Anda di halaman 1dari 23

KATARAK BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar belakang

PSIK 4C

Kebutaan di Indonesia merupakan bencana Nasional. Sebab kebutaan menyebabkan kualitas sumber daya manusia rendah. Hal ini berdampak pada kehilangan produktifitas serta membutuhkan biaya untuk rehabilitasi dan pendidikan orang buta. Berdasarkan hasil survey nasional tahun 1993 1996, angka kebutaan di Indonesia mencapai 1,5 %. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan pertama dalam masalah kebutaan di Asia dan nomor dua di dunia pada masa itu. Salah satu penyebab kebutaan adalah katarak. sekitar 1,5 % dari jumlah penduduk di Indonesia, 78 % disebabkan oleh katarak. Pandangan mata yang kabur atau berkabut bagaikan melihat melalui kaca mata berembun, ukuran lensa kacamata yang sering berubah, penglihatan ganda ketika mengemudi di malam hari , merupakan gejala katarak. Tetapi di siang hari penderita justru merasa silau karena cahaya yang masuk ke mata terasa berlebih. Begitu besarnya resiko masyarakat Indonesia untuk menderita katarak memicu kita dalam upaya pencegahan. Dengan memperhatikan gaya hidup, lingkungan yang sehat dan menghindari pemakaian bahan-bahan kimia yang dapat merusak akan membuta kita terhindar dari berbagai jenis penyakit dalam stadium yang lebih berat yang akan menyulitkan upaya penyembuhan. Sehingga kami sebagai mahasiswa keperawatan memiliki solusi dalam mencegah dan menanggulangi masalah katarak yakni dengan memberikan sebuah raangkuman makalah tentang katarak sebagai bahan belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan. 1.2 Rumusan masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 Bagaimanakah konsep katarak? Apa saja penyebab (etiologi) katarak? Bagaimanakah patofisiologi katarak? Apa saja manifestasi klinik katarak? Bagaimanakah konsep proses keperawatan pada katarak?

1.3 Tujuan instruksional umum Menjelaskan konsep dan proses keperawatan pada katarak. 1.4 Tujuan instruksional khusus 1.4.1 Kelompok 1 Mengetahui definisi katarak Page 1

KATARAK 1.4.2 1.4.3 1.4.4 1.4.5 1.4.6 1.5 Manfaat 1. Mahasiswa mampu dan mengerti tentang katarak 2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien katarak Mengetahui etiologi katarak Mengetahui patofisiologi katarak Mengetahui manifestasi klinis katarak Mengetahui pemeriksaan dignostik pada katarak Mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan katarak

PSIK 4C

Kelompok 1

Page 2

KATARAK BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PSIK 4C

2.1 Anatomi dan Fisiologi Mata a. Definisi mata mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak b. Struktur dan fungsi mata

mata kita terdiri dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. struktur dari mata itu sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi Sklera, Konjungtiva, Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, Humor aqueus, serta Humor vitreus yang masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. aku bahas satu-satu aja kali yah mengenai struktur dan fungsi mata, dimana masing-masing dari struktur mata mempunyai Fisiologi mata itu sendiri. Berikut Struktur mata beserta fisiologisnya: 1. Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat. 2. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera. 3. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya. 4. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

Kelompok 1

Page 3

KATARAK

PSIK 4C

5. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil. 6. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina. 7. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak. 8. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak. 9. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris. 10. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata). Cahaya yang masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Iris mengatur jumlah cahaya yang masuk dengan cara membuka dan menutup, seperti halnya celah pada lensa kamera. Jika lingkungan di sekitar gelap, maka cahaya yang masuk akan lebih banyak; jika lingkungan di sekitar terang, maka cahaya yang masuk menjadi lebih sedikit. Ukuran pupil dikontrol oleh otot sfingter pupil, yang membuka dan menutup iris. Lensa terdapat di belakang iris. Dengan merubah bentuknya, lensa memfokuskan cahaya ke retina. Jika mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot silier akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Jika mata memfokuskan pada objek yang jauh, maka otot silier akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Sejalan dengan pertambahan usia, lensa menjadi kurang lentur, kemampuannya untuk menebal menjadi berkurang sehingga kemampuannya untuk memfokuskan objek yang dekat juga berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia. Retina mengandung saraf-saraf cahaya dan pembuluh darah. Bagian retina yang paling sensitif adalah makula, yang memiliki ratusan ujung saraf. Banyaknya ujung saraf ini menyebabkan gambaran visuil yang tajam. Retina mengubah gambaran tersebut menjadi gelombang listrik yang oleh saraf optikus dibawa ke otak.

Kelompok 1

Page 4

KATARAK

PSIK 4C Saraf optikus menghubungkan retina dengan cara membelah jalurnya.

Sebagian serat saraf menyilang ke sisi yang berlawanan pada kiasma optikus (suatu daerah yang berada tepat di bawah otak bagian depan). Kemudian sebelum sampai ke otak bagian belakang, berkas saraf tersebut akan bergabung kembali. c. Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan: 1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung iris. 2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina, berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata. d. Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah 1. mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : 2. Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak 3. Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata 4. Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada tulang orbita. Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang. 1. Struktur Pelindung Mata Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahan-bahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih bisa masuk. adapun struktur pelindung mata, meliputi: 2. Orbita

Kelompok 1

Page 5

KATARAK

PSIK 4C Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.

3. Kelopak Mata Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang sangat terang. Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata. 4. Bulu mata Bulu Mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang). Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah penguapan air mata. 5. Kelenjar lakrimalis Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer. Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah terjadinya infeksi. 2.2 Definisi Katarak Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009). Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000).

Kelompok 1

Page 6

KATARAK

PSIK 4C Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa

rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2009) Lensa mata merupakan bagian jernih dari mata yang berfungsi untuk menangkap cahaya dan gambar. Retina merupakan jaringan yang berada di bagian belakang mata, bersifat sensitive terhadap cahaya. Pada keadaan normal, cahaya atau gambar yang masuk akan diterima oleh lensa mata, kemudian akan diteruskan ke retina, selanjutnya rangsangan cahaya atau gambar tadi akan diubah menjadi sinyal / impuls yang akan diteruskan ke otak melalui saraf penglihatan dan akhirnya akan diterjemahkan sehingga dapat dipahami. Tetapi bila jalan cahaya tertutup oleh keadaan lensa yang katarak maka impuls tidak akan dapat diterima oleh otak dan tidak akan bisa diterjemahkan menjado suatu gambaran penglihatan yang baik. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari. Katarak dapat diklasifikasikan menurut umur penderita: a. Katarak Kongenital, sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini (Farmacia, 2009). Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibuibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri,

toksoplasmosis, inklusi sitomegalik,dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftlmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea. Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan Kelompok 1 Page 7

KATARAK

PSIK 4C

pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental. Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50 % katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria. b. Katarak Juvenil, Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya c. Katarak Senil, setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3) Katarak Senil sendiri terdiri dari 4 stadium, yaitu: 1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu yang lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,) 2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek Kelompok 1 Page 8

KATARAK

PSIK 4C yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,)

3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ). Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.( Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,) 4. stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,) 5. Katarak Intumesen. Kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa degenerative yang menyerap air. Masuknya air ke dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi dangkal dibanding dengan keadaan normal. Pencembungan lensa ini akan dapat memberikan penyulit glaucoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan

mengakibatkan miopi lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks hingga akan mencembung dan daya biasnya akan bertambah, yang meberikan miopisasi. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai peregangan jarak lamel serat lensa. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,) 6. Katarak Brunesen. Katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes militus dan miopia tinggi. Sering tajam penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya dan biasanya ini terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun

Kelompok 1

Page 9

KATARAK

PSIK 4C yang belum memperlihatkan adanya katarak kortikal posterior. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

7. Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001) Insipien Ringan Normal Normal Normal Normal (-) (+) (-) Imatur Sebagian Bertambah Terdorong Dangkal Sempit (+) < Glaukoma Matur Seluruh Normal Normal Normal Normal (-) << (-) Hipermatur Masif Berkurang Tremulans Dalam Terbuka +/<<< Uveitis+glaukoma

Kekeruhan Cairan Lensa Iris Bilik mata depan Sudut bilik mata Shadow test Visus Penyulit

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya: a. Katarak Inti ( Nuclear ) Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan. b. Katarak Kortikal Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan. Banyak pada penderita DM c. Katarak Subkapsular. Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua mata. 2.3 Etiologi Katarak a. Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Corwin,2000): 1. Usia lanjut dan proses penuaan 2. Congenital atau bisa diturunkan. 3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. 4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). b. Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti: 1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata. Kelompok 1 Page 10

KATARAK 2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:

PSIK 4C

penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus. 3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi. 4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol. 5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009). 2.4 Patofisiologi Metabolisme Lensa Normal Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase. Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa. Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata. 2.5 Manifestasi Klinis a. Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain: 1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. 2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari Kelompok 1 Page 11

KATARAK b. Gejala objektif biasanya meliputi:

PSIK 4C

1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup 2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. 3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif. c. Gejala umum gangguan katarak meliputi: 1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. 2. Gangguan penglihatan bisa berupa: 3. Peka terhadap sinar atau cahaya. 4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia). 5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca. 6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. 7. Kesulitan melihat pada malam hari 8. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata 9. Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari ) d. Gejala lainya adalah : 1. Sering berganti kaca mata. 2. Penglihatan sering pada salah satu mata. 3. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata ( glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri. 2.6 Penatalaksanaan katarak Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi. Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan Kelompok 1 Page 12

KATARAK

PSIK 4C

dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur: a. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam b. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada objek jauh c. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf optikus di bagian belakang mata. Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis. Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3) Indikasi dilakukannya operasi katarak : 1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan 2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma 3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60 Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu: 1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction) yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya itulah teknik operasi yg tersedia. 2. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni a. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama. b. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa Kelompok 1 Page 13

KATARAK

PSIK 4C menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat. Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek.

Kacamata baru dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh. Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi sedang dalam tahap pengembangan Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

Kelompok 1

Page 14

KATARAK BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KATARAK 3.1 Pengkajian a. Anamnesa Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah : 1. Identitas / Data demografi

PSIK 4C

Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain mengenai identitas pasien. 2. Riwayat penyakit sekarang Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain: a. Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak) . b. Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah c. Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film d. Perubahan daya lihat warna e. Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata f. Lampu dan matahari sangat mengganggu g. Sering meminta ganti resep kaca mata h. Lihat ganda i. Baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropia) j. Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain 3. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti a. DM b. hipertensi c. pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak. d. Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, e. ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin. f. Kaji riwayat alergi 4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kelompok 1

Page 15

KATARAK

PSIK 4C Apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress,

b. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur. c. Pemeriksaan Diagnostik 1. Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic. 2. Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme. 3. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi 4. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis. 5. Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes. 3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan a. Pre operasi 1) Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera. 2) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler. 3) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. 4) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan. b. Post operasi 1) Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.

Kelompok 1

Page 16

KATARAK

PSIK 4C

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh 3) Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler 3.3 Intervensi a. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori/status organ indera. 1. Tujuan : Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. 2. Kriteria Hasil : a. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan. b. Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan. 3. INTERVENSI a. Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat. b. Observasi tanda-tanda disorientasi. c. Orientasikan klien tehadap lingkungan. d. Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh. e. Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila menggunakan tetes mata. f. Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25 persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada. g. Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam

jangkauan/posisi yang tidak dioperasi. viii. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut. h. Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan. i. Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas. j. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator. k. Membantu penglihatan pasien. l. Memudahkan pasien untuk berkomunikasi b. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif. Kelompok 1 Page 17

KATARAK

PSIK 4C

1. Tujuan : Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan. 2. Kriteria Hasil : Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan. 3. INTERVENSI a. Pantau informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa. b. Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan. c. Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba. d. Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas. e. Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien. f. Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi, membongkok pada panggul, dll. g. Anjurkan klien tidur terlentang. xxiv. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut. h. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator. i. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat meningkatkan tekanan intra okuler. j. Tidur terlentang dapat membantu kondisi mata agar lebih nyaman. c. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan. 1. Tujuan : mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri 2. Criteria hasil a. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan. 3. INTERVENSI a. Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang harus dilaporkan segera kepada dokter. b. Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar memberikan obat. c. Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan. d. Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan. xxviii. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.

Kelompok 1

Page 18

KATARAK

PSIK 4C e. Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata. f. Sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah g. Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.

d. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi 1. Tujuan : pengurangan nyeri. 2. Kriteria hasil : a. Klien dapat mengontrol nyerinya b. Skala nyeri 0 3. INTERVENSI a. Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep. b. Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk trauma tumpul. c. Kurangi tingkat pencahayaan. d. sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa. e. Mengurangi edema akan mengurangi nyeri. f. Tingkat pencahayaan yang lebih rendah nyakan setelah pembedahan. g. Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler. 1. Tujuan: Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera. 2. Kriteria hasil : a. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. b. Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan. 3. INTERVENSI a. Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan, balutan mata. b. Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan. Kelompok 1 Page 19

KATARAK

PSIK 4C c. Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok. d. Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi. e. Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan, disorientasi, gangguan balutan. f. Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi. xiv. Kondisi mata post operasi mempengaruhi visus pasien g. Posisi menentukan tingkat kenyamanan pasien. h. Aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan intra okuler mata. i. Visus mulai berkurang, resiko cedera semakin tinggi. j. Pengumpulan Informasi dalam pencegahan komplikasi.

f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh. 1. Tujuan : Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar. 2. Criteria hasil a. Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar. 3. INTERVENSI a. Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia luar b. Jaga area kesterilan luka operasi c. Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka d. Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis untuk : 1. Mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap agen infektious. 2. Mencegah dan mengurangi transmisi kuman. 3. mencegah kontaminasi pathogen 4. mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman.

Kelompok 1

Page 20

KATARAK 3.4 Evaluasi a. Pre operasi :

PSIK 4C

1. Dx 1 : gangguan persepsi sensori perseptual penglihatan pasien dapat diatasi 2. Dx 2 : Tidak terjadi cedera pada klien 3. Dx 3 : Pengetahuan pasien bertambah akan kondisi dan prognosa penyakitnya 4. Dx 4 : Pasien tidak merasa cemas lagi b. Post operasi : 1. Dx 1 : Nyeri pasien berkurang/hilang 2. Dx 2 : Tidak terjadi infeksi pada derah insisi post operasi katarak 3. Dx 4 : Pasien tidak mengalami cedera

Kelompok 1

Page 21

KATARAK BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

PSIK 4C

Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa yang lebih kuat pun tidak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mencari cara untuk menghindari silau yang berasal dari cahaya yang salah arah. Misalnya dengan mengenakan topi berkelapak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari. 4.2 Saran a. Saran kepada masyarakat umum: 1. Jagalah kesehatan, karena sehat itu indah dan mahal 2. Ilmu itu penting, jadi jangan pernah jenuh untuk menuntut ilmu setinggi mungkin. b. Saran untuk mahasiswa PSIK: 1. Belajarlah dengan giat untuk mendapatkan banyak informasi dan pengetahuan untuk mencapai cita-citamu. 2. Jadilah calon perawat yang professional, berwawasan dan berpengetahuan luas, serta mempunyai keterampilan yang baik. 3. Berikanlah pelayanan yang baik bagi klien dalam bidang kesehatan, untuk mencapai tujuan kesehatan bersama.

Kelompok 1

Page 22

KATARAK DAFTAR PUSTAKA

PSIK 4C

1. Marylin E. Doenges. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 2. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 3. file://localhost/D:/Materi%20kuliah/semester%204/Sistem%20sensori%20persepsi/ka tarak/ASKEP%20KATARAK%20_%20Blog%20Nursing%20Putri%20Rahza%20U NAIR.mht 4. file://localhost/D:/Materi%20kuliah/semester%204/Sistem%20sensori%20persepsi/ka tarak/Microsoft%20Word%20%202.%20Asuhan%20Keperawatan%20pada%20Katar ak.mht 5. file://localhost/D:/Materi%20kuliah/semester%204/Sistem%20sensori%20persepsi/ka tarak/Asuhan%20Keperawatan%20Pasien%20dengan%20Katarak%20_%20yoedhas %20flyingdutchman.mht

Kelompok 1

Page 23

Anda mungkin juga menyukai