 1,78 2,79 0,14 3,82
20,91 21,54 35,02 32,26 38,18 36,59 30,53 33,49 36,21 36,46 26,62 27,87 1,88 0,98 2,46 2,30 0,60 3,08 2,18 0,21 2,82 1,42 0,70 2,07
Meskipun ketiga jenis tempat berobat tersebut menjadi tempat pelayanan favorit, tetapi bila diperhatikan besaran proporsi pemuda yang berobat, maka terlihat adanya perbedaan pola antara daerah perkotaan dengan perdesaan. Di daerah perkotaan polanya
80
cenderung sama dengan umumnya, dimana pemuda di perkotaan cenderung berobat jalan ke tempat Praktek Dokter (45,12 persen), Puskesmas (27,81 persen) dan Praktek Petugas Kesehatan (18,44 persen). Sedangkan di perdesaan persentase tertinggi adalah berobat ke Puskesmas (36,59 persen), Praktek Petugas Kesehatan (36,46 persen) dan Praktek Dokter (21,54 persen). Begitu pula dengan pemuda yang berobat jalan ke rumah sakit, nampak lebih banyak diminati oleh pemuda di perkotaan (12,03 persen) sementara di perdesaan hanya 7,23 persen. Kondisi seperti ini terkait dengan ketersediaan fasilitas kesehatan tempat praktek dokter maupun rumah sakit yang lebih banyak di daerah perkotaan.
81
Sejarah mencatat dalam perkembangan peradaban dunia telah membuktikan peran pemuda sebagai pelaku lahirnya sebuah peradaban baru. Pemuda memegang peranan penting hampir disetiap transformasi sosial demi meraih cita-cita bangsa. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, eksistensi pemuda menjadi titik strategis dalam setiap peristiwa penting yang terjadi, perjuangan dan pembangunan.
7.1 Sejarah Organisasi Kepemudaan Sebelum Kemerdekaan Indonesia Organisasi kepemudaan dalam pergerakan perjuangan untuk merebut kemerdekaan dimulai dengan lahirnya Budi Utomo (ejaan Soewandi: Budi Oetomo) pada tahun 1908. Budi Utomo lahir atas inspirasi yang dikemukakan oleh Wahidin Soedirohoesodo disaat beliau sedang berkeliling ke setiap sekolah untuk menyebarkan beasiswa, salah satunya STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Sejak saat itu, mahasiswa STOVIA mulai terbuka pikirannya dan mereka mulai mengadakan pertemuanpertemuan dan diskusi yang sering dilakukan di perpustakaan STOVIA. Mereka memikirkan nasib bangsa yang sangat buruk, selalu dianggap bodoh dan tidak bermartabat oleh Belanda, serta
82
bagaimana cara memperbaiki keadaan yang amat buruk dan tidak adil tersebut. Para pejabat pangreh praja (sekarang pamong praja) kebanyakan hanya memikirkan kepentingan sendiri dan jabatan. Perlakuan mereka pun sebenarnya menindas rakyat dan bangsa sendiri, misalnya dengan menarik pajak sebanyak-banyaknya untuk menyenangkan hati atasan dan para penguasa Belanda. Pemuda mahasiswa menyadari bahwa mereka
membutuhkan sebuah organisasi untuk mewadahi mereka, seperti halnya golongan-golongan lain yang mendirikan perkumpulan hanya untuk golongan mereka seperti Tiong Hoa Hwee Koan untuk orang Tionghoa dan Indische Bond untuk orang Indo-Belanda. Selanjutnya mulai didirikan organisasi atau perkumpulan kepemudaan yang beranggotakan para pemuda-pemudi Indonesia baik yang bersifat nasional maupun kedaerahan diantaranya : Trikoro Dharmo, Jong Sumatera Bond, Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia, Jong Indonesia, Indonesia Muda dan Organisasi Perkumpulan Daerah. 1. Trikoro Dharmo Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa didirikan pada tahun 1915 bertempat di gedung kebangkitan nasional. Organisasi ini kemudian mengubah nama menjadi Jong Jawa pada kongres di Solo. Arti definisi/pengertian dari tri koro dharmo adalah Tiga Tujuan Mulia. 2. Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatera) Organisasi ini berdiri pada tahun 1917 yang memiliki tujuan mempererat hubungan antar pelajar yang berasal dari sumatera. Tokoh terkenal dari organisasi ini adalah M. Hatta dan M. Yamin.
83
3. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia Organisasi yang satu ini berdiri pada tahun 1925 yang diprakarsa oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung dengan tujuan untuk Kemerdekaan Indonesia. 4. Jong Indonesia Perkumpulan pemuda dan pemudi ini didirikan pada tahun 1927 di Bandung. Organisasi ini kemudian diubah namanya menjadi Pemuda Indonesia untuk yang beranggotakan khusus laki-laki dan Putri Indonesia bagi yang beranggotakan khusus perempuan. Pemuda Indonesia melakukan kongres pertama pada tanggal 30 April - 2 Mei 1928 di Jakarta. Selanjutnya kongres kedua dilaksanakan pada tanggal 27 - 28 Oktober 1926 yang menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. 5. Indonesia Muda Indonesia Muda adalah organisasi nasional yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda. Indonesia Muda didirikan pada tahun 1930 sebagai peleburan berbagai organisasi pemuda daerah/lokal. 6. Organisasi Perkumpulan Daerah Setelah muncul Jong Jawa dan Jong Sumatra Bond, maka bermunculanlah organisasi lokal kedaerahan lain seperti Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Minahasa, dan lain sebagainya.
7.2 Organisasi Kepemudaan setelah Kemerdekaan Indonesia Di masa kemerdekaan hingga kini, pemuda memiliki peran sebagai elemen penting dalam mengisi pembangunan. Pemuda
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
84
merupakan
generasi penerus bangsa, tenaga kerja produktif bangsa dan memiliki peran penting dalam menggerakkan arah pembangunan dan menentukan masa depan bangsa. Sesuai UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan pasal 40 menyebutkan bahwa organisasi kepemudaan dibentuk oleh pemuda berdasarkan kesamaan asas, agama, ideologi, minat dan bakat, atau kepentingan, yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Organisasi kepemudaan berfungsi untuk mendukung kepentingan nasional, memberdayakan potensi, serta mengembangkan kepemimpinan, kepeloporan dan kewirausahaan. Keberadaan organisasi kepemudaan pada saat ini
berkembang dengan pesat baik dalam lingkup nasional maupun lokal daerah. Secara umum berdasarkan sifat dan sasarannya, organisasi kepemudaan dibedakan menjadi 4 jenis yaitu: 1. Kepelajaran dan Kemahasiswaan Merupakan organisasi kepemudaan yang membawahi para pelajar dan mahasiswa. Termasuk dalam organisasi kepemudaan Kepelajaran dan Kemahasiswaan antara lain : Ikatan Pelajar Nahdhratul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Gerakan Mahasiswa Kosgoro dan lain lain. 2. Berbasis Agama Merupakan organisasi kepemudaan yang berbasis agama antara lain : Pemuda Muhammadiyah, Gerakan Pemuda Ansor,
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
85
Gerakan Pemuda Islam, Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Badan Kontak Pemuda Remaja Masjid Indonesia, Generasi Muda Mudi Bhuda Indonesia, Pemuda Katolik, Perhimpunan Pemuda Hindu, Generasi Muda Konghucu, Gerakan Angkatan Pemuda Kristen Indonesia dan lain lain. 3. Berdiri Sendiri Termasuk dalam organisasi kepemudaan berdiri sendiri antara lain : Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), Generasi Kosgoro, Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI Polri (GEMA FKPPI), Generasi Muda Ormas Musyawarah Keluarga Gotong Royong (MKGR), Generasi Muda Pembela Tanah Air, Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Pemuda Demokrat Indonesia, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Forum Pemuda Betawi dan lain lain. 4. Sayap Partai Merupakan organisasi kepemudaan yang berafiliasi dengan partai politik. Organisasi kepemudaan Sayap Partai antara lain : Generasi Pemuda Demokrat, Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG), Pemuda Bulan Bintang, Gerakan Pemuda Kabah, Barisan Muda Partai Amanat Nasional. Dalam kurun waktu 2007-2009, perkembangan organisasi kepemudaan cenderung meningkat. Pada tahun 2007 jumlah organisasi kepemudaan di Indonesia berjumlah 191, meningkat 19,9 persen menjadi 229 di tahun 2009. Menurut jenisnya, organisasi kepemudaan yang bernaung dalam KNPI dan organisasi
86
pesat dari sisi jumlah di banding jenis organisasi lainnya. Bertambahnya organisasi pemuda merupakan indikasi peningkatan peran aktif pemuda dalam pembangunan. Tabel 7.1 Jumlah Organisasi Kepemudaan di Indonesia menurut Jenis Organisasi, 2007-2009
Jenis Organisasi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
KNPI (Wadah Berhimpun) Kepelajaran Kemahasiswaan Berbasis Agama Berdiri Sendiri Sayap Partai Jumlah
62 4 17 53 35 20 191
82 4 17 54 45 23 225
82 4 17 54 49 23 229
7.3 Kegiatan Program Kepemudaan Sesuai dengan UU No 40 Tahun 2009 Tentang Kepemudaan, dalam pasal 3 dijelaskan bahwa pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan,
87
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan kepemudaan dapat dilaksanakan melalui berbagai macam kebijakan program serta kegiatan yang dapat menyentuh kepentingan pemuda. Program-program yang telah dilakukan pemerintah, baik itu pusat dan daerah yang berkaitan dengan kepemudaan antara lain kepeloporan dan kewirausahaan pemuda. Berbagai program pelatihan kewirausahaan yang
diperuntukkan bagi pemuda dilaksanakan oleh pemerintah baik secara independen maupun bekerjasama dengan pihak lain. Pelatihan kewirausahaan dimaksudkan supaya pemuda memiliki bekal untuk dapat berwirausaha dan membuka lapangan usaha di daerahnya. Para pemuda peserta pelatihan kewirausahaan ini selain diberikan pelatihan juga difasilitasi sehingga dapat menunjang kegiatan wirausahanya. Program yang berkaitan dengan kepemimpinan, kepeloporan dan kewirausahaan pemuda antara lain: 1. Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3) Program Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3) dimulai sejak tahun 1989. Program ini ditujukan bagi sarjana dari berbagai disiplin ilmu guna mengadakan berbagai kegiatan di perdesaan. Para sarjana tersebut kemudian
ditempatkan menurut kebutuhan dan potensi desa terpilih sesuai dengan disiplin ilmunya.
88
Program
positif
terhadap
pembangunan daerah, terutama dampak pembangunan ekonomi dan ketenagakerjaan. Selama periode tahun 1989 sampai 2009, telah diterjunkan sebanyak 15.846 orang sarjana yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan telah mengerjakan berbagai kegiatan di perdesaan. Salah satu aktivitas penting dan menjadi ciri program SP-3 adalah di bidang ekonomi. Gambar 7.1 Jumlah Peserta Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3), 2001-2009
600 500 405 400 288 300 212 200 100 0 2001 2002 2003 2004 2005 SP-3 Sumber: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, 2007-2009 2006 2007 2008 2009 467 490 514 465 475 530
Partisipasi
pemuda
yang
mengikuti
program
SP-3
berfluktuatif dalam sepuluh tahun terakhir. Jumlah pemuda yang mengikuti program SP-3 pada tahun 2001 berjumlah 405 orang turun menjadi 288 orang di tahun 2009.
89
2. Pertukaran Pemuda Antar Negara Pertukaran pemuda antar negara (PPAN) merupakan sebuah program kerjasama pemerintah Indonesia melalui Kemenpora dengan beberapa negara asing dengan tujuan memperluas
wawasan dan pengetahuan para pemuda untuk mendapatkan bekal dalam menghadapi tantangan global di masa mendatang. Adapun negara tujuan dan program dalam kegiatan PPAN 2010, antara lain Malaysia, Kanada, Australia dan Jepang. Tabel 7.2 Jumlah Pemuda Peserta Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) menurut Negara Tujuan, 2007-2009
Jenis PPAN
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Pertukaran Pemuda IndonesiaMalaysia (PPIM) Pertukaran Pemuda IndonesiaKanada (PPIK) Pertukaran Pemuda IndonesiaAustralia (PPIA) Pertukaran pemuda IndonesiaJepang (JENESYS) Jumlah
23 20 18 *) 61
*) 20 18 300 338
29 30 18 316 393
Sumber: Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, 2007-2009 *) Data tidak tersedia
Berdasarkan Tabel 7.2 terlihat bahwa perkembangan peserta pertukaran pemuda antar negara mengalami peningkatan setiap tahun. Jumlah peserta pertukaran pemuda pada tahun 2007 berjumlah 61 orang meningkat menjadi 393 orang di tahun 2009.
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
90
3. Tagana (Taruna Siaga Bencana) Tagana merupakan organisasi kepemudaan yang di bina oleh Kementerian Sosial sebagai salah satu potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS). Tagana terbentuk pada 25 Maret 2003 dan dideklarasikan di Bandung dengan peserta berasal dari anggota karang taruna seluruh Indonesia. Pembentukan Tagana merupakan suatu upaya untuk memberdayakan dan mendayagunakan generasi muda dalam berbagai aspek penanggulangan bencana, khususnya yang berbasis masyarakat. Keikutsertaan pemuda dalam program tagana memiliki kecenderungan menurun setiap tahunnya. Anggota tagana pada tahun 2007 sebanyak 9.600 orang turun menjadi 5.009 di tahun 2009. 4. Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) PSM lahir berdasarkan tuntutan permasalahan sosial dalam masyarakat yang begitu kompleks sehingga diperlukan penanganan secara sungguh-sungguh, cepat, tepat dan berkelanjutan. Untuk menyelesaikan permasalahan sosial dalam masyarakat tersebut diperlukan adanya motivator, stabilisator dan pendamping sosial yang hidup serta berkembang dalam masyarakat itu sendiri. Para motivator, stabilisator dan pendamping sosial tersebut perlu dibekali pengetahuan dan pemahaman lebih terhadap permasalahan sosial yang ada dalam lingkungannya, untuk selanjutnya berkiprah sesuai dengan kultur dan tradisi lingkungannya itu sehingga mereka tidak terkesan eksklusif.
91
Atas
dasar
pertimbangan
itulah
pemerintah
melalui
Kementerian Sosial RI sejak tahun 1979 telah melatih masyarakat sebagai motivator, stabilisator dan pendamping sosial dalam masyarakat yang disebut dengan nama Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). PSM merupakan bagian dari Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang bertujuan untuk membantu mengatasi masalah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang terus berkembang. Jumlah pemuda yang ikut terlibat sebagai PSM pada tahun 2009 berjumlah 152.110 orang. 5. Karang Taruna Karang Taruna merupakan wadah pengembangan generasi muda nonpartisan, yang tumbuh atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat khususnya generasi muda di wilayah desa/kelurahan yang bergerak dibidang kesejahteraan sosial. Sebagai organisasi sosial kepemudaan Karang Taruna merupakan wadah pembinaan dan pengembangan serta pemberdayaan dalam upaya mengembangkan kegiatan ekonomis produktif dengan pendayagunaan semua potensi yang tersedia di lingkungan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang telah ada. Sebagai organisasi kepemudaan, Karang Taruna
berpedoman pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga dimana telah pula diatur tentang struktur pengurus dan masa jabatan di masing-masing wilayah mulai dari desa/kelurahan sampai pada tingkat nasional. Karang Taruna didirikan dengan tujuan memberikan pembinaan dan pemberdayaan kepada para remaja, misalnya dalam
92
bidang keorganisasian, ekonomi, olahraga, ketrampilan, advokasi, keagamaan dan kesenian. Jumlah pemuda yang aktif dalam Program Karang Taruna pada tahun 2009 berjumlah 61.695 orang. 6. Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP) merupakan program yang dikembangkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam rangka mengatasi permasalahan pengangguran yang dialami oleh pemuda. Lahirnya program KUPP ini di latarbelakangi atas belum digunakannya sumber daya alam yang ada di perdesaan secara optimal, dan penduduk usia kerja di pedesaan cenderung pergi ke kota (urbanisasi) untuk bekerja sebagai buruh pabrik, buruh bangunan, pembantu rumah tangga dan sektor informal lainnya. Untuk mendukung program KUPP,
Kementerian Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Kemenpora meluncurkan program Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) untuk Kelompok Usaha Pemuda Produktif (KUPP). Program ini
dimaksudkan untuk memberdayakan kelompok usaha pemuda dalam mengembangkan usaha-usaha kecil agar mampu
meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial kewirausahaan serta meningkatkan kemampuan profesionalisme tenaga kerja muda agar lebih mampu mandiri, memanfaatkan peluang usaha, bahkan menciptakan lapangan kerja bagi kelompoknya. Berdasarkan data dari Kemenpora, jumlah KUPP pada tahun 2009 telah mencapai 383 buah.
93
7. Sentra Pemberdayaan Pemuda (SPP) Sentra Pemberdayaan Pemuda (SPP) merupakan program yang diluncurkan oleh Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga yang dibentuk hingga pelosok tanah air untuk menjawab persoalanpersoalan yang dihadapi pemuda. SPP berisi program-program berbagai sektor seperti pertanian, bela negara, penanggulangan narkoba, kreatifitas dan sebagainya. Lahirnya SPP dilatarbelakangi oleh persoalan sosial pemuda akibat pengangguran, dekadensi moral, dan pengaruh globalisasi negatif lainnya. Tabel 7.3 Jumlah Pemuda menurut Program Kepemudaan, 2007-2009
Program Kepemudaan
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Pekerja Sosial Masyarakat Karang Taruna Taruna Siaga Bencana Kelompok Usaha Pemuda Produktif Sentra Pemberdayaan Pemuda Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Jumlah
Sumber: Kementerian Pemuda dan Olahraga dan Kementerian Sosial, 2007-2009 *) Data tidak tersedia
Dalam kegiatannya, SPP akan bersinergi dengan lembagalembaga organisasi masyarakat dan kepemudaan di Indonesia
94
terutama dalam bela Negara. Program tersebut dapat membantu pemerintah dalam mencegah dan menghadapi ancaman teroris, bahaya narkoba, penyelundupan, serta tawuran antarwarga di daerahnya. Jumlah SPP yang tercatat di Kemenpora sampai tahun 2009 sebanyak 13 buah. Selain program kepemudaan, masih banyak program yang berkaitan dengan kepemimpinan, kepeloporan dan kewirausahaan pemuda lainnya yang dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Adapun program pemberdayaan pemuda lainnya antara lain: 1. Pemuda Pelopor 2. Pertukaran Pemuda Antar Provinsi (PPAP) 3. Jambore Pemuda Daerah 4. Jambore Pemuda Indonesia 5. Paskibraka 6. Kapal Pemuda Nusantara 7. Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) 8. Persemija (Pekan Olahraga Pelajar dan Pekan Seni Remaja) 9. Olimpiade Pelajar
95
Daftar Pustaka
Ahmad, Dj., Kemiskinan dan Kesempatan Memperoleh Pendidikan, Jakarta, Kompas, 05 Agustus 2004 Andrey, R., 2008, Peran Pemuda Sebagai Agen Perubahan, http://andrey2417.wordpress.com/, 21 Mei 2008, diakses 14 Juli 2010 Badan Pusat Statistik, Laporan Survei Buta Aksara, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2006 Badan Pusat Statistik, Laporan Pendidikan Anak Usia Dini, Badan Pusat Statistik, Jakarta, 2006 Badan Pusat Statistik, Buku III Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009, Pedoman Pencacahan Kor, Jakarta, 2009 Badan Pusat Statistik, Buku IV Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009, Pedoman Pencacahan MSBP, Jakarta, 2009 Badan Pusat Statistik, Statistik Kesejahteraan Rakyat 2005, Jakarta, 2005 Badan Pusat Statistik, Statistik Pendidikan 2006, Jakarta, 2006 Badan Pusat Statistik, Statistik Pemuda Indonesia 2004, Jakarta, 2004 Badan Pusat Statistik, Statistik Pemuda Indonesia 2005, Jakarta, 2005 Badan Pusat Statistik, Statistik Pemuda Indonesia 2006, Jakarta, 2006
161
Badan Pusat Statistik, Statistik Pemuda Indonesia 2007, Jakarta, 2007 Badan Pusat Statistik, Statistik Pemuda Indonesia 2008, Jakarta, 2008 Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Dan Pemberantasan Buta Aksara Presiden Republik Indonesia Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Majalah Gerbang Pemuda, Jakarta, 2006 Kementerian Pemuda dan Olahraga, Rencana Strategis Kementerian Pemuda dan Olahraga Tahun 2010-2014, Jakarta, 2009 Kementerian Kesehatan, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, Jakarta, 2009 Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RJPMN) Tahun 20102014, Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta, 2010 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan Supenti, T., Data dan Analisis Kondisi Tenaga Kerja Pemuda, Jakarta, 2007
Penyajian Data & Informasi Statistik Kepemudaan 2010
162
Suryo,
H., 2009, Masyarakat Madani dan Peran Pemuda, http://indonesianyouthconference.org/, 29 Oktober 2009, diakses 13 Juli 2010
Wahyuningtyas, P., Kesehatan Masyarakat di Indonesia Vs MDGs, Media Indonesia, Jakarta, 14 November 2007 ___________,2010, Pemuda Indonesia Harus Memiliki Daya Saing Internasional, http://beritasore.com/, 24 Desember 2009, diakses 19 Januari 2010
163
LAMPIRAN
Tabel 3.1.1 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2007
Provinsi
(1)
K+D Jumlah
(6)
%
(3)
%
(5)
%
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
309,118 1,562,131 400,122 534,467 402,638 245,650 737,797 126,815 135,726 441,530 2,896,543 5,759,103 1,598,495 3,363,199 605,177 3,815,363 448,943 466,398 230,519 321,512 183,188 366,818 484,919 200,674 62,311 145,908 746,217 44,577 143,168 117,949 75,323 150,439 64,708
31.25 27.51 27.57 29.99 36.29 31.40 30.40 27.93 30.34 27.14 31.98 26.89 30.73 24.76 29.06 24.43 24.49 28.76 31.08 28.30 30.93 28.48 29.55 25.02 24.22 29.76 30.42 29.17 31.98 31.57 31.61 30.61 28.73
930,511 1,700,555 731,579 915,273 76,504 555,727 1,251,023 200,856 319,828 1,418,605
28.83 23.84 22.65 27.86 27.38 28.52 27.27 30.88 27.61 25.10
1,239,629 3,262,686 1,131,701 1,449,740 479,142 801,377 1,988,820 327,671 455,554 1,860,135 2,896,543 10,082,634 2,746,101 7,315,509 858,483 8,355,573 786,554 1,149,998 1,039,688 1,111,613 575,702 920,507 865,058 504,963 239,873 631,490 2,004,177 263,434 544,829 333,110 255,393 500,932 192,856
29.40 25.46 24.17 28.61 34.49 29.34 28.35 29.67 28.37 25.55 31.98 24.98 29.12 22.62 25.02 22.66 22.66 26.83 23.38 26.65 28.56 27.19 28.68 23.12 24.95 26.48 26.11 26.08 26.84 25.74 27.22 27.92 27.05 25.39
4,323,531 1,147,606 3,952,310 253,306 4,540,210 337,611 683,600 809,169 790,101 392,514 553,689 380,139 304,289 177,562 485,582 1,257,960 218,857 401,661 215,161 180,070 350,493 128,148
22.83 27.14 21.07 18.78 21.36 20.61 25.65 21.84 26.03 27.58 26.39 27.63 22.02 25.21 25.63 24.09 25.53 25.39 23.38 25.73 26.90 26.28
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
27.60 29,984,030
23.67 57,171,475
99
Tabel 3.1.2 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2008
K+D Jumlah
(6)
%
(3)
%
(5)
%
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
343,968 1,643,925 405,111 766,276 276,899 255,798 766,539 131,220 169,482 576,953 2,781,827 6,383,488 1,887,771 3,720,443 592,789 4,126,242 490,301 520,346 239,953 348,958 234,996 396,892 555,920 236,099 69,124 159,259 709,107 90,991 170,330 108,123 89,900 141,056 49,019 29,439,105
29.23 27.58 26.35 28.05 34.66 28.06 27.91 27.00 27.99 28.00 31.33 26.35 30.96 23.74 27.29 23.44 24.18 27.19 31.01 27.13 29.76 28.12 29.37 24.45 24.71 29.75 28.34 26.52 32.83 31.15 32.30 31.12 30.35
823,670 1,684,636 669,443 742,533 192,338 525,014 1,196,987 152,464 302,671 1,374,712
28.31 24.18 22.73 27.62 27.04 27.61 27.51 28.72 27.15 24.67
1,167,638 3,328,561 1,074,554 1,508,809 469,237 780,812 1,963,526 283,684 472,153 1,951,665 2,781,827 10,150,915 2,925,454 7,047,185 811,444 7,885,207 803,061 1,174,749 981,513 1,226,419 657,455 918,441 868,215 508,565 218,219 650,626 1,929,551 256,454 608,151 326,673 255,535 554,299 190,725
28.58 25.75 23.97 27.83 31.07 27.75 27.67 27.90 27.44 25.57 31.33 24.64 28.88 21.86 24.02 21.90 22.85 25.72 22.79 26.51 28.30 27.00 28.53 22.85 24.42 25.53 24.83 24.96 26.96 24.57 27.27 27.77 26.92 24.88
3,767,427 1,037,683 3,326,742 218,655 3,758,965 312,760 654,403 741,560 877,461 422,459 521,549 312,295 272,466 149,095 491,367 1,220,444 165,463 437,821 218,550 165,635 413,243 141,706
22.19 25.74 20.07 18.13 20.43 21.04 24.66 20.99 26.27 27.56 26.21 27.15 21.63 24.29 24.41 23.16 24.18 25.20 22.24 25.15 26.79 25.91
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
26.73 27,292,217
23.15 56,731,322
100
Tabel 3.1.3 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009
K+D Jumlah
(6)
%
(3)
%
(5)
%
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
350,632 1,663,775 404,877 799,065 261,015 272,281 832,879 133,159 173,737 567,851 2,717,403 6,520,434 1,855,200 3,825,215 557,750 4,178,586 487,328 569,679 233,828 370,052 224,992 383,871 551,742 235,592 71,295 169,564 711,102 95,909 167,342 100,693 87,700 145,642 60,478 29,780,668
29.96 27.59 26.09 28.18 31.41 29.31 29.62 26.94 28.15 27.24 30.42 26.39 29.69 24.31 25.37 23.65 23.72 29.23 31.22 28.39 27.78 26.71 28.65 24.07 25.15 31.15 28.11 27.92 31.42 28.21 30.88 31.15 28.20
835,840 1,750,923 669,630 789,059 213,115 534,729 1,212,824 162,923 307,970 1,427,393
28.54 24.84 22.64 28.19 28.85 27.63 27.60 30.33 27.12 25.24
1,186,472 3,414,698 1,074,507 1,588,124 474,130 807,010 2,045,703 296,082 481,707 1,995,244 2,717,403 10,443,445 2,948,200 7,241,614 798,139 8,013,354 772,033 1,238,146 994,457 1,263,062 652,461 902,958 873,720 509,746 219,161 666,830 1,944,550 264,013 615,712 327,188 257,523 574,075 205,113
28.94 26.11 23.83 28.18 30.20 28.18 28.39 28.70 27.48 25.77 30.42 24.92 28.35 22.38 23.40 22.17 21.70 26.70 22.79 26.86 27.39 26.14 28.01 22.63 24.34 25.68 24.77 25.44 26.64 24.19 26.85 28.14 28.32 25.04
3,923,011 1,093,000 3,416,399 240,389 3,834,768 284,705 668,467 760,629 893,010 427,469 519,087 321,978 274,154 147,866 497,266 1,233,448 168,104 448,370 226,495 169,823 428,433 144,635
22.82 26.32 20.56 19.84 20.76 18.95 24.86 21.04 26.28 27.18 25.73 26.97 21.52 23.97 24.23 23.18 24.22 25.20 22.75 25.16 27.25 28.37
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
26.68 28,025,912
23.50 57,806,580
101
Tabel 3.2.1 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perkotaan
Laki-laki (L) Provinsi Jumlah
(1) (2)
L+P Jumlah
(6)
%
(3)
%
(5)
%
(7)
Sex Ratio
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
170,704 839,749 200,380 402,849 115,734 132,367 406,846 65,782 84,089 284,154 1,314,442 3,301,513 934,588 1,925,820 279,654 2,032,504 233,698 259,386 114,473 187,285 110,370 180,289 274,909 116,916 34,898 83,061 338,929 46,877 79,702 45,191 42,611 74,086 27,972
48.68 50.47 49.49 50.42 44.34 48.61 48.85 49.40 48.40 50.04 48.37 50.63 50.38 50.35 50.14 48.64 47.95 45.53 48.96 50.61 49.06 46.97 49.83 49.63 48.95 48.99 47.66 48.88 47.63 44.88 48.59 50.87 46.25
179,928 824,026 204,497 396,216 145,281 139,914 426,033 67,377 89,648 283,697 1,402,961 3,218,921 920,612 1,899,395 278,096 2,146,082 253,630 310,293 119,355 182,767 114,622 203,582 276,833 118,676 36,397 86,503 372,173 49,032 87,640 55,502 45,089 71,556 32,506
51.32 49.53 50.51 49.58 55.66 51.39 51.15 50.60 51.60 49.96 51.63 49.37 49.62 49.65 49.86 51.36 52.05 54.47 51.04 49.39 50.94 53.03 50.17 50.37 51.05 51.01 52.34 51.12 52.37 55.12 51.41 49.13 53.75
350,632 1,663,775 404,877 799,065 261,015 272,281 832,879 133,159 173,737 567,851 2,717,403 6,520,434 1,855,200 3,825,215 557,750 4,178,586 487,328 569,679 233,828 370,052 224,992 383,871 551,742 235,592 71,295 169,564 711,102 95,909 167,342 100,693 87,700 145,642 60,478
100.00 94.87 100.00 101.91 100.00 97.99 100.00 101.67 100.00 79.66 100.00 94.61 100.00 95.50 100.00 97.63 100.00 93.80 100.00 100.16 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 93.69 102.57 101.52 101.39 100.56 94.71 92.14 83.59 95.91
100.00 102.47 100.00 96.29 100.00 88.56 100.00 99.30 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 98.52 95.88 96.02 91.07 95.60 90.94
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
14,741,828 49.50
15,038,840 50.50
29,780,668 100.00
102
Tabel 3.2.2 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perdesaan
Laki-laki (L) Provinsi Jumlah (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur (2) 402,661 887,680 321,231 393,962 119,924 264,429 618,922 86,287 159,816 751,006 1,937,807 566,809 1,674,751 119,083 1,868,093 147,038 292,517 362,562 436,446 209,324 257,085 161,544 141,526 73,165 250,800 593,749 83,912 217,001 109,267 84,726 202,855 73,574 % (3) 48.17 50.70 47.97 49.93 56.27 49.45 51.03 52.96 51.89 52.61 49.40 51.86 49.02 49.54 48.71 51.65 43.76 47.67 48.87 48.97 49.53 50.17 51.62 49.48 50.44 48.14 49.92 48.40 48.24 49.89 47.35 50.87 Jumlah (4) 433,179 863,243 348,399 395,097 93,191 270,300 593,902 76,636 148,154 676,387 1,985,204 526,191 1,741,648 121,306 1,966,675 137,667 375,950 398,067 456,564 218,145 262,002 160,434 132,628 74,701 246,466 639,699 84,192 231,369 117,228 85,097 225,578 71,061 % (5) 51.83 49.30 52.03 50.07 43.73 50.55 48.97 47.04 48.11 47.39 50.60 48.14 50.98 50.46 51.29 48.35 56.24 52.33 51.13 51.03 50.47 49.83 48.38 50.52 49.56 51.86 50.08 51.60 51.76 50.11 52.65 49.13 Jumlah (6) 835,840 1,750,923 669,630 789,059 213,115 534,729 1,212,824 162,923 307,970 1,427,393 3,923,011 1,093,000 3,416,399 240,389 3,834,768 284,705 668,467 760,629 893,010 427,469 519,087 321,978 274,154 147,866 497,266 1,233,448 168,104 448,370 226,495 169,823 428,433 144,635 % (7) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Perempuan (P) L+P Sex Ratio (8) 92.95 102.83 92.20 99.71 128.69 97.83 104.21 112.59 107.87 111.03
100.00 97.61 100.00 107.72 100.00 96.16 100.00 98.17 100.00 94.99 100.00 106.81 100.00 77.81 100.00 91.08 100.00 95.59 100.00 95.96 100.00 98.12 100.00 100.69 100.00 106.71 100.00 97.94 100.00 101.76 100.00 92.82 100.00 99.67 100.00 93.79 100.00 93.21 100.00 99.56 100.00 89.93 100.00 103.54 97.97
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
13,869,552 49.49
14,156,360 50.51
28,025,912 100.00
103
Tabel 3.2.3 Jumlah dan Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Laki-laki (L) Provinsi Jumlah (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur (2) 573,365 1,727,429 521,611 796,811 235,658 396,796 1,025,768 152,069 243,905 1,035,160 1,314,442 5,239,320 1,501,397 3,600,571 398,737 3,900,597 380,736 551,903 477,035 623,731 319,694 437,374 436,453 258,442 108,063 333,861 932,678 130,789 296,703 154,458 127,337 276,941 101,546 % (3) 48.33 50.59 48.54 50.17 49.70 49.17 50.14 51.36 50.63 51.88 48.37 50.17 50.93 49.72 49.96 48.68 49.32 44.57 47.97 49.38 49.00 48.44 49.95 50.70 49.31 50.07 47.96 49.54 48.19 47.21 49.45 48.24 49.51 Jumlah (4) 613,107 1,687,269 552,896 791,313 238,472 410,214 1,019,935 144,013 237,802 960,084 1,402,961 5,204,125 1,446,803 3,641,043 399,402 4,112,757 391,297 686,243 517,422 639,331 332,767 465,584 437,267 251,304 111,098 332,969 1,011,872 133,224 319,009 172,730 130,186 297,134 103,567 % (5) 51.67 49.41 51.46 49.83 50.30 50.83 49.86 48.64 49.37 48.12 51.63 49.83 49.07 50.28 50.04 51.32 50.68 55.43 52.03 50.62 51.00 51.56 50.05 49.30 50.69 49.93 52.04 50.46 51.81 52.79 50.55 51.76 50.49 Jumlah (6) 1,186,472 3,414,698 1,074,507 1,588,124 474,130 807,010 2,045,703 296,082 481,707 1,995,244 2,717,403 10,443,445 2,948,200 7,241,614 798,139 8,013,354 772,033 1,238,146 994,457 1,263,062 652,461 902,958 873,720 509,746 219,161 666,830 1,944,550 264,013 615,712 327,188 257,523 574,075 205,113 % (7) 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 Perempuan (P) L+P Sex Ratio (8) 93.52 102.38 94.34 100.69 98.82 96.73 100.57 105.59 102.57 107.82
100.00 93.69 100.00 100.68 100.00 103.77 100.00 98.89 100.00 99.83 100.00 94.84 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 97.30 80.42 92.19 97.56 96.07 93.94 99.81
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
100.00 102.84 100.00 97.27 100.00 100.27 100.00 92.17 100.00 98.17 100.00 93.01 100.00 100.00 100.00 100.00 89.42 97.81 93.20 98.05 98.00
28,611,380 49.50
29,195,200 50.50
57,806,580 100.00
104
Tabel 3.3.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
16-20
(2)
21-25
(3)
26-30
(4)
Total
(5)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
35.01 36.09 33.83 31.59 24.52 31.62 35.49 30.56 39.03 35.71 29.29 35.37 31.89 35.44 33.63 31.55 29.77 39.52 36.88 36.10 33.84 33.97 29.50 35.50 36.66 37.11 34.65 39.12 37.65 34.96 31.73 32.14 36.29 33.70
33.16 29.80 33.92 30.46 37.69 32.58 33.70 30.13 30.01 31.51 33.87 31.54 32.87 31.29 35.64 32.63 32.28 30.27 32.74 32.20 31.38 33.63 33.24 30.32 31.83 32.92 33.02 34.21 32.23 30.96 34.70 31.61 32.85 32.19
31.83 34.11 32.25 37.96 37.79 35.80 30.81 39.31 30.96 32.79 36.84 33.09 35.24 33.27 30.73 35.82 37.94 30.20 30.38 31.69 34.78 32.40 37.26 34.18 31.51 29.98 32.33 26.66 30.11 34.08 33.57 36.25 30.86 34.11
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
105
Tabel 3.3.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1)
16-20
(2)
21-25
(3)
26-30
(4)
Total
(5)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
38.52 37.98 35.33 35.27 39.26 32.49 35.88 33.42 34.22 33.06 37.87 38.78 33.95 35.33 33.67 32.98 38.64 35.27 33.98 36.93 34.37 33.04 35.87 35.46 32.85 36.16 35.06 35.30 34.10 36.53 33.06 33.89 35.49
31.44 29.47 30.44 32.23 30.40 32.53 31.68 34.30 30.86 32.26 28.85 30.64 31.03 30.26 31.16 29.64 29.03 30.84 31.66 30.52 30.86 32.09 29.10 27.37 29.81 31.39 30.89 30.48 30.53 29.55 27.79 33.56 30.64
30.04 32.56 34.23 32.50 30.34 34.98 32.44 32.29 34.92 34.69 33.28 30.58 35.02 34.41 35.16 37.38 32.34 33.89 34.36 32.55 34.77 34.87 35.04 37.16 37.34 32.46 34.05 34.22 35.37 33.92 39.15 32.55 33.88
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
106
Tabel 3.3.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Kelompok Umur, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1)
16-20
(2)
21-25
(3)
26-30
(4)
Total
(5)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
37.49 37.06 34.76 33.42 31.14 32.19 35.72 32.13 35.96 33.81 29.29 36.31 34.45 34.73 34.14 32.56 30.96 39.04 35.65 34.60 35.87 34.20 30.80 35.70 35.85 33.93 35.61 36.54 35.94 34.36 34.90 32.82 34.60 34.56
31.95 29.63 31.75 31.34 34.41 32.55 32.50 32.42 30.55 32.04 33.87 30.53 32.04 31.17 34.02 31.93 31.31 29.60 31.29 31.82 30.81 32.04 32.81 29.66 28.82 30.60 31.98 32.10 30.96 30.66 31.30 28.76 33.35 31.44
30.57 33.31 33.49 35.24 34.44 35.26 31.77 35.44 33.49 34.15 36.84 33.16 33.51 34.10 31.84 35.51 37.74 31.36 33.06 33.58 33.32 33.76 36.38 34.64 35.33 35.47 32.41 31.37 33.10 34.97 33.80 38.41 32.05 34.00
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
107
Tabel 3.4.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
Belum Kawin
(2)
Kawin
(3)
Cerai Hidup
(4)
Cerai Mati
(5)
Total
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
72.09 67.13 69.47 59.14 60.06 56.55 63.63 53.57 65.67 61.13 64.56 60.27 58.72 63.93 71.91 56.25 56.65 59.75 68.48 62.47 52.49 54.40 55.01 59.67 59.52 65.36 66.12 67.65 66.38 64.24 65.77 56.38 64.80 61.41
27.56 31.82 30.07 40.18 39.00 42.65 35.35 44.63 33.10 37.98 34.06 38.26 39.77 35.32 27.44 42.45 42.54 38.14 30.78 36.58 46.63 43.67 43.94 38.91 38.16 33.63 32.67 30.52 32.59 34.79 32.68 41.95 34.46 37.39
0.25 0.94 0.38 0.69 0.84 0.70 0.86 1.50 0.76 0.83 1.11 1.23 1.17 0.65 0.47 1.06 0.67 1.95 0.56 0.74 0.71 1.70 0.83 1.24 2.10 0.82 1.08 1.55 0.91 0.66 1.45 1.36 0.74 1.00
0.09 0.11 0.07 0.00 0.10 0.10 0.16 0.29 0.47 0.06 0.27 0.23 0.34 0.10 0.18 0.25 0.14 0.17 0.18 0.21 0.17 0.24 0.23 0.18 0.22 0.20 0.13 0.29 0.12 0.31 0.11 0.30 0.00 0.20
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
108
Tabel 3.4.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009
Perdesaan
Provinsi
(2)
Belum Kawin
(3)
Kawin
(4)
Cerai Hidup
(5)
Cerai Mati
(6)
Total
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
66.12 58.68 56.19 54.68 59.10 46.47 50.82 48.43 47.70 49.04 47.15 50.90 48.94 53.49 44.47 48.99 47.68 56.13 48.00 48.90 44.73 52.74 53.53 46.49 46.89 53.71 52.86 49.56 51.61 49.34 39.56 48.27 49.96
32.95 40.39 42.15 44.10 40.59 51.90 47.90 49.92 51.08 50.23 50.08 46.96 49.88 46.39 53.59 50.35 48.71 42.17 50.57 49.69 52.61 45.65 44.92 51.81 51.12 44.32 45.28 48.32 46.73 48.79 58.13 50.56 48.31
0.63 0.72 1.42 1.03 0.28 1.22 1.04 1.09 0.90 0.69 2.53 1.81 0.91 0.06 1.65 0.56 3.35 1.42 1.06 1.08 2.26 1.38 1.35 1.45 1.63 1.63 1.48 1.80 1.36 1.60 1.03 0.65 1.44
0.31 0.22 0.24 0.19 0.03 0.40 0.25 0.56 0.32 0.05 0.24 0.34 0.27 0.06 0.30 0.10 0.26 0.28 0.37 0.33 0.40 0.23 0.20 0.25 0.36 0.34 0.37 0.32 0.30 0.27 1.27 0.51 0.28
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
109
Tabel 3.4.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status Perkawinan, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(2)
Belum Kawin
(3)
Kawin
(4)
Cerai Hidup
(5)
Cerai Mati
(6)
Total
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
67.88 62.80 61.20 56.92 59.63 49.87 56.03 50.75 54.18 52.48 64.56 55.34 55.82 56.86 66.36 50.61 53.82 53.23 59.04 52.24 50.14 48.84 54.18 56.37 50.73 51.58 58.25 58.23 54.13 55.50 54.94 43.83 53.15 55.86
31.35 36.21 37.60 42.13 39.71 48.78 42.79 47.54 44.60 46.74 34.06 42.70 42.44 42.19 33.15 47.78 45.42 43.84 39.49 46.47 48.63 48.81 44.57 42.14 47.37 46.67 40.06 39.92 44.05 43.05 43.30 54.03 45.81 42.68
0.52 0.83 1.03 0.86 0.59 1.05 0.96 1.27 0.85 0.73 1.11 1.72 1.41 0.77 0.35 1.34 0.63 2.71 1.22 0.96 0.95 2.02 1.03 1.30 1.66 1.43 1.43 1.51 1.56 1.15 1.55 1.12 0.68 1.22
0.24 0.17 0.17 0.09 0.07 0.30 0.21 0.44 0.37 0.05 0.27 0.24 0.34 0.18 0.14 0.27 0.12 0.21 0.26 0.32 0.27 0.33 0.23 0.19 0.24 0.32 0.26 0.34 0.27 0.30 0.22 1.03 0.36 0.24
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
110
Tabel 3.5.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
Isteri/ Suami
(3)
Anak
(4)
Lainnya
(5)
Total
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
8.42 9.62 13.67 13.25 20.88 13.49 10.42 11.72 15.07 10.89 12.68 12.09 13.24 9.18 23.76 10.14 17.27 17.15 12.41 10.25 15.88 14.76 13.97 16.03 13.19 14.27 13.14 9.73 13.38 12.92 12.29 15.77 12.24 12.05
14.72 15.26 13.80 21.40 20.83 20.74 14.77 20.48 16.27 16.66 15.78 18.80 18.43 13.13 10.75 15.48 19.15 18.90 13.78 14.24 23.76 21.72 21.13 17.63 17.12 14.36 13.70 11.66 13.91 14.37 11.61 20.89 16.78 16.58
62.59 60.88 57.42 47.49 32.30 47.70 59.04 50.96 54.01 55.96 52.92 57.28 52.78 64.82 52.05 58.32 47.43 48.17 42.40 56.51 45.11 48.68 45.80 52.17 52.64 46.49 49.63 59.16 50.83 45.88 47.47 38.05 53.03 55.92
14.27 14.23 15.11 17.86 25.99 18.07 15.78 16.83 14.65 16.48 18.62 11.84 15.56 12.88 13.44 16.06 16.14 15.77 31.41 19.00 15.24 14.83 19.10 14.18 17.05 24.89 23.53 19.45 21.87 26.83 28.62 25.30 17.95 15.46
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
111
Tabel 3.5.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1)
Isteri/ Suami
(3)
Anak
(4)
Lainnya
(5)
Total
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
8.54 13.02 10.37 13.16 16.37 14.39 14.06 14.57 13.96 12.07 13.73 11.71 8.35 7.51 8.57 12.27 18.66 11.76 13.52 15.93 14.91 11.82 12.79 15.77 14.72 9.47 15.23 13.43 13.42 12.26 22.02 19.99 11.97
20.14 20.15 19.42 23.74 19.63 25.72 23.68 22.83 23.36 23.68 25.81 21.96 18.70 13.37 18.82 21.13 24.68 19.80 24.07 29.20 26.45 23.63 20.75 23.59 24.05 16.53 23.06 21.62 19.68 20.87 35.63 28.22 21.95
64.80 59.26 58.65 54.13 52.32 49.13 53.95 53.09 52.06 52.57 51.73 54.61 59.94 62.37 55.26 51.90 47.92 50.69 51.13 49.46 48.43 52.36 55.71 47.26 48.73 57.40 48.08 52.54 50.37 50.87 34.49 42.16 54.26
6.52 7.57 11.56 8.97 11.68 10.76 8.31 9.51 10.63 11.68 8.73 11.73 13.01 16.75 17.35 14.71 8.73 17.75 11.27 5.41 10.20 12.18 10.76 13.38 12.49 16.60 13.63 12.41 16.53 16.00 7.85 9.62 11.82
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
112
Tabel 3.5.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Status dalam Rumah Tangga, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1)
Isteri/ Suami
(3)
Anak
(4)
Lainnya
(5)
Total
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
8.50 11.36 11.61 13.21 18.85 14.08 12.57 13.29 14.36 11.74 12.68 12.70 12.67 8.79 18.86 9.39 15.43 17.97 11.91 12.56 15.92 14.85 13.18 14.28 14.93 14.60 10.81 13.23 13.42 13.27 12.27 20.44 17.71 12.01
18.54 17.77 17.30 22.56 20.29 24.04 20.05 21.78 20.80 21.68 15.78 21.43 19.74 15.76 11.54 17.08 19.88 22.02 18.38 21.19 27.32 24.44 22.05 19.31 21.49 21.59 15.50 18.92 19.52 18.04 17.71 31.89 24.85 19.18
64.15 60.05 58.19 50.79 41.30 48.65 56.02 52.13 52.76 53.53 52.92 55.20 53.46 62.52 55.16 56.86 49.08 48.04 48.74 52.71 47.96 48.54 48.22 54.07 49.01 48.16 54.56 52.10 52.07 48.98 49.72 35.39 45.37 55.12
8.81 10.81 12.90 13.44 19.56 13.22 11.35 12.80 12.08 13.05 18.62 10.67 14.14 12.94 14.44 16.68 15.61 11.97 20.96 13.54 8.80 12.17 16.55 12.34 14.57 15.65 19.13 15.75 14.98 19.70 20.30 12.28 12.08 13.70
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
113
Tabel 3.6.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009
Laki-laki
Provinsi
(1)
Isteri/ Suami
(3)
Anak
(4)
Lainnya
(5)
Total
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
15.49 21.37 21.26 24.88 31.83 26.98 23.84 24.61 25.63 21.44 22.67 23.51 22.86 15.76 26.89 16.81 27.50 30.17 22.23 23.54 30.71 28.17 24.51 25.10 29.51 27.06 19.28 24.53 23.68 25.71 22.46 39.50 34.31 21.86
0.03 0.01 0.01 0.03 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.00 0.00 0.03 0.00 0.08 0.00 0.00 0.00 0.11 0.09 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04
74.14 67.93 61.93 59.30 51.31 56.00 65.87 62.66 61.23 66.22 59.67 64.40 61.34 71.21 60.82 64.88 62.85 58.16 56.68 61.83 58.88 57.50 54.85 61.90 55.04 57.18 59.46 59.69 60.34 55.17 57.56 45.74 50.32 63.66
10.33 10.69 16.80 15.80 16.86 17.02 10.29 12.72 13.13 12.35 17.65 12.10 15.80 13.00 12.29 18.23 9.65 11.67 21.08 14.52 10.32 14.33 20.64 13.00 15.45 15.76 21.27 15.74 15.98 19.03 19.98 14.73 15.37 14.47
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
114
Tabel 3.6.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009
Perempuan
Provinsi
(1)
Isteri/ Suami
(3)
Anak
(4)
Lainnya
(5)
Total
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
1.96 1.12 2.51 1.45 6.03 1.61 1.24 1.34 2.79 1.28 3.33 1.82 2.09 1.90 10.85 2.35 3.68 8.16 2.39 1.85 1.70 2.34 1.86 3.16 0.75 2.12 3.01 2.14 3.87 2.14 2.30 2.67 1.43 2.36
35.84 35.96 33.60 45.25 40.34 47.30 40.22 44.77 42.14 45.06 30.56 43.01 40.22 31.31 23.06 33.20 39.22 39.73 35.33 41.77 53.49 47.40 44.06 39.16 42.38 43.23 29.78 37.45 37.68 34.10 35.04 61.58 49.21 37.95
54.80 51.98 54.66 42.22 31.41 41.54 46.12 41.01 44.08 39.86 46.59 45.93 45.28 53.92 49.51 49.25 35.68 39.90 41.42 43.80 37.47 40.11 41.60 46.02 43.15 39.11 50.04 44.65 44.39 43.45 42.05 25.75 40.51 46.75
7.39 10.94 9.22 11.07 22.22 9.55 12.42 12.89 10.99 13.80 19.52 9.24 12.41 12.87 16.58 15.20 21.41 12.21 20.85 12.58 7.34 10.14 12.48 11.66 13.72 15.54 17.17 15.75 14.06 20.31 20.62 9.99 8.85 12.94
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
115
Tabel 3.6.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi, Jenis Kelamin dan Status dalam Rumah Tangga, 2009
Laki-laki+Perempuan
Provinsi
(1)
Isteri/ Suami
(3)
Anak
(4)
Lainnya
(5)
Total
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
8.50 11.36 11.61 13.21 18.85 14.08 12.57 13.29 14.36 11.74 12.68 12.70 12.67 8.79 18.86 9.39 15.43 17.97 11.91 12.56 15.92 14.85 13.18 14.28 14.93 14.60 10.81 13.23 13.42 13.27 12.27 20.44 17.71 12.01
18.54 17.77 17.30 22.56 20.29 24.04 20.05 21.78 20.80 21.68 15.78 21.43 19.74 15.76 11.54 17.08 19.88 22.02 18.38 21.19 27.32 24.44 22.05 19.31 21.49 21.59 15.50 18.92 19.52 18.04 17.71 31.89 24.85 19.18
64.15 60.05 58.19 50.79 41.30 48.65 56.02 52.13 52.76 53.53 52.92 55.20 53.46 62.52 55.16 56.86 49.08 48.04 48.74 52.71 47.96 48.54 48.22 54.07 49.01 48.16 54.56 52.10 52.07 48.98 49.72 35.39 45.37 55.12
8.81 10.81 12.90 13.44 19.56 13.22 11.35 12.80 12.08 13.05 18.62 10.67 14.14 12.94 14.44 16.68 15.61 11.97 20.96 13.54 8.80 12.17 16.55 12.34 14.57 15.65 19.13 15.75 14.98 19.70 20.30 12.28 12.08 13.70
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
116
Tabel 4.1.1 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009
Perkotaan
Jenis Kelamin/ Kelompok Umur (Tahun)
(1)
Masih Sekolah*)
(3)
Jumlah
(5)
Laki-Laki 16-18 19-24 25-30 16-30 Perempuan 16-18 19-24 25-30 16-30 Laki-laki+Perempuan 16-18 19-24 25-30 16-30
117
Tabel 4.1.2 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009
Perdesaan
Jenis Kelamin/ Kelompok Umur (Tahun)
(1)
Masih Sekolah*
(3)
Jumlah
(5)
Laki-Laki 16-18 19-24 25-30 16-30 Perempuan 16-18 19-24 25-30 16-30 Laki-laki+Perempuan 16-18 19-24 25-30 16-30
118
Tabel 4.1.3 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur dan Status Pendidikan (Formal dan Nonformal), 2009
Perkotaan + Perdesaan
Jenis Kelamin/ Kelompok Umur (Tahun)
(1)
Masih Sekolah*
(3)
Jumlah
(5)
Laki-Laki 16-18 19-24 25-30 16-30 Perempuan 16-18 19-24 25-30 16-30 Laki-laki+Perempuan 16-18 19-24 25-30 16-30
119
Tabel 4.2.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1) Tidak/ Belum Pernah Sekolah (2) Masih Sekolah SD (3) SMP (4) SM (5) PT (6) Tidak Sekolah Lagi (7) Jumlah (8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
0.31 0.39 0.36 0.34 0.34 0.48 0.22 0.56 0.58 0.46 0.38 0.39 0.28 0.41 0.16 0.47 0.87 2.08 0.68 1.59 0.35 0.49 0.28 0.34 0.63 0.09 1.10 0.93 0.67 0.44 0.37 1.15 0.38 0.47
0.11 0.75 1.09 1.47 0.79 0.97 0.65 1.20 0.41 2.34 1.66 0.49 3.94 1.56 0.32 0.51 0.00 0.00 0.15 2.04 0.62 1.20 0.10 0.00 0.00 0.00 0.08 1.69 0.00 0.00 0.62 0.00 0.00 0.94
2.66 4.61 2.48 7.57 3.61 2.84 5.19 8.38 3.70 4.63 4.20 6.57 5.33 4.98 2.97 6.96 3.54 6.19 5.84 6.82 11.02 7.74 2.28 1.88 3.94 2.60 3.41 9.68 4.77 1.61 2.24 3.41 3.61 5.31
50.11 60.47 51.53 58.33 67.77 61.53 59.30 64.42 58.11 57.97 50.59 57.33 57.24 62.15 32.11 61.87 56.76 56.40 51.85 57.22 52.25 57.51 62.67 57.57 54.11 47.19 44.64 52.38 49.19 47.28 47.94 52.99 61.22 56.59
47.13 34.17 44.90 32.63 27.83 34.66 34.86 26.00 37.78 35.06 43.56 35.62 33.50 31.31 64.60 30.66 39.70 37.42 42.16 33.92 36.11 33.54 34.95 40.54 41.95 50.21 51.87 36.25 46.04 51.12 49.19 43.61 35.18 37.15
68.43 74.66 70.97 78.09 86.21 80.33 77.76 84.28 68.07 79.09 81.91 82.37 83.94 80.11 59.78 78.92 79.12 72.69 73.30 75.40 77.34 79.89 81.30 77.27 78.20 71.50 72.51 83.63 67.20 64.93 71.26 76.47 74.88 79.06
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
120
Tabel 4.2.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009
Perdesaan
Provinsi Tidak/ Belum Pernah Sekolah (2) Masih Sekolah SD (3) SMP (4) SM (5) PT (6) Tidak Sekolah Lagi (7) Jumlah
(1)
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
1.22 1.49 0.83 1.17 1.96 1.12 1.34 2.51 1.05 0.85 0.59 0.63 0.90 0.63 1.94 2.68 3.13 3.97 3.73 0.62 0.92 1.51 0.67 2.01 1.47 3.51 3.63 1.89 3.05 2.05 37.63 4.67 2.09
0.27 0.95 2.57 3.23 1.10 4.64 5.72 5.55 1.36 2.48 2.76 9.51 4.83 1.54 0.86 0.58 0.03 1.22 4.52 3.41 6.80 0.97 0.00 1.24 0.28 0.42 1.99 0.22 0.00 3.09 0.11 3.72 2.49
7.76 12.48 12.54 12.72 19.91 12.51 14.45 16.24 14.28 12.26 13.24 13.74 11.11 4.53 15.01 4.36 12.60 25.80 24.97 20.73 21.53 15.75 4.90 8.86 14.38 12.67 18.88 13.46 8.05 14.37 20.54 22.78 13.62
65.05 74.56 63.51 70.09 72.63 60.72 66.11 65.94 69.86 71.01 70.90 58.81 74.16 61.33 68.86 78.45 71.39 59.97 59.84 62.70 57.84 67.83 81.43 67.07 67.87 66.28 62.29 66.63 75.72 75.19 63.17 61.81 68.48
26.93 12.01 21.37 13.97 6.36 22.12 13.72 12.27 14.50 14.25 13.10 17.93 9.91 32.60 15.26 16.61 15.98 13.00 10.67 13.17 13.83 15.44 13.67 22.82 17.47 20.63 16.84 19.69 16.23 7.35 16.17 11.69 15.41
74.43 80.41 80.04 84.41 81.63 85.02 86.26 87.13 85.65 87.70 89.25 85.94 87.09 77.19 85.61 83.63 79.92 83.17 85.17 87.22 87.31 82.97 85.22 84.13 86.52 82.38 82.53 81.45 79.03 82.09 50.92 80.77 84.46
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
121
Tabel 4.2.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Sekolah, 2009
Perkotaan + Perdesaan
Provinsi Tidak/ Belum Pernah Sekolah (2) Masih Sekolah SD (3) SMP (4) SM (5) PT (6) Tidak Sekolah Lagi (7) Jumlah
(1)
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
0.95 0.95 0.65 0.75 1.07 0.91 0.88 1.64 0.88 0.74 0.38 0.46 0.41 0.64 0.31 1.18 1.54 2.65 3.19 3.11 0.53 0.74 0.74 0.52 1.56 1.12 2.63 2.65 1.56 2.24 1.48 28.37 3.40 1.25
0.21 0.83 1.87 2.17 0.94 3.12 2.93 3.18 0.81 2.42 1.66 1.08 5.80 2.72 0.56 0.64 0.17 0.01 0.81 3.38 2.04 3.71 0.39 0.00 0.72 0.16 0.24 1.87 0.13 0.00 1.91 0.07 2.17 1.54
5.97 8.02 7.76 9.62 11.75 8.51 9.36 11.96 8.24 9.09 4.20 8.31 8.14 7.15 3.27 9.83 3.77 9.01 18.15 16.58 15.96 13.91 6.72 3.16 6.77 9.12 7.86 15.30 9.82 5.07 8.55 13.70 14.82 8.49
59.82 66.57 57.82 63.01 70.20 61.05 62.37 65.11 63.16 65.59 50.59 60.88 57.76 66.41 37.74 64.36 62.96 63.01 56.86 58.63 57.57 57.66 64.37 67.67 61.58 58.64 55.06 58.43 59.33 62.58 62.11 59.10 61.56 61.13
34.00 24.57 32.56 25.21 17.11 27.31 25.33 19.74 27.79 22.90 43.56 29.72 28.30 23.71 58.44 25.17 33.10 27.97 24.18 21.41 24.44 24.72 28.52 29.17 30.93 32.09 36.84 24.39 30.72 32.35 27.44 27.12 21.44 28.84
72.66 77.61 76.62 81.23 84.15 83.44 82.80 85.85 79.31 85.25 81.91 84.96 84.68 83.41 65.02 82.12 80.78 76.59 80.85 82.31 83.81 84.16 81.91 81.54 82.20 82.70 78.77 82.93 77.58 74.70 78.40 57.40 79.03 81.68
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
122
Tabel 4.3 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perdesaan (D)
Lakilaki
(5)
K+D
Lakilaki
(8)
Lakilaki
(2)
Perempuan
(3)
Jumlah
(4)
Perempuan
(6)
Jumlah
(7)
Perempuan
(9)
Jumlah
(10)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
0.11 0.20 0.05 0.15 0.15 0.00 0.19 0.57 0.40 0.00 0.01 0.13 0.03 0.29 0.18 0.29 0.65 0.82 0.31 0.60 0.00 0.28 0.09 0.28 0.14 0.32 0.93 1.71 0.00 0.00 0.22 0.57 0.30 0.22
0.03 0.37 0.29 0.00 0.20 0.14 0.02 0.07 0.40 0.21 0.07 0.27 0.34 0.42 0.18 0.53 0.73 3.26 0.57 1.27 0.43 0.14 0.32 0.00 0.38 0.31 0.91 1.30 0.19 0.00 0.18 1.35 0.45 0.40
0.07 0.29 0.17 0.07 0.17 0.07 0.10 0.32 0.40 0.10 0.04 0.20 0.18 0.36 0.18 0.41 0.69 2.15 0.44 0.93 0.22 0.21 0.21 0.14 0.26 0.31 0.92 1.50 0.10 0.00 0.20 0.95 0.38 0.31
0.59 0.24 0.35 0.14 0.11 0.04 0.12 0.63 0.35 0.37 0.00 0.33 0.52 0.57 0.46 1.19 2.28 2.47 3.74 1.67 0.45 0.64 0.51 0.39 2.05 1.40 3.29 5.39 0.67 1.16 0.74 25.92 2.68 1.26
0.47 0.45 0.33 0.09 0.21 0.13 0.21 1.08 0.37 0.18 0.00 0.32 0.90 0.82 0.23 2.02 2.86 3.92 3.94 2.69 0.32 0.76 0.87 0.18 1.37 1.27 2.93 4.76 0.69 0.99 0.72 40.75 6.43 1.80
0.52 0.34 0.34 0.12 0.15 0.08 0.17 0.84 0.36 0.28 0.00 0.32 0.71 0.70 0.34 1.62 2.56 3.29 3.84 2.19 0.38 0.70 0.69 0.29 1.71 1.33 3.10 5.08 0.68 1.07 0.73 33.73 4.52 1.53
0.45 0.22 0.23 0.14 0.13 0.03 0.15 0.60 0.36 0.27 0.01 0.20 0.22 0.42 0.27 0.72 1.28 1.70 2.92 1.34 0.29 0.50 0.25 0.34 1.43 1.13 2.43 4.07 0.49 0.82 0.56 19.14 2.02 0.72
0.34 0.41 0.31 0.05 0.20 0.13 0.13 0.61 0.38 0.19 0.07 0.29 0.54 0.61 0.20 1.24 1.48 3.62 3.16 2.28 0.36 0.49 0.52 0.10 1.05 1.02 2.19 3.49 0.55 0.67 0.53 31.26 4.55 1.08
0.39 0.32 0.28 0.09 0.17 0.08 0.14 0.60 0.37 0.23 0.04 0.25 0.38 0.52 0.23 0.99 1.38 2.76 3.04 1.82 0.33 0.49 0.39 0.22 1.24 1.07 2.30 3.78 0.52 0.74 0.55 25.41 3.30 0.90
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
123
Tabel 4.4 Rata-rata Lama Sekolah (dalam Tahun) Pemuda menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2009
Perkotaan (K)
Provinsi
Perdesaan (D)
Lakilaki
(5)
K+D
Lakilaki
(8)
Lakilaki
(2)
Perempuan
(3)
Jumlah
(4)
Perempuan
(6)
Jumlah
(7)
Perempuan
(9)
Jumlah
(10)
(1)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
11.41 10.73 10.78 10.51 10.54 10.36 10.35 10.17 11.07 9.48 11.31 10.22 10.34 10.09 12.13 10.59 11.02 9.75 10.44 10.18 10.18 9.91 10.75 10.44 9.94 11.09 10.59 8.95 11.00 11.29 11.81 11.13 10.82 10.49
11.67 11.04 11.65 11.05 10.93 10.53 11.00 10.40 11.48 9.49 10.97 10.02 10.00 10.32 11.92 10.58 10.76 9.46 10.70 9.81 10.26 10.15 10.79 10.93 10.43 11.22 10.93 9.97 11.48 11.73 11.59 11.03 11.51 10.52
11.54 10.88 11.22 10.77 10.75 10.44 10.68 10.29 11.28 9.49 11.14 10.12 10.17 10.21 12.02 10.59 10.88 9.60 10.57 10.00 10.22 10.04 10.77 10.69 10.19 11.15 10.77 9.47 11.25 11.54 11.69 11.08 11.19 10.50
9.51 9.08 8.64 8.57 7.50 8.58 8.07 7.14 8.78 7.59 8.12 8.02 8.52 10.22 8.58 9.22 8.68 7.02 7.33 8.05 7.76 8.74 8.59 6.86 8.15 7.84 7.75 8.59 8.82 8.52 6.54 8.59 8.29
9.62 9.18 9.48 8.66 7.74 8.41 7.99 7.34 9.03 7.45 7.92 7.51 8.55 10.18 8.28 8.74 8.10 7.39 7.31 7.94 7.73 8.70 9.27 7.49 8.39 8.15 7.78 8.73 8.85 8.03 4.81 7.52 8.22
9.57 9.13 9.08 8.62 7.60 8.50 8.03 7.23 8.90 7.53 8.02 7.77 8.53 10.20 8.43 8.99 8.36 7.21 7.32 8.00 7.74 8.72 8.92 7.18 8.27 8.00 7.76 8.66 8.83 8.27 5.63 8.06 8.26
10.08 9.88 9.47 9.55 8.99 9.17 8.97 8.45 9.57 8.11 11.31 9.44 9.46 9.36 11.56 9.63 10.32 9.19 7.84 8.18 8.78 8.65 10.01 9.43 7.85 8.88 8.84 8.18 9.24 9.54 9.62 7.77 9.20 9.42
10.22 10.09 10.28 9.86 9.68 9.13 9.24 8.77 9.96 8.05 10.97 9.22 9.10 9.48 11.39 9.48 10.05 8.72 8.15 8.02 8.74 8.79 10.02 10.05 8.45 9.13 9.17 8.59 9.48 9.78 9.26 6.31 8.77 9.40
10.15 9.99 9.89 9.70 9.34 9.15 9.11 8.61 9.76 8.08 11.14 9.33 9.28 9.42 11.47 9.55 10.18 8.93 8.00 8.10 8.76 8.72 10.01 9.74 8.16 9.00 9.01 8.38 9.36 9.67 9.44 7.01 8.98 9.41
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
124
Tabel 4.5.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
SD
(4)
SMP
(5)
SM
(6)
PT
(7)
Jumlah
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
0.31 0.39 0.36 0.34 0.34 0.48 0.22 0.56 0.58 0.46 0.38 0.39 0.28 0.41 0.16 0.47 0.87 2.08 0.68 1.59 0.35 0.49 0.28 0.34 0.63 0.09 1.10 0.93 0.67 0.44 0.37 1.15 0.38 0.47
1.46 3.25 4.80 4.40 3.59 5.82 5.71 8.52 3.07 6.66 1.04 3.22 4.36 3.08 1.09 2.55 2.31 7.82 6.54 8.20 5.36 6.20 3.40 5.80 11.41 3.88 5.44 12.10 4.89 3.43 2.34 3.29 4.97 3.52
7.49 11.05 8.01 11.40 9.56 14.36 12.02 13.57 9.22 25.33 12.64 19.73 17.92 17.01 6.00 14.30 11.51 20.96 13.48 15.32 18.47 19.54 12.08 11.36 13.18 10.29 14.07 21.94 8.65 7.09 7.55 8.99 8.73 15.41
27.82 29.98 26.81 27.84 23.24 26.34 26.84 25.75 29.56 33.02 26.68 31.05 29.58 34.44 25.08 32.56 26.39 30.59 26.83 29.65 27.87 28.84 28.41 27.36 24.09 27.23 24.17 22.73 25.45 24.65 22.86 25.83 27.62 30.03
49.41 45.49 46.21 45.29 57.97 43.35 44.93 40.06 44.67 29.70 45.46 37.67 40.53 37.35 54.91 40.78 46.93 31.76 42.89 36.82 39.32 35.89 45.91 47.50 41.24 46.83 43.73 35.03 48.31 53.34 53.16 49.41 42.74 41.22
13.51 9.84 13.82 10.72 5.29 9.63 10.28 11.54 12.90 4.83 13.80 7.93 7.33 7.71 12.75 9.34 11.98 6.79 9.58 8.42 8.62 9.03 9.92 7.64 9.44 11.68 11.49 7.27 12.04 11.05 13.72 11.34 15.57 9.37
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
125
Tabel 4.5.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1)
SD
(4)
SMP
(5)
SM
(6)
PT
(7)
Jumlah
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
1.22 1.49 0.83 1.17 1.96 1.12 1.34 2.51 1.05 0.85 0.59 0.63 0.90 0.63 1.94 2.68 3.13 3.97 3.73 0.62 0.92 1.51 0.67 2.01 1.47 3.51 3.63 1.89 3.05 2.05 37.63 4.67 2.09
5.90 8.32 12.25 8.70 17.97 10.78 13.12 21.79 9.29 13.01 7.83 12.33 4.69 1.78 6.05 6.28 10.87 20.37 18.58 11.38 14.64 8.01 13.96 28.08 10.22 13.10 16.92 11.93 10.00 13.10 6.50 13.17 9.69
20.60 22.34 20.62 30.86 35.78 29.62 33.74 33.11 25.80 43.81 40.95 39.06 34.03 12.79 33.93 24.63 28.88 36.87 34.09 36.98 37.83 30.24 21.66 28.63 35.88 32.17 31.69 26.32 23.06 32.48 17.68 27.06 32.99
36.51 34.10 32.04 32.41 21.55 33.56 29.79 22.24 34.08 31.84 33.08 30.92 39.02 42.63 34.91 33.09 33.03 21.11 25.83 32.62 29.21 31.04 30.60 21.71 29.22 27.77 25.19 30.80 32.31 30.25 17.93 29.98 32.44
30.06 30.67 29.67 23.80 21.54 21.06 19.99 18.58 25.88 8.82 15.52 15.79 18.46 37.77 20.53 27.89 20.85 15.42 15.79 16.49 15.10 26.15 30.08 16.80 19.49 19.69 18.15 24.50 27.69 18.69 18.40 22.02 20.00
5.71 3.08 4.59 3.06 1.20 3.86 2.03 1.76 3.90 1.66 2.04 1.27 2.89 4.39 2.65 5.44 3.25 2.26 1.98 1.91 2.30 3.05 3.03 2.77 3.71 3.76 4.42 4.56 3.90 3.44 1.87 3.11 2.79
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
126
Tabel 4.5.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1)
SD
(4)
SMP
(5)
SM
(6)
PT
(7)
Jumlah
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
0.95 0.95 0.65 0.75 1.07 0.91 0.88 1.64 0.88 0.74 0.38 0.46 0.41 0.64 0.31 1.18 1.54 2.65 3.19 3.11 0.53 0.74 0.74 0.52 1.56 1.12 2.63 2.65 1.56 2.24 1.48 28.37 3.40 1.25
4.59 5.85 9.44 6.54 10.05 9.11 10.11 15.82 7.05 11.21 1.04 4.95 7.32 3.84 1.30 4.22 3.77 9.47 17.12 15.54 9.30 11.05 5.10 10.19 22.66 8.61 10.30 15.17 10.02 7.98 9.43 5.68 10.75 6.51
16.72 16.84 15.87 21.07 21.35 24.47 24.90 24.32 19.82 38.55 12.64 27.70 25.76 25.04 8.05 23.69 16.35 25.23 31.37 28.59 30.59 30.06 18.77 16.90 23.61 29.38 25.55 28.15 21.52 18.14 23.99 15.48 21.66 23.93
33.94 32.09 30.07 30.11 22.48 31.13 28.58 23.82 32.45 32.18 26.68 31.81 30.08 36.61 30.37 33.68 28.86 31.91 22.45 26.95 30.98 29.05 29.38 29.11 22.49 28.71 26.45 24.29 29.34 29.95 27.73 19.93 29.28 31.19
35.78 37.89 35.90 34.61 41.60 28.58 30.15 28.24 32.66 14.77
8.01 6.37 8.07 6.92 3.45 5.81 5.39 6.16 7.15 2.56
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
45.46 13.80 29.35 5.72 31.36 5.08 28.44 5.44 49.75 10.23 31.09 6.14 39.91 25.87 21.88 21.95 24.36 23.94 38.63 38.13 24.75 26.45 28.48 24.28 30.97 35.58 30.43 26.27 28.13 30.93 9.57 4.88 3.98 3.87 4.23 5.16 7.39 5.16 4.94 5.74 6.59 5.46 6.59 6.10 6.94 4.27 6.78 6.18
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
127
Tabel 5.1.1 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
Bekerja
(2)
Pengangguran
(3)
Sekolah
(4)
Lainnya
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
43.00 48.09 39.88 45.45 65.25 47.92 45.72 55.16 44.74 48.89 56.53 47.81 49.91 51.67 46.18 52.12 63.30 52.04 43.61 51.33 48.93 53.62 47.78 44.28 49.13 43.28 46.09 52.92 42.48 35.51 41.46 43.83 43.53 50.04
9.96 12.79 10.79 11.22 8.86 8.46 14.28 9.78 10.08 10.82 13.15 13.98 14.49 11.83 9.99 10.31 6.01 9.53 10.07 10.85 8.80 10.24 11.87 15.72 9.74 9.40 10.96 6.02 9.75 15.12 12.48 11.17 17.43 12.06
29.66 21.05 30.88 21.62 11.58 23.43 18.65 15.53 29.81 22.59 15.45 17.93 17.34 20.13 32.61 19.51 18.20 19.19 28.94 17.78 20.90 17.41 19.54 22.59 20.62 28.82 23.14 18.59 28.74 33.67 30.68 24.48 20.72 19.85
12.50 14.28 13.18 19.48 13.00 17.29 17.90 16.52 12.75 15.14 12.77 16.60 14.74 12.28 9.49 15.11 10.93 16.05 14.92 18.51 19.65 17.37 18.43 14.71 18.48 16.77 16.06 19.68 17.13 14.11 13.49 17.56 14.49 14.88
4.87 3.79 5.27 2.23 1.32 2.89 3.45 3.00 2.62 2.55 2.10 3.68 3.52 4.09 1.73 2.95 1.56 3.18 2.46 1.54 1.71 1.37 2.38 2.71 2.02 1.73 3.75 2.79 1.90 1.59 1.88 2.96 3.81 3.18
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
128
Tabel 5.1.2 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1)
Bekerja
(2)
Pengangguran
(3)
Sekolah
(4)
Lainnya
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
46.46 59.28 52.47 48.53 37.57 55.01 59.38 58.22 60.44 55.82
10.31 8.29 8.49 7.81 5.19 6.62 6.30 5.31 5.24 6.76
22.28 14.02 16.80 14.99 15.25 13.99 11.83 9.29 12.16 10.52
16.68 15.06 17.93 25.17 37.46 21.07 19.30 24.04 18.97 23.55
4.27 3.36 4.31 3.50 4.53 3.32 3.19 3.14 3.19 3.35
45.56 42.43 54.05 56.77 58.04 72.06 58.19 66.99 66.40 63.52 63.39 50.03 45.38 52.25 59.35 52.07 57.27 61.78 52.73 54.39 72.95 56.56 54.87
12.97 16.54 9.59 10.21 5.64 4.30 5.84 4.03 6.38 4.09 7.95 10.40 11.94 6.26 5.50 7.72 4.63 4.57 8.74 6.15 3.92 6.59 8.34
10.47 9.65 12.04 13.62 10.58 12.51 12.30 12.07 10.21 11.91 9.35 14.22 14.90 15.88 10.93 12.40 12.89 12.16 17.24 16.03 10.44 18.34 12.13
24.88 25.73 19.32 17.74 21.97 8.95 19.84 14.43 15.61 18.28 17.65 22.03 23.69 22.53 21.94 23.96 21.31 19.56 18.09 20.39 9.76 15.79 20.65
6.11 5.64 4.99 1.67 3.76 2.18 3.83 2.49 1.39 2.20 1.66 3.31 4.07 3.08 2.27 3.86 3.90 1.92 3.21 3.04 2.94 2.72 4.01
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
129
Tabel 5.1.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama Selama Seminggu Terakhir, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1)
Bekerja
(2)
Pengangguran
(3)
Sekolah
(4)
Lainnya
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
45.32 53.98 47.97 47.54 60.05 52.89 54.56 56.97 55.68 54.17 56.53 46.82 47.01 53.01 49.52 55.33 67.37 55.69 62.01 62.05 58.85 59.59 48.76 44.93 51.35 55.47 49.72 56.39 57.01 47.25 50.42 65.68 52.70 52.61
10.20 10.42 9.31 8.90 8.17 7.17 9.12 7.14 6.71 7.72 13.15 13.53 15.29 10.58 10.06 7.78 5.22 7.34 5.31 7.67 5.60 8.84 11.24 13.49 7.26 6.44 8.99 4.91 5.85 10.77 8.10 5.73 9.81 10.07
24.71 17.35 21.83 17.12 12.27 16.81 14.24 11.84 17.52 13.40 15.45 14.64 14.36 15.60 26.61 14.67 15.56 15.11 15.66 12.40 14.79 12.48 17.24 18.05 17.24 15.26 16.62 14.05 16.26 22.47 20.53 13.95 19.04 15.74
15.30 14.69 16.23 23.34 17.60 19.94 18.80 20.97 17.08 21.55 12.77 20.26 19.00 16.23 12.09 18.83 10.01 18.30 14.53 16.45 18.72 17.54 19.99 20.01 21.37 20.69 20.85 20.98 18.96 16.82 18.27 11.71 15.41 17.95
4.47 3.56 4.65 3.09 1.92 3.19 3.28 3.08 3.02 3.16 2.10 4.76 4.34 4.59 1.71 3.39 1.85 3.57 2.48 1.43 2.04 1.55 2.78 3.51 2.78 2.14 3.81 3.67 1.92 2.69 2.68 2.94 3.04 3.62
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
130
Tabel 5.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009
Provinsi
(1)
Perkotaan
(2)
Perdesaan
(3)
Perkotaan+ Perdesaan
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
52.97 60.88 50.67 56.67 74.10 56.38 60.00 64.95 54.82 59.71 69.68 61.79 64.41 63.51 56.17 62.43 69.31 61.57 53.68 62.17 57.74 63.85 59.65 60.00 58.88 52.69 57.05 58.94 52.23 50.63 53.94 54.99 60.97 62.09
56.77 67.57 60.96 56.34 42.76 61.63 65.68 63.53 65.67 62.58 58.53 58.97 63.64 66.97 63.68 76.36 64.03 71.02 72.79 67.61 71.34 60.44 57.33 58.51 64.86 59.78 61.90 66.36 61.47 60.54 76.87 63.15 63.21
55.52 64.40 57.29 56.45 68.21 60.06 63.67 64.11 62.38 61.89 69.68 60.35 62.30 63.58 59.58 63.11 72.58 63.03 67.32 69.72 64.45 68.43 59.99 58.42 58.62 61.91 58.71 61.30 62.87 58.02 58.52 71.40 62.51 62.69
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
131
Tabel 5.3.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur Pertanian (2) 15.90 9.36 7.79 5.03 4.42 11.98 8.96 7.40 11.16 9.04 0.30 4.98 1.70 7.35 5.82 10.60 5.51 17.19 8.08 10.92 16.32 7.49 8.10 8.85 7.38 6.60 8.08 21.69 7.32 7.73 8.47 7.03 10.52 6.83 Pertambangan (3) 0.26 0.21 0.34 3.00 1.04 0.67 0.62 18.83 1.44 0.04 0.22 0.27 0.40 0.19 0.13 0.41 0.19 0.66 0.89 2.03 4.09 4.81 7.15 1.77 0.39 0.97 0.45 0.00 3.18 0.21 0.61 2.20 5.61 0.73 Industri (4) 5.90 18.15 7.18 9.34 41.86 4.83 9.59 5.60 3.93 11.97 19.44 31.58 38.08 30.98 16.61 21.49 19.60 13.91 5.70 8.35 5.02 8.65 7.57 9.71 9.02 4.43 9.92 8.67 4.71 2.08 1.78 3.43 3.25 22.44 Listrik, Gas & Air (5) 0.72 0.33 0.80 1.05 0.17 0.00 0.27 0.30 0.58 0.16 0.15 0.37 0.51 0.32 0.58 0.27 0.32 0.62 0.55 0.25 0.27 0.35 0.44 0.54 0.00 0.11 0.25 0.21 0.47 0.70 2.59 0.39 0.00 0.35 Konstruksi (6) 8.22 9.64 6.14 8.60 3.70 6.91 9.06 7.08 9.52 6.67 3.44 4.19 1.71 5.82 5.72 5.74 5.88 8.16 5.50 9.58 7.22 4.65 7.70 7.18 9.24 7.10 9.81 10.60 6.05 7.02 6.94 5.39 8.31 5.63 Perda- Trans- Kegang- porta- uangan si an (7) 21.47 33.57 36.90 36.18 21.17 33.81 34.53 28.82 31.86 37.85 37.05 28.16 28.16 30.16 36.51 30.87 38.76 23.30 27.90 35.58 30.77 38.43 34.73 28.03 25.82 31.20 36.93 21.15 26.80 28.68 23.58 35.83 20.22 31.41 (8) 7.02 8.37 10.38 6.99 8.52 8.94 12.67 4.96 8.45 8.63 8.57 9.68 8.72 5.48 6.58 8.41 5.98 10.66 17.13 6.23 8.82 9.33 7.94 19.38 17.55 8.23 9.96 8.04 14.28 16.15 19.66 12.82 16.21 8.65 (9) 1.46 2.50 4.12 6.39 2.28 4.00 1.59 2.60 3.73 3.10 7.50 2.64 3.09 2.18 4.61 2.77 4.32 2.43 2.87 2.09 3.88 3.07 4.62 3.92 2.41 1.64 4.32 0.76 4.41 4.22 0.90 4.97 2.10 3.38 Jasa (10) 39.05 17.88 26.36 23.43 16.85 28.87 22.71 24.41 29.33 22.53 23.34 18.14 17.63 17.52 23.45 19.44 19.43 23.06 31.38 24.96 23.62 23.22 21.75 20.62 28.20 39.72 20.26 28.88 32.79 33.21 35.47 27.93 33.80 20.59
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
132
Tabel 5.3.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur Pertanian (2) 57.61 65.02 52.04 61.42 47.46 65.73 77.17 39.40 73.06 60.52 28.88 34.85 40.54 29.01 51.07 42.22 54.49 74.28 74.15 72.85 58.65 57.26 45.51 46.67 66.86 64.33 67.65 58.26 70.38 70.83 87.27 72.17 53.68 Pertambangan (3) 0.83 0.64 2.29 1.88 1.96 2.57 0.62 34.10 1.16 1.21 0.72 0.82 1.01 1.10 0.82 0.70 2.28 2.10 6.09 7.88 4.76 6.97 3.55 2.99 1.57 0.49 0.32 3.54 0.31 2.32 0.66 1.35 1.71 Industri (4) 4.39 6.27 8.54 5.10 3.64 2.58 4.11 3.21 3.19 11.48 22.40 23.42 19.94 16.70 13.57 20.46 13.14 6.43 2.95 2.76 6.87 4.21 6.23 8.20 4.00 6.23 6.03 5.66 9.30 1.93 1.55 3.92 11.91 Listrik, Gas & Air (5) 0.08 0.09 0.17 0.28 0.00 0.08 0.00 0.11 0.09 0.13 0.22 0.08 0.13 0.00 0.06 0.02 0.24 0.08 0.08 0.03 0.06 0.12 0.64 0.09 0.11 0.12 0.07 0.17 0.22 0.42 0.03 0.03 0.12 Konstruksi (6) 7.60 4.36 3.62 3.14 6.67 3.26 2.00 2.04 2.37 3.89 6.31 4.76 7.96 10.19 5.93 6.69 5.11 2.63 2.58 3.10 4.20 4.89 6.96 7.26 4.67 5.37 3.36 4.15 3.45 3.46 1.10 4.98 5.17 Perda- Trans- Kegang- porta- uangan si an (7) 11.69 11.53 16.41 11.70 13.83 11.37 6.73 10.82 7.78 12.66 21.67 20.34 17.17 19.76 13.87 17.36 10.37 3.36 7.35 5.70 13.43 9.98 12.89 10.83 10.48 10.99 9.77 10.32 6.64 5.23 4.49 6.89 13.43 (8) 4.15 3.62 5.94 3.67 3.30 4.19 3.44 1.83 3.28 3.44 8.97 7.72 3.53 5.59 4.16 3.08 5.82 6.24 1.91 3.15 3.37 3.90 11.18 9.10 3.96 5.94 2.90 5.95 4.50 5.65 1.99 3.32 4.79 (9) 0.21 0.63 0.66 0.42 0.14 0.72 0.14 0.63 0.26 0.26 0.81 0.69 0.73 4.86 0.83 1.79 0.28 0.38 0.18 0.18 0.20 0.78 1.65 1.12 0.45 0.31 0.47 0.46 0.05 0.37 0.19 0.14 0.63 Jasa
(10) 13.44 7.84 10.33 12.38 23.01 9.50 5.78 7.87 8.80 6.40 10.02 7.31 9.00 12.78 9.69 7.69 8.26 4.51 4.71 4.34 8.46 11.89 11.38 13.73 7.90 6.23 9.44 11.49 5.14 9.79 2.72 7.21 8.57
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
133
Tabel 5.3.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Lapangan Usaha, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur Pertanian (2) 44.58 41.53 38.90 44.12 9.48 51.15 56.99 26.76 57.97 49.47 0.30 15.25 13.29 26.32 14.21 33.62 23.75 40.29 64.35 59.06 57.79 40.77 29.89 30.69 35.88 55.49 43.82 58.89 48.88 55.40 55.07 73.89 57.07 32.87 Pertambangan (3) 0.65 0.46 1.71 2.23 1.14 2.05 0.62 28.07 1.23 0.96 0.22 0.47 0.55 0.66 0.48 0.64 0.44 1.66 1.92 5.12 6.87 4.78 7.07 2.83 2.28 1.46 0.48 0.26 3.48 0.29 1.89 0.92 2.40 1.28 Industri (4) 4.86 11.28 8.14 6.40 37.37 3.19 5.73 4.15 3.37 11.59 19.44 27.63 32.95 24.67 16.64 16.99 20.03 13.43 6.32 4.24 3.36 7.49 6.08 7.64 8.43 4.08 7.58 6.53 5.48 7.58 1.89 1.86 3.75 16.59 Listrik, Gas & Air (5) 0.28 0.20 0.36 0.51 0.15 0.06 0.08 0.18 0.21 0.14 0.15 0.31 0.36 0.21 0.37 0.15 0.17 0.39 0.15 0.12 0.10 0.16 0.30 0.60 0.07 0.11 0.17 0.10 0.23 0.33 0.97 0.09 0.02 0.22 Konstruksi (6) 7.80 6.59 4.37 4.82 4.04 4.25 4.09 4.03 4.12 4.49 3.44 5.10 2.78 7.04 7.34 5.85 6.28 6.27 3.06 4.25 4.19 4.35 6.45 7.05 7.81 5.13 6.99 4.74 4.50 4.30 4.34 1.82 5.79 5.37 Perda- Trans- Kegang- porta- uangan si an (7) 14.75 20.83 22.50 19.21 20.31 17.45 14.96 17.93 13.65 18.07 37.05 25.37 25.43 22.73 30.44 21.20 28.13 15.29 7.04 14.09 12.38 22.17 23.76 19.01 14.94 14.39 20.45 11.93 13.35 11.91 9.86 9.72 10.15 21.42 (8) 5.05 5.62 7.26 4.69 7.91 5.48 6.17 3.07 4.54 4.55 8.57 9.38 8.37 4.36 6.22 5.99 4.54 7.67 7.87 2.94 4.66 5.45 6.15 14.50 11.42 4.77 7.41 3.88 7.48 7.28 9.19 3.79 6.48 6.50 (9) 0.60 1.42 1.69 2.25 2.03 1.61 0.57 1.41 1.10 0.87 7.50 1.86 2.25 1.35 4.70 1.67 3.07 1.10 0.75 0.64 1.17 1.20 2.92 2.57 1.48 0.67 1.77 0.52 1.19 1.05 0.51 0.99 0.62 1.85 Jasa
(10) 21.44 12.07 15.09 15.77 17.58 14.75 10.79 14.40 13.81 9.87 23.34 14.65 14.02 12.65 19.59 13.89 13.59 13.90 8.54 9.54 9.48 13.62 17.38 15.11 17.70 13.90 11.35 13.15 15.42 11.85 16.28 6.93 13.72 13.91
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
134
Tabel 5.4.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
Tidak Tamat SD
(3)
SD/ Sederajat
(4)
Akademi/PT
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
3.86 3.90 6.99 3.37 2.97 4.69 6.72 6.81 4.64 4.95 2.42 3.39 3.98 3.15 2.78 2.53 3.34 9.78 11.60 11.62 7.87 6.71 5.63 6.80 19.19 5.47 8.59 23.91 7.33 4.44 4.37 6.13 4.98 4.04
8.12 10.96 9.16 8.24 8.10 12.60 14.69 17.59 7.64 14.71 12.08 19.53 15.62 17.86 8.40 14.15 11.27 22.76 14.76 16.45 14.67 16.43 11.55 10.84 17.56 13.88 14.86 14.19 9.15 9.38 8.54 7.52 8.91 14.97
21.36 24.08 25.10 20.06 14.57 19.17 17.50 17.60 23.11 25.56 21.48 25.93 24.97 30.34 22.75 25.67 21.00 25.43 22.22 22.75 23.79 24.01 17.44 19.45 19.38 19.30 21.33 16.32 17.60 13.97 11.43 18.75 16.10 24.32
47.90 51.52 42.78 52.33 65.09 46.88 46.10 46.13 45.06 41.99 46.97 40.25 45.87 38.68 45.97 45.95 47.48 30.63 37.69 37.03 39.06 41.04 51.73 50.28 32.64 39.33 40.60 32.36 45.45 55.60 53.88 52.01 56.74 44.10
18.56 9.51 15.94 15.95 9.07 16.50 14.39 11.27 19.42 12.79 16.94 10.81 9.56 9.79 20.03 11.45 16.20 9.76 11.93 11.32 14.07 11.68 13.52 12.63 10.56 21.92 13.94 11.19 19.79 16.25 21.25 15.05 12.56 12.34
0.12 0.09 0.18 0.06 0.25 0.71 1.64 1.80 0.84 0.54 0.14 0.13
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
0.67 0.10 0.68 2.03 0.69 0.36 0.53 0.55 0.71 0.23
135
Tabel 5.4.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1)
Tidak Tamat SD
(3)
SD/ Sederajat
(4)
Akademi/PT
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
0.65 1.26 0.49 0.98 3.95 1.04 0.57 0.81 0.97 0.31 0.70 1.32 0.56 0.45 1.54 2.43 4.53 3.91 2.90 0.50 0.58 1.33 0.21 1.06 1.70 3.48 3.50 1.37 2.55 1.18 43.73 15.30 2.15
6.68 9.43 16.95 11.52 15.94 11.86 16.49 23.21 14.61 11.44 7.98 13.47 6.55 3.38 10.08 9.10 17.64 25.42 21.36 9.92 17.72 12.32 13.79 37.44 13.96 17.51 24.90 14.96 16.51 16.13 13.59 14.25 12.09
23.48 23.81 23.72 28.64 33.98 32.66 35.13 35.34 25.46 27.00 44.03 40.74 36.22 13.30 32.52 26.07 25.79 38.40 32.99 40.94 38.10 28.77 23.18 27.73 36.28 31.25 31.38 23.01 25.50 27.19 13.28 23.69 32.63
31.02 32.55 28.54 28.09 16.31 28.26 25.94 19.45 30.70 37.48 28.58 24.58 34.69 32.05 31.80 28.19 27.83 17.75 26.55 30.49 25.26 25.42 27.76 18.62 27.23 26.13 20.24 29.70 26.84 28.60 16.52 22.70 29.40
30.52 29.55 25.11 25.32 23.88 21.70 19.42 19.27 24.18 20.73 15.76 17.80 18.68 44.54 20.64 28.72 20.36 12.52 14.30 16.19 15.19 28.21 30.88 11.96 17.47 18.61 16.40 25.10 24.97 21.85 11.56 19.87 20.31
7.65 3.40 5.19 5.45 5.94 4.48 2.44 1.92 4.08 3.05 2.95 2.09 3.31 6.29 3.41 5.49 3.85 2.00 1.89 1.96 3.14 3.95 4.19 3.18 3.36 3.02 3.58 5.87 3.63 5.05 1.32 4.18 3.42
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
136
Tabel 5.4.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1)
Tidak Tamat SD
(3)
SD/ Sederajat
(4)
Akademi/PT
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
0.51 0.74 0.35 0.69 0.63 0.80 0.58 0.73 0.77 0.24 0.12 0.35 0.46 0.40 0.20 0.99 1.56 3.43 3.60 2.41 0.51 0.43 0.66 0.12 0.96 1.40 2.46 3.22 1.25 2.02 1.02 36.53 11.73 1.30
5.80 7.10 14.00 9.02 4.50 9.92 13.60 16.73 12.17 10.05 2.42 5.36 7.30 5.09 3.00 6.82 6.20 14.65 23.35 19.04 9.37 13.87 8.60 10.97 32.43 12.36 14.26 24.71 13.55 13.63 13.16 12.34 11.98 8.51
18.68 18.39 19.39 22.38 11.15 27.22 29.08 28.33 21.12 24.36 12.08 30.06 24.40 28.35 10.17 24.60 18.63 24.64 34.86 29.04 33.94 30.52 19.18 18.19 24.94 32.05 25.27 28.11 20.46 21.64 22.47 12.32 20.07 24.78
28.00 28.97 27.52 25.63 14.78 25.80 23.44 18.72 28.85 34.92 21.48 27.07 24.84 32.83 26.12 29.16 24.57 26.92 18.42 25.64 28.70 24.82 20.98 24.40 18.83 25.74 24.38 19.49 27.47 23.76 24.26 16.89 21.09 27.15
35.95 38.82 30.35 33.61 60.25 28.53 27.32 29.88 29.27 25.30 46.97 29.73 36.05 27.25 45.46 31.56 38.15 24.27 16.29 19.72 22.28 24.23 41.31 38.72 17.63 21.60 26.63 19.44 28.85 32.30 29.94 18.30 28.90 30.88
11.06 5.98 8.38 8.67 8.70 7.74 5.97 5.62 7.82 5.14 16.94 7.43 6.95 6.09 15.06 6.88 10.88 6.10 3.49 4.14 5.19 6.13 9.28 7.60 5.21 6.86 7.00 5.03 8.43 6.65 9.15 3.61 6.24 7.38
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
137
Tabel 5.5.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
Berusaha Sendiri
(2)
Buruh/ Karyawan
(4)
Pekerja Bebas
(5)
Jumlah
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
14.50 17.29 23.15 21.38 12.15 18.72 24.68 23.00 13.31 21.92 17.11 19.10 16.74 15.22 13.41 15.95 20.13 18.62 16.76 20.91 14.41 19.87 10.65 26.38 26.97 20.10 13.23 23.47 17.31 26.90 26.17 15.05 23.49 17.42
8.34 6.98 9.31 7.10 8.34 7.31 6.17 7.33 8.10 6.89 6.24 7.00 5.48 8.23 9.52 8.27 7.54 7.10 9.61 6.71 7.20 5.54 6.80 3.58 4.69 7.21 8.20 6.45 7.20 6.46 5.13 4.63 5.24 7.28
54.35 53.98 43.74 56.98 73.69 56.81 54.45 56.99 54.35 49.64 70.65 59.59 70.36 53.80 60.07 53.39 56.67 35.74 56.55 55.89 59.63 54.70 70.14 53.97 51.54 57.45 57.52 52.14 56.66 51.10 54.54 63.07 58.16 58.38
3.85 7.83 10.14 4.34 2.94 6.43 3.40 5.51 9.42 8.24 1.51 8.53 1.88 10.82 7.37 9.10 5.38 20.79 3.94 4.97 3.91 5.64 4.39 8.77 7.82 4.29 7.30 5.56 4.54 3.68 1.07 3.35 4.34 7.13
18.96 13.92 13.66 10.20 2.88 10.73 11.29 7.16 14.81 13.31 4.49 5.78 5.54 11.93 9.64 13.29 10.27 17.75 13.13 11.53 14.85 14.24 8.02 7.30 8.98 10.95 13.76 12.38 14.29 11.86 13.09 13.90 8.77 9.78
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
138
Tabel 5.5.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1)
Berusaha Sendiri
(2)
Buruh/ Karyawan
(4)
Pekerja Bebas
(5)
Jumlah
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
14.57 13.05 20.16 18.90 31.49 17.78 13.18 20.70 14.47 11.84 21.10 19.00 13.44 11.06 12.08 13.14 14.10 12.37 16.39 12.44 17.90 16.06 25.21 19.38 15.79 12.56 14.00 14.48 16.41 21.01 12.92 12.49 15.03
11.30 13.66 13.78 10.61 7.54 13.98 16.11 13.33 18.44 15.13 14.65 15.49 15.75 14.88 14.29 17.28 14.52 19.01 17.52 18.08 11.45 17.00 13.26 10.04 17.27 18.12 16.64 14.93 16.72 16.71 20.19 24.27 15.22
32.79 20.53 19.26 32.30 39.07 27.18 16.43 32.71 14.94 16.48 26.49 34.57 22.75 35.94 21.71 23.46 13.07 8.62 18.46 23.39 24.83 36.48 26.09 23.98 15.12 17.14 21.00 19.04 13.92 15.31 8.88 17.11 21.79
7.67 12.90 17.28 13.87 10.85 9.62 7.27 16.88 9.87 15.28 22.01 16.21 17.33 13.31 16.04 12.95 30.18 4.02 4.50 4.57 12.49 4.31 16.22 24.07 10.62 10.74 7.41 4.68 1.05 8.04 0.78 5.03 14.05
33.66 39.85 29.52 24.31 11.04 31.43 47.01 16.38 42.28 41.27 15.76 14.73 30.72 24.82 35.88 33.16 28.13 55.98 43.12 41.53 33.33 26.15 19.22 22.52 41.18 41.45 40.94 46.86 51.89 38.92 57.23 41.11 33.91
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
139
Tabel 5.5.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Status Pekerjaan, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1)
Berusaha Sendiri
(2)
Buruh/ Karyawan
(4)
Pekerja Bebas
(5)
Jumlah
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
14.55 14.84 21.05 19.66 14.43 18.04 16.58 21.61 14.19 14.00 17.11 19.96 17.53 14.20 12.56 13.75 16.66 15.82 13.02 17.47 12.97 18.59 13.05 25.69 21.46 16.61 12.80 15.80 15.00 18.92 22.31 13.28 15.18 16.09
10.38 10.84 12.45 9.53 8.24 12.17 13.17 10.96 15.92 13.36 6.24 10.29 8.98 12.53 11.46 11.69 12.38 11.69 17.60 14.94 15.18 9.38 11.32 9.34 8.58 15.38 14.50 14.70 13.51 14.27 13.79 17.60 19.61 11.69
39.52 34.65 26.53 39.88 69.62 35.22 27.68 42.30 24.55 23.60 70.65 45.36 57.85 36.06 51.33 35.38 40.17 21.70 15.81 27.40 33.04 35.27 55.22 37.36 31.55 23.11 31.86 26.93 25.97 22.82 25.23 17.92 27.16 38.04
6.48 10.76 15.16 10.95 3.87 8.75 6.12 12.39 9.76 13.77 1.51 14.32 6.89 14.54 9.52 13.04 9.15 26.61 4.01 4.61 4.39 10.10 4.35 13.21 19.61 9.43 9.48 7.06 4.66 1.68 6.28 1.21 4.86 10.98
29.07 28.91 24.81 19.98 3.84 25.82 36.44 12.74 35.59 35.27 4.49 10.07 8.75 22.66 15.13 26.14 21.65 24.18 49.56 35.58 34.42 26.66 16.06 14.40 18.80 35.48 31.35 35.50 40.86 42.31 32.39 50.00 33.19 23.19
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
140
Tabel 5.6.1 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009
Perkotaan
Jam Kerja Provinsi 0*
(1) (2)
1-14
(3)
15-34
(5)
35+
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
1.27 1.57 3.90 0.81 1.00 0.33 2.26 1.62 2.01 1.35 0.51 0.91 1.30 1.42 1.49 1.02 2.36 0.81 4.03 2.25 1.34 2.03 0.74 2.53 1.40 2.24 3.10 5.34 2.35 2.79 3.18 2.37 0.21 1.30
7.83 3.82 6.21 2.83 1.42 2.12 3.68 2.04 4.85 4.42 1.14 2.32 1.89 3.45 4.27 4.73 3.63 7.43 6.15 3.36 3.63 4.14 1.69 1.30 3.60 3.85 3.08 7.21 5.27 2.94 1.65 2.96 2.68 3.23
26.04 12.88 16.89 11.24 4.46 16.43 15.61 15.01 17.55 14.58 5.12 8.80 6.87 13.54 12.91 15.58 11.02 19.70 15.93 11.53 15.81 19.72 9.38 9.15 13.42 17.27 13.69 22.70 22.98 17.09 19.89 12.31 11.78 11.81
64.86 81.73 73.00 85.12 93.13 81.12 78.45 81.33 75.60 79.65 93.24 87.96 89.95 81.58 81.33 78.66 82.99 72.06 73.89 82.86 79.22 74.11 88.19 87.02 81.58 76.65 80.12 64.75 69.40 77.17 75.29 82.36 85.33 83.65
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
141
Tabel 5.6.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009
Perdesaan
Jam Kerja Provinsi 0*
(1) (2)
1-14
(3)
15-34
(5)
35+
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
1.25 1.59 2.53 0.83 2.98 1.26 1.61 2.72 2.06 1.85 2.47 3.78 1.64 2.08 1.70 1.42 1.98 3.76 0.46 0.77 3.02 2.32 2.31 3.96 1.87 2.66 2.65 2.23 0.65 2.07 0.59 2.31 1.93
9.76 9.36 9.39 7.07 6.36 6.66 6.48 7.31 6.48 8.05 4.72 4.31 8.04 6.47 9.30 6.87 12.46 10.22 4.01 2.07 6.41 5.14 4.12 6.29 9.33 11.88 12.97 14.14 7.50 5.71 4.83 2.83 7.79
39.31 34.61 34.86 34.81 25.38 42.62 44.04 27.52 33.64 33.23 19.88 18.23 25.53 17.04 31.88 25.15 32.02 46.18 31.26 24.11 34.25 22.97 24.33 22.66 36.85 31.90 36.75 36.77 32.43 35.54 39.72 32.45 30.83
49.68 54.44 53.21 57.29 65.28 49.47 47.87 62.45 57.82 56.87 72.93 73.69 64.79 74.41 57.13 66.57 53.54 39.84 64.26 73.05 56.32 69.57 69.24 67.09 51.95 53.56 47.62 46.86 59.42 56.68 54.86 62.40 59.45
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
142
Tabel 5.6.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja (Jam) Selama Seminggu Terakhir, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Jam Kerja Provinsi 0*
(1) (2)
1-14
(3)
15-34
(5)
35+
(6)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
1.25 1.58 2.94 0.82 1.23 1.00 1.80 2.28 2.05 1.74 0.51 1.58 2.16 1.55 1.70 1.41 1.89 1.54 3.80 0.89 0.92 2.68 1.44 2.40 3.26 1.94 2.82 3.16 2.26 1.16 2.35 0.89 1.80 1.65
9.16 7.03 8.45 5.77 2.00 5.43 5.65 5.23 6.08 7.27 1.14 3.35 2.73 6.07 5.07 7.33 5.24 10.54 9.61 3.86 2.49 5.62 3.22 2.98 5.55 8.29 8.67 11.88 12.50 6.41 4.68 4.52 2.80 5.76
35.17 25.44 29.53 27.58 6.92 35.52 35.63 22.58 29.71 29.22 5.12 13.56 10.84 20.39 14.40 24.85 18.04 27.33 41.65 26.55 21.90 29.17 15.40 18.20 20.13 33.16 25.26 34.08 34.23 28.76 31.59 35.15 27.39 22.38
54.42 65.95 59.09 65.83 89.86 58.05 56.92 69.91 62.16 61.76 93.24 81.50 84.26 71.99 78.83 66.42 74.83 60.59 44.94 68.70 74.69 62.54 79.94 76.43 71.07 56.61 63.24 50.88 51.01 63.66 61.38 59.44 68.02 70.20
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
143
Tabel 5.7.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
Tidak Tamat SD
(3)
SD/ Sederajat
(4)
SMP/ Sederajat
(5)
Total
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
6.11 8.08 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 13.57 0.00 0.00 0.00 17.80 0.00 0.00 0.00 0.00 2.34 7.78 0.00 32.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 20.77 6.31 0.00 34.11 0.00 0.00 14.57 0.00 5.74
13.75 10.19 15.18 7.20 15.61 4.10 12.32 2.65 8.48 3.07 10.76 10.57 14.25 12.42 4.30 7.75 0.00 7.96 5.28 9.67 8.42 10.47 16.12 6.49 6.72 4.23 6.64 3.00 5.57 5.01 24.06 1.68 0.00 9.88
9.87 10.59 9.43 5.83 9.77 3.90 10.84 9.37 7.92 10.87 9.33 10.56 16.15 8.66 9.48 6.66 3.80 9.51 7.45 13.43 5.38 10.35 11.02 11.20 2.75 3.99 6.97 8.23 5.88 13.66 2.13 6.60 13.48 9.63
4.11 6.17 3.54 6.83 7.15 1.86 7.81 4.93 3.86 4.94 7.58 10.03 8.47 7.35 4.72 5.60 3.16 4.58 2.68 6.38 2.85 8.30 6.13 6.34 4.13 4.25 4.60 5.02 3.08 2.37 4.11 2.17 9.10 7.07
11.82 16.40 11.47 11.97 8.79 12.72 17.17 13.28 12.14 14.58 16.24 18.22 17.15 15.59 9.96 14.07 7.65 14.15 14.20 13.33 13.64 11.74 14.39 21.27 15.17 13.44 13.54 5.58 11.55 18.83 14.83 14.31 22.42 15.26
15.53 20.89 25.62 23.06 9.79 12.78 24.88 13.65 18.35 19.46 16.82 18.58 23.21 21.29 20.57 15.44 9.32 12.46 26.85 8.35 10.53 10.90 15.37 21.74 23.45 10.72 23.92 14.63 18.14 27.72 21.72 23.76 27.17 18.51
9.96 12.79 10.79 11.22 8.86 8.46 14.28 9.78 10.08 10.82 13.15 13.98 14.49 11.83 9.99 10.31 6.01 9.53 10.07 10.85 8.80 10.24 11.87 15.72 9.74 9.40 10.96 6.02 9.75 15.12 12.48 11.17 17.43 12.06
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
144
Tabel 5.7.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1)
Tidak Tamat SD
(3)
SD/ Sederajat
(4)
SMP/ Sederajat
(5)
Total
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
1.00 2.81 4.29 3.15 1.21 4.82 0.00 0.00 1.04 5.23 8.10 4.95 0.75 0.00 2.78 0.00 6.21 0.71 10.31 0.00 12.73 4.71 0.00 0.00 1.11 5.83 1.18 0.72 0.00 7.16 0.50 0.00 2.83
6.00 4.21 7.05 4.69 3.11 2.01 3.57 2.50 1.87 3.59 8.41 10.79 6.41 6.46 1.98 4.88 4.69 1.75 4.85 2.50 7.15 8.39 4.29 3.78 2.76 3.46 3.48 1.99 3.79 3.02 2.40 5.71 4.64
8.11 5.14 6.66 4.70 3.44 4.15 3.66 4.74 3.92 4.27 10.82 14.52 6.30 10.63 3.58 1.23 4.15 1.80 4.82 2.65 6.89 6.96 7.17 4.01 3.63 4.17 5.39 3.84 5.35 4.35 2.42 2.66 6.30
6.64 4.62 4.32 4.68 4.81 5.17 4.65 2.52 2.71 3.84 11.99 15.02 8.04 6.29 4.24 1.34 3.73 1.91 4.81 3.05 7.05 6.41 4.77 3.39 2.53 3.68 3.15 1.73 3.12 2.31 2.99 4.55 6.24
16.08 14.71 14.37 14.27 10.70 13.52 13.58 12.73 10.96 13.25 22.63 27.48 18.36 13.68 11.92 8.12 11.40 14.13 11.70 9.42 13.25 18.40 22.96 16.34 13.72 15.81 7.30 8.62 17.01 13.64 14.26 13.55 15.52
12.83 24.70 17.78 24.33 12.79 9.66 17.42 16.15 12.32 31.52 15.40 38.71 16.85 13.19 12.41 16.77 6.88 25.91 25.34 15.29 3.78 18.67 25.09 28.44 19.90 42.54 6.25 14.51 39.38 19.41 26.97 23.11 19.33
10.31 8.29 8.49 7.81 5.19 6.62 6.30 5.31 5.24 6.76 12.97 16.54 9.59 10.21 5.64 4.30 5.84 4.03 6.38 4.09 7.95 10.40 11.94 6.26 5.50 7.72 4.63 4.57 8.74 6.15 3.92 6.59 8.34
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
145
Tabel 5.7.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi (1) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
Tidak/ belum pernah sekolah
Tidak Tamat SD (3) 7.73 5.81 8.38 5.01 9.31 2.31 5.10 2.53 2.56 3.52 10.76 9.21 12.02 8.23 5.17 3.05 3.50 5.54 2.06 5.65 3.91 7.80 11.42 4.87 4.29 2.91 4.15 3.39 2.44 3.91 4.79 2.33 5.03 5.90
SD/ Sederajat (4) 8.39 6.67 7.09 4.82 7.05 4.12 4.98 5.89 4.34 5.19 9.33 10.73 15.13 6.93 10.05 4.36 2.10 6.12 2.24 6.36 3.05 7.64 8.41 8.22 3.79 3.67 4.79 5.72 4.03 6.39 4.14 2.99 4.19 7.22
SMP/ Sederajat (5) 5.95 5.28 4.07 5.29 6.59 4.34 5.63 3.58 3.02 4.06 7.58 10.92 10.86 7.76 5.34 4.82 2.22 4.06 2.11 5.25 2.99 7.56 6.26 5.31 3.61 2.88 4.00 3.51 1.99 2.93 2.76 2.76 5.77 6.60
SM/ Sede- Akademi/PT rajat (6) 14.28 15.71 12.95 13.14 8.91 13.14 15.52 13.07 11.50 13.74 16.24 19.30 19.17 16.69 10.97 13.30 7.81 12.80 14.16 12.50 11.72 12.34 15.63 22.10 15.77 13.59 14.50 6.75 9.77 17.90 14.26 14.29 17.86 15.35 (7) 14.29 22.08 22.54 23.60 10.02 11.50 22.81 14.21 16.09 25.59 16.82 18.07 25.19 19.98 19.45 14.61 11.29 10.35 26.40 14.91 11.85 8.89 16.00 22.89 25.77 14.51 30.20 10.06 16.19 32.66 20.76 24.80 25.23 18.72
Total (8) 10.20 10.42 9.31 8.90 8.17 7.17 9.12 7.14 6.71 7.72 13.15 13.53 15.29 10.58 10.06 7.78 5.22 7.34 5.31 7.67 5.60 8.84 11.24 13.49 7.26 6.44 8.99 4.91 5.85 10.77 8.10 5.73 9.81 10.07
(2) 1.49 3.24 3.88 2.78 1.05 4.27 0.00 3.07 0.97 4.64 0.00 10.87 3.70 0.52 0.00 2.22 0.67 6.59 0.65 13.60 0.00 9.43 3.57 0.00 0.00 2.96 5.91 1.07 6.53 0.00 6.24 0.60 0.00 3.30
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
146
Tabel 6.1 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009
Provinsi
(1)
Perkotaan (K)
(2)
Perdesaan (D)
(3)
K+D
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
21.49 17.67 24.96 19.29 27.75 15.88 26.85 31.74 19.90 29.34 27.61 22.47 27.28 23.14 34.43 21.65 25.88 31.20 34.88 20.15 19.95 31.64 20.30 24.84 29.19 28.04 22.87 21.93 27.23 23.31 20.26 23.01 31.37 23.84
25.87 24.41 28.86 24.54 33.09 20.48 23.05 31.46 23.80 29.04 23.79 29.08 20.93 30.25 21.58 29.60 30.63 37.67 24.22 20.34 33.33 18.83 26.89 42.27 30.62 22.86 31.21 27.63 29.40 19.24 29.49 20.04 25.01
24.58 21.13 27.39 21.90 30.15 18.92 24.60 31.59 22.39 29.13 27.61 22.97 27.95 22.09 33.17 21.62 27.25 30.89 37.01 23.03 20.20 32.61 19.76 25.94 38.02 29.96 22.86 27.84 27.52 27.53 19.59 27.85 23.38 24.41
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
147
Tabel 6.2.1 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1) Panas (2) Batuk (3) Pilek (4) Asma/ Diare/ Napas Buang Sesak/ Air Cepat (5) (6) Sakit Kepala Berulang (7) Sakit Gigi (8) Lainnya (9)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
6.72 7.24 11.05 8.45 12.18 4.42 7.44 10.87 6.70 9.94 10.57 8.65 10.89 6.57 9.33 7.46 11.63 13.27 10.46 5.87 5.52 10.62 5.74 8.79 16.53 9.62 9.20 7.82 9.08 5.78 6.55 10.23 14.79 8.56
7.54 7.72 10.55 10.74 14.74 5.76 13.48 14.05 7.43 16.80 15.95 11.61 14.59 12.38 19.59 11.83 12.28 13.44 20.73 7.87 8.23 16.68 9.49 9.14 9.95 9.06 8.85 9.93 9.98 10.64 8.70 9.82 14.83 12.22
8.88 7.28 11.17 11.47 15.03 6.13 13.93 13.53 7.59 16.75 15.12 11.66 14.07 13.42 21.59 12.34 14.39 15.95 22.27 8.44 10.60 16.57 9.48 12.54 8.71 9.04 9.07 11.35 10.23 9.08 6.83 9.05 15.78 12.54
1.12 0.50 0.42 0.74 0.73 0.50 0.75 1.06 0.21 0.92 0.62 1.03 0.43 0.48 0.91 0.59 1.03 1.23 1.74 0.75 1.01 1.22 0.70 0.74 1.03 0.85 0.68 0.88 0.79 1.26 0.59 0.90 2.31 0.74
1.25 1.16 0.45 0.64 1.09 0.93 0.99 0.65 0.52 1.12 0.96 0.86 0.96 0.86 0.85 0.72 1.16 1.72 1.87 0.72 1.15 1.34 0.86 0.89 1.49 1.14 0.85 2.40 1.16 0.66 1.22 0.41 1.66 0.92
3.99 2.47 3.80 4.56 5.46 2.36 5.53 6.74 2.71 7.03 4.49 3.39 4.31 3.65 4.18 2.81 6.26 6.68 6.56 4.27 5.53 5.70 3.62 4.04 5.39 6.75 4.83 5.71 6.07 4.43 3.14 6.31 6.52 3.96
1.34 0.63 1.10 1.39 1.72 1.14 1.42 2.65 0.66 1.98 0.98 0.88 0.91 0.98 1.98 1.20 1.24 1.41 3.12 1.14 1.65 2.25 1.06 0.72 2.64 2.07 0.82 1.04 2.38 1.53 0.56 1.24 1.52 1.12
6.53 4.67 6.87 3.03 6.05 4.42 6.40 11.49 7.42 7.85 6.34 6.01 7.77 6.11 8.70 5.06 5.50 9.75 9.23 5.84 3.57 6.15 5.37 7.29 7.96 9.11 5.06 5.45 6.99 8.69 4.15 8.26 14.47 6.11
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
148
Tabel 6.2.2 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1) Panas Batuk Pilek Asma/ Diare/ Napas Buang Sesak/ Air Cepat (5) (6) Sakit Kepala Berulang (7) Sakit Gigi (8) Lainnya (9)
(2)
(3)
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
9.23 11.33 12.40 8.60 24.63 7.95 6.90 10.28 6.68 8.90 8.83 9.65 6.19 7.17 7.32 14.12 13.01 18.99 8.11 6.68 11.71 5.65 10.76 26.66 11.43 7.18 9.73 10.95 12.33 7.91 11.41 6.30 9.14
10.22 9.39 12.20 10.89 18.39 8.30 8.87 11.79 9.00 15.28 10.29 13.21 9.98 16.49 10.57 12.06 12.84 22.60 9.85 8.57 15.18 8.47 14.23 16.71 10.78 6.57 9.89 9.25 14.84 7.57 15.46 8.73 11.10
10.88 9.48 12.20 10.95 18.25 7.81 9.58 11.76 10.85 15.47 11.19 13.40 11.19 19.39 10.52 13.56 14.28 21.85 10.21 9.13 14.75 8.56 13.29 12.99 10.01 6.67 10.16 9.10 12.07 3.69 14.62 6.54 11.41
1.20 0.53 1.11 0.67 0.96 0.49 0.60 1.21 0.69 0.88 0.95 1.37 0.35 1.34 0.77 1.06 0.85 2.24 1.44 0.81 1.34 0.55 0.75 1.85 1.32 0.81 0.99 1.12 1.77 0.50 1.37 0.42 0.88
1.41 1.31 1.77 2.09 3.11 0.85 1.13 1.59 1.33 1.31 0.93 1.52 0.65 1.05 0.91 1.62 1.87 2.78 1.86 1.40 1.64 1.02 1.39 2.35 1.73 1.05 2.34 1.62 1.90 1.68 1.87 0.69 1.27
6.68 4.69 7.89 6.17 11.44 4.02 5.95 10.70 4.85 6.74 4.15 6.34 3.55 4.68 3.49 7.58 8.26 13.60 7.14 6.19 8.76 4.87 7.83 11.55 9.86 5.56 12.46 8.59 9.21 5.71 7.46 4.54 5.71
3.03 1.35 2.57 2.60 3.02 1.64 2.20 2.72 1.94 1.97 1.46 1.54 0.92 2.45 1.61 2.09 2.21 4.04 2.27 2.08 3.47 2.27 2.71 4.02 4.37 2.12 3.53 3.36 4.14 2.33 3.39 1.71 1.99
7.74 8.33 8.53 5.94 5.17 6.42 7.05 12.16 6.31 8.34 7.45 8.37 6.48 8.53 5.96 8.77 10.59 10.03 6.03 3.32 8.46 4.16 6.06 8.02 9.76 7.06 9.32 6.41 9.44 4.39 9.01 9.22 7.29
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
149
Tabel 6.2.3 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2009
Perkotaan+Perdesaan
Provinsi
(1) Panas Batuk Pilek Asma/ Diare/ Napas Buang Sesak/ Air Cepat (5) (6) Sakit Kepala Berulang (7) Sakit Gigi (8) Lainnya (9)
(2)
(3)
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
8.49 9.33 11.89 8.53 17.78 6.76 7.12 10.55 6.69 9.19 10.57 8.71 10.43 6.39 8.68 7.39 12.55 13.13 16.99 7.46 6.28 11.25 5.71 9.85 23.37 10.97 7.92 9.03 10.45 10.32 7.45 11.11 8.81 8.84
9.43 8.58 11.58 10.81 16.38 7.44 10.74 12.80 8.43 15.71 15.95 11.11 14.07 11.25 18.65 11.23 12.20 13.11 22.16 9.27 8.45 15.82 9.11 11.88 14.51 10.34 7.41 9.90 9.45 13.55 7.95 14.03 10.53 11.68
10.29 8.41 11.81 11.21 16.47 7.24 11.35 12.56 9.68 15.83 15.12 11.48 13.82 12.37 20.93 11.47 14.08 15.05 21.95 9.69 9.63 15.53 9.14 12.94 11.60 9.76 7.55 10.59 9.40 11.15 4.76 13.21 9.27 11.99
1.17 0.51 0.85 0.71 0.83 0.49 0.66 1.14 0.51 0.89 0.62 1.00 0.78 0.42 1.04 0.68 1.05 1.03 2.12 1.24 0.88 1.29 0.65 0.74 1.58 1.20 0.76 0.95 1.03 1.62 0.53 1.25 0.98 0.81
1.36 1.24 1.27 1.36 2.00 0.88 1.07 1.17 1.04 1.26 0.96 0.89 1.17 0.76 0.91 0.81 1.33 1.80 2.57 1.52 1.32 1.51 0.92 1.16 2.07 1.58 0.98 2.36 1.50 1.52 1.52 1.50 0.97 1.09
5.88 3.61 6.35 5.36 8.15 3.46 5.78 8.92 4.08 6.83 4.49 3.68 5.06 3.60 4.33 3.14 6.75 7.53 11.95 6.29 5.96 7.46 4.08 6.08 9.55 9.07 5.30 10.01 7.90 7.74 4.83 7.17 5.12 4.81
2.53 1.00 2.02 1.99 2.30 1.47 1.89 2.69 1.48 1.98 0.98 1.10 1.14 0.95 2.12 1.40 1.55 1.84 3.82 1.94 1.93 2.95 1.50 1.79 3.57 3.79 1.65 2.62 3.09 3.34 1.73 2.84 1.66 1.54
7.38 6.55 7.90 4.48 5.65 5.74 6.78 11.86 6.71 8.20 6.34 6.55 7.99 6.28 8.65 5.49 6.70 10.21 9.84 5.98 3.41 7.47 4.92 6.63 8.00 9.59 6.33 7.91 6.57 9.21 4.31 8.82 10.77 6.68
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
150
Tabel 6.3 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2009
Provinsi
(1)
Perdesaan
(2)
Perkotaan
(3)
Perdesaan + Perkotaan
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
10.59 9.29 11.84 8.40 14.10 7.68 10.27 14.14 10.82 14.11 12.28 11.65 13.00 10.61 12.99 10.96 15.83 14.07 17.71 9.71 9.74 12.34 10.21 15.99 16.38 14.17 14.38 9.87 15.57 13.79 13.09 14.10 18.76 11.64
14.79 15.03 16.14 15.51 21.21 14.11 11.24 19.31 13.93 13.39
13.55 12.23 14.52 11.93 17.30 11.94 10.84 16.98 12.81 13.60 12.28 11.95 14.00 10.18 13.13 11.53 16.60 15.23 23.64 12.87 11.56 12.85 10.56 17.74 21.32 19.26 13.57 15.77 16.84 17.20 14.37 14.32 13.86 12.70
12.44 15.69 9.70 13.44 12.14 17.91 16.22 25.46 14.18 12.52 13.23 11.17 19.25 23.70 20.99 13.10 19.13 17.31 18.72 15.03 14.39 11.82 13.83
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
151
Tabel 6.4.1 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009
Perkotaan
Lama Sakit (Hari) Provinsi 1-3
(1) (2)
Jumlah 4-7
(3)
8-14
(4)
15-21
(5)
22-30
(6) (7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
58.22 60.39 54.64 67.04 62.54 60.71 63.76 61.75 56.16 66.54 66.94 55.91 66.17 61.86 61.20 61.55 74.05 51.79 57.88 64.47 64.77 73.06 55.66 64.19 65.66 54.47 61.61 54.53 58.69 51.15 65.26 44.76 63.69 61.21
33.38 30.41 36.97 22.05 27.82 30.17 25.24 27.06 30.37 23.77 27.05 32.31 27.31 29.95 29.40 29.65 18.34 38.73 33.70 25.01 27.60 21.31 33.82 30.85 25.02 35.56 30.67 36.08 34.26 44.18 28.25 42.30 29.06 29.75
2.72 3.20 4.91 4.61 4.28 2.11 3.47 6.00 9.32 2.95 3.92 6.09 4.18 3.70 3.92 4.47 4.39 3.91 4.68 5.28 5.23 2.80 6.51 2.76 6.07 7.88 4.12 3.12 4.58 0.65 3.40 8.77 2.59 4.55
1.86 2.33 2.51 3.15 2.66 2.20 4.99 3.23 3.23 2.87 1.40 2.33 1.71 2.12 1.52 2.83 0.91 2.63 1.87 1.80 0.99 2.20 1.61 0.19 1.65 0.41 0.86 2.64 0.34 0.00 0.93 1.06 1.30 2.15
3.82 3.67 0.98 3.15 2.71 4.81 2.54 1.97 0.91 3.88 0.69 3.36 0.61 2.37 3.96 1.50 2.31 2.95 1.86 3.43 1.40 0.63 2.40 2.01 1.59 1.68 2.73 3.62 2.13 4.03 2.15 3.11 3.36 2.34
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
152
Tabel 6.4.2 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009
Perdesaan
Lama Sakit (Hari) Provinsi 1-3
(1) (2)
Jumlah 4-7
(3)
8-14
(4)
15-21
(5)
22-30
(6) (7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
57.70 51.83 50.78 54.94 40.62 48.65 63.50 54.32 59.05 53.36 49.32 57.75 59.71 69.51 56.05 67.56 46.49 47.77 63.26 64.94 58.14 57.77 56.16 61.55 55.52 55.94 59.27 55.09 46.86 43.00 50.16 59.30 54.77
31.97 37.23 34.27 35.21 50.47 40.20 27.01 36.44 32.04 36.38 36.01 32.92 29.45 24.60 31.49 24.46 39.66 40.91 30.04 28.89 32.85 34.02 34.90 30.23 33.93 32.16 27.31 34.35 40.23 39.97 40.87 37.05 34.06
4.11 5.24 3.98 4.53 7.72 6.91 3.48 4.06 4.48 3.28 7.25 2.57 3.99 1.31 6.71 4.58 6.59 7.68 2.99 2.35 3.38 5.93 5.47 5.45 5.07 5.17 6.43 5.78 6.62 12.71 5.17 2.10 5.28
2.94 2.08 7.07 2.64 0.42 1.88 2.32 3.30 1.67 3.83 3.41 2.61 2.34 2.27 3.16 0.51 3.84 1.24 1.29 2.14 2.93 1.98 1.28 1.71 1.97 2.10 2.38 2.39 3.42 1.05 2.30 0.98 2.66
3.28 3.62 3.90 2.68 0.77 2.35 3.68 1.89 2.76 3.15 4.02 4.16 4.51 2.31 2.58 2.89 3.42 2.39 2.41 1.68 2.70 0.31 2.19 1.06 3.51 4.63 4.60 2.40 2.87 3.26 1.49 0.56 3.23
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
153
Tabel 6.4.3 Persentase Pemuda yang Sakit Selama Sebulan yang Lalu menurut Provinsi dan Lama Sakit (Hari), 2009
Perkotaan + Perdesaan
Lama Sakit (Hari) Provinsi 1-3
(1) (2)
Jumlah 4-7
(3)
8-14
(4)
15-21
(5)
22-30
(6) (7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
57.82 55.00 51.97 59.23 50.46 51.27 63.60 57.10 58.17 57.25 66.94 53.33 62.67 60.90 63.76 58.78 71.47 48.74 49.55 63.53 64.89 64.23 56.48 59.50 62.58 55.32 58.14 58.20 55.99 47.92 49.91 48.81 61.05 57.81
32.29 34.71 35.10 30.55 40.30 38.02 26.33 32.92 31.53 32.65 27.05 33.76 29.64 29.73 27.92 30.58 20.78 39.27 39.64 28.93 28.52 28.14 33.90 33.21 28.93 34.23 31.59 29.30 34.33 41.20 36.33 41.23 33.86 32.03
3.79 4.48 4.27 4.56 6.17 5.87 3.48 4.79 5.95 3.18 3.92 6.55 3.51 3.83 3.11 5.60 4.46 5.45 7.16 3.50 3.19 3.15 6.28 4.34 5.61 5.60 4.76 5.68 5.48 5.15 9.82 6.07 2.30 4.94
2.69 2.17 5.67 2.82 1.42 1.95 3.35 3.27 2.15 3.55 1.40 2.75 2.09 2.22 1.75 3.00 0.75 3.32 1.35 1.40 1.81 2.63 1.75 0.82 1.70 1.68 1.62 2.44 1.87 2.58 1.01 1.99 1.11 2.42
3.40 3.64 3.00 2.85 1.64 2.88 3.24 1.92 2.20 3.37 0.69 3.62 2.09 3.33 3.45 2.04 2.54 3.22 2.30 2.64 1.60 1.85 1.59 2.12 1.19 3.17 3.89 4.38 2.33 3.15 2.92 1.90 1.68 2.81
100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
154
Tabel 6.5 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri Keluhan Kesehatannya menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Obat, 2009
Perkotaan (K) Provinsi
(1)
Perdesaan (D)
K+D
Lainnya
(10)
Modern
(2)
Tradisional
(3)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
91.38 93.55 88.25 93.82 96.61 94.17 92.63 95.24 90.71 90.70 93.57 95.95 96.03 95.56 92.89 92.77 87.52 93.63 94.03 93.57 90.80 97.89 94.82 94.00 97.15 94.80 93.43 86.73 92.46 95.78 98.23 90.42 89.54 94.19
16.55 15.58 20.99 21.28 15.09 15.99 18.85 12.64 27.32 21.53 13.90 11.62 12.53 15.49 12.43 20.41 26.21 15.71 14.11 14.48 13.57 8.39 11.73 8.72 9.69 9.41 12.37 12.15 12.32
5.88 3.42 2.74 3.50 1.50 3.52 3.59 4.08 3.00 8.24 3.82 3.37 2.45 5.11 2.85 4.59 3.58 2.27 7.29 3.97 8.75 1.80 2.74 5.01 7.27 2.11 4.97 4.18 1.30
88.85 88.59 79.92 89.17 79.92 91.92 90.84 94.07 86.10 91.32 94.95 93.64 91.90 89.05 91.53 80.62 89.59 83.89 90.35 92.26 96.76 87.24 93.69 96.61 92.97 89.95 89.83 88.64 87.56 76.38 61.10 76.41 90.33
33.61 4.93 25.56 5.62 41.32 5.77 34.13 6.95 35.79 2.29 24.16 6.48 34.46 11.38 28.13 7.01 31.31 7.59 22.18 9.91 15.90 2.69 26.42 7.55 17.60 6.02 20.72 13.13 26.16 6.67 41.68 26.23 37.26 25.84 21.92 16.82 26.20 3.24 2.98 6.62 8.93 6.41 2.73 4.33
89.49 90.53 82.53 91.27 88.16 92.51 91.63 94.58 87.56 91.15 93.57 95.55 95.04 93.95 91.84 92.18 84.95 91.43 86.40 91.10 91.76 97.22 92.22 93.82 96.73 93.40 91.23 88.92 89.69 89.79 84.29 68.11 82.56 92.24
29.29 21.65 34.95 28.32 25.57 22.02 27.52 21.42 30.05 22.00 13.90 13.32 18.31 16.42 14.70 23.13 31.96 21.43 31.53 23.18 19.04 13.38 16.68 10.36 15.50 17.18 19.67 22.32 19.62 27.34 36.43 50.64 31.42 20.28
5.17 4.76 4.82 5.39 1.90 5.70 7.92 5.74 6.14 9.44 3.82 3.10 4.57 5.51 5.67 5.57 3.45 2.66 6.79 7.77 7.21 2.35 3.29 4.23 4.65 4.36 3.71 9.01 4.01 6.18 5.50 9.64 6.40 4.98
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
11.59 3.63 17.22 3.88 19.57 5.05 23.89 2.99 26.52 11.01 22.37 5.03 33.56 7.43 49.57 7.32 61.10 8.45 48.46 11.15 25.40 6.02
10.62 2.84 13.27 2.29 17.36 13.41 12.05 0.99 15.07 3.93
155
Tabel 6.6.1 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009
Perkotaan
Provinsi
(1)
Rumah Sakit
(2)
Praktek Dokter
(3)
Dukun Bersalin
(7)
Lainnya
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
21.46 14.44 15.34 27.74 19.18 11.24 14.28 19.99 13.00 5.78 12.82 10.54 6.94 8.94 23.44 9.49 11.55 3.83 20.45 12.14 6.12 5.98 21.45 12.76 8.51 24.92 22.75 22.67 27.96 18.20 25.74 37.54 14.57 12.03
14.87 32.60 29.70 37.33 41.56 28.84 48.23 38.69 38.30 41.16 60.67 49.60 62.45 40.72 42.69 35.81 52.22 33.73 34.56 32.38 51.07 38.56 35.40 58.51 51.35 35.07 26.05 17.72 24.30 40.03 41.01 36.33 31.74 45.12
41.02 13.31 37.92 21.47 27.43 44.63 26.60 36.23 22.71 36.77 26.15 29.94 18.77 28.73 21.93 23.92 21.53 34.36 44.65 38.07 33.00 35.48 37.06 19.90 30.77 37.72 45.78 44.83 42.77 44.18 17.39 31.65 47.94 27.81
23.12 38.80 20.21 12.10 14.18 12.63 17.51 16.31 31.78 19.75 2.16 14.69 14.33 26.57 12.95 33.61 19.03 29.21 5.09 18.86 8.99 25.30 9.84 13.27 15.34 5.77 10.47 26.98 4.62 1.86 19.56 1.69 5.75 18.44
1.37 2.33 2.24 0.00 0.00 2.89 1.05 2.44 2.37 2.98 0.36 1.76 1.28 0.63 0.53 0.47 1.92 4.50 0.00 4.49 2.22 0.00 0.65 0.00 1.53 0.00 1.07 0.00 0.00 0.00 3.74 0.79 0.00 1.26
0.00 0.22 0.30 0.00 0.00 0.00 2.09 0.00 0.71 0.96 0.00 0.33 0.37 0.35 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 1.04 0.00 0.00 0.00 0.00 0.88 1.71 1.07 0.00 1.71 0.00 0.00 0.79 0.00 0.35
4.93 3.15 0.30 3.73 2.47 11.90 5.12 4.77 1.00 1.13 1.48 1.20 2.01 1.20 1.02 2.17 0.00 0.45 1.82 0.38 3.97 2.35 0.24 1.47 4.40 0.69 3.79 0.00 3.92 3.16 0.00 0.79 0.00 1.78
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
156
Tabel 6.6.2 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009
Perdesaan
Provinsi
(1)
Rumah Sakit
(2)
Praktek Dokter
(3)
Dukun Bersalin
(7)
Lainnya
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
8.23 5.51 5.65 11.89 18.69 5.26 13.86 5.94 7.24 5.26 5.91 4.78 7.49 8.70 7.40 1.38 2.58 7.90 10.06 5.73 5.56 14.23 7.41 4.70 10.86 8.30 6.71 10.72 9.84 12.65 13.67 17.31 7.23
16.70 16.12 15.11 22.81 6.72 22.93 10.91 25.54 28.86 22.71 32.03 27.99 28.79 42.12 21.21 37.37 24.43 8.05 9.33 8.20 15.99 20.48 30.30 22.34 8.99 12.56 11.11 7.49 5.85 3.24 10.00 15.43 21.54
53.58 17.76 33.02 39.74 53.01 48.36 42.15 44.74 34.38 27.86 28.19 25.37 26.39 35.36 22.17 25.47 45.26 76.45 42.70 66.50 43.51 55.10 35.68 42.14 58.03 58.90 68.02 69.25 70.26 70.36 76.25 61.73 36.59
25.62 57.51 44.17 25.76 38.21 25.33 31.85 26.07 32.55 44.15 36.77 46.28 39.11 20.57 53.43 37.30 26.03 7.32 37.75 25.64 36.37 15.27 31.33 31.25 23.68 24.68 12.09 9.72 17.17 20.10 2.87 14.89 36.46
2.03 3.25 7.33 4.50 0.37 1.56 2.46 2.83 2.45 3.77 1.30 1.35 2.28 0.00 1.75 1.96 6.12 0.35 3.12 0.99 2.80 0.54 1.43 3.17 1.83 1.52 2.90 3.85 0.00 0.74 0.67 2.12 2.30
0.64 0.52 0.41 0.00 0.00 0.42 0.92 0.35 0.00 0.37 0.89 1.49 0.17 0.00 0.58 0.00 0.80 0.68 1.29 1.78 0.88 0.37 1.33 1.06 0.00 0.00 0.00 1.08 0.00 0.99 0.76 0.00 0.60
6.27 3.96 2.30 3.86 1.02 2.06 3.18 3.56 2.59 3.73 2.30 3.53 2.39 2.28 1.93 0.00 1.62 6.32 7.94 3.21 2.19 0.94 2.18 1.52 4.45 1.93 4.27 4.05 4.08 1.71 3.92 6.86 3.08
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
157
Tabel 6.6.3 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009
Perkotaan + Perdesaan
Provinsi
(1)
Rumah Sakit
(2)
Praktek Dokter
(3)
Dukun Bersalin
(7)
Lainnya
(8)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
11.10 8.89 8.74 18.29 18.96 6.73 14.05 11.25 9.57 5.43 12.82 8.78 6.17 8.28 18.81 8.42 7.32 3.09 9.93 10.72 5.86 5.72 19.26 9.82 6.17 13.41 14.20 11.07 15.32 12.25 16.70 20.88 16.18 9.67
16.31 22.36 19.75 28.67 25.92 24.39 27.77 30.51 32.68 28.62 60.67 42.90 50.23 35.29 42.51 28.36 46.04 28.20 12.33 16.67 22.33 24.85 30.87 43.00 33.55 13.71 18.07 12.91 11.98 15.72 14.91 17.96 22.15 33.53
50.85 16.08 34.58 32.37 38.91 47.44 35.12 41.52 29.67 30.72 26.15 29.27 21.11 27.67 26.15 23.03 23.17 40.84 71.31 41.23 55.46 40.36 42.53 28.58 37.75 54.35 53.54 61.68 62.18 62.73 53.99 62.77 56.05 32.13
25.07 50.43 36.55 20.25 24.96 22.20 25.37 22.38 32.24 36.32 2.16 23.11 25.66 32.28 15.35 43.73 26.63 27.32 6.96 31.74 20.15 32.02 11.49 23.20 25.10 20.44 18.88 16.16 8.36 12.75 19.93 2.51 11.12 27.30
1.88 2.90 5.71 2.68 0.17 1.89 1.82 2.68 2.42 3.52 0.36 1.58 1.31 1.38 0.36 1.12 1.94 5.47 0.30 3.55 1.39 1.70 0.62 0.79 2.54 1.50 1.34 2.10 2.83 0.00 1.67 0.71 1.25 1.77
0.50 0.41 0.38 0.00 0.00 0.31 1.45 0.22 0.29 0.56 0.00 0.54 0.77 0.27 0.00 0.32 0.00 0.48 0.57 1.21 1.20 0.53 0.11 0.73 0.99 0.31 0.44 0.00 1.25 0.00 0.68 0.77 0.00 0.47
5.98 3.65 1.67 3.81 1.82 4.49 4.06 4.02 1.94 2.90 1.48 1.62 2.55 1.74 1.41 2.04 0.00 1.15 5.60 5.53 3.46 2.25 0.45 1.86 2.63 3.77 2.69 3.10 4.02 3.81 1.18 2.97 4.03 2.42
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
158
Tabel 7.1 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) menurut Provinsi, 2007-2009
Provinsi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
4,625 9,555 1,865 2,026 236 4,738 985 753 1,883 2,080 3,133 16,513 6,697 30,110 3,261 35,694 2,900 7,639 13,085 14,617 1,299 3,882 4,103 3,503 438 603 6,227 600 1,605 642 895 3,156 680 190,028
4,610 5,010 1,580 1,951 294 6,505 986 465 706 2,287 3,000 12,696 6,697 38,865 3,470 25,422 3,528 4,075 12,894 21,083 164 4,076 2,621 120 53 4,438 1,426 874 1,798 845 895 3,159 680 177,273
4,625 4,656 2,512 1,426 294 389 1,286 403 1,126 2,457 3,743 7,227 5,746 38,579 4,435 25,399 3,599 2,232 13,860 9,189 504 4,641 1,645 90 30 603 3,929 537 1,797 417 895 3,159 680 152,110
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
159
Tabel 7.2 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Anggota Karang Taruna menurut Provinsi, 2007-2009
Provinsi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
5,821 1,508 1,410 789 128 1,165 2,737 220 1,181 2,278 285 5,787 1,451 6,783 487 8,799 689 785 1,960 1,280 585 1,608 754 820 461 276 2,365 245 979 168 467 1,815 91 56,177
5,794 5,543 1,293 1,028 272 1,249 2,737 267 1,147 2,189 267 5,789 1,492 8,543 438 8,431 676 822 1,960 1,631 363 1,491 555 1,032 181 1,497 3,515 239 1,345 285 756 1,212 91 64,130
6,390 4,916 553 821 * 745 2,717 339 1,168 2,184 267 7,445 1,656 8,543 438 8,431 690 600 2,846 1,026 406 1,825 858 63 40 276 2,466 618 1,466 114 485 1,212 91 61,695
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
160
Tabel 7.3 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Anggota Taruna Bencana menurut Provinsi, 2007-2009
Provinsi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
370 460 300 145 100 130 368 195 292 144 394 405 714 475 370 539 204 330 271 291 198 300 200 * 438 300 340 70 40 522 170 325 200 9,600
199 172 140 140 70 315 342 276 123 221 482 140 152 216 140 265 128 121 140 142 74 140 70 * 139 140 510 59 107 70 70 210 86 5,599
222 140 140 70 69 156 284 68 140 70 534 140 140 140 140 369 70 140 140 138 84 140 127 * 140 140 321 *) 71 150 140 140 246 5,009
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
161
Tabel 7.4 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan menurut Provinsi, 2007-2009
Provinsi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
10 20 15 20 15 20 15 10 20 15 20 15 15 15 15 20 15 15 20 15 15 25 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 530
15 10 9 * * 10 * * 5 15 * * * 10 15 15 6 10 9 10 15 10 10 * * * 8 15 * 5 0 10 * 212
10 15 20 20 30 20 33 * 15 15 * * * 15 15 * * 15 * 20 * 15 15 * * * * * * * 15 * * 288
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
162
Tabel 6.6.3 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Provinsi dan Tempat Berobat, 2009
Rumah Sakit
(2)
Provinsi
(1)
Praktek Dokter
(3)
Puskesmas
(4)
Praktek Nakes
(5)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
11.10 8.89 8.74 18.29 18.96 6.73 14.05 11.25 9.57 5.43 12.82 8.78 6.17 8.28 18.81 8.42 7.32 3.09 9.93 10.72 5.86 5.72 19.26 9.82 6.17 13.41 14.20 11.07 15.32 12.25 16.70 20.88 16.18
16.31 22.36 19.75 28.67 25.92 24.39 27.77 30.51 32.68 28.62 60.67 42.90 50.23 35.29 42.51 28.36 46.04 28.20 12.33 16.67 22.33 24.85 30.87 43.00 33.55 13.71 18.07 12.91 11.98 15.72 14.91 17.96 22.15 33.53
50.85 16.08 34.58 32.37 38.91 47.44 35.12 41.52 29.67 30.72 26.15 29.27 21.11 27.67 26.15 23.03 23.17 40.84 71.31 41.23 55.46 40.36 42.53 28.58 37.75 54.35 53.54 61.68 62.18 62.73 53.99 62.77 56.05 32.13
25.07 50.43 36.55 20.25 24.96 22.20 25.37 22.38 32.24 36.32 2.16 23.11 25.66 32.28 15.35 43.73 26.63 27.32 6.96 31.74 20.15 32.02 11.49 23.20 25.10 20.44 18.88 16.16 8.36 12.75 19.93 2.51 11.12 27.30
1.88 2.90 5.71 2.68 0.17 1.89 1.82 2.68 2.42 3.52 0.36 1.58 1.31 1.38 0.36 1.12 1.94 5.47 0.30 3.55 1.39 1.70 0.62 0.79 2.54 1.50 1.34 2.10 2.83 0.00 1.67 0.71 1.25 1.77
0.50 0.41 0.38 0.00 0.00 0.31 1.45 0.22 0.29 0.56 0.00 0.54 0.77 0.27 0.00 0.32 0.00 0.48 0.57 1.21 1.20 0.53 0.11 0.73 0.99 0.31 0.44 0.00 1.25 0.00 0.68 0.77 0.00 0.47
5.98 3.65 1.67 3.81 1.82 4.49 4.06 4.02 1.94 2.90 1.48 1.62 2.55 1.74 1.41 2.04 0.00 1.15 5.60 5.53 3.46 2.25 0.45 1.86 2.63 3.77 2.69 3.10 4.02 3.81 1.18 2.97 4.03 2.42
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
158
Tabel 7.1 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Pekerja Masyarakat (PSM) menurut Provinsi, 2007-2009
Provinsi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
4,625 9,555 1,865 2,026 236 4,738 985 753 1,883 2,080 3,133 16,513 6,697 30,110 3,261 35,694 2,900 7,639 13,085 14,617 1,299 3,882 4,103 3,503 438 603 6,227 600 1,605 642 895 3,156 680
4,610 5,010 1,580 1,951 294 6,505 986 465 706 2,287 3,000 12,696 6,697 38,865 3,470 25,422 3,528 4,075 12,894 21,083 164 4,076 2,621 120 53 4,438 1,426 874 1,798 845 895 3,159 680
4,625 4,656 2,512 1,426 294 389 1,286 403 1,126 2,457 3,743 7,227 5,746 38,579 4,435 25,399 3,599 2,232 13,860 9,189 504 4,641 1,645 90 30 603 3,929 537 1,797 417 895 3,159 680 152,110
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
159
Tabel 7.2 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Anggota Taruna menurut Provinsi, 2007-2009
Provinsi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
5,821 1,508 1,410 789 128 1,165 2,737 220 1,181 2,278 285 5,787 1,451 6,783 487 8,799 689 785 1,960 1,280 585 1,608 754 820 461 276 2,365 245 979 168 467 1,815 91
5,794 5,543 1,293 1,028 272 1,249 2,737 267 1,147 2,189 267 5,789 1,492 8,543 438 8,431 676 822 1,960 1,631 363 1,491 555 1,032 181 1,497 3,515 239 1,345 285 756 1,212 91
6,390 4,916 553 821 * 745 2,717 339 1,168 2,184 267 7,445 1,656 8,543 438 8,431 690 600 2,846 1,026 406 1,825 858 63 40 276 2,466 618 1,466 114 485 1,212 91 61,695
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia 56,177 64,130 Sumber: Kementerian Sosial, 2007-2009 * Data tidak tersedia
160
Tabel 7.3 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Anggota Bencana menurut Provinsi, 2007-2009
Provinsi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
370 460 300 145 100 130 368 195 292 144 394 405 714 475 370 539 204 330 271 291 198 300 200 * 438 300 340 70 40 522 170 325 200
199 172 140 140 70 315 342 276 123 221 482 140 152 216 140 265 128 121 140 142 74 140 70 * 139 140 510 59 107 70 70 210 86
222 140 140 70 69 156 284 68 140 70 534 140 140 140 140 369 70 140 140 138 84 140 127 * 140 140 321 *) 71 150 140 140 246 5,009
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia 9,600 5,599 Sumber: Kementerian Sosial, 2007-2009 * Data tidak tersedia
161
Tabel 7.4 Jumlah Pemuda yang Terdaftar Sebagai Pembangunan di Perdesaan menurut Provinsi,
Provinsi
(1)
2007
(2)
2008
(3)
2009
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
10 20 15 20 15 20 15 10 20 15 20 15 15 15 15 20 15 15 20 15 15 25 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
15 10 9 * * 10 * * 5 15 * * * 10 15 15 6 10 9 10 15 10 10 * * * 8 15 * 5 0 10 *
10 15 20 20 30 20 33 * 15 15 * * * 15 15 * * 15 * 20 * 15 15 * * * * * * * 15 * *
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat
Indonesia 530 212 288 Sumber: Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2007-2009 * Data tidak tersedia
162
Tabel 7.5 Jumlah Pemuda yang Terdaftar dalam Program Kepemudaan menurut Provinsi, 2007-2009
Program Kepemudaan KUPP
(1) (2)
1)
Provinsi
SPP2)
(3)
OKP3)
(4)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kep. Riau Jambi Sumatera Selatan Kep. Bangka Belitung Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Kalimantan Kalimantan Kalimantan Barat Tengah Selatan Timur
17 * * 79 20 * * * 10 28 * * * 64 15 * * 71 * 20 * * * * * * * * * * 59 * * 383
1 * * * * * * * * * * * * * 1 * * * 1 * * * * * * * * * * 10 * * 13
69 * * 77 24 64 69 * 25 * * * 57 * 35 * * 52 * 51 * 63 31 * * * * * 86 * 14 * * 717
Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
Sumber: Kementerian Pemuda dan Olahraga, 2007-2009 Keterangan: * Data tidak tersedia 1) KUPP : Kelompok Usaha Pemuda Produktif 2) SPP: Sentra Pemberdayaan Pemuda 3) OKP : Organisasi Kemasyarakatan Pemuda
163