Anda di halaman 1dari 8

SESI

7-8

KEPUTUSAN PENDANAAN
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Memahami factor-faktor yang dipertimbangkan dalam keputusan pendanaan 2. Menghitung biaya modal marjinal (MCC) 3. Memahami konsep indifferent point 4. Mengukur risiko keuangan

Tujuan Instruksional Khusus

Menjelaskan pertimbangan dalam keputusan pendanaan, biaya modal marginal, indifferent poin dan risiko keuangan Faktor-faktor pertimbangan keputusan pendanaan, biaya modal marjinal, indifferent point, dan EPS. 300 menit Evans, Weston & Copeland, Block & Hirt

Sub Pokok Bahasan Estimasi Waktu Daftar Bacaan

KEPUTUSAN PENDANAAN
50

Keputusan pendanaan mesti mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain: Fleksibilitas (Flexibility) Keputusan keuangan hari ini akan mempengaruhi keputusankeputusan keuangan berikutnya. Perusahaan perlu menyediakan suatu proteksi sehingga dapat memiliki fleksibilitas dengan keputusan keuangan masa datang. Risiko (Risk) Pendanaan dengan menggunakan hutang akan meningkatkan risiko. Ada batasan seberapa besar hutang dapat digunakan untuk mendanai bisnis. Terlalu banyak hutang dapat menggiring ke arah bangkrut atau pailit. Laba (Income) Pendanaan dapat mempengaruhi keuntungan dan kemudian mempengaruhi return on equity (ROE). Bila perusahaan peduli tentang pemegang saham (returns to equity shareholders), maka keputusan pendanaan perlu disesuaikan. Laba juga dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan pengurangan pajak dari pembayaran bunga hutang. Kendali (Control) Bila perusahaan peduli tentang kendali atas perusahaan, maka perlu mempertimbangkan bagaimana pendanaan tidak akan merubah kendali terhdap perusahaan. Keputusan keuangan berhubungan, baik dengan kepemilikan (ekuitas) maupun kreditors (hutang). Waktu (Timing) Keputusan pendanaan perlu dijadwalkan ketepatan waktunya untuk memperoleh manfaat pasar. Apa jenis sekuritas yang seharusnya dijual? Kapan seharusnya sekuritas tersebut dijual? Berapa lama waktu jatuh tempo obligasi?

Risiko Pendanaan ulang


Salah satu tujuan dalam keputusan pendanaan adalah untuk mensinkronkan (to macth) masa jatuh tempo hutang dengan umur ekonomis aktiva. Bila masa jatuh tempo hutang lebih singkat dari umur ekonomis aktiva, maka perusahaan menghadapi risiko pendanaan ulang karena harus menaikkan modal yang baru guna membayar hutang. Sebaliknya, bila lebih panjang terjadi kelebihan aktiva yang boleh jadi tidak cukup bermanfaat guna meningkatkan nilai perusahaan.

Inflasi dan Biaya emisi Faktor lain yang dipertimbangkan dalam keputusan pendanaan adalah inflasi. Dengan menggunakan hutang selama periode inflasi yang tinggi, perusahaan akan membayar kembali hutangnya dengan nilai uang yang lebih rendah. Biasanya kreditor akan meningkatkan suku bunga pinjaman guna mengkompensir penurunan nilai uang tersebut

51

Sumber-sumber modal yang berasal dari ekuitas akan lebih mahal biayanya dibandingkan hutang. Salah satu alasannya adalah karena investor menghadapi risiko yang lebih tinggi. Bilamana investor memasukkan unsur risiko ini, mereka akan meminta rate of return yang lebih tinggi pula. Perusahaan yang menambah dana dari saham, harus mengeluarkan biaya emisi (floatation cost), seperti banker's fees, legal fees, filing costs, dll.

Marginal Cost of Capital (MCC)


Pertimbangan mendasar dalam keputusan pendanaan adalah seberapa besar tambahan dana yang dibutuhkan? Bila perusahaan mengasumsikan bahwa seluruh proyek memiliki tingkat risiko yang sama, maka perusahaan dapat menetapkan struktur modal optimal melalui MCC. Hubungan antara biaya modal dan pendanaan yang disyaratkan digambarkan melalui MCC. Tingkat MCC merupakan discount rate yang digunakan dalam penganggaran modal. MCC dapat dihitung sebagai berikut: 1. Tentukan proporsi dan biaya individual dari masing-masing sumber dana.
2.

Hitung titik pemisah (break point) dimana biaya modal rata-rata tertimbang (WACC) mulai naik dengan adanya rencana pendanaan yang berbeda. Formulanya adalah jumlah maksimum sumber modal terendah dibagi persentase dari pendanaan yang disediakan oleh sumber modal khusus ini. Hitung WACC atas jarak pendanaan antara titik pemisah
Ilustrasi 4.1 - Menghitung Marginal Cost of Capital PT Imut2 mempunyai peluang investasi berikut: Proyek A B C Jumlah Investasi Internal Rate of Return Rp 1.800.000 13 % Rp 1.700.000 14% Rp 900.000 9%

3.

Bila proyek diterima, PT.Imut2 akan mendanai ketiga proyek tersebut dengan proporsi 50% hutang dan 50% ekuitas. PT.Imut2 memiliki dana Rp 1.400.000 yang berasal dari laba ditahan; Biaya modal : Hutang @ 5.6% setelah pajak Modal internal @ 13% (opportunity cost) Saham baru @ 20%

52

Dengan menggunakan kombinasi 50 : 50 dari hutang dan laba ditahan, PT.Imut2 dapat menaikkan hingga Rp 2.800.000 dengan biaya modal: Struktur Modal Proporsi x Biaya = WACC Hutang 0,5 0,056 0,028 Internal 0,5 0,140 0,070 Total Cost of Capital (WACC) 0,098 Dengan menggunakan kombinasi 50 : 50 dari hutang dan saham baru, PT.Imut2 dapat menaikkan hingga Rp 2.800.000 dengan biaya modal: Struktur Modal Proporsi x Biaya = WACC Hutang 0,5 0,056 0,028 Saham baru 0,5 0,190 0,095 Total Cost of Capital (WACC) 0,123 Menghitung break point pendanaan : Rp 1.400.000 / 0,50 = Rp2.800.000. PT.Imut2 dapat mendanai hingga Rp 2.800.000 pada biaya modal 9,8%.

Pada saat Rp 2.800.000 biaya modal melompat dari 9,8% ke 12,3%. Bila dibandingkan grafik ini dengan proyek yang diusulkan, kita akan memilih proyek A and B karena menghasilkan internal rate of return lebih besar dari marginal cost of capital (9,8% hingga Rp2.800.000 dan 12,3% diatas Rp2.800.000. Total investasi proyek A dan B adalah Rp3.500.000 (Rp1.800.000 untuk proyek A + Rp1.700.000 untuk proyek B). Oleh karenanya, optimal anggaran modal untuk PT.Imut2 sebesar Rp3.500.000.

M a rgina l Cos t of Ca pita l


15 12.3 Cost of Capital 10 5 0 1 2 3 4 5 Fin an cin g (m illio n s ) 9.8 9.8 MCC 12.3 12.3

Perbandingan EBIT/EPS
Salah satu tujugan manajemen modal adalah untuk menemukan kombinasi yang tepat dari sumber modal. Perbandingan antara Earnings Before Interest Taxes (EBIT) dengan Earnings

per Share (EPS) dalam rencana pendanaan yang berbeda dapat membantu untuk menentukan
mana jenis pendanaan yang paling menguntungkan, hutang atau ekuitas.

53

Ilustrasi 4.1 - Perbandingan EBIT / EPS PT.Imut2 ingin meningkatkan kapasitas produksinya dan butuh tambahan modal Rp4.000.000. PT.Imut2 dapat menerbitkan saham (200.000 lembar @ Rp20) atau menerbitkan obligasi dengan bunga 10%. Tarif pajak 45%. Proyeksi EBIT sebesar Rp 6,500.000 dan struktur modal perusahaan terdiri dari obligasi Rp2.000.000 dengan bunga 8% dan 100.000 lembar saham. Hitung EPS (Earnings per Share) dengan rencana pendanaan yang berbeda: 100% Saham 100% Kombinasi EBIT yang diharapkan Rp 6.500.000 Rp 6.500.000 Bunga ( 160.000) ( 160.000) Bunga tambahan hutang -0( 400.000) Laba sebelum pajak 6.340.000 5.940.000 Pajak @ 45% ( 2.853.000) ( 2,673,000) Laba bagi pemegang saham 3.487.000 3.267.000 Jumlah saham 300.000 100.000 Earnings per Share (EPS) Rp 11,62 Rp 32,67 Obligasi 50/50

Rp 6.500.000 ( 160.000) ( 200.000) 6.140.000 ( 2.763.000) 3.377.000 200.000 Rp 16,89

EPS dengan penggunaan 100% obligasi jauh lebih besar dari rencana pendanaan lainnya.

Pada ilustrasi 4.1. PT.Imut2 memperoleh EPS terbaik dengan menggunakan lebih banyak hutang. Namun, bagaimana jika EBIT yang diharapkan turun secara drastisbeberapa tahun mendatang? Analisis dapat dilakukan dengan membuat beberapa scenario tingkat EBIT, yaitu: 1. Minimum EBIT yang diperlukan untuk menutup beban tetap pendanaan (hutang dan saham preferen) di bawah skenario pendanaan 100% berasal dari saham biasa. 2. Minimum EBIT yang diperlukan untuk menutup beban tetap pendanaan (hutang dan saham preferen) di bawah skenario pendanaan 100% berasal dari obligasi 3. Indifference Point dimana EPS tidak berbeda atau sama besarnya dibawah 100% saham dan 100% obligasi. Formula berikut dapat digunakan untuk menghitung Indifference Point:

(EBIT - I) (1 - T) PD EPS = number of shares outstanding


dimana:

. 4.1

54

EPS: Earnings per Share EBIT: Earnings Before Interest Taxes PD: Preferred Dividends Ilustrasi 4.2 Indifferent Point

T: Tax Rate

Menentukan minimum EBIT untuk dua rencana pendanaan dengan tambahan modal Rp4.000.000: bunga obligasi 10% dan tarif pajak 45% 100% saham: beban bunga obligasi Rp 160.000 (Rp 2.000.000 x 8% bunga) 100% obligasi: beban bunga obligasi Rp 560.000 (Rp160.000 + Rp 400.000). EBIT dengan EPS yang sama besar: 100% Saham (EBIT - Rp160.000) (1 0,45) = 300.000 saham 0,55 EBIT - Rp88.000 300.000 = 100% Obligasi (EBIT - Rp560.000) (1 0,45) 100.000 saham 0,55 EBIT - Rp308.000 100.000

(0,55 EBIT - Rp88.000) 100.000 = (0,55 EBIT - Rp308.000) 300.000 55.000 EBIT - Rp8.800.000 = 165.000 EBIT - Rp92.400.000 110.000 EBIT = Rp83.600.000 EBIT = Rp760.000 Pada EBIT sebesar Rp760.000, tidak ada perbedaan antara dua rencana pendanaan tersebut, karena EPSi sama besar. Bila EBIT dibawah Rp760.000, pendanaan lebih baik menggunakan saham. Sebaliknya, bila EBIT lebih besar Rp760.000, sumber dana tambahan sebaiknya dari obligasi. Bukti perhitungan indifference point sebagai berikut:
Indifference EBIT Bunga Bunga hutang baru Laba sebelum pajak Pajak @ 45% Laba utk pemegang saham Jumlah lembar saham Earnings Per Share (EPS) 100% Saham 100% Obligasi Rp760.000 Rp760.000 (160,000) (160.000) -0(400.000) 600.000 200.000 (270.000) ( 90.000) 330.000 110.000 300.000 100.000 Rp 1,10 Rp 1,10

Menilai Risiko

55

Setelah EPS dianalisis berdasarkan rencana pendanaan yang berbeda, tahap selanjutnya adalah menilai risiko sehubungan dengan rencanaan pendanaan tersebut, dengan menggunakan formula Coverage ratios.

Coverage ratios berguna untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan perusahaan


memenuhi kewajiban yang bersifat tetap dan digunakan juga untuk memonitor jumlah hutang. Semakin tinggi angka Coverage ratios, semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.

Debt to Total Assets Ratio = Total Long-term Liabilities / Total Assets Times Interest Earned Ratio = EBIT / Interest Expense Times Burden Earned Ratio = EBIT / Interest Expense + (Principal Repayment / (1 TR))
Ilustrasi 4.2 Menghitung Coverage Ratio Times Interest Earned PT.Imut2 dengan rencana pendaan tersebut adalah sebagai berikut: 100% Saham Rp6.500.000 / Rp160.000 40,6 100% Obligasi Rp6.500.000 / Rp560.000 11,6

Terdapat perubahan yang signifikan dari coverage ratio, namun masih berada pada posisi cukup aman untuk menambah jumlah hutang, karena laba yang diperoleh masih cukup besar guna menutup beban tetap (berupa bunga).

56

DISKUSI KELAS
1. Jelaskan factor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat keputusan pendanaan 2. Jelaskan risiko pendanaan ulang 3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan biaya modal marjinal (marginal cost of capital)? 4. Jelaskan manfaat dari penggunaan analisis indifferent point. 1. PT.Imut2 ingin meningkatkan kapasitas produksinya dan membutuhkan tambahan modal Rp10.000.000. PT.Imut2 dapat menerbitkan saham (200.000 lembar @ Rp50) atau menerbitkan obligasi dengan bunga 14%. Tarif pajak 25%. Proyeksi EBIT sebesar Rp 12,500.000 dan struktur modal perusahaan semula terdiri dari obligasi Rp5.000.000 dengan bunga 8% dan 100.000 lembar saham. Berdasarkan informasi di atas, saudara diminta untuk menghitung: a. Laba per lembar saham yang baru dengan adanya tambahan dana b. Indifferent point c. Alternatif sumber dana yang akan saudara pilih?

SOAL TEORI

SOAL APLIKASI

57

Anda mungkin juga menyukai