Anda di halaman 1dari 6

Safe Motherhood Program (Gerakan Sayang Ibu)

Masa ada sih?? Ah, ngarang loe! Mungkin itu ucapan yang terlintas di pikiran anda begitu membaca judul diatas. Terinspirasi dari diperingatinya Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember lalu, maka salah satu gerakan perdamaian yang diberi nama Gerakan Sayang Ibu ini dirasa perlu untuk diangkat dalam tulisan ini. Istilah Gerakan Sayang Ibu mungkin cukup asing bahkan terdengar aneh di telinga, karena memang tidak banyak yang tahu, dan eksistensinya pun masih sangat minim. Namun, Gerakan Sayang Ibu (GSI) ini benar adanya. Ashbabun-nuzul lahirnya GSI Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-benar terguncang. Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta warga dunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini menarik perhatian yang cukup besar sehingga dilakukannya berbagai usaha untuk menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha tersebut terlihat dari beberapa program yang dilaksanakan oleh organisasi internasional misalnya program menciptakan kehamilan yang lebih aman (making pregnancy safer program) yang dilaksanakan oleh WHO (World Health Organisation), atau program Gerakan Sayang Ibu (Safe Motherhood Program) yang dilaksanakan oleh Indonesia sebagai salah satu rekomendasi dari konferensi internasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain usaha-usaha tersebut, ada pula beberapa konferensi international yang juga bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu seperti Internasional Conference on Population and Development, di Cairo, 1994 dan the World Conference on Women, di Beijing, 1995. (Rahima; Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-hak Perempuan_rahima2000@cbn.net.id copyrightRahima 2001) Kemudian lihat kembali sejak diadakan Konferensi Safe Motherhood di Nairobi, Februari 1987, masalah kematian ibu yang berkaitan dengan kehamilan memang sudah menjadi persoalan global. Sejak itu makin banyak informasi tentang angka kematian ibu (AKI) beredar dan

tercantum beberapa kali dalam buku UNDP, Human Development Report. Dalam edisi 1996 dicantumkan, AKI di seluruh dunia adalah 307 per 100.000 kelahiran, yakni 28 untuk negaranegara industri dan 384 untuk negara-negara sedang berkembang. Variasinya besar sekali, dari 0 di Luksemburg dan Malta sampai lebih dari 1.500-100.000 kelahiran di Bhutan, Afghanistan, dan Sierra Leone. Di buku itu AKI Indonesia diperkirakan 650 per 100.000. Perkiraan resmi di Indonesia lebih rendah, 425 per 100.000 kelahiran pada awal PJP II (1994). Kiranya AKI 425 lebih realistis. Memang sulit memperkirakan AKI karena kejadiannya jarang dan cenderung dirahasiakan orang. AKI 425 itu termasuk tinggi, paling tinggi di ASEAN. Vietnam mempunyai AKI 120, Malaysia 59, dan Singapura 10.1 Sekilas tentang GSI Awal dari kemunculan Gerakan Sayang Ibu ini tepat pada puncak acara peringatan Hari Ibu pada tahun 1996. Acara tersebut diadakan di Desa Jaten, Karanganyar, tempat kelahiran Ibu Tien Soeharto (almarhumah). Pada kesempatan itu Presiden Soeharto meluncurkan Gerakan Sayang Ibu, yang tujuannya mempercepat penurunan AKI. Sebelumnya, pada 19-21 Juni 1996, diadakan Lokakarya Penurunan Angka Kematian Ibu di Jakarta. Di situ Presiden menekankan perlunya percepatan penurunan AKI. Karena memang tanpa percepatan penurunan angka kematian ibu hamil dan bersalin, maka kemajuan wanita yang telah dicapai pada waktu itu dirasa tidak lengkap. Adapun struktur organisasi dari gerakan ini terlihat cukup kompleks, dari tingkat pusat sampai ke tingkat desa memiliki tugas pokok masing-masing. Di tingkat pusat dibentuk Kelompok Kerja (Pokja) dan Tim Asistensi Gerakan Sayang Ibu. Di tingkat kabupaten dibentuk Pokja Gerakan Sayang Ibu, diketuai bupati. Di tingkat kecamatan dibentuk Satuan Tugas (Satgas) Sayang Ibu, diketuai camat. Di tingkat desa/kelurahan dibentuk Satgas Sayang Ibu, diketuai kepala desa/ketua umum LKMD. Diangkat dua ketua pelaksana, sekretaris, dan anggota-anggota. Tugas pokok mereka adalah menghimpun data tentang ibu hamil dan bersalin, memberikan penyuluhan, dan mengumpulkan dana untuk ambulans desa serta tabungan ibu bersalin.2 Faktor Pendukung Lahirnya GSI Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan suatu gerakan yang dilaksanakan dalam upaya membantu salah satu program pemerintah untuk peningkatan kualitas hidup perempuan melalui berbagai kegiatan yang berdampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas. Penyebab tidak langsung dari tingginya AKI adalah: Pendidikan ibu yang masih rendah sehingga kurang mengetahui pentingnya perawatan kesehatan khususnya saat ___________________________
1

GATRA, Artikel: Masri Singarimbun. Nomor 08/III, 11 Januari 1997-diakses: 31 Januari 2008

ibid.

kehamilan, sosial ekonomi rendah sehingga kesehatan menjadi sesuatu yang kurang diprioritaskan, sosial budaya menyebabkan ibu hamil belum menjadi prioritas dalam pemenuhan gizinya, status gizi yang rendah, prevalensi anemi ibu hamil yang tinggi, kondisi 4 terlalu seperti, terlalu muda saat hamil, terlalu tua saat hamil, terlalu banyak anak, terlalu dekat usia kelahiran, serta kondisi geografis yang menyebabkan rendahnya akses untuk mendapatkan perawatan persalinan yang memadai. Dengan demikian, perhatian terhadap ibu khususnya ibu hamil merupakan langkah preventif untuk menekan angka kematian ibu. Oleh sebab itu, dengan adanya program seperti GSI ini, diharapkan menjadi wadah sekaligus sarana untuk memperhatikan dan memprioritaskan peningkatan gizi pada ibu hamil. Harapannya Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsa Kuat dapat terwujud. Menurut WHO, secara umum diperkirakan 7% sampai 50% dari kematian ibu karena abortus provokatus. Penelitian di Matlab, Bangladesh, menunjukkan bahwa 18% dari kematian ibu karena komplikasi aborsi, dan akibat pendarahan 20% (Fauveau dkk., 1988). Hal ini kurang lebih sama terjadi di Zimbabwe: di pedesaan, 15% kematian ibu karena aborsi, dan di perkotaan sebesar 23% (Safe Motherhood Newsletter, Februari, 1995). Angka Kematian Ibu karena hamil, melahirkan dan nifas (AKI) di Indonesia masih tinggi, yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002). Untuk menurunkan AKI tidaklah mudah karena penurunan AKI tidak dapat dilakukan oleh satu instansi saja seperti Departemen Kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama lintas Sektor dan melibatkan masyarakat secara langsung sebagai pelaku dan sekaligus sebagai sasaran. Gerakan Sayang Ibu (GSI) merupakan salah satu upaya yang telah dilaksanakan dan menjadi gerakan nasional sejak tahun 1996, namun dalam perkembangannya gerakan ini perlu ditingkatkan kembali baik kepedulian maupun tanggung jawab masyarakat, LSM, swasta dan pemerintah. Pada beberapa tahun setelah itu angka kematian ibu (AKI) di Indonesia kenyataannya belum juga dapat menurun, bahkan masih lebih tinggi dibanding negara tetangga lain seperti Malaysia dan Singapura, tetapi nampaknya usaha global mampu menjadi pendorong agar pemerintah Indonesia dapat lebih serius lagi menangani masalah kematian ibu. Pada saat ini, menurut catatan WHO angka kematian ibu di Indonesia adalah 470 orang per100.000 kelahiran. Angka yang memang sangat mengkhawatirkan, karena meningkat dari angka yang tercatat pada beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1997, angka kematian ibu mencapai 397 orang per 100.000 kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73 orang. Dan untuk menangani dan mengantisipasi kematian ibu di tahun-tahun selanjutnya nampaknya keterlibatan Indonesia dalam usaha-usaha di lingkup global menjadi sangat penting. Negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, adalah negara dimana setiap warga perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan. Beberapa faktor penyebabnya adalah pertama berkaitan dengan faktor pelayanan kesehatan, termasuk fasilitas yang kurang baik dan ketidakmampuan untuk menerima perlakukan yang khusus oleh seorang ahli medis. Faktor kedua adalah faktor reproduksi

perempuan sendiri, yaitu perempuan yang terlalu muda atau terlalu tua dimana badannya tidak kuat untuk menangani persalinan. Sedangkan faktor yang ketiga adalah sosio-ekonomi, dimana dalam faktor ini termasuk juga hal-hal seperti kemiskinan, buta huruf, kekurangan gizi dan status sosio-ekonomi perempuan yang sering rendah. Dan semua faktor ini jauh lebih sering muncul di negara berkembang dari pada di negara Barat. Penyebab kematian ibu memang cukup kompleks, tapi perlu dipahami agar tindakan pencegahan efektif dapat dilakukan. Faktor medis dan pelayanan kesehatan telah disinggung di atas, yang juga berkaitan dengan masalah kemiskinan. Juga terdapat faktor demografi, yakni umur ibu terlalu rendah atau tinggi saat melahirkan, umpamanya 15 tahun ke bawah atau 35 tahun ke atas, jumlah anak yang tinggi, juga faktor kehamilan yang tak diinginkan. Lebih dari itu, gerakan yang lahir dari keprihatinan terhadap tingginya angka kematian ibu ini, ternyata belum efektif menekan angka kematian. Hal ini pun diungkapkan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono bahwa Program Gerakan Sayang Ibu yang telah digulirkan sejak 10 tahun lalu belum efektif, hasilnya masih dirasakan kurang. Apa yang Harus Dilakukan? Satu hal yang sangat disayangkan, struktur organisasi sebagaimana disebutkan sebelumnya ternyata tidak dapat ditemukan di setiap belahan bumi Indonesia, melainkan hanya beberapa daerah saja. Bahkan, saat ini batang hidungnya pun sudah mulai lenyap. Padahal gerakan seperti ini keberadaannya sangat dibutuhkan. Meskipun namanya masih ada, tapi peran dan tindak nyatanya perlahan pudar. Ini semua tidak lain dan tidak bukan karena faktor kesadaran generasi muda yang patut dipertanyakan. Seharusnya usaha yang dilakukan agar keberadaan GSI tidak hanya sebagai sebuah nama organisasi dengan susunan pengurusnya saja, beberapa diantaranya adalah dengan mengadakan dan merealisasikan berbagai program dan kegiatan seperti, seminar, penyuluhan, dll. Dengan adanya kegiatan semacam ini diharapkan dapat membantu ibu-ibu untuk lebih memperhatikan kesehatan mereka dan menyadari ancaman yang terjadi. Untuk itu diharapkan pula adanya dukungan dari pemerintah agar program semacam ini bisa lebih optimal. Namun, pada 19 April 2007 lalu, nampaknya ada sedikit angin segar buat siapa saja yang selama ini mempertanyakan keberadaannya. Sebagai Duta ASI Nasional yang peduli pada program pemberdayaan perempuan, Ibu Ani Bambang Yudhoyono, menghadiri Pencanangan Revitalisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di rumah dinas Bupati Karawang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat,. Kemudian pada waktu itu Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meuthia Hatta Swasono, dalam sambutannya pada acara yang bertema GSI Menuju Sumber Daya Manusia yang Berkualitas ini menjelaskan kembali bahwa GSI merupakan suatu gerakan masyarakat bersama pemerintah untuk meningkatkan perbaikan kualitas hidup perempuan. Kegiatan yang dilakukan adalah upaya penurunan angka kematian ibu, atau AKI , dan angka kematian bayi atau AKB. Karena memang AKI di Indonesia masih tertinggi di kawasan Asia Tenggara. (www.presidensby.info)

Memang, persoalan hidup dan mati sudah ada yang menentukan, dan menjadi suatu kewajaran. Namun, jika sebagian besar kematian ini terjadi pada kalangan Ibu saat melahirkan, tidak menutup kemungkinan jika dibalik itu ada faktor atau penyebab-penyebab tertentu yang setidaknya dapat di cegah, sehingga meningkatnya angka kematian ibu dapat diminimalisir. Faktor dan penyebab tersebut sedikit banyak telah disinggung sebelumnya. Tanpa perlu menghitung melalui data statistik pun dapat dilihat bahwa jumlah kaum perempuan di muka bumi ini lebih banyak dibandingkan laki-laki. Jadi tidak dapat dipungkiri jika ada yang justru mensyukuri meningkatnya angka kematian ibu ini, dengan alasan agar jumlah laki-laki dan perempuan bisa seimbang, Astagfirullahaladziim Tidak begitu seharusnya yang dilakukan jika mereka mengaku sebagai generasi penerus bangsa yang sejati. Seyogyanyalah mendukung dan merevitalisasi program semacam ini. Namun, realitanya tidak demikian, penulis sendiri saja baru tahu akan adanya program mulia semacam ini. Lebih disayangkan lagi, mereka yang semangat untuk mencanangkan gerakan ini hanyalah dari kalangan ibu-ibu sendiri. Lantas kemana perginya generasi penerus yang telah mereka lahirkan? Akhirnya yang harus diingat dari uraian di atas adalah sesungguhnya masalah kematian ibu bukanlah masalah si ibu sendiri akan tetapi merupakan masalah internasional, dimana setiap negara seharusnya memiliki tanggungjawab untuk menanggulangi dan mencegah bertambahnya kematian ibu karena proses reproduksi. Tentunya kesadaran dan kepedulian masyarakat terutama generasi muda terhadap masalah ini menjadi sangat penting disamping juga perhatian terhadap isu-isu kesehatan reproduksi. Hal yang tidak kalah penting untuk diingat adalah bahwa kematian ibu dan keamanan bagi kehamilan setiap calon ibu tentunya akan menjadi tanggungjawab seluruh warga dunia, bukan hanya organisasi internasional, seperti WHO atau PBB tetapi juga tanggungjawab kita semua. Dan ini menjadi sesuai dengan tujuan PBB yaitu menurunkan tiga per empat angka kematian ibu di seluruh dunia sebelum tahun 2015. Semoga keberadaan GSI ini selain untuk menyadarkan mereka akan pentingnya keselamatan ibu, juga semoga mampu berperan maksimal dan tercapai apa yang menjadi tujuan utamanya. Ibu..! ini kata tentang penegasan madrasah agung. Tempat anak-anak mempertanyakan semesta dengan bahasa paling akrab, harapan paling memuncak, dan keingintahuan paling dalam. Ini dermaga pengaduan paling luas saat mereka merasa teraniaya. Ini belai paling menentramkan saat mereka gelisah. Dan dekapan paling memberi rasa aman saat mereka ketakutan. Ibu, perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling lapang, tak pernah ia bisa digantikan oleh gedung-gedung tak bernyawa.

(Salim A. Fillah) Referensi: apakabar@clark.net GATRA, Artikel: Gerakan Sayang Ibu-Masri Singarimbun. Nomor 08/III, 11 Januari 1997diakses: 31 Januari 2008 KBI Gemari, Artikel: Memacu Gerakan Ibu Sehat Sejahtera-Prof. Dr. Haryono Suyono, Pengamat Masalah Sosial Kemasyarakatan_Copyright2004_KBI.Gemari.or.id Rahima; Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan Hak-hak Perempuan_copyrightRahima 2001_rahima2000@cbn.net.id Tempointeraktif.com-Gerakan Sayang Ibu Belum Efektif Menekan Angka Kematian-Dwi Riyanto AgustiarKamis, 03 Mei 2007 | 02:30 WIBdiakses: 26 Desember 2008 www.menegpp.go.id www.presidensby.info

Anda mungkin juga menyukai