Anda di halaman 1dari 3

Yolanda Devika Putri XII IPA 2

TRAUMA TERAPUNG Udara di laut Langsa tampaknya menunjukkan kehidupan kami.Saat pagi datang menyonsong matahari terbit lebih awal untuk membangunkan dari lelapnya tidur ku.Aku pun bergegas untuk bersiap siap mengenakan seragam merah putih ku.Setiap harinya aku menumpang rakitan kayu yang membawaku untuk melewati pesisir laut takala aku pergi bersekolah.Angin dan ayunan ombak selalu menemani dalam mengarungiku. Tak lama waktu berselang,rintihan hujan kini mulai membasahi baju seragamku.oh tidak!,aku pun ikut membantu mendayung lebih kuat untuk sampai lebih awal disekolah.Basah kuyub bajuku,Saat aku tiba beriringan dengan bunyi bel di sekolahku. Teengg . !bel sekolah berbunyi ,aku duduk di sebelah Wisnu teman sekelasku.Saat guru masuk kami mulai membuka lembaran buku cerita yang akan kami gunakan sebagai bahan belajar.Suasana hari ini yang mengombang ambingkan sekolahku dan terdengar demburan ombak yang terasa di bawah pijakan kakiku.Sampai waktu bel kembali di bunyikan tanda sekolah telah usai.Tapi,hujan pun belum berhenti.Tak ada yang bisa aku tumpangi saat ini,hujan terus mengguyur!,tak ada satu perahu pun lewat di hadapanku.Langkah kakiku terhenti.Aku menyandarkan badanku di tiang tiang penahan sekolah sambil menunggu seseorang yang lewat dengan perahu dayungnya yang bersedia mengantarku kembali ke rumah. Tak lama kemudian,dari kejauhan aku melihat seorang lelaki tua bertopi yang mengayuhkan tangannya menuju ketempatku.Perahu itu

berhenti tepat di hadapanku,saat aku menoleh ternyata lelaki yang aku lihat tadi adalah ayahku.Sambil tersenyum aku pun naik dan pulang bersama ayahku.Aku melirik sejenak di sekitar perahu ayahku yang membawa pulang juga setumpukan ikan di dalam ember.Seperti biasa ayahku pulang membawa hasil tangkapan melaut. Tak sadar saat melihat ke depan ternyata sudah sampai rumah.Tampak ibuku yang sedang menunggu kami yang pulang.Ibu membantu kami memboyong ikan ikan tangkapan ayahku masuk ke dalam rumah.Segera aku melepaskan seragam sekolah dan aku kaitkan di celah celah pintu kamarku.Saat aku membuka jendela terlihat ibu dan ayahku yang sedang duduk di pinggiran rumah sambil mengepakkan kakinya di dalam air.Aku memutuskan ikut menyusul bergabung dengan mereka.Tersadar matahari senja mulai menggelapkan di sekitar rumahku.Kami pun masuk dan ibuku mencari lampu teplok yang kala malam menjadi cahaya menerangkan rumahku.Di malam itu cuaca di laut tampak buruk.Angin yang bertiup kencang dan ombak yang mengombang ambingkan rumahku,sesaat aku terasa ketakutan saat aku melihat di sekitar laut yang begitu gelap mendorong semua desa terapungku menjadi takaruan.Air yang begitu tinggi datang menghempaskan semua tataan rumahku.Aku terhempas masuk ke dalam gumpalan air yang begitu dingin dan terasa penat. Saat itu aku mencoba sekuat tenaga mengaih sehelai kayu yang terapung di sekitaran ku.Aku menatap di sekitaran ku dan aku tak melihat seorang pun yang berada dekat denganku.Ibu,,,,Ayahh..!teriakanku terdengar menggema di pesisir lautan.Tapi,tak ada seorang pun yang menjawab jeritanku.Aku mulai menggigil dan badan terasa lemah dan kaku.Sorotan kuning yang menyorot tepat di mukaku membuat aku sedikit tenang,tak sadar aku mulai menutup mataku perlahan hingga aku tak tau lagi kemana dan apa yang terjadi setelah itu. Setelah kejadian itu tiba tiba saja terasa nyaman dan hangat badanku,seperti ribuan selimut yang menutupiku.Saat ku buka mata dan

aku melihat di sekeliling tampak tataan kursi tidur berjejer dalam 1 tenda hijau.Pikiranku masih sedikit kacau dan terasa bibirku beku dan kaku.Aku melirik tanagn sebelah kanan ku menempel jarum yang di aliri selang yang begitu panjang sampai di atas kepala ku. Perempuan berbaju putih tiba tiba datang menghampiriku dengan membawa kotak yang aku tak tau apa di dalamnya.Tiba tiba perempuan itu menanyakan keadaan ku dan menanyakan identitasku.Azmi,kata itu yang saat ini bisa terlontar dari mulutku.Perempuan itu memberitahukan ku bahwa aku adalah korban dari tsunami yang terjadi tadi malam.Dan hanya aku dan sejumlah orang yang bersamaku di tenda ini yang selamat.Aku pun mulai memanggil nama Ibu dan Ayahku.AYAHIBUU!Tetapi,tak ada satu pun yang mengenal dan menjawab perkataan itu.Tetesan air mata yang aku keluarkan begitu sakit.Kini aku terpaku menutup seribu bahasa.Rumah apung dan keluargaku kini tinggal kenangan yang sangat menyakitkan.Seakan aku akan hilang dan tak bisa lagi melangkahkan kakiku selepas kejadian itu. Selang 2 bulan berlalu,kini aku di titipkan di sebuah yayasan terpadu,di sanalah aku mulai mendekatkan diri dengan keluarga baru ku.Trauma yang mendalam masih teringat di pikiran ku.Tapi setidaknya aku merasa nyaman akan rumah yang aku tempati saat ini.Kini tidak ada lagi yang mengombang ambing di bawah pijakan ku,tidak ada lagi gelombang ombak yang menggetarkan seluruh tubuh ku dan kini lampu malam itu terganti dengan cahaya putih yang selalu membantuku untuk menerangkan diri ku.

Anda mungkin juga menyukai