Konsultasi Teknis WHO tentang HIV dan Pemberian Makanan Bayi Dilakukan atas nama Inter-agency Task Team (IATT) tentang Prevention of HIV Infections in Pregnant Women, Mothers and their Infants, Jenewa, 25-27 Oktober 2006 Para peneliti, pelaksana program, ahli pemberian makanan bayi dan wakil IATT1, lembaga PBB, Kantor WHO Wilayah Afrika dan enam departemen markas besar WHO2 berkumpul di Jenewa untuk meninjau kembali bukti yang semakin banyak dan pengalaman baru mengenai HIV dan pemberian makanan bayi yang terkumpul sejak konsultasi teknis sebelumnya pada Oktober 20003, dan sejak permintaan akan tindakan Glion4 dan Abuja5 mengenai pencegahan penularan HIV dari ibu-ke-bayi. Tujuan adalah untuk menentukan apakah adalah mungkin menjelaskan dan menyederhanakan pedoman PBB yang ada6, yaitu pedoman yang didasari usulan dari pertemuan sebelumnya. Setelah tiga hari presentasi teknis dan program serta pembahasan secara intensif, kelompok ini menyetujui asas umum yang mendasari usulan Oktober 2000 dan, berdasarkan bukti dan pengalaman baru yang dikaji, dicapai kesepakatan mengenai serangkaian masalah dan implikasinya. Pernyataan ini menyediakan rangkuman awal sambil menunggu diterbitkan laporan lengkap.
Pernyataan Kesepakatan Konsultasi Teknis WHO HIV dan Pemberian Makanan Bayi
Penghentian penyusuan secara dini (sebelum usia enam bulan) dikaitkan dengan risiko morbiditas bayi (terutama diare) dan mortalitas yang lebih tinggi pada anak terpajan HIV8 dalam penelitian yang sudah selesai di Malawi dan penelitian yang sedang berlanjut di Kenya, Uganda dan Zambia. Penghentian penyusuan secara dini pada usia empat bulan dikaitkan dengan angka penularan HIV yang lebih rendah tetapi juga dengan mortalitas bayi yang lebih tinggi antara 4 sampai 24 bulan dalam data awal yang dikajikan dari uji coba secara acak di Zambia. Penyusuan bayi yang terinfeksi HIV selama lebih dari enam bulan dikaitkan dengan ketahanan hidup yang lebih baik dibandingkan dengan penghentian penyusuan berdasarkan data awal yang dikajikan dari Botswana dan Zambia.
Usulan
Usulan berikut untuk para pembuat kebijakan dan manajer program bermaksud untuk melengkapi, menjelaskan dan memperbarui pedoman PBB yang ada dan tidak untuk menggantinya. Berdasarkan konsultasi ini, revisi teknis pada pedoman PBB terkait akan disediakan. Pilihan pemberian makanan bayi yang paling sesuai untuk seorang ibu terinfeksi HIV harus tetap tergantung pada keadaan dia sendiri, termasuk status kesehatannya dan keadaan setempat, tetapi harus lebih mempertimbangkan layanan kesehatan yang tersedia, serta konseling dan dukungan yang mungkin dia akan terima. Penyusuan eksklusif diusulkan untuk para ibu terinfeksi HIV selama enam bulan pertama kehidupan bayinya, kecuali PASI adalah AFASS (acceptable = dapat diterima, feasible = dapat dilakukan,
Terpajan HIV berarti anak terlahir atau disusui oleh perempuan yang hidup dengan HIV. Rangkaian intervensi penuh termasuk: pencegahan primer infeksi HIV pada perempuan; pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan pada perempuan yang hidup dengan HIV; pencegahan penularan dari ibu yang hidup dengan HIV pada bayinya; dan penyediaan perawatan, dukungan dan pengobatan untuk perempuan dengan HIV dan keluarganya.
9 8
Pernyataan Kesepakatan Konsultasi Teknis WHO HIV dan Pemberian Makanan Bayi
affordable = mampu dibeli, sustainable = dapat dilakukan terus-menerus, dan safe = aman) untuk ibu sendiri dan bayinya sampai dengan waktu tersebut. Bila PASI adalah AFASS, diusulkan untuk menghindari semua penyusuan oleh ibu terinfeksi HIV. Pada usia enam bulan, bila PASI tetap tidak AFASS, penerusan penyusuan dengan tambahan makanan penunjang diusulkan. Selama hal ini dilakukan, ibu dan bayi harus dipantau secara berkala. Penyusuan harus dihentikan secara total setelah makanan yang cukup bergizi dan aman tanpa ASI dapat disediakan. Apa pun keputusan pemberian makanan, layanan kesehatan harus memantau semua bayi terpajan HIV, dan terus menawarkan konseling dan dukungan untuk pemberian makanan bayi, terutama pada titik kunci saat keputusan pemberian makanan dapat dipertimbangkan kembali, misalnya saat diagnosis bayi secara dini dan pada usia enam bulan. Ibu menyusui bayi dan anak kecil yang diketahui terinfeksi HIV harus didesak untuk meneruskan penyusuan. Para pemerintah dan stakeholder lain harus menghidupkan kembali pelindungan, pendorongan dan dukungan terhadap penyusuan dalam populasi umum. Mereka juga harus secara aktif mendukung ibu terinfeksi HIV yang memilih untuk menyusui secara eksklusif, dan mengambil tindakan untuk menyakinkan bahwa PASI lebih aman untuk ibu terinfeksi HIV yang memilih pilihan tersebut. Program nasional harus menyediakan paket intervensi ketahanan hidup dan kesehatan reproduksi yang penuh10 yang berhubungan secara efektif dengan layanan pencegahan, pengobatan dan perawatan. Tambahannya, layanan kesehatan harus berupaya lebih khusus untuk mendukung pencegahan primer untuk perempuan yang dites HIV-negatif di rangkaian pralahir dan persalinan, dengan perhatian khusus pada masa penyusuan. Para pemerintah harus meyakinkan bahwa paket intervensi yang dibahas di atas, serta persyaratan yang digambarkan dalam pedoman saat ini11, tersedia sebelum mempertimbangkan distribusi formula bayi komersial secara gratis. Para pemerintah dan donor harus meningkatkan komitmen dan sumber dayanya untuk penerapan secara besar Global Strategy for Infant and Young Child Feeding and the UN HIV and Infant Feeding Framework for Priority Action secara besar, agar secara efektif dapat mencegah penularan HIV setelah kelahiran, meningkatkan ketahanan hidup tanpa HIV dan mencapai tujuan UNGASS yang sesuai.
Dokumen asli: WHO HIV and Infant Feeding Technical Consultation http://www.who.int/entity/hiv/mediacentre/Infantfeedingconsensusstatement.pf.pdf
10
Lihat: WHO. Antiretroviral drugs for treating pregnant women and preventing HIV infection in infants in resource-limited settings. Geneva, 2006; WHO. The World Health Report: Make every mother and child count. Geneva, 2005. 11 Lihat http://www.who.int/child-adolescent-health/NUTRITION/HIV_infant.htm.