Anda di halaman 1dari 4

A .

PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat umumnya menggunakan minyak goreng untuk mengolah makanan, bahkan untuk lauk pauk maupun makanan kecil. Makanan gorengan dapat diperoleh di kaki lima, toko makanan atau di pusat perbelanjaan. Umumnya cara menggorengnya adalah dengan memasukkan bahan makanan ke dalam minyak yang telah dipanaskan terlebih dahulu, mungkin sampai suhu yang tinggi sekali sampai mengeluarkan asap dengan bau yang menusuk serta pedih pada mata. Pada taraf ini terjadi oksidasi dan menyebabkan perubahan struktur kimiawi pada minyak. Perubahan akibat pemanasan tersebut antara lain terbentuk peroksida dan karbonil yang bersifat toksik (Aminah.1988) Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai media penggoreng bahan makanan. Kebutuhan minyak tersebut terus meningkat, namun dalam kondisi krisis saat ini harga minyak semakin mahal. Sebagian masyarakat menggunakan minyak goreng berkali-kali untuk menghemat biaya pengeluaran, tanpa disadari hal tersebut sangat membahayakan kesehatan. Minyak goreng dengan penggunaan lebih dari satu kali ini disebut minyak jelantah dan sebenarnya merupakan minyak yang telah rusak (Sari). Di Indonesia, minyak goreng diproduksi dari minyak kelapa sawit dalam skala besar. Hingga tahun 2010 diperkirakan produksi minyak sawit mencapai lebih dari 3 juta ton per tahun. Setelah digunakan, minyak goreng tersebut akan mengalami perubahan dan bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Perubahan sifat ini menjadikan minyak goreng tersebut tidak layak lagi digunakan sebagai bahan makanan. Pengetahuan ibu-ibu mengenai bahaya dari minyak jelantah hasil penggorengan mungkin sangat minim sehingga sangat di butuhkan penyuluhan-penyuluhan. Tindakan yang mungkin paling mudah di lakukan adalah pemberian penyuluhan kepada ibu-ibu tersebut walaupun di lapangan sebenarnya sangat sulit untuk memaparkannya di karena banyaknya pertimbangan yang mungkin muncul dari ibu-ibu tersebut akan mahalnya minyak goreng sehingga mereka harus berpikir 2 kali untuk memasak munggunakan minyak sisa penggorengan ( Jelantah ) atau harus selalu menggantinya setelah kurang lebih 3 kali penggorengan untuk meminilimalisir bahaya dari minyak jelantah tersebut. Penggunaan minyak goreng dalam waktu lama dan berkali-kali dengan pemanasan pada suhu tinggi (>190 C) akan menurunkan kualitas minyak tersebut baik dari segi fisik maupun kimiawi. Penurunan mutu secara fisik, dapat dilihat dari perubahan warna menjadi kecoklatan, kental, berbau tengik dan berbusa. Ditinjau secara kimiawi minyak jelantah mengandung

senyawa karsinogenik yaitu asam lemak bebas dan senyawa peroksida, yang disebabkan proses oksidasi dan panas. Untuk meningkatkan kualitas minyak jelantah dilakukan upaya penyerapan asam lemak bebas dan senyawa peroksida yang menjadi parameter ting Minyak jelantah adalah minyak limbah yang berasal dari jenis minyak goreng seperti minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya. Reaksi degradasi dapat menurunkan kualitas minyak dan akhirnya minyak tidak dapat dipakai lagi dan harus dibuang . Produk reaksi degradasi yang terdapat dalam minyak ini juga akan menurunkan kualitas bahan pangan yang digoreng dan menimbulkan pengaruh buruk bagi kesehatan .

Gambar Minyak Jelantah

Bahan dasar minyak goreng dapat dibagi dua yaitu dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dasar yang dapat digunakan untuk membedakan jenis minyak goreng yaitu struktur kimia, sifat kimia, sifat fisik dan bahan dasar minyak goreng. Berdasarkan struktur kimianya minyak goreng dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu minyak jenuh dan minyak tak jenuh. Minyak jenuh adalah minyak dengan kandungan dominan asam lemak tunggal, sedangkan minyak tak jenuh adalah minyak yang kaya asam lemak dengan satu atau lebih ikatan rangkap (misalnya asam oleat, asam linoleat dan asam palmitoleat). Secara fisik minyak jenuh dan minyak tak jenuh juga dapat dibedakan, minyak jenuh berbentuk padat bila disimpan pada suhu kamar sedangkan minyak tak jenuh berbentuk cair. Komposisi atau jenis asam lemak dan sifat fisio kimia tiap jenis minyak berbeda-beda dan hal ini disebMinyak goreng yang sudah rusak (jelantah) sangat berbahaya untuk kesehatan tubuh manusia. Walaupun sudah banyak penelitian menemukan mengenai bahaya dari jelantah, namun masih banyak yang menggunakan. Dengan demikian diperlukan cara-cara daur ulang minyak yang sederhana untuk mengurangi kerusakan yang lebih lanjut. Cara-cara daur ulang minyak jelantah diantaranya melalui pemanfaatan arang tempurung kelapa, tepung beras, mengkudu, lidah buaya, bawang merah, dibuat menjadi sabun, dan biodiesel.

Cara daur ulang minyak jelantah menggunakan arang aktif yaitu mengandalkan daya serap arang aktif terhadap kotoran yang sangat besar. Arang aktif memiliki luas permukaan yang sangat banyak sehingga efektif dalam menyaring kotoran-kotoran yang ada di sekitarnya baik di air maupun di udara.abkan oleh perbedaan bahan dasar, iklim keadaan tumbuh dan pengolahan . Cara lain untuk daur ulang minyak jelantah adalah dengan dijadikan produk sabun. Kandungan lemak minyak jelantah cukup banyak. Reaksi antara lemak dengan NaOH (soda kaustik) terbentuklah sabun. Untuk mendapatkan aroma yg dikehendaki tinggal ditambahkan minyak atsiri atau ekstrak bunga, buah dan rempah tergantung selera. Seiring dengan depisiensi cadangan minyak bakar dunia, minyak jelantah dapat di daur ulang menjadi biodiesel. Kelebihan lain dari bahan dasar minyak goreng ini adalah bahwa sisa minyak goreng juga dapat dipergunakan, sehingga mengurangi beban lingkungan karena sampah. Dibanding dengan minyak solar, minyak goreng dapat mengurangi polusi karena kadar belerang yang lebih rendah, dan kurang berisik. Penggunaan minyak goreng untuk bahan bakar tidak menambah jumlah gas karbondioksida, karena minyak berasal dari tumbuhan. Kekurangan dari minyak goreng adalah lebih kental sehingga mudah untuk menyumbat saluran, terlebih lagi jika tercampur dengan fraksi padat, minyak bekas atau jika cuaca dingin. Telah di lakukan penelitian tentang bahaya dari minyak jelantah dan sedikit penanggulangannya yaitu dengan menggunakan adsorben. Penelitian dilakukan oleh Susi desminati dan Edi joniarta di Laboratorium pengelolahan dan kimia polteknik pertanian negeri payakumbuh dan Laboratorium balai besar pasca panen bogor dari bulan juli sampai november 2006. Tujuan penelitian ini adalah memperpanjang masa pakai minyak pakai pada industri makanan dengan memanfaatkan bioadsorben tandan kosong kelapa sawit ( TKKS). Kondisi optimum TKKS yang di gunakan adalah ukuran 125m dan jumlah bioadsorben 5% dari berat minyak goreng yang telah di gunakan. Perpanjangan umur pemakaian minyak goreng ini di lakukan dengan cara memurnikan kembali minyak goreng yang telah di gunakan sehingga bagian minyak goreng yang telah rusak dapat di hilangkan. Formulasi akhir dari narasi dalam bagian pendahuluan ini adalah sebagai berikut (1) ibu-ibu yang diberikan penyuluhan dapat mengetahui bahaya dari pengguaan minyak jelantah dan sedikit cara-cara untuk menanggulanginya walaupun dengan bahan-bahan dari alam yang dapat di temukan disekitar kiat, (2) Perguruan tinggi memiliki potensi dan tenaga-tenaga profesional untuk mendidik setidaknya memberikan sedikit pengetahuan kepada ibu-ibu

mengenai cara untuk memenuhi dan meningkatkan standar kesehatan

dan (3) Lembaga

pengabdian masyarakat (LPM) Universitas Negeri Surabaya memiliki potensi untuk melakukan penyuluhan dan penerapan program Ipteks yang di miliki oleh tim pengusul untuk ibu-ibu rumah tangga. B. Perumusan Masalah. Masalah yang akan dipecahkan melalui program penerapan ipteks adalah sebagai berikut : 1.Bagaimana hasil penyuluhan mengenai minyak jelantah yang di lakukan oleh tim pengusul teradap ibu-ibu rumah tangga tersebut? 2.Apakah terjadi perubahan penyuluhan? pada ibu-ibu rumah tangga tersebut setelah di berikan

Anda mungkin juga menyukai