Anda di halaman 1dari 152

Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

1. Pengantar Modul ini membicarakan penerapan bahasa Indonesia, baik secara umum maupun secara khusus. Pembicaraan secara umum meliputi berbagai bentuk pemakaian bahasa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan sehari-hari. Secara khusus, yang dibicarakan adalah bagaimana menuangkan gagasan dengan nalar yang baik ke dalam bentuk tulisan. Lebih khusus lagi adalah pengungkapan gagasan melalui tulisan yang bersifat ilmiah.

2. Tujuan Instruksional Umum Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia, mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap positif ini diwujudkan dengan kesetiaan berbahasa Indonesia; kebanggaan akan pentingnya bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi dan pengembang ilmu dan teknologi secara menyeluruh untuk meningkatkan kehidupan bangsa, negara, dan juga agama; kesadaran berbahasa Indonesia sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dengan perkataan lain, mata kuliah ini ditujukan mengarahkan mahasiswa pada kepribadian yang mengindonesia. 3. Tujuan Instruksional Khusus Diharapkan setelah selesai mengikuti perkuliahan MPK Bahasa Indonesia, mahasiswa mampu dan terampil menuangkan gagasan secara lisan maupun tertulis baik ilmiah maupun takilmiah dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Kegiatan Belajar I

Politik Bahasa Indonesia

1. Mengapa Kita Mempelajari Bahasa Indonesia? Mengapa bahasa Indonesia masih harus dijadikan mata kuliah dan dipelajari di semua jurusan atau program di seluruh fakultas di perguruan tinggi, padahal kini banyak di antara kita sudah belajar berbahasa Indonesia sejak lahir dan secara formal sejak di sekolah dasar, bahkan sejak di taman kanak-kanak? Alasannya tiada lain karena Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pasal 37 Ayat 2 mewajibkan perguruan tinggi menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan kepribadian yang lebih umum disingkat menjadi MPK. Satu di antara beberapa MPK adalah mata kuliah Bahasa Indonesia. Sebelumnya, mata kuliah Bahasa Indonesia dan sejenisnya diwadahi dalam Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU), lalu berkembang menjadi Mata Kuliah Umum (MKU), dan terakhir menjadi MPK. Mengapa pula undang-undang tersebut begitu? Landasan pemikirannya ada dua. Pertama adalah satu dari tiga butir Sumpah Pemuda 1928 menyatakan Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia. Kedua adalah UndangUndang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Hal itu dapat diartikan bahwa bahasa Indonesia memiliki dua kedudukan penting, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Dengan perkataan lain, latar belakang mengapa bahasa Indonesia masih harus kita pelajari secara formal sampai di perguruan tinggi adalah adanya dua kedudukan yang dimiliki bahasa Indonesia. Tentu saja, kedua kedudukan tersebut memiliki fungsinya masing-masing. a. Bahasa Nasional Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki tiga fungsi: (1) lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masingmasing. Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Berdasarkan kebanggaan inilah, bahasa Indonesia kita pelihara dan kita kembangkan. Selain itu, rasa bangga memakai bahasa Indonesia dalam berbagai bidang harus selalu kita bina dan kita tingkatkan. Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia sebagaimana halnya lambang lain, yaitu bendera merah putih dan burung garuda mau takmau suka taksuka harus diakui menjadi bagian yang takdapat dipisahkan dengan bangsa Indonesia. Jadi, seandainya ada

orang yang kurang atau bahkan tidak menghargai ketiga lambang identitas kita ini tentu sedikitnya kita akan merasa tersinggung dan rasa hormat kita kepada orang tersebut menjadi berkurang atau malah hilang. Karena itu, bahasa Indonesia dapat menunjukkan atau menghadirkan identitasnya hanya apabila masyarakat bahasa Indonesia membina dan mengembangkannya sesuai dengan keahlian dalam bidang masing-masing. Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita berkomunikasi dengan siapa pun memakai bahasa Indonesia apabila komunikator dan komunikan mengerti. Karena itu, kesalahpahaman dengan orang dari daerah lain bisa kita hindari kalau kita memakai bahasa Indonesia. Melalui fungsi ketiga ini pula kita bisa memahami budaya saudara kita di daerah lain. Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena kita telah memiliki bahasa nasional yang berasal dari bumi kita sendiri sehingga kita dapat bersatu dalam kebesaran Indonesia. Padahal, ketika dicanangkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia boleh dikatakan tidak memiliki penutur asli karena berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Jawa dan bahasa Sunda paling banyak penuturnya di antara bahasa-bahasa daerah yang ada di Nusantara ini. Jadi, berdasarkan jumlah penutur, yang pantas menjadi bahasa nasional sebenarnya kedua bahasa daerah itu. Apalah jadinya seandainya bahasa Jawa atau bahasa Sunda yang diangkat menjadi bahasa nasional. Mungkin saja terjadi perpecahan perang antarsuku, lalu muncul negara-negara kecil. Karena itu, tentu bukan soal jumlah penutur yang menjadi landasan para pemikir bangsa waktu itu. Mereka berpikiran jauh ke masa depan untuk kebesaran dan kejayaan bangsa; dan lahirlah bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. b. Bahasa Negara Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa negara memiliki empat fungsi yang saling mengisi dengan ketiga fungsi bahasa nasional. Keempat fungsi bahasa negara adalah sebagai berikut: (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Dalam fungsi pertama bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu juga dalam penulisan dokumen dan putusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-badan kenegaraan. Hal tersebut berlaku juga bagi pidato kenegaraan. Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi mau takmau dalam pelajaran atau mata kuliah apa pun pengantarnya adalah bahasa Indonesia. Namun, ada perkecualian. Bahasa daerah boleh (tidak harus) digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar sampai tahun ketiga. Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia untuk membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang. Dalam hal ini kita berusaha menjelaskan

sesuatu, baik secara lisan maupun tertulis, dengan bahasa Indonesia agar orang yang kita tuju dapat dengan mudah memahami dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Fungsi keempat mengingatkan kita yang berkecimpung dalam dunia ilmu. Tentu segala ilmu yang telah kita miliki akan makin berguna bagi orang lain jika kita sebarkan kepada saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air di seluruh pelosok Nusantara, atau bahkan jika memungkinkan kepada saudara kita di seluruh dunia. Penyebaran ilmu tersebut akan lebih efektif dan efisien jika menggunakan bahasa Indonesia, bukan bahasa daerah atau bahasa asing.

c. Variasi Pemakaian Bahasa Variasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan pemikiran diadakannya mata kuliah bahasa Indonesia sampai di perguruan tinggi. Kita dapat mengetahui perbedaan pemakaian bahasa Indonesia tatkala kita membaca koran nasional dan koran daerah, misalnya. Perbedaan itu dapat juga dibuktikan ketika kita pergi ke daerah lain, baik pilihan kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu pula ketika pergi ke pasar lalu ke kantor atau ke kampus, kita akan segera tahu adanya perbedaan pemakaian bahasa Indonesia. Contoh yang paling mudah untuk melihat perbedaan pemakaian ini adalah bahasa dalam SMS atau ceting (chatting) dan dalam makalah. Bahasa SMS takketat, bahkan bisa dan boleh semau kita, sedangkan bahasa makalah penuh dengan aturan yang harus kita taati.

d. Perkembangan Bahasa Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab, Belanda, Mandarin, Jepang atau bahasa asing lainnya, atau juga bahasa daerah, bahasa Indonesia relatif masih muda. Ia baru lahir pada akhir tahun 1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda. Namun, perkembangannya begitu pesat. Hingga tahun 1988 berarti enam puluh tahun bahasa Indonesia sudah memiliki lebih dari 60.000 kata. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Banyak kosakata daerah, terutama Jawa dan Sunda, masuk ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap pada awalnya adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris. Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih berorientasi pada bahasa Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang berasal dari bahasa Belanda, misalnya, tradisionil, formil, sistim. Namun, sejak 1972 bersamaan dengan lahirnya Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia dalam hal menyerap kosakata asing lebih berorientasi pada bahasa Inggris. Karena itu, kosakata yang berasal dari bahasa Belanda seperti ketiga contoh taklagi dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga kata tersebut adalah tradisional, formal, dan sistem. Pada akhir tahun 1990-an ketika yang memimpin Indonesia adalah Abdurrahman Wahid

perkembangan kosakata bahasa Indonesia memperlihatkan gejala lain. Pada waktu itu muncul lagi kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya digunakan di lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata istigosah, akhwat, ikhwan. Perkembangan tidak hanya terjadi pada bidang kosakata, tetapi juga pada bidang lain seperti istilah atau ungkapan dan peribahasa. Hal tersebut bisa kita temukan dengan membaca Siti Nurbaya karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya. Contoh lain dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran tahun 2000-an. Tahun 1980-90an muncul ungkapan menurut petunjuk, demi pembangunan, dan sebagainya. Tahun 2000-an lebih sering muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan sebagainya. Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam resmi. Dalam ragam takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan, perkembangan dalam ragam takresmi lebih pesat, namun juga lebih cepat menghilang. Misalnya, pada tahun 1980-an muncul kata asoy yang berarti asyik; tahun 1990-an muncul kata ni ye yang bertugas sebagai penegas kalimat; tahun 2003-an muncul kata lagi yang bertugas baru sebagai penegas seperti pada ungkapan PD (percaya diri) lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi yang sebenarnya adalah kembali atau sedang. Tahun 2004 muncul gitu lo atau getho lho, dan semacamnya. Bidang makna pun mengalami perkembangan. Ada lima penyebab perkembangan makna, yaitu (1) peristiwa ketatabahasaan, (2) perubahan waktu, (3) perbedaan bahasa daerah, (4) perbedaan bidang khusus, (5) perubahan konotasi. 1) peristiwa ketatabahasaan Sebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda karena konteks kalimat berbeda. - Agus pulang dengan tangan hampa. - Dadang memiliki banyak tangan kanan. - Tangan Didi sakit karena jatuh. 2) perubahan waktu makna dahulu bapak : orang tua laki-laki, ayah canggih: cerewet, bawel saudara : orang yang lahir dari ibu dan bapak yang sama makna sekarang sebutan terhadap semua orang laki-laki yang umurnya lebih tua atau kedudukannya lebih tinggi pintar dan rumit, modern sapaan bagi orang yang sama derajatnya, orang yang dianggap lahir dari lingkungan yang sama seperti sebangsa, seagama, sedaerah

3) perbedaan bahasa daerah Kata atos dalam bahasa Sunda berarti sudah, sedangkan dalam bahasa Jawa berarti keras. Kata bujur dalam bahasa Sunda berarti pantat, sedangkan dalam bahasa Batak berarti terima kasih, dan dalam bahasa Indonesia berarti panjang.

4) perbedaan bidang khusus Dalam bidang kedokteran kata koma berarti sekarat, sedangkan dalam bidang bahasa berarti salah satu tanda baca untuk jeda. Kata operasi dalam bidang kedokteran berarti bedah, bedel, dalam bidang kemiliteran atau yang lain berarti tindakan, dan dalam bidang pendidikan berarti pelaksanaan rencana proses belajar mengajar yang telah dikembangkan secara rinci. 5) perubahan konotasi Kata penyesuaian berarti penyamaan, tetapi agar orang lain tidak terkejut atau marah, kata itu dipakai untuk makna penaikan. Misalnya penaikan harga menjadi penyesuaian harga. Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian ejaan. Sejak 1972 bahasa Indonesia memakai sistem ejaan yang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang dalam kenyataannya sampai sekarang belum diperhatikan penuh oleh masyarakat pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih banyak terjadi. Misalnya, banyak orang masih kesulitan membedakan pemakaian huruf kecil dan huruf kapital; pemakaian singkatan nama diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika diperhatikan, pemakaian ejaan dapat juga membedakan makna. Perhatikan contoh kedua kalimat matematis ini! Perbedaan ada pada pemakaian tanda baca koma. Diketahui A = 4, berapa nilai B, C, D, dan E pada kedua pernyataan berikut? 1) A = B, C, D, dan E. 2) A = B, C, D dan E. Contoh lain tentang pemakaian huruf kapital dan huruf kecil: - Kemarin ibu pergi dengan Ibu Neneng. - Orang Sumedang makan tahu sumedang. Kesalahan lain yang sering dijumpai adalah pelafalan yang taksesuai dengan kaidah ejaan. Menurut EYD, setiap kata dilafalkan sesuai dengan hurufnya, kecuali untuk nama diri. Untuk nama diri, penulisan dan pengucapan merupakan hak otonomi pribadi. Misalnya, Deassy, Dessy, Desy, Desie, Desi, Deasie; Yenny, Yeny, Yenni, Yennie, Yenie, atau Yeni. Namun, masih banyak di antara kita yang buta huruf sehingga takdapat membedakan huruf c dan huruf k, dan huruf s; atau huruf t dengan huruf c, dalam beberapa kata yang berbeda. Karena kurang perhatian pada hal-hal sepele itu, banyak orang melafalkan secara taktepat kata-kata panitia, unit, pasca, aksesoris, lab (akronim dari laboratorium yang diucapkan leb) dan sebagainya.

e. Sikap dan Kesadaran Berbahasa Kita memiliki politik bahasa nasional kekuatan politis (political will) untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada sisi lain, justru banyak penyimpangan dari kekuatan pedoman itu sehingga timbul pertanyaan apakah berlaku hukum ''di situ ada aturan, di situ pula ada pelanggaran''. Penelusuran dua variabel ini memungkinkan kita untuk dapat mengantisipasi sikap kita terhadap kasus-kasus seperti itu secara proporsional. Lebih-lebih sebagai cendekiawan, kita memiliki peran strategis untuk menegakkan kebenaran politis dalam menjunjung martabat bahasa Indonesia, sekaligus mengangkat jatidiri bangsa. Politik bahasa nasional memberikan bobot kekuatan terhadap bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa asing. Salah satu fungsi politik bahasa nasional adalah memberikan dasar dan arah bagi perencanaan dan pengembangan bahasa nasional sehingga dapat memberikan jawaban tentang fungsi dan kedudukan bahasa (nasional) dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Alih-alih kita tahu bahwa Sumpah Pemuda 1928 tidak hanya mengakui, tetapi juga menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan demikian, mendudukkan bahasa Indonesia dalam status yang tinggi tidaklah berlebihan, malah sudah sepantasnya. Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi penting dalam hubungannya dengan bahasa lain. Kita dituntut untuk memiliki perencanaan matang dan terarah dalam menghadapi perubahan dan perkembangan kebudayaan. Itulah yang dinamakan kemantapan dinamis. Pada pihak lain, banyak di antara kita yang kurang atau bahkan tidak memperhatikan posisi bahasa Indonesia. Dengan berbagai alasan, mereka banyak menyelipkan kata bahkan kalimat berbahasa asing, baik secara lisan maupun secara tertulis tanpa memperhatikan kemampuan berbahasa orang yang dituju. Jangan jauh-jauh, kita lihat saja orang-orang di sekitar kita, di kampus. Banyak dosen (padahal dia tidak fasih berbahasa asing) menggunakan kata atau istilah asing sehingga mahasiswa harus berpikir dua kali atau bahkan lebih. Si dosen tidak sadar bahwa bahasa Indonesia merupakan sarana pencerdas bangsa. Ada pula anggota DPR RI kala diwawancara mengatakan, Kami akan mensaport sepenuhnya. Disangkanya semua fonem [u] dalam bahasa Inggris diucapkan menjadi [a] sehingga support dukungan diucapkan saport. Kalau mau, kata itu diserap menjadi supor dan bentuk kata kerjanya menyupor. Contoh lain, kita berjalan-jalan ke toko di seantero Nusantara. Banyak di antara mereka menggunakan kata berbahasa asing (baca: Inggris!) misalnya cut price sehingga orang bisa menyangka bahwa itu nama orang Aceh seperti halnya Cut Nyak Dhien. Atau juga ada soft opening yang disangka semacam sop buntut dan ada escargot dibaca [s kaar g] yang disangka semacam es teler atau es campur. Alasan mereka berkisar pada hal-hal yang sebenarnya tidak tepat dijadikan alasan. Misalnya, bahasa Indonesia kaku, di dalam bahasa Indonesia kata asing itu tidak ada, atau bahasa Indonesia tidak menarik minat calon pembeli. Singkatnya, bahasa Indonesia tidak bergengsi tinggi. Karena itu, di klinik atau di puskesmas pun terbentang kain rentang

bertuliskan Medical General Check Up Paket Hemat bukan Paket hemat periksa kesehatan menyeluruh. Sebabnya tiada lain yang cek-ap orang kaya, sedangkan yang periksa orang miskin. Jika kita telusuri, yang kaku bukan bahasa Indonesia, melainkan kita sebagai pemakainya. Bahasa Indonesia memiliki imbuhan untuk pengaya kata. Jadi, jika belum ada kata yang tepat, kita cari dalam kamus, kita ikuti prosedur pembentukan kata atau istilah baru. Jika bahasa Indonesia kurang bergengsi, kitalah yang bertanggung jawab menaikkan gengsinya karena kita pemilik sekaligus pemakainya. Sebenarnya, kalau kita sadari, banyak dukungan politis bagi pengindonesiaan kata dan istilah asing, antara lain, sebagai berikut: 1. Sumpah Pemuda 1928; 2. UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tentang bahasa negara; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972 tentang penggunaan Ejaan yang Disempurnakan; 4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 tanggal 28 Oktober 1991 tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa; 5. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1/U/1992 tanggal 10 April 1992 tentang peningkatan usaha pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa; dan 6. Surat Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia kepada Gubernur, Walikota, dan Bupati Nomor 434/1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang penertiban penggunaan istilah asing. Sayangnya, keenam butir tersebut hanya dilirik dan ditaati selama empat tahun. Setelah pergantian menteri, keenam butir itu tidak diperhatikan lagi, baik oleh perseorangan, lembaga swasta, maupun lembaga pemerintah. Contoh kecil, hampir di pelbagai perguruan tinggi di seluruh Nusantara ada gedung yang dinamakan Student Centre atau Student Center. Mengapa tidak memakai Gedung Mahasiswa atau Pusat Mahasiswa atau yang lainnya karena penghuninya masyarakat bahasa Indonesia? Mengapa pula di jalan yang banyak dilalui angkutan kota terdapat rambu yang bertuliskan Slow Down? Apakah semua sopir atau tukang ojeg mengerti bahasa Inggris? Contoh lain, di pertokoan sangat marak pemakaian kata-kata asing, padahal pengunjungnya sangat sedikit yang mengerti bahasa asing secara baik. Pemakaian kata atau istilah asing tampaknya dipandang sebagai peningkat gengsi sosial. Padahal, kalau kita sadari bersama secara kompak, bahasa Indonesia pun bisa dipakai untuk menaikkan gengsi sosial. Misalnya, ketika kita masuk ke sebuah pusat perbelanjaan yang megah dan di sana kita lihat label-label barang dan nama-nama sudut toko memakai bahasa Indonesia, secara psikologis gengsi kita tetap sebagai orang kotaan, orang modern. Yang menurunkan atau menaikkan gengsi sosial kita dalam hal ini mungkin saja pakaian dan cara kita berpakaian atau juga perilaku kita secara menyeluruh.

2. Pelatihan Ucapkan kata-kata atau singkatan/akronim di bawah ini sesuai dengan abjad yang berlaku dalam bahasa Indonesia! Adakah perbedaan ucapan dan mengapa hal itu terjadi?

-AIDS/HIV -TransTV -TVRI -MetroTV -BandungTV -SCTV -ANTV -WHO -MTQ -HP -IM3 -P3K -psikologi -unsur -unit -volume -pascasarjana -panitia -logistik -Indonesia (dalam lagu Indonesia Raya) -http://www.simkuring-dewek.com

Bedakan penulisan singkatan nama diri dan nama gelar pada nama di bawah ini!

Dede Surede Syarif Hidayat Sarjana Hukum Bagaimana pendapat Anda tentang hal-hal berikut?

1. Tadi Ibu menemui Ibu Asep atau Tadi ibu pergi dengan Ibu Asep atau 2. Buku kamu ada di saya. 3. Coba kasih buka itu pintu. 4. Gue lagi cekak ne. 5. Apa sech yang lo risaukan? 6. Semua sudah pada pergi.

3. Tes Formatif 1. Mengapa di perguruan tinggi ada mata kuliah pengembangan kepribadian seperti mata kuliah Bahasa Indonesia? 2. Uraikan empat fungsi bahasa dalam kedudukannya sebagai bahasa negara dan bahasa nasional! 3. Bedakan variasi pemakaian bahasa Indoensia ragam santai dan ragam ilmiah! 4. Uraikan dengan contoh tiga macam variasi pemakaian bahasa Indonesia.

5. Mengapa dalam bahasa Indonesia terjadi variasi pemakaian? 6. Sejak kapan EYD diberlakukan dan mengapa berorientasi pada bahasa Inggris? 7. Mengapa akhir tahun 1990-an banyak muncul kata baru dari bahasa Arab? 8. Tulislah lima kosakata baru takbaku dan lima kosakata baku! 9. Bagaimana sikap Anda terhadap dosen yang banyak menyelipkan kata asing padahal kata tersebut ada dalam bahasa Indonesia? 10. Bagaimana pendapat Anda tentang bahasa Indonesia yang harus dijunjung seperti tercantum dalam Sumpah Pemuda?

Kegiatan Belajar II

Ejaan yang Disempurnakan I


Teks BUNUH DIRI DIKALANGAN REMAJA

10

Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan seperti ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan oleh banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita sendiori sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh diri justru adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana menghindarinya. Ibu muda itu menjerit-jerit. Hanya dalam hitungan detik, dia lemas dan jatuh pingsan. Tetangga yang mendengar teriakannya berdatangan. Dalam rumah keluarga berada itu tersaji pemandangan yang sangat tragis. Sang ibu jatuh pingsan di bawah mayat abaknya yang sedang tergantung dengan lidah menjulur dan wajah membiru masih dengan seragam sekolah. Beritapun cepat menyebar. Anak kelas 3 SMP tewas bunuh diri. Apa yang sesungguhnya terjadi? Sangat irunis karena ternyata remaja ini nekat bunuh diri hanya karena kalah bersaing dengan saudaranya dalam hal rangking di sekolah. biasanya, dia rangking satu, tetapi belakangan rangkingnya turun. Dia jadi malu ujar ibunya kepada pers. Linda Utami, siswi kelas 2 SLTPN 12 Jakarta nekat mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di kamar tidurnya. Warga jalan Nipah, Prapanca, Kebayoran baru ini, menurut orang tuanya malu karena sering diejek teman sekolahnya karena tidak naik kelas. Masih tragedi yang sama, seorang siswa kelas 6 SD bernama Aman, juga nekat mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri setelah sebelumnya meminum racun tikus. Namun untunglah nyawa Aman masih bisa diselamatkan. Dia nekat hampir mengakhiri hidupnya karena malu, orang tuanya tidak bisa memberikan dia uang Rp150.000 untuk ujian akhir dan biaya perpisahan sekolahnya. Lalu ada kasus Jonathan di Malang. Siswa SMA ini konon nekat mengakhiri hidupnya gara-gara putus cinta. Hal ini menunjukkan bunuh diri dikalangan remaja kini seolah menjadi trend. Bacaan di atas terdiri atas empat paragraf. Marilah kita analisis satu paragraf untuk melihat kesalahan penggunaan EYD Dari waktu ke waktu jumlah kasus bunuh diri terus bertambah. Tidak hanya dikalangan orang dewasa tetapi juga terjadi pada remaja bahkan anak-anak. Sebenarnya tidak seorangpun yang menginginkan seperti ini tetapi keinginan manusia sering kali diarahkan oleh banyak faktor yang terjadi diluar kendali kita sendiri sampai akhirnya seseorang tiba pada keyakinan bahwa bunuh diri justru adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahnya. Bagaimana hal itu bisa terjadi? Dan bagaimana menghindarinya.

Dalam paragraf di atas ada beberapa kesalahan penerapan EYD, yaitu penulisan kata dikalangan, seorangpun, dan diluar seharusnya dipisahkan, penulisan kata sering kali seharusnya digabungkan, dan sebelum kata tetapi seharusnya diberi tanda baca koma.

1. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring Teks MENGGULUNG PABRIK EKSTASI Inilah tahun keberhasilan polisi menghadapi sindikat narkotik dan obatobatan berbahaya. Secara berturut-turut polisi menggerebek kilang ekstasi dan shabu-shabu berskala besar. Penggrebekan pertama terjadi pada bulan April tahun

11

2005 di sebuah pabrik pil godek di Jasinga, bogor, jawa barat. Hans philip, otak dibalik pabrik ini, ditembak mati saat mencoba kabur. Tujuh bulan kemudian, polisi kembali membongkar sebuah pabrik ekstasi dan shabu-shabu, kali ini di Cikande, Banten. Presiden susilo bambang yudhoyono menyebutnya the big fish. Polisi berhasil menangkap hidup-hidup pemilik pabrik, Beni Sudrajat. Turut ditangkap pula seorang warga Prancis dan Belanda serta lima warga negara republik rakyat cina yang menjadi pekerja di kilang tersebut. November 2005, giliran pabrik ekstasi di Batu dan Banyuwangi, Jawa Timur, yang digerebek. Kedua kilang diduga saling berkaitan dan dimiliki oleh orang yang sama. Teks di atas tidak memperhatikan pemakaian huruf kapital dan huruf miring. Oleh sebab itu, perbaikilah teks di atas. 2. Penulisan Kata Teks Komik adalah media komunikasi yang populer, tetapi yang paling sedikit di perbincangkan sebagai suatu gejala kebudayaan. Sejauh ini, jumlah kajian tentang komik di Indonesia sangat tidak seimbang di bandingkan popularitas atau pun usia keberadaan komik itu. Sejarah komik di Indonesia, melalui strip komik bersambung dimedia cetak, mencatat Put On karya Kho Wang Gie di surat kabar Sin Po sebagai komik Indonesia terawal pada 1931, sedangkan strip komik Mentjari Poetri Hidjaoe, karya Nasroen A.S., mengisi lembaran-lembaran mingguan Ratoe Timoer sejak 1939. Dengan kata lain, sejarah komik di Indonesia sudah terentang selama 70 tahun lebih. Namun, dalam kurun waktu itu, terlalu sedikit karya ilmiah yang mengkaji komik Indonesia. Diantara yang sedikit itu sangat menonjol Les Bandes Dessinees Indonesiennes, disertasi Marcel Bonneff yang selesai di tulis pada tahun 1972 untuk di uji di Prancis, dan terbit dalam bahasa Prancis pada tahun 1976. Disertasi tersebut baru di terjemahkan dan terbit sebagai buku pada 1998. Meski sejak tahun 80-an terdapat sejumlah kajian ilmiah, tetap belum sebanding dengan keberadaan komik Indonesia itu sebagai gejala kebudayaan.
Kesastraan Komik dan Wacana Indonesia (dengan perubahan) Seno Gumira Ajidarma

Teks di atas tidak memperhatikan penulisan kata depan dan awalan. Oleh sebab itu, perbaikilah teks di atas. 3. Pelatihan Teks KAMPUS SEBAGAI PUSAT BUDAYA Saat membaca judul diatas, teman-teman mungkin bertanya mengapa kampus di sebut demikian. Bukankah yang sering disebut sebagai pusat budaya adalah kota-kota besar seperti jakarta, bandung, medan atau kota-kota besar lainnya yang dopenuhi oleh orang-orang dengan latar budaya yang berbeda? Tetapi ternyata tidak sebatas itu saja. Bila ditinjau kembali, pengertian pusat budaya adalah tempat berkumpul atau bertemunya banyak orang dengan latar budaya yang berbeda dalam jangka waktu yang lama. Pengertian tersebut mungkin telah menjawab pertanyaan mengapa kampus di sebut sebagai pusat budaya. Kampus adalah tempat mahasiswa belajar, berkreasi bahkan meraih mimpi. Dalam melakukan hal-hal tersebut mereka pasti punya caranya masing-masing dan cara yang mereka tunjukkan menggambarkan budaya mereka. Mungkin ada bahkan banyak mahasiswa yang cara belajarnya pasif dalam arti mereka datang ke kampus hanya untuk duduk dan mendengar apa yang di bicarakan oleh dosen, meskipun tidak sepenuhnya mereka mngerti. Namun sebaliknya banyak juga

12

mahasiswa yang budaya belajarnya aktif. Setiap ada kesempatan, dia mencoba bertanya pada dosen tentang hal-hal yang tidak diketahuinya atau bila memungkinkan, mahasiswa dapat berdiskusi diluar jadwal kuliah/ Hal-hal demikian sangat sering kita lihat di dunia kampus. Budaya yang ditunjukkan setiap mahasiswa selalu berbeda. Memang wajar kampus di sebut sebagai pusat budaya. Yang mana mahasiswanya tidak terbatas berasal dari daerah Universitas itu berada. Bahkan universitas cendrawasih dan universitas syahkuala sebagai universitas paling timur dan barat Indonesia, mahasiswanya majemuk. Bila demikian kita dapat membayangkan kemajemukan budaya di universitas negeri yang ada di jawa yang selama ini menjadi pavorite anak muda Indonesia. Mereka berlomba-lomba untuk memperebutkan satu kursi saja. Saat mereka berkomunikasi satu sama lain, mereka dapat mengetahui asal daerah teman mereka dengan mengenali logat mereka. Contohnya adalah logat batak yang dikenal kasar. Logat inipun termasuk budaya. Saat masih SMA, mungkin kita di tempatkan orangtua di sekolah dekat rumah dengan alasan kenyamanan dan di anggap belum cukup dewasa untuk merantau. Beda halnya saat kita menjadi seorang mahasiswa. Kita dapat mencari universitas terbaik di Indonesia, yang kita suka. Otomatis kita juga harus rela berpisah dengan orangtua. Karena saat itulah kepribadian kita di bentuk. Di kampus kita dapat bertemu dengan teman-teman yang berbeda budayanya sehingga kita dapat saling memahami tanpa harus menjadi seperti budaya oranglain. Satu sama lain menunjukkan cirinya baik dalam berpakaian, berbicara, berpikir, dan berprilaku. Yang masing-masing menggambarkan budaya. Perbaikilah pemakaian huruf kapital, huruf miring, dan penulisan kata pada teks di atas.

4. Tes Formatif 1. Kata berikut baku kecuali A. izin B. azas C. jenazah D. ijazah 2. Penggunaan huruf kapital yang benar terdapat pada kalimat . A. Kita harus berusaha menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. B. Pada Bulan Agustus ia akan berangkat ke Amerika. C. Di mana banyak terdapat Suku Jawa? D. Pegunungan yang membentang di dataran Sumatra itu bernama Bukit Barisan. 3. Pemakaian huruf miring atau garis bawah dibenarkan, kecuali untuk . A. nama orang atau nama instansi alau lembaga. B. menegaskan bagian kata, kata, atau kelompok kata. C. menuliskan kata nama-nama ilmiah. D. menuliskan nama buku dan majalah yang dikutip dalam karangan. 4. Penulisan gabungan kata berikut salah, kecuali . A. Kita harus pandai mendayagunakan segala yang kita miliki B. Atas perhatian Anda, kami sampaikan terima kasih. C. Tidak benar membebastugaskan pegawai tanpa alasan. D. Ada juga pengusaha non pribumi yang mau menjadi orang tua asuh. 5. Penulisan huruf kapital dalam kalimat berikut betul, kecuali . A. Badak di Pulau Sumatera semakin berkurang. B. Tegangan listrik di rumah kami 220 Volt. C. Sebagai orang timur kita menghormati adat-istiadat kita.

13

D. Harga gula jawa lebih murah daripada gula pasir. 6. Penulisan nama majalah yang benar ialah A. Telah lama saya berlangganan Femina. B. Telah lama saya berlangganan Femina. C. Telah lama saya berlangganan FEMINA. D. Telah lama saya berlangganan FEMINA. 7. Penulisan singkatan yang benar ialah A. a.l. singkatan antara lain B. a/n singkatan atas nama C. s.d.a. singkatan sama dengan atas D. d.a singkatan dengan alamat 8. A. Mohon maaf lahir dan bathin. B. Mohon maap lahir dan bathin. C. Mohon maaf dlahir dan bathin. D. Mohon maaf lahir dan batin. 9. Penulisan yang benar menurut ejaan adalah. A. masyarakat, tidak syah, komplek B. masyarakat, tidak sah, komplek C. masyarakat, tidak sah, kompleks D. masyarakat, tidak syah, kompleks. A. B. C. D. 10. Himpunan kata yang semua anggotanya benar ialah advokat, propesi, bugenvil. zaman, azan, hewan metoda, dzikir, takzim akuarium, asesori, boutiq

14

Kegiatan Belajar III

Ejaan yang Disempurnakan II


1. Pemakaian Tanda Baca Teks Pada umumnya, balita lebih dahulu dapat menyebut dan menirukan kata mama ketimbang papa. Kenyataan itulah nampaknya yang mengilhami salah seorang penggagas iklan untuk memperlihatkan kekecewaan seorang bapak saat balitanya tetap saja menyuarakan bunyi mama, sekalipun ia mencontohkan kata papa. Para orang tua, selanjutnya akan mengajari anak mereka nama-nama anggota badan, serta benda-benda yang dekat dengannya. Dalam perkembangan selanjutnya terutama orang tua terpelajar akan mengajari anak mereka membaca dan menulis selain tentu saja memberikan berbagai macam mainan. Nabila 2thn seorang anak balita yang beruntung, karena orang tuanya selain terpelajar juga tergolong orang yang berada, maka sejak dini ia dilatih dan dikenalkan dengan berbagai macam mainan dan gambar gambar binatang. Asliyana dan Huda, orang tua Nabila menyediakan seperangkat alat tulis, kertas buram dan spidol untuk corat-coret, menggambar dan menulis apa saja. Pikir orang tuanya, ketimbang mencorat-coret tembok rumahnya yang bagus lebih baik anaknya coratcoret kertas. Tetapi anak tetap saja anak, sekalipun Nabila selalu diawasi pengasuhnya, tetap saja tembok rumah yang bagus itu, dipenuhi oleh gambar dan coretan di sana sini. Bukan hanya Nabila. Kebanyakan balita biasanya tak akan melewatkan kesempatan menggambar, mencorat-coret kertas, buku, atau tembok rumah, manakala mendapat kesenpatan untuk itu. Selain memuaskan rasa penasarannya, dengan mencoret-coret, balita dapat mengekspresikan emosi dan pikirannya dan boleh jadi menyalurkan bakat dan minatnya. Dengan kesabaran dan ketelatenan orang tua, kebiasaan corat-coret seorang balita dapat menghantarkan menjadi seorang pelukis, jika kebetulan sang balita memang memiliki minat dan bakat ke arah itu. Corat-coret yang terarah juga dapat membiasakan anak untuk berkomunikasi, menyampaikan pesan dan ide, bukan melulu secara oral, melainkan melalui gambar atau lukisan. Menyampaikan ide secara tertulis, alias menulis, adalah sesuatu yang belum mentradisi di negeri kita, Indonesia tercinta. Sejatinya, bangsa indonesia lebih pandai bertutur ketimbang menulis. Kita bisa dibuat terkagum-kagum oleh kepandaian para mubaligh dalam berolah kata dan berolah suara saat menyampaikan ajaran-ajaran agama. Kita juga bisa terpada mendengar dan menyaksikan kepiawaian para pembawa acara atau presenter saat memandu atau membawakan suatu acara, baik pada siaran langsung maupun di layar kaca. Adapun para pengunjuk rasa, terutama pemimpin atau provokatornya, kepandaian mereka dalam mengolah kata, sekalipun terdengar kasar dan vulgar, tetap saja tidak bisa dianggap remeh
Tulisan: Mustafid Amna- dengan perubahan

Perbaikilah teks di atas dengan memperhatikan pemakaian tanda baca yang tepat Teks Manusia memahami realitas melalui berbagai cara. Salah satu cara adalah menggunakan sesuatu untuk mewakili realitas tersebut. Sesuatu tersebut berfungsi sebagai representasi dan mediator. Dengan demikian, misalnya, masa lalu orang sunda sangat mungkin dimediasi oleh lutung kasarung, sangkuriang, mundinglaya,

15

amanat ti Galunggung dsb. Narasi tersebut membawa masa lampau (past tense) untuk masa kini (present tense). Saya masih ingat ketika seorang peserta KIBS pada tahun 2001 di Bandung mempersoalkan penggunaan bahasa sunda dalam kongres tersebut. Ia mengusulkan kepada forum untuk menggunakan bahasa sunda sebagai pengantar dalam konferensi internasional itu. Panitia rupanya sulit menerima saran tersebut dengan pertimbangan banyak peserta, tidak saja dari luar negeri tapi juga dalam negeri, yang tidak paham bahasa Sunda dengan baik. Padahal, mereka ingin agar konferensi tersebut dapat diikuti oleh halayak yang lebih luas. Pengusul tentu sedikit kecewa karena baginya penggunaan bahasa Sunda dapat meningkatkan, atau setidaknya, nanjeurkeun bahasa Sunda dalam forum yang bergengsi tersebut. Dengan kata lain, pemakaian bahasa Sunda, seperti yang dibayngkan oleh si penanya tersebut berurusan dengan representasi budaya yang musti dimumule. Bahasa dalam ilustrasi di atas menjadi bagian penting dari sebuah representasi. Keadliluhungan orang Sunda diwakili oleh cara orang Sunda menggunakan bahasanya. Realitas rumit ( kebudayaan adiluhung dengan mudah ditampilkan dalam representasi-representasi yang singkat (bahasa). Padahal keadiluhungan budaya tidak begitu saja tertampilkan oleh bahasa yang dipakai. Peserta kongres disamping saya berbisik, bukankah mereka yang ngadaweung di Pengkolan Braga sore-sore juga memakai bahasa Sunda? Selain bahasa Sunda perilaku, seni rupa, seni tari, dan gejala sosial budaya lainnya sudah barang tentu dapat tampil sebagai representasi pula. Representasi (representation) menurut The New Shorter Oxford English Dictionary adalah The doctrine that a perceived object is a representation of the real external object (1993: 2553). Objek yang dapat dipersepsi merupakan sebuah perwakilan dari objek eksternal yang nyata. Konsep representasi dalam khasanah kepustakaan semiotik mendapat penekanan yang lebih jauh. Pembicaraan tentang representasi dikemas dalam konsep teknis tanda (signs).
Semi Diutak-Atik-dengan perubahan Tommy Christomy

Perbaikilah teks di atas dengan memperhatikan penerapan EYD. 2. Tes Formatif 1. Tulislah lima contoh pemakaian tanda titik! 2. Tulislah lima contoh pemakaian tanda koma! 3. Tulislah dua contoh pemakaian tanda titik koma! 4. Tulislah empat contoh pemakaian tanda titik dua! 5. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda hubung! 6. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda pisah! 7. Tulislah dua contoh pemakaian tanda elipsis! 8. Tulislah empat contoh pemakaian tanda kurung! 9. Tulislah tiga contoh pemakaian tanda petik ganda! 10. Tulislah dua contoh pemakaian tanda petik tunggal! 1. Penulisan lambang bilangan yang benar terdapat pada kalimat A. Tujuh belas pemeras berhasil ditangkap. B. 17 pemeras berhasil ditangkap C. sebanyak 17 pemeras berhasil ditangkap D. tujuh belas (17) pemeras berhasil ditangkap. 2. Penggunaan tanda baca yang benar dalam kalimat ini ialah A. Kata Momon, Mahasiswa sekarang kreatif

16

B. Kata Momon, Mahasiswa sekarang kreatif. C. Kata Momon: Mahasiswa sekarang kreatif D. Kata Momon: Mahasiswa sekarang kreatif. 3. Kami berbicara seluruh rakyat. A. a/n B. an. C. a.n. D. a/n. 4. Mungkin akan meletus pada tahun 2099. A. Perang Dunia ke-III B. Perang Dunia ke-3 C. Perang Dunia ke III D. Perang Dunia ke 3 5. Pembimbing saya adalah. A. Dr. Rifai M. Si. B. Dr Rifai Msi. C. Dr. Rifai, M.Si. D. Dr. Rifai, M Si. 6. Mereka mengharapkan sumbangan berupa A. makanan, pakaian, dan obat-obatan. B. makanan, pakaian dan obat-obatan. C. makanan pakaian dan obat-obatan. D. makanan pakaian, dan obat-obatan. 7. Penulisan kata bilangan yang benar terdapat pada kalimat . A. 15 orang tewas dalam kecelakaan itu. B. Kami memerlukan 10 (sepuluh) buah bus pegawai. C. Dua ratus lima puluh orang tamu diundang dalam pertemuan itu. D. Anna menonton drama itu sampai tiga kali. 8. Penggunaan tanda koma yang benar terdapat dalam kalimat . A. Dia lupa akan janjinya, karena sibuk B. Semua siswa yang lulus ujian, mendaftarkan namanya pada panitia C. Kita memerlukan meja, kursi, dan lemari. D. Saya tahu, bahwa soal itu penting. 9. Pemakaian tanda baca yang taktepat terdapat dalam kalimat A. Mengenai sakitnya itu, katanya, harus dikonsultasikan pada dokter. B. Dokter sibuk memeriksa pasien; sementara suster menyiapkan alat suntik. C. Seorang penderita AIDS meninggal di RS. Hasan Sadikin, Bandung. D. Ingatlah, Jang, kata Ida kepada adiknya, jangan jajan sembarangan!

10. Pemakaian tanda titik yang tepat terdapat dalam kalimat A. Moh.Yogie. SM adalah mantan Gubernur Jawa Barat. B. Buku Teori Ekonomi Makro dikarang oleh Drs. Linus Suryadi d.k.k. C. Bukti-bukti penyimpangan itu ditulis pada hlm. 34 buku karya Hade Lakuna. D. Yang terhormat Bapak Robert. K Sembiring, kami persilakan.

17

Kegiatan Belajar IV

Bahasa Baku
1 Ragam Bahasa Ragam bahasa yang paling berkaitan dengan situasi adalah ragam fungsional. Artinya ragam bahasa yang didasarkan pada fungsi. Menurut Martin Joos, ragam fungsional ini terbagai ke dalam lima jenis, yaitu (1) beku, (2) resmi, (3) usaha, (4) santai, (5) akrab. Ragam beku adalah bahasa yang tidak dapat diubah karena sudah membeku. Ragam ini terdapat dalam dokumen-dokumen resmi kenegaraan seperti teks Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, atau buku-buku suci. Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi seperti upacara-upacara kenegaraan atau pernikahan, ceramah, seminar, pendidikan, kantor pemerintah (dan juga swasta). Bahasa yang digunakan dalam buku pelajaran dan makalah bisa dimasukkan pada ragam ini. Ragam usaha adaah bahasa yang digunakan dalam dunia usaha. Dunia usaha memerlukan konsumen atau mitra sebanyak-banyaknya. Karena itu, di dalam ragam ini bahasa yang digunakan bisa bermacam-macam, bisa santai, bisa juga resmi, atau pun akrab. Perhatikan saja bahasa yang digunakan dalam iklan. Ragam santai adalah bahasa yang digunakan dalam suatu kelompok dalam situasi santai. Misalnya kelompok arisan, teman sebaya, teman sehobi, keluarga. Ragam akrab adalah bahasa yang digunakan karena keakraban dan bisa juga santai. Ragam ini digunakan juga dalam suatu kelompok, tetapi ada kemungkinan tidak dimengerti atau tidak digunakan oleh kelompok lain. Misalnya kelompok remaja, kelompok suatu geng, atau kelompok lain. Bahasa yang digunakan dalam SMS, misalnya, bisa digolongkan ke sini. Kegiatan tulis-menulis dan belajar-mengajar di perguruan tinggi berada dalam situasi resmi. Karena itu, bahasa yang digunakan pun harus ragam bahasa resmi. Dalam ragam resmi, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya.

2 Ciri Bahasa Baku Menurut pakar bahasa Indonesia, Anton M. Moeliono, ada dua ciri bahasa baku: mantap dan cendekia. Bahasa baku memiliki sifat kemantapan dinamis berupa kaidah yang tetap. Kemantapan dinamis dapat diartikan adanya keterbukaan untuk perubahan bersistem, baik dalam bidang kosakata dan peristilahan maupun ragam dan gaya dalam bidang kalimat dan makna. Untuk mencapai kemantapan, perlu diusahakan penyusunan aturan (kodifikasi) bahasa yang menyangkut dua aspek: (1) bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaiannya dan (2)

18

bahasa menurut strukturnya sebagai sistem komunikasi. Aspek pertama akan menghasilkan sejumlah ragam dan gaya bahasa. Perbedaan ragam dan gaya tampak salam pemakaian bahasa lisan (ujaran) dan bahasa tulisan. Masing-masing akan mengembangkan variasi menurut pemakaian dalam berbagai situasi dan tujuan. Misalnya, dalam pergaulan keluarga dan sahabat; administrasi pemerintahan, peradilan, pengajaran, seminar, diskusi, dan ilmu pengetahuan. Aspek kedua akan menghasilkan tata bahasa dan kosakata baku. Pada umumnya yang dianggap baku adalah ujaran dan juga tulisan yang dipakai oleh golongan masyarakat yang memiliki pengaruh besar seperti pejabat pemerintah, guru, dosen, ilmuwan, mahasiswa, rohaniwan, wartawan, kolumnis, penyair, novelis, artis, dan selebritis. Pengaruh ini terbukti, misalnya, ketika zaman Soeharto. Presiden Soeharto memiliki ciri khas bahasa (idiolek). Dia sering menggunakan kata daripada walaupun tidak tepat pemakaiannya. Akibatnya, hampir seluruh pejabat dan juga masyarakat terpengaruh oleh Soeharto. Ciri lain yang dimiliki bahasa baku adalah kecendekiaan. Bahasa Indonesia harus mampu mengungkapkan proses pemikiran yang rumit dalam berbagai bidang ilmu, teknologi, dan hubungan antarmanusia tanpa menghilangkan kodrat kepribadiannya. Proses pencendekiaan ini amat penting untuk menampung aspirasi generasi muda yang menuntut taraf kemajuan yang lebih tinggi dan ingin mencari pengalaman hidup sebagai akibat perkenalannya dengan kebudayaan lain. Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kehidupan modern harus dapat dicapai lewat bahasa Indonesia. Orang yang ragu-ragu terhadap kemampuan bahasa Indonesia biasanya menggunakan bahasa Inggris. Contoh baik yang dapat kita tiru adalah bangsa Jepang. Mereka telah berhasil mencendekiakan bahasa Jepang sambil mempertahankan tata aksaranya (kanji, hiragana, dan katakana) dan tingkat bahasanya seperti bahasa Jawa dan Sunda, bahasa Jepang mengenal undak usuk bahasa. Mereka menyalurkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern melalui penerjemahan besar-besar. Hasilnya? Kini bangsa Jepang menjadi bangsa modern. Bangsa Indonesia pun sebetulnya bisa seperti bangsa Jepang jika pencendekiaan bahasa segera dilakukan. Pencendekiaan bahasa takharus berarti pembaratan (baca: penginggrisan) bahasa seperti banyak dilakukan oleh sebagian besar saudara kita. Banyak di antara kita takmau susah-susah membuka-buka kamus bahasa Indonesia. Mereka langsung membaratkan bahasa Indonesia. Mereka mengabaikan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

3. Fungsi Bahasa Baku Ada empat fungsi bahasa baku: pemersatu, penanda kepribadian, penambah wibawa, dan kerangka acuan. Fungsi pertama telah membuktikan bangsa Indonesia dapat bersatu dan mengatasi kedaerahan. Karena bahasa merupakan wahana dan pengungkap kebudayaan nasional, fungsi pemersatu dapat ditingkatkan lagi dengan mengintensifkan usaha berlakunya bahasa baku yang adab yang menjadi salah satu ciri manusia Indonesia modern.

19

Fungsi kedua yang dijalankan oleh bahasa baku dan adab akan tampak jika di dalam pergaulan dengan bangsa lain, orang Indonesia membedakan dirinya dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa. Kalau fungsi ini sudah dilaksanakan secara luas, bahasa Indonesia dapat dianggap melaksanakan perannya yang penting sebagai bahasa nasional yang baku. Sayangnya, masih banyak di antara kita baru taram-taram bisa sedikit berbahasa Inggris, ucapan atau tulisannya sudah keinggris-inggrisan. Fungsi ketiga menduduki tempat tinggi pada skala tata nilai dalam masyarakat bahasa. Gengsi yang lekat pada bahasa Indoneia baku karena dipakai oleh kalangan masyarakat berpengaruh (pressure group) menambahkan wibawa pada setiap orang yang dapat menguasai bahasa itu dengan mahir. Fungsi ini juga terlaksana jika bahasa Indonesia dapat dipautkan dengan hasil teknologi modern dan unsur kebudayaan baru. Misalnya, kata-kata Indonesia yang dicantumkan kepada pranata, lembaga, bangunan, jalan , atau yang lainnya, warga masyarakat secara psikologis akan mengidentikkan bahasa Indonesia dengan masyarakat dan kehidupan modern dan maju. Karena itu, misalnya, takperlu lagi supermarket, student centre, mall, for sale, rent, break event point, shareholder, bookkeeper, kit sebab sudah ada pasar utama, pusat mahasiswa, pasar besar, dijual, sewa, titik impas, penyaham, pembuku, lengkapan. Fungsi keempat merupakan ukuran tentang tepat atau taktepat pemakaian bahasa dalam situasi tertentu. Fungsi ini akan terpenuhi jika pembinaan terus diupayakan seperti dalam bidang surat-menyurat resmi, bentuk surat putusan, risalah, laporan, undangan iklan, pengumuman, sambutan, ceramah, dan pidato. Perhatikan contoh-contoh berikut: Kata Baku absurd agresif akhir aksesoris aktif aktivitas akuarium ambulans analisis atau azan balans baru batin belum bicara - berbicara cina dahulu dengan doa efektif ekstensi fakta fasih Kata Takbaku absur agresip ahir asesoris aktip aktifitas aquarium ambulance analisa atawa adzan balan anyar bathin belon ngomong china baheula sama, ama doa epektip ekstension pakta pasih

20

Februari fotokopi frekuensi gerejawi hakekat hipotesis identifikasi ilmuwan informal izin jadwal jumat kaidah kalkulasi - mengalkulasi kata - berkata kategori mengategorikan khawatir komersil mengomersilkan komparatif kompleks komplemen komputer komunikasi mengomunikasikan konduite konferensi konsekuen konstekstual konsumsi - mengonsumsi kontrak - dikontrakkan kontrak - mengontrakkan kritik kritik - mengkritik kualitas kuantitas kuitansi kultus - mengultuskan legal - melegalkan mokal - melokalkan lembap mengapa metode modern narasumber nasihat nikah - dinikahkan nonaktif nonblok November operasi paham pasien pasif pengaruh - memengaruhi pengeboman perancis percaya - memercayai

Pebruari photo copy frekwensi gerejani hakikat hipotesa identipikasi ilmiawan informil ijin jadual jumat kaedah mengkalkulasi bilang mengkatagorikan - mengkategorikan kuatir mengkomersilkan mengkomersialkan mengkomersialisasikan komparatip komplek komflemen computer mengkomunikasikan kondite konperensi konsekwen kontextual mengkonsumsi dikontrakan mengontrakan - mengkontrakkan keritik mengeritik kwalitas kwantitas kwitansi mengkultuskan melegalisasi, melegalisir melokalisasi - melokalisir lembab kenapa metoda moderen nara sumber nasehat ditikahkan non aktif non blok Nopember oprasi faham pasen pasip mempengaruhi pemboman prancis mempercayai

21

perkosa - memerkosa pesona - memesona problem proyek rapi reformasi rido rohaniwan Sabtu sah - mengesahkan salih sastra sejahtera menyejahterakan seks seksi semifinal sertifikat servis sesi silakan sintesis sistem staf standar standardisasi subjek sukses - menyukseskan taksi tampak tampak - ditampakkan tampak - menampakkan teknik teladan telepon telur telusuri - menelusuri temu - bertemu temu - ditemukan teoretis teori terampil terap - diterapkan terap - menerapkan tertawa tertawa - ditertawakan tim tradisional trotoar tunjuk - menunjukkan vaksinasi wudu zaman

memperkosa mempesona problim projek rapih repormasi ridho, ridlo rohaniawan Saptu mensahkan mengesyahkan - mensyahkan soleh sastera mensejahterakan sek, sex sie semi final sertipikat service, serfis sessi silahkan sintesa sistim staff standard standarisasi subyek mensukseskan taxi nampak dinampakkan menampakan tehnik tauladan telefon telor selusur, menyelusuri ketemu diketemukan tioritis, teoritis tiori trampil ditrapkan mentrapkan ketawa diketawakan team tradisionil trotoir menunjukan faksinasi wudhu, wudlu jaman

4. Pelatihan Cari dan bedakan 10 kata baku dan takbaku dalam kamus!

22

5. Tes Formatif 1. Tulislah lima ragam fungsional bahasa! 2. Uraikan dua ciri bahasa baku! 3. Jelaskan empat fungsi bahasa baku! 4. Bagaimana sikap Anda apabila melihat papan nama gedung berbahasa asing? 5. Bagaimana sikap Anda ketika berhadapan dengan orang yang bahasa Indonesianya jelek? 6. Tulislah lima kata baku dan takbaku bahasa Indonesia! 7. Tulislah lima kata baku dan takbaku serapan dari bahasa asing! 8. Mengapa jika ada istilah baru dalam bahasa Indonesia perlu diberi penjelasan dalam bahasa Inggris? 9. Jelaskan tiga kelompok masyarakat yang berpengaruh dalam pemakaian bahasa! 10. Mengapa bahasa dalam makalah harus bahasa baku?

23

Kegiatan Belajar V

Pengayaan Kosakata
1. Imbuhan Bahasa Indonesia dikenal sebagai bahasa aglutinatif. Artinya, kosakata dalam bahasa Indonesia bisa ditempeli dengan bentuk lain, yaitu imbuhan. Karena sifatnya itulah, imbuhan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan kata bahasa Indonesia. Dengan demikian, sudah selayaknyalah, sebagai pemakainya, kita memiliki pengetahuan mengenai hal ini. Dalam bahasa Indonesia, imbuhan terdiri atas awalan, sisipan, akhiran, dan gabungan awalan dengan akhiran yang disebut konfiks dalam ilmu bahasa. Awalan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia terdiri atas me(N)-, be(R)-, di-, pe(N)-, pe(R)-, te(R)-, ke-, dan se-, sedangkan sisipan terdiri atas -el-, -em-, dan -er-; akhiran terdiri atas -kan, -i, dan -an; konfiks terdiri atas semua gabungan awalan dengan akhiran. Awalan dan akhiran masih sangat produktif digunakan, sedangkan sisipan sudah tidak atau kurang produktif. Walaupun demikian, semua imbuhan termasuk sisipan di dalamnya, apabila diperlukan, masih dapat kita manfaatkan, misalnya, dalam penciptaan kosakata baru atau dalam penerjemahan atau penyepadanan istilah asing.

1.1 Awalan me (N)Proses pengimbuhan dengan awalan me(N)- terhadap bentuk dasar dapat mengakibatkan munculnya bunyi sengau (bunyi hidung) dapat pula tidak. Hal tersebut bergantung pada bentuk dasar yang dilekati awalan tersebut. Bunyi awal bentuk dasar dapat luluh, dapat pula tidak. Ini pun bergantung pada bentuk dasar yang dilekati awalan. Untuk memperjelas hal tersebut, perhatikan contoh berikut. me(N)- + buat me(N)- + pakai me(N)- + fotokopi me(N)- + dengar me(N)- + tatar me(N)- + jabat me(N)- + colok me(N)- + suruh me(N)- + ganti me(N)- + kikis me(N)- + hadap me(N)- + undang me(N)- + muat me(N)- + nilai me(N)- + lepas me(N)- + rusak membuat memakai memfotokopi mendengar menatar menjabat mencolok menyuruh mengganti mengikis menghadap mengundang memuat menilai melepas merusak

Apabila bentuk dasar yang dilekati hanya berupa satu suku kata, me(N)- berubah

24

menjadi menge-, misalnya, dalam contoh di bawah. me(N)- + cap me(N)- + pak me(N)- + tik mengecap mengepak mengetik

Namun demikian, perlu kita perhatikan jika bentuk dasar tersebut ditempeli atau dilekati awalan di-, bentuk yang ditempelinya tidak mengalami perubahan. Kita lihat contohnya: di- + cap di- + pak di- + tik dicap dipak ditik

Berdasarkan contoh-contoh yang sudah kita kenal dengan baik, dapat kita simpulkan bahwa untuk membentuk kata secara benar, kita harus mengetahui bentuk dasarnnya. Kini giliran Anda untuk berpendapat. Tepat atau taktepatkah bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat-kalimat di bawah ini. Jika menurut Anda tepat, coba Anda kemukakan alasannya. Begitu pula halnya jika taktepat, coba Anda kemukakan alasannya. 1. Mereka menterjemahkan buku berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia 2. Kewajiban kita bersama untuk mensukseskan program yang dicanangkan pemerintah kalau memang kita merasa sebagai warga yang baik. 3. Betulkah kita sudah menyintai bahasa Indonesia? 4. Tugas yang sedang kita laksanakan kait-mengkait dengan tugas orang lain. 5. Kita harus mulai menterapkan Gerakan Disiplin Nasional pada diri kita masing-masing. 6. Sebagai umat beragama kita patut selalu mensyukuri segala sesuatu yang kita peroleh dan kita nikmati. 7. Sebagai pegawai yang baik, sepatutnyalah kita mentaati segala peraturan yang berlaku. 8. Jika dipandang perlu, kita bisa merubah sistem kerja agar mencapai hasil yang optimal. 9. Kami sudah mencoba mengkomunikasikan gagasan itu kepada seluruh karyawan, tetapi hasilnya belum kami ketahui. 10. Beliau selalu memparkir mobilnya di samping kantor. 11. Mengapa kita tidak mencoba mempopulerkan istilah yang ada dalam bahasa Indonesia? 12. Dengan adanya Gerakan Disiplin Nasional, diharapkan tidak ada lagi pejabat yang mengkomersialkan jabatannya. 13. Tiga orang yang memerkosa tersebut kini sedang diadili. 14. Bahasa asing dan bahasa daerah banyak mempengaruhi bahasa Indonesia. 15. TVRI Stasiun Bandung sering mentayangkan acara wayang golek. 16. Pemerintah kini mensinyalir adanya gerakan yang mencoba mengadudombakan kita. 17. Usaha koperasi tersebut, antara lain, ditujukan untuk menyejahterakan anggota. 18. Kami sudah mempercayakan kegiatan ini kepada seluruh anggota panitia. 19. Setiap hari dia selalu menyemir sepatu suaminya hingga mengilat seperti sepatu baru. 20. PT Abadi Nanjaya memproduksi bahan keperluan rumah tangga.

25

1.2 Awalan be(R)Awalan be(R)- memiliki tiga variasi, yaitu ber-, be-, dan bel-. Variasi tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya, misalnya, dalam contoh berikut. be(R)- + usaha be(R)- + diskusi be(R)- + korban be(R)- + rencana be(R)- + kerja be(R)- + serta be(R)- + ajar berusaha berdiskusi berkorban berencana bekerja beserta belajar

Kata beruang sebagai kata dasar berarti sejenis binatang, sedangkan sebagai kata berimbuhan, yang terdiri atas ber- dan uang memiliki arti mempunyai uang atau bisa juga berarti memiliki ruang. Kata tersebut akan menjadi jelas artinya jika terdapat dalam konteks kalimat, konteks situasi, atau konteks tempat dan waktu. Begitu pula halnya dengan kata berevolusi yang terdiri atas ber- dan evolusi atau ber- dan revolusi. Berdasarkan contoh-contoh yang dikemukakan, bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah ini. 1. Kita harus bercermin pada perjuangan mereka agar kita dapat bekerja dengan sungguh-sungguh. 2. Selain berjualan pupuk, mereka juga berternak ayam dan kelinci. 3. Boleh saja kita beda pendapat, tetapi tekadnya demi kepentingan kita bersama. 4. Berdasar kesepakatan bersama dalam rapat, beliau diangkat menjadi pemimpin perusahaan. 5. Saya kerja sebagai pegawai negeri sudah cukup lama. 6. Hampir semua instansi pemerintah di wilayah Jawa Barat langganan koran Pikiran Rakyat. 7. Air sungai yang beriak itu kini sudah bewarna hitam. 8. Putra Bupati sudah tunangan minggu lalu. 9. Saya datang ke sini sama beberapa orang rekan sekantor. 10. Pergi ke kantor, setiap hari saya jalan kaki saja. 11. Penonton, sampai jumpa lagi minggu depan dalam acara yang sama. 12. Anaknya senang berpetualang ke rimba belantara. 13. Anak saya masih bersekolah di sebuah akademi. 14. Banyak karyawan yang belum berumah tangga sampai sekarang. 15. Sebagai warga yang baik, kita harus tanggung jawab atas ketertiban lingkungan sendiri. 16. Sudah tiga bulan saya tidak bertemu dengan sahabat. 17. Tetangga saya bersuamikan orang Amerika. 18. Setelah diamati secara saksama, ternyata kegiatan tersebut tidak berdampak negatif. 19. Kertas di atas meja beterbangan karena tertiup angin.

26

20. Kami tidak berkeberatan jika Saudara ikut bergabung dengan kami dalam usaha patungan ini. Dalam keseharian kini sering digunakan kata berterima atau keberterimaan. Dalam hal ini awalan ber- sejajar dengan awalan di-. Jadi, berterima sama dengan diterima, misalnya, dalam kalimat Usulan yang disampaikan kepada Bapak Gubernur sudah berterima. Kata berterima dan keberterimaan merupakan padanan acceptable dan acceptability dalam bahasa Inggris. Imbuhan ber- dalam kata tersebut beranalogi pada peribahasa yang sudah dikenal, yaitu gayung bersambut, kata berjawab yang berarti gayung disambut, kata dijawab.

1.3 Awalan te(R)Awalan te(R)- memiliki variasi ter-, te-, dan tel-. Ketiga variasi tersebut muncul sesuai dengan bentuk dasar yang dilekatinya. Layak diingat bahwa awalan ini memiliki tiga macam arti dalam pemakaiannya. Pertama, artinya sama dengan paling. Kedua, menyatakan arti tidak sengaja. Ketiga, menyatakan arti sudah di- Misalnya dalam contoh di bawah ini. te(R)- + dengar te(R)- + pandai te(R)- + rasa te(R)- + kerjakan te(R)- + perdaya te(R)- + percaya terdengar terpandai terasa tekerjakan teperdaya tepercaya

Berdasarkan uraian di atas, bergantung pada tautan kalimat, pemakai bahasa Indonesia dapat menggunakan bentuk demikian: - Saya terpercaya pada Anda daripada pada orang lain untuk menyelesaikan proyek ini. - Saya tepercaya oleh majikan untuk menyelesaikan proyek ini secepatnya. Bentuk pertama mengartikan paling percaya, sedangkan bentuk kedua mengartikan dipercaya. Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah? 1. Pasien itu tidur terlentang di tempat tidur. 2. Tas Bapak tertinggal di rumah. 3. Anak-anak telantar harus kita santuni. 4. Hal itu sudah telanjur saya katakan. 5. Indonesia itu terentang dari Sabang sampai Merauke. Selanjutnya, cobalah Anda menggunakan awalan tersebut dalam kata lain dan kalimat lain

27

yang sesuai dengan tautannya.

1.4 Awalan pe(N)- dan pe(R)Awalan pe(N)- dan pe(R)- merupakan pembentuk kata benda. Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan me(N)-. Kata benda yang dibentuk dengan pe(R)- berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-. Awalan pe(N)memiliki variasi pe-, pem-, pen-, peny-, peng-, dan penge-. Variasi tersebut muncul bergantung pada bentuk dasar yang dilekati pe(N)-. Kita lihat contoh berikut: pe(N)- + rusak perusak pe(N)- + laku pelaku pe(N)- + beri pemberi pe(N)- + pasok pemasok pe(N)- + daftarpendaftar pe(N)- + teliti penyusun pe(N)- + jual penjual pe(N)- + cari pencari pe(N)- + suluh penyuluh pe(N)- + guna pengguna pe(N)- + kirim pengirim pe(N)- + cap pengecap pe(N)- + las pengelas pe(N)- + tik pengetik

Dalam kesaharian sering dijumpai bentuk pengrajin yang berarti orang yang pekerjaannya membuat kerajinan. Bila kita bandingkan dengan kata pe(N)- + rusak menjadi perusak yang berarti orang yang membuat kerusakan, bentuk pengrajin merupakan bentuk yang tidak tepat. Kita ingat saja bahwa kedua kata tersebut, rajin dan rusak, merupakan kata sifat. Karena itu, bentuk tersebut harus dikembalikan pada bentuk yang tepat dan sesuai dengan kaidah, yaitu perajin. Awalan pe(R)- memiliki variasi bentuk pe-, per-, dan pel-. Variasi tersebut muncul sesuai denngan bentuk dasar yang dilekati awalan pe(R)-. Kita lihat contoh berikut: pe(R)- + dagang pe(R)- + kerja pe(R)- + tapa pe(R)- + ajar pedagang pekerja pertapa pelajar

Kata-kata sebelah kanan berkaitan dengan awalan ber- yang dilekati dengan kata dasar dagang, kerja, tapa, dan ajar. Jadi, kata-kata tersebut berkaitan dengan kata berdagang, bekerja, bertapa, dan belajar. Selain kata-kata itu, kita sering melihat kata-kata lain seperti pesuruh dan penyuruh. Kata pesuruh dibentuk dari pe(R)- + suruh, sedangkan penyuruh dibentuk dari pe(N)- + suruh. Pesuruh berarti yang disuruh dan penyuruh berarti yang menyuruh. Beranalogi pada kedua kata tersebut kini muncul kata-kata lain yang sepola dengan pesuruh dan penyuruh, misalnya,

28

kata petatar dan penatar, pesuluh dan penyuluh. Dalam bahasa Indonesia sekarang muncul pula bentuk kata yang sepola dengan kedua kata di atas, tetapi artinya berlainan. Misalnya, pegolf, pecatur, perenang, pesenam, dan petenis. Awalan pe- pada kata-kata tersebut berarti pelaku olah raga golf, catur, renang, senam, dan tenis. Selain itu, muncul juga bentuk lain seperti pemerhati yang memperhatikan, pemersatu yang mempersatukan dan pemerkaya yang memperkaya. Bentuk-bentuk itu merupakan bentuk baru dalam bahasa Indonesia. Kata-kata yang termasuk kata benda itu berkaitan dengan kata kerja yang berawalan memper- atau memper- + kan. Kini mari kita mencoba menaruh perhatian pada pemakaian bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat berikut: 1. Pertamina akan mendatangkan alat pembor minyak dari Amerika Serikat. 2. Generasi muda sekarang merupakan pewaris Angkatan 45. 3. Sebagai pengelola administrasi, dia begitu cekatan. 4. Betulkah bangsa Indonesia sebagai pengkonsumsi barang buatan Jepang. 5. Siapa pun pemitnahnya, harus dihukum. 6. Mereka merupakan pemrakarsa pembangunan gedung ini. 7. Setiap peubah dalam penyusunan harus dapat diuji. 8. Orang yang memfotokopi bisa disebut pengopi. 9. Dapatkah Anda membedakan siapa petembak dan siapa penembak? 10. Orang yang memberikan atau memiliki saham suatu perusahaan bisa disebut penyaham perusahaan.

1.5 Konfiks pe(N)-an dan pe(R)-an Kata benda yang dibentuk dengan pe(N)-an menunjukkan proses yang berkaitan dengan kata kerja yang berimbuhan me(N)-, me(N)-kan, atau me(N)-i. Kata benda yang dibentuk dengan pe(R)-an ini menunjukkan hal atau masalah yang berkaitan dengan kata kerja yang berawalan be(R)-. Kita perhatikan contoh berikut: pe(N)- + rusak + -an pe(N)- + lepas + -an pe(N)- + tatar + -an pe(N)- + sah + -an pe(N)- + tik + -an pe(R)- + kerja + -an pe(N)- + ajar + -an perusakan pelepasan penataran pengesahan pengetikan pekerjaan pelajaran

Selain kata-kata yang dicontohkan, kita sering menemukan kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah di atas seperti pengrumahan, pengrusakan, pengluasan, penyucian (kain), penglepasan, penyoblosan, dan pensuksesan. Kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah ini harus dikembalikan pada bentuk yang tepat (Bagaimana bentuk yang tepat dari kata-kata di atas menurut Saudara?).

29

Bagaimana bentuk kata yang dicetak miring dalam kalimat di bawah ini menurut Anda? 1. Pemain Indonesia berhasil menjadi juara perorangan dalam turnamen itu. 2. Bumi Serpong Damai merupakan daerah pemukiman baru di Jawa Barat. 3. Pasien itu mengalami pendarahan pada bagian kepalanya. 4. Pendokumentasian surat-surat berharga perlu mendapat perhatian. 5. Pentayangan kesenian daerah ditingkatkan oleh TVRI Bandung. 6. Di sekolah-sekolah kini tidak digunakan lagi pemeringkatan untuk mengetahui murid terpandai atau terbodoh di kelasnya. 7. Pengletakan batu pertama gedung itu sudah dilakukan. 8. Selain ada angkutan kota, ada juga angkutan pedesaan. 9. Ambruknya jembatan itu di luar perhitungan kontraktor. 10. Kami memperoleh pengarahan dari Bapak Gubernur. 11. Penakwaan umat Islam kepada Alloh Swt. merupakan hal utama yang harus dikemukakan oleh khotib kepada mustaminya. 12. Perluasan dan pelebaran jalan raya di kota Bandung dan juga di kota lain mengalami banyak hambatan. 13. Persentase peningkatan fosfat tersedia tanah dengan tanaman jagung perlakuan 2.57 x 10 adalah .... 14. Setiap HUT RI diadakan pelombaan maraton di kecamatan. 15. Salah satu cara yang ditempuh oleh pasukan itu adalah melaksanakan perlucutan senjata.

1.6 Akhiran -an dan Konfiks ke-an Kata benda dapat dibentuk dengan bentuk dasar dan akhiran -an atau konfiks ke-an. Kata benda yang mengandung akhiran -an umumnya menyatakan hasil, sedangkan kata benda yang mengandung konfiks ke-an umumnya menyatakan hal. Untuk memperjelas uraian di atas, kita perhatikan contoh berikut: Dia mengirimkan sumbangan sepekan lalu, tetapi kiriman itu belum kami terima. Sebulan setelah dia mengarang artikel, karangannya itu dikirimkan ke sebuah media massa. Kata benda yang mengandung ke-an diturunkan langsung dari bentuk dasarnya seperti contoh berikut: a. Beliau hadir untuk meresmikan penggunaan gedung baru. b. Kehadiran beliau di sana disambut dengan berbagai kesenian tradisional. a. Mereka terlambat menyerahkan tugasnya. b. Keterlambatan itu menyebabkan mereka mendapatkan nilai jelek. Isilah rumpang kalimat berikut dengan kata benda yang mengandung akhiran -an atau konfiks ke-an. 1. Sejak lama ia dididik orang tuanya. ... yang diberikan orang tuanya itu menyebabkan dia

30

menjadi orang besar. 2. Mereka membantu kami sepekan lalu. ... itu sangat bermanfaat bagi kami. 3. Masyarakat di pulau terpencil itu masih terbelakang. ... itu menyebabkan taraf hidup mereka masih rendah. 4. Anak itu sangat pandai di kelasnya. Karena ... itu, dia memperoleh beasiswa dari pemerintah. 5. Usaha yang ditempuhnya selalu gagal. Akan tetapi, dia tidak pernah putus asa akibat ...nya itu. 1.7 Kata Kerja Bentuk me(N)-kan dan me(N)Akhiran -kan dan -i pada kata kerja dalam kalimat berfungsi menghadirkan objek kalimat. Beberapa kata kerja baru dapat digunakan dalam kalimat setelah diberi akhiran -kan atau -i. Mari kita lihat contoh untuk memperjelas uraian. 1. Beliau sedang mengajar di kelas. 2. Beliau sedang mengajarkan bahasa Indonesia. 3. Beliau mengajari kami bahasa Indonesia di kelas. 4. Atasan kami menugasi kami mengikuti penyuluhan ini. 5. Atasan kami menugaskan pembuatan naskah pidato kepada sekretaris. 6. Pemerintah menganugerahi rakyat Jawa Barat tanda kehormatan. 7. Pemerintah menganugerahkan tanda kehormatan kepada rakyat Jawa Barat. 8. Kami membeli buku-buku baru untuk perpustakaan. 9. Kami membelikan mereka buku baru untuk perpustakaan. 10. Setiap 28 Oktober kami memperingati hari Sumpah Pemuda. Berdasarkan contoh-contoh di atas, bagaimana pendapat Anda tentang bentuk kata yang dimiringkan dalam kalimat di bawah. 1. Kami belum tahu siapa yang akan menggantikan ongkos perjalanan kami. 2. Saya belum dapat memberitahukan Anda tentang kabar itu. 3. Mereka menemui kesulitan dalam mendata para korban musibah itu. 4. Persib memenangkan pertandingan itu semalam. 5. Camat membawahi lurah atau kepala desa. 6. Mereka mempertinggikan benteng pertahanan di perbatasan. 7. Setelah berdoa, kami mempersilahkan duduk kepada hadirin. 8. Dokter itu memperingatkan pasiennya agar tidak banyak bergerak. 9. Para petani menanami kebunnya dengan sayur-sayuran. 10. Beberapa negara Eropa menanamkan modalnya di Indonesia.

1.8 Awalan keAwalan ke- berfungsi membentuk kata benda dan kata bilangan, baik bilangan tingkat maupun bilangan yang menyatakan kumpulan. Kata benda yang dibentuk dengan awalan kesangat terbatas, yaitu hanya pada kata tua, kasih, hendak yang menjadi ketua, kekasih, dan kehendak. Penentuan apakah awalan ke- sebagai pembentuk kata bilangan tingkat atau kata bilangan yang menyatakan umpulan harus dilihat dalam hubungan kalimat. Misalnya kalimat berikut: a. Tim kami berhasil menduduki peringkat ketiga dalam MTQ tingkat Jawa Barat. b. Ketiga penyuluh itu ternyata teman kami waktu di SMA.

31

Dalam percakapan sehari-hari, awalan ke- sering mengganti awalan ter- sebagai bentuk pasif. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa daerah atau dialek tertentu. Dalam situasi resmi, hal ini harus dihindari. Kita perhatikan contoh berikut. - Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu ketabrak mobil. Seharusnya: - Menurut laporan yang dapat dipercaya, korban tanpa identitas itu tertabrak mobil. Bagaimana pendapat Anda mengenal bentuk kata yang dimiringkan dalam

kalimat-kalimat berikut: 1. Kami ketemu dengan Bapak Bupati Bandung di sini kemarin. 2. Sejak tadi orang itu menyanyi diselingi ketawa. 3. Meja tulis itu tidak keangkat oleh tiga orang. 4. Buku saya kebawa teman saya kemarin.

1.9 Akhiran Lain Selain akhiran asli bahasa Indonesia -kan, -i, dan -an, terdapat pula beberapa akhiran yang berasal dari bahasa asing, misalnya, -wan, -man, dan -wati dari bahasa Sanskerta; akhiran -i, -wi, dan -iah dari bahasa Arab. Akhiran -wan dan -wati produktif, sedangkan akhiran -man tidak demikian. Akhiran -wi lebih produktif daripada akhiran -i dan -iah. Akhiran -wi tidak hanya terdapat dalam bentukan bahasa asalnya, tetapi juga terdapat dalam bentukan dengan bentuk dasar bahasa Indonesia. Perhatikan beberapa contoh kata berikut. - karyawan karyawati - olahragawan olahragawati - budiman seniman - manusiawi surgawi - badani badaniah Bagaimana pendapat Anda mengenai bentuk kata berikut ? - ilmiawan - rohaniawan - gerejani

BEBERAPA CONTOH BENTUK KATA YANG SALAH DAN YANG BENAR Salah memparkir menterjemahkan mentafsirkan mensukseskan memitnah menyolok Sal ah bek erj asa ma ber

32

menyintai mengontrakan membanding mengundur memberitahu berserta bewarna Benar memarkir menerjemahkan menafsirkan menyukseskan memfitnah mencolok mencintai mengontrakkan membandingkan mengundurkan memberi tahu beserta berwarna

teri ma kasi h dik ata dip ensi un terl ant ar terl anj ur pen gru sak an pen glet aka n pen gle pas an pen graj in na mp ak dib and ing dis elu suri Ben ar bek erj a sam a ber teri ma kasi h dik ata kan dip ensi unk an tela

33

nta r tela nju r per usa kan pel eta kan pel epa san per ajin tam pak dib and ing kan den gan dite lus uri

1.10 Prosedur Pengayaan Kosakata Perhatikan tabel di bawah, kemudian lihat kata dasar. Setelah itu, beri tanda + di bawah setiap imbuhan jika gramatikal, dan tanda jika takgramatikal. Langkah berikutnya adalah cobalah membuat mencari padanannya dalam bahasa Inggris atau cobalah membuat kalimat bahasa Indonesia dengan kata yang sudah diberi tanda + tadi. Kata Dasar me(N)awak hitung hukum gigi siap darah politik hubung buku bibit bentang luas panjang singkat jiwa mati me-i me-kan Imbuhan memper-

memper-kan

memper-i

34

hidup sosial besar anak Bila sudah berhasil dengan imbuhan tersebut, cobalah dengan imbuhan lain. Lalu, coba pula kata-kata lain yang jarang digunakan, tetapi ada di dalam kamus bahasa Indonesia. Cari pula kata dari bahasa daerah yang Anda kenal! Kemudian, Anda perhatikan bahasan peristilahan dan bahasan pilihan kata pada modul berikut. Catatan: Pengayaan ini bisa juga dilakukan dengan cara berbeda, yaitu senerai (daftar) kata dasar ke samping dan senerai imbuhan ke bawah.

2. Pelatihan Temukan sepuluh kata baru dan terapkan dalam kalimat!

35

Kegiatan Belajar VI

Pilihan Kata (Diksi)


1. Aspek Kata Bahasa terjadi dari kata-kata. Kata-kata ini membentuk kelompok kata, kalimat, dan wacana berdasarkan kaidah bahasa yanng bersangkutan. Pemahaman terhadap suatu bahasa tidak dapat dilepaskan dari pemahaman terhadap kata-kata dan kaidah yang terdapat dalam bahasa tersebut. Menggunakan bahasa pada hakikatnya adalah memakai kata-kata dan kaidah yanng berlaku dalam bahasa itu. Dengan demikian, agar dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah yang terdapat di dalamnya. Hal ini berlaku bagi semua bahasa, termasuk di dalamnya bahasa Indonesia. Setiap kata terdiri atas dua aspek, yaitu bentuk dan makna. Bentuk merupakan sesuatu yang dapat diinderai, dilihat, atau didengar. Makna merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi dalam pikiran kita karena rangsangan bentuk. Apabila ada seseorang berteriak Banjir!, dalam pikiran kita timbul reaksi karena kita mengetahui arti kata tersebut. Karena itu, pikiran kita akan menyatakan ada gerakan air deras, besar, dan meluas secara tiba-tiba. Jadi, yang dimaksud bentuk adalah kata semacam kata banjir, sedangkan makna adalah reaksi yang timbul dalam pikiran kita. Reaksi tersebut tentu akan berbeda-beda pada setiap orang. Hal ini bergantung pada tingkat pemahaman setiap orang akan bentuk dan makna suatu kata. Untuk memahami kata, kita harus mengetahui bentuk dan makna kata itu sekaligus. Pemahaman terhadap salah satu aspek saja tidak menjamin pemahaman terhadap kata. Seseorang yang mengetahui bentuk atau rupa suatu benda belum tentu mengetahui maknanya. Demikian pula halnya,seseorang yang mengetahui makna saja belum tentu mengetahui bentuk atau rupa benda itu. Jadi, pemahaman terhadap bentuk dan makna kata merupakan syarat bagi pemahaman kita terhadap kata.

2. Penggunaan Kata Sebagaimana dikemukakan, untuk dapat berbahasa dengan baik, benar, dan cermat, kita harus memperhatikan pemakaian kata dan kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa yang kita gunakan. Misalnya, kita menggunakan bahasa Indonesia, maka yang harus kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Indonesia; kita menggunakan bahasa Sunda, maka yang harus kita perhatikan adalah kata dan kaidah bahasa Sunda, bukan bahasa lain. Dalam penggunaan kata, yang terdiri atas bentuk dan makna, kita harus mempertimbangkan berbagai faktor di luar kebahasaan. Faktor tersebut sangat berpengaruh pada penggunaan kata karena kata merupakan tempat menampung ide atau gagasan. Berdasarkan hal tersebut, untuk menyatakan gagasan atau ide, kita memerlukan ketepatan

36

kata yang mengandung gagasan atau ide yang kita sampaikan; kesesuaian kata dengan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca.

3. Ketepatan Pilihan Kata Bahasa sebagai alat komunikasi berfungsi untuk menyampaikan gagasan atau ide pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca. Pendengar atau pembaca akan dapat menerima gagasan atau ide yang disampaikan pembicara atau penulis apabila pilihan kata yang mengandung gagasan dimaksud tepat. Pilihan kata yang tidak tepat dari pembicara atau penulis dapat mengakibatkan gagasan atau ide yang disampaikannya tidak dapat diterima dengan baik oleh pendengar atau pembaca. Karena itu, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1. kata yang bermakna denotatif dan konotatif; 2. kata yang bermakna sama dan hampir sama; 3. kata umum dan kata khusus; 4. kata yang mengalami perubahan makna; 5. kata dengan ejaan yang mirip; 6. kata ciptaan sendiri; 7. kata ungkapan atau idiom; 8. kata yang singkat dan taksingkat.

3.1 Kata Bermakna Denotatif dan Bermakna Asosiatif Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan konsep dengan kenyataan. Makna ini merupakan makna yang lugas, makna apa adanya. Makna ini bukan makna kiasan atau perumpamaan. Sebaliknya, makna asosiatif atau konotatif muncul akibat asosiasi perasaan atau pengalaman kita terhadap apa yang diucapkan atau apa yang didengar. Makna asosiatif dapat muncul di samping makna denotatif suatu kata. Dalam bahasa tulisan ragam ilmiah dan formal yang harus kita gunakan adalah kata-kata denotatif agar keobjektifan bisa tercapai dan mudah dipahami tanpa adanya asosiasi. Hal ini perlu diperhatikan karena apabila terdapat kata asosiatif, pemahaman pembaca atau pendengar sangat subjektif dan berlainan. Kita bandingkan kata perempuan dan pandai dalam kalimat: - Perempuan itu ibu saya. - Ah, dasar perempuan. Saudara saya termasuk orang pandai dalam memotivasi orang lain untuk berpikir positif. Karena keyakinannya, barang yang hilang itu ditanyakan kepada orang pandai di Garut.

37

3.2 Kata Bersinonim Kata bersinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Banyak kata bersinonim yang berdenotasi sama, tetapi konotasinya berbeda. Akibatnya, kata-kata yang bersinonim itu dalam pemakainnya tidak sepenuhnya dapat saling menggantikan. Kata-kata mati, meninggal, wafat, gugur, mangkat, mampus, dan berpulang memiliki makna denotasi yang sama, yaitu nyawa lepas dari raga, tetapi makna konotasinya berbeda. Relakah Saudara jika orang yang sangat Saudara hormati dan Saudara cintai dikatakan Dia telah mampus kemarin, sebaliknya binatang yang menjijikkan, misalnya, Binatang itu telah wafat dengan sukses. Dengan contoh tadi jelaslah bagi kita bahwa setiap kata memiliki kekhususan dalam pemakaiannya walaupun kata-kata yang digunakan memiliki makna denotasi yang sama. Bagaimana pula Anda membedakan pemakaian kata mengandung, hamil, bunting, dan kecelakaan? Adakah perbedaan nuansa makna jenazah, mayat, bangkai? Kata apa yang harus Anda katakan jika ada dua ekor domba mati lima menit yang lalu. Domba A mati disembelih dan domba B mati keracunan. Tegakah Anda menyebut jasad orang yang sudah lima hari bergelimpangan karena dilanda gelombang tsunami dengan kata bangkai? Tentu tidak karena kita beradab dan memiliki rasa bahasa.

3.3 Kata Bermakna Umum dan Bermakna Khusus Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar atau membaca kata yang bermakna kabur akibat kandungan maknanya terlalu luas. Kata seperti itu sering mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi. Karena itu, agar komunikasi berlangsung dengan baik, kita harus dengan cermat menggunakan kata yang bermakna umum dan bermakna khusus secara tepat. Jika tidak, komunikasi terhambat dan kesalahpahaman mungkin muncul. Akibat lebih jauh, timbul huru-hara atau malapetaka. Kata bermakna umum mencakup kata bermakna khusus. Kata bermakna umum dapat menjadi kata bermakna khusus jika dibatasi. Kata bermakna umum digunakan dalam mengungkapkan gagasan yanng bersifat umum, sedangkan kata bermakna khusus digunakan untuk menyatakan gagasan yang bersifat khusus atau terbatas. a. Dia memiliki kendaraan. b. Dia memiliki mobil. c. Dia memiliki sedan. Kata sedan dirasakan lebih khusus daripada kata mobil. Kata mobil lebih khusus daripada kata kendaraan. Demikian pula halnya dalam kata beruntun ini binatang, binatang peliharaan, kucing.

38

3.4 Kata yang Mengalami Perubahan Makna Sejarah perkembangan manusia dapat memengaruhi sejarah perkembangan makna kata. Dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa lain, terdapat kata yang mengalami penyempitan makna, peluasan makna, perubahan makna. Kata sarjana dan pendeta merupakan contoh kata yang mengalami penyempitan makna. Kata sarjana semula digunakan untuk menyebut semua cendekiawan. Kini kata tersebut hanya digunakan untuk cendekiawan yang telah menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi. Kata pendeta semula memiliki arti orang yang berilmu, kini hanya digunakan untuk menyebut guru/pemimpin agama Kristen. Kata berlayar, bapak, ibu, saudara, dan putra-putri merupakan contoh kata yang mengalami peluasan makna. Kata berlayar semula digunakan dengan makna bergerak di laut menggunakan perahu layar. Kini maknanya menjadi luas, yaitu bepergian di atas laut, baik memakai perahu layar maupun memakai alat transportasi lain. Kata bapak, ibu, dan saudara semula hanya digunakan dalam hubungan kekerabatan. Kini ketiga kata tersebut digunakan juga untuk menyebut atau menyapa orang lain yang bukan keluarga, bukan kerabat. Begitu pula halnya kata putra-putri. Semula kata ini hanya digunakan untuk menyebut anak raja. Kini anak siapa pun berhak dan boleh disebut putra-putri. Kata wanita dirasakan lebih baik daripada perempuan. Karena itu, muncul darma wanita. Akan tetapi, kita kenal pula kata wanita panggilan. , kata ini, dilihat dari segi bahasa merupakan lawan kata perempuan murahan. Bagaiman pendapat Anda?

A. Faktor Lain Demi ketepatan pilihan kata, kita pun harus berhati-hati menggunakan kata-kata yang berejaan mirip seperti kata bahwa, bawa, dan bawah; gaji dan gajih; sangsi dan sanksi. Kita pun harus berhati-hati menggunakan ungkapan tertentu seperti bercerita tentang, bukan menceritakan tentang; sesuai dengan, bukan sesuai; bergantung pada atau tergantung pada, bukan tergantung atau tergantung dari (bandingkan dengan depend on dan hang on dalam bahasa Inggris) Demi ketepatan pilihan kata, sebaiknya kita memilih kata atau ungkapan yang lebih singkat. Misalnya, kita pilih membetulkan dan kita hindari membuat betul; kita pilih menginformasikan dan kita hindari memberikan informasi. Bagaimana dengan kata-kata peka dan pekak; khas dan kas; kotak dan kota? B. Kesesuaian Pilihan Kata Kesesuaian pilihan kata berkaitan dengan pertimbangan pengungkapan gagasan atau ide dengan memperhatikan situasi bicara dan kondisi pendengar atau pembaca. Dalam pembicaraan yang bersifat resmi atau formal, kita harus menggunakan kata-kata baku. Sebaliknya, dalam pembicaraan takresmi atau santai, kita tidak dituntut berbicara atau

39

menulis dengan menggunakan kata-kata baku untuk menjaga keakraban. Faktor kepada siapa kita berbicara atau kita menulis harus diperhatikan agar kata-kata yang kita gunakan dapat dipahami mereka. Pada saat kita berbicara dengan masyarakat awam, sebaiknya kita gunakan kata-kata umum (populer); jangan kita gunakan kata-kata yang bersifat ilmiah. Tujuan kita berbicara atau menulis tentu untuk dimengerti oleh orang lain. Jadi, kalau kita gunakan kata-kata ilmiah, sedangkan yang kita ajak bicara tidak mengerti, tentu yang kita sampaikan tidak ada gunanya, percuma. Sebaliknya, jika kita berbicara dengan golongan intelektual, pejabat, atau para ahli di bidang tertentu, sebaiknya kita mengggunakan kata-kata yang lebih akrab dengan mereka atau kata-kata ilmiah. Layak diingat bahwa yang termasuk kata-kata ilmiah bukan hanya kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Dalam bahasa Indonesia pun banyak sekali kata-kata ilmiah. Agar kesesuaian pilihan kata dapat kita capai, dalam berbicara atau menulis kita perlu memperhatikan hal-hal berikut: Dalam situasi resmi, kita gunakan kata-kata baku; Dalam situasi umum, kita gunakan kata-kata umum; Dalam situasi khusus, kita gunakan kata-kata khusus; Kata-kata yang bersifat ilmiah tidak harus berbahasa asing; Bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan; Hindari pemakaian kata-kata, ungkapan, atau basa-basi yang sudah usang. 3.5 Kata Baku dan Takbaku Kata baku adalah kata yang tidak bercirikan bahasa daerah atau bahasa asing. Baik dalam penulisan maupun dalam pengucapannya harus bercirikan bahasa Indonesia. Dengan perkataan lain, kata baku adalah kata yang sesuai dengan kaidah mengenai kata dalam bahasa Indonesia. Perhatikan lagi modul IV. Kita perhatikan beberapa contoh berikut yang mengandung perbedaan lisan atau tulisan. Kata Baku pikir, paham nasihat ijazah jadwal kualitas, kuantitas, kuitansi karier pasien imbau utang, isap beri dulu hakikat lewat mengapa senang asas energi hipotesis Kata Takbaku fikir, faham nasihat ijasah jadual kwalitas, kwantitas, kwitansi karir pasen himbau hutang, hisap kasih dulunya hakekat liwat kenapa seneng azas enerji hipotesa

40

kategori sistem metode teknik tim seksi subunit pascapanen antarbagian semifinal asusila caturbidang ekabahasa monoloyalitas supranatural ekstrakurikuler kontrarevolusi antikomunis purnajual ultramodern supersonik peribahasa sepak bola terima kasih tata usaha kerja sama beri tahukan

katagori sistim metoda tehnik team sie sub unit pasca panen antar bagian semi final a susila catur bidang eka bahasa mono loyalitas supra natural ekstra kurikuler kontra revolusi anti komunis purna jual ultra modern super sonik peri bahasa sepakbola terimakasih tatausaha kerjasama beritahukan

3.6 Kata Ilmiah dan Kata Populer Kata ilmiah adalah kata yang biasa digunakan di lingkungan ilmuwan dan dunia pendidikan umumnya. Kata populer adalah kata yang biasa digunakan di kalangan masyarakat umum. Namun, pendapat itu tidak terlalu ketat. Kita lihat beberapa contoh. Kata Ilmiah dampak formasi frustasi pasien volume koma Kata Populer akibat, kendala, hambatan, halangan susunan kecewa orang sakit isi sekarat

Dalam pembicaraan di depan umum, sebaiknya kita menggunakan kata-kata populer agar apa yang kita kemukakan dapat dipahami dengan baik dan mudah. Tahukah Anda apa arti kata argumen, solusi, filial, final, kontradiksi, komitmen?

3.7 Kata Percakapan dan Kata/Ungkapan Usang Kata percakapan biasanya digunakan dalam bahasa lisan. Kata-kata ini umumnya

41

memiliki kaidah sendiri yang berbeda dengan kata-kata yang digunakan dalam tulisan. Kata-kata percakapan, di antaranya, memiliki ciri kedaerahan (dialek), tidak ajeg menggunakan kaidah bentukan kata dan sering menyingkat kata. Beberapa contoh dapat dikemukakan di sini, misalnya, nggak, belom, tau, ngerti, dapet, sikon, gini, gitu, sech, ne, getho lho. Kata-kata percakapan sebaiknya dihindarkan dalam tulisan atau pembicaraan resmi karena dapat mengganggu keresmian atau keilmuan. Karena itu, berhati-hatilah menggunakan kata percakapan ini. Ungkapan atau idiom merupakan bentuk bahasa yang memiliki pola tertentu dan makna tertentu pula. Ungkapan seperti makan garam, makan hati, panjang tangan memiliki arti sendiri yang jauh dari arti kata denotasinya. Ungkapan yang masih dipahami oleh umum dapat digunakan untuk menghidupkan suasana pembicaraan atau tulisan. Akan tetapi, ungkapan yang sudah usang tidak lagi mempunyai kekuatan bahkan justru kalau masih dipakai bisa membosankan dan melemahkan pembicaraan atau tulisan kita.

4. Tes Formatif Perbaiki kata-kata yang dicetak miring berikut ini sehingga menjadi kata yang baku! 1. Setiap bulan karyawan pemerintah dapat pembagian beras. 2. Kita hendaknya menterapkan ilmu yang kita peroleh itu untuk mensejahterakan masyarakat. 3. Bikin betul pagar yang roboh itu. 4. Marilah kita menyanyi Indonesia Raya. 5. Walaupun berulang kali dilakukan, latihan itu tidak bermanfaat. 6. Kehidupan penduduk desa di Jawa Barat umumnya bertani. 7. Bukan warna ini yang dipilihnya, tetapi warna hijau. 8. Kita sebaiknya selalu mentaati peraturan lalu lintas. 9. Kecuali alasan itu, perlu dipertimbangkan pula alasan lain. 10. Sementara menunggu saya, para pesuluh membaca-baca makalah. 11. Berhubung kekurangan biaya, pembuatan jalan itu diundur. 12. Kami tidak tahu kalau pertemuan itu dilaksanakan hari ini. 13. Bersama ini kami beritahukan bahwa kiriman Saudara sudah kami terima. 14. Surat itu sudah dikirimkan oleh kami minggu lalu. 15. Masing-masing pesuluh diberikan kesempatan untuk bertanya. 16. Baik saya dan dia sebagai teman selalu saling membantu. 17. Apakah sudah tersedia dana bagi membangun gedung itu? 18. Saya datang ke sini sama teman-teman. 19. Sepatutnyalah kita mensukseskan program yang dicanangkan itu. 20. Atas perhatiannya, diucapkan beribu-ribu terimakasih. 21. Mereka tidak berhasil menemui barang yang hilang itu. 22. Siapa pimpinan rombongan ini? 23.Kini dia menjadi sekertaris pribadi. 24. Tugas yang diberikan merupakan tugas perorangan. 25. Pasukan perdamaian mempertinggikan benteng pertahanan. Kegiatan Belajar VII

Pembentukan Istilah

42

1. Definisi Istilah Bahasa yang digunakan wartawan, baik dalam media massa cetak maupun media massa elektronik dinamakan bahasa jurnalistik atau bahasa pers. Bahasa jurnalistik ini merupakan salah satu ragam bahasa yang memiliki sifat-sifat khas, seperti singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas, dan menarik (Rosihan Anwar, 1979:1). Sejalan dengan era globalisasi yang salah satunya ditandai oleh adanya kontak bahasa, saat ini bahasa Indonesia (termasuk juga dalam hal ini ragam bahasa jurnalistik) mengalami perkembangan pesat. Perkembangan tersebut bisa kita lihat dari kemunculan kosakata dan istilah yang sebelumnya tidak atau belum dikenal dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini, peranan media massa (baik media massa cetak maupun elektronik) tidak bisa diabaikan karena media massa tersebut juga memiliki andil dalam mewujudkan suatu masyarakat bahasa. Media massa yang menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, secara taklangsung menunjang terciptanya masyarakat bahasa yang baik. Sebaliknya, media massa yang menggunakan bahasa yang buruk (banyak membuat kesalahan berbahasa) bisa menimbulkan dampak yang buruk pula pada sikap berbahasa masyarakat. Hal ini disebabkan masyarakat yang masih awam akan bahasa bisa saja beranggapan bahwa bahasa yang disajikan dalam media massa tersebut merupakan bahasa yang benar sehingga berkecenderungan untuk menirunya. Oleh karena itu, bahasa dalam media massa sudah seharusnya mengikuti kaidah tata bahasa, baik dalam hal tata kalimat, tata bentuk kata, maupun kosakata. Sehubungan dengan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa, masalah yang timbul akhir-akhir ini salah satunya adalah seringnya digunakan istilah asing (terutama istilah yang berasal dari bahasa Inggris) dalam media massa. Penggunaan istilah asing secara berlebihan dalam media massa, bukan saja akan mempersulit pembaca dalam memahami isi atau informasi yang terkandung di dalamnya, tetapi juga hal itu tidak sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku dalam bahasa jurnalistik. Dalam buku yang sama, Rosihan Anwar menjelaskan bahwa penggunaan istilah asing dalam media massa harus sedapat mungkin dihemat. Hal itu dimaksudkan agar bahasa dalam media massa mudah dipahami pembaca, mengingat tidak semua pembaca menguasai atau memahami istilah asing. Dengan perkataan lain, kalau masih ada padanan istilah asing itu dalam bahasa Indonesia, seorang wartawan yang hendak menggunakan istilah asing hendaknya menggunakan istilah berbahasa Indonesia. Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang dilampirkan pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988:419) dijelaskan bahwa istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Dengan demikian, suatu istilah pasti berupa kata atau frasa, tetapi kata atau frasa belum tentu berupa istilahSelanjutnya, istilah dibedakan menjadi istilah khusus dan istilah umum. Istilah khusus ialah istilah terbatas dalam arti hanya dipakai dalam

43

bidang tertentu. Istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum dalam berbagai bidang. Tabel di bawah ini menjelaskan kedua istilah itu berikut artinya.

Istilah Khusus diagnosis morfologi koma aset profit kapten remis akomodasi almarhum imam terapi penapis, filter sampel pasta

Bidang kedokteran biologi, geologi, bahasa kedokteran; bahasa bisnis bisnis militer; olah raga olah raga catur pariwisata agama agama kesehatan industri ilmu sosial gigi

Istilah Umum cek ilmu bentuk pingsan, sekarat modal laba ketua, kepala seri pemondokan, tampung mendiang pemimpin pengobatan penyaring model odol

Arti pemeriksaan ilmu yang mempelajari tata bentuk tidak sadar diri, menjelang mati; tanda baca untuk jeda harta keuntungan berupa uang nama pangkat; orang yang memimpin tidak ada yang menang/kalah tempat tinggal sementara; proses penyesuaian sosial sebutan untuk orang yang sudah mati, orang yang dikasihi orang yang memimpin proses menyembuhkan alat untuk menyaring sesuatu contoh krem pembersih gigi

2. Sumber Istilah Istilah muncul atau lahir atau juga diciptakan dari berbagai bahasa dengan berbagai cara. Untuk menciptakan suatu istilah yang baik dan benar, ada beberapa persyaratan yang perlu diperhatikan oleh pencipta. Salah satu syarat utama berkenaan dengan sumber istilah. Karena konsep yang akan dikemukakan untuk masyarakat Indonesia, yang sekaligus sebagai masyarakat tutur bahasa Indonesia, tentu saja sumber istilah yang diutamakan haruslah kosakata bahasa Indonesia. Tambahan, untuk penjelasan lanjutan, berikut dikemukakan sumber-sumber untuk menciptakan istilah, baik istilah khusus maupun istilah umum. Selain itu, dibahas pula tata cara penciptaan istilah. Sumber yang dimaksud secara berurut adalah bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa Inggris. Urutan tersebut didasarkan pada kedudukan dan fungsinya masing-masing (bahasa daerah, bahasa Inggris, dan bahasa asing lainnya berfungsi sebagai pemerkaya bahasa Indonesia).

A. Kosakata Bahasa Indonesia Kosakata bahasa Indonesia yang dapat dijadikan bahan istilah ialah kata yang dipakai secara umum, terutama kata yang lazim dan sering digunakan sehari-hari, yang memenuhi

44

salah satu syarat berikut (bisa juga lebih): Kata yang dengan tepat dapat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang imaksudkan seperti tunak (steady), telur (percolate), dan imak (simulate). a. Kata yang lebih singkat daripada kata lain dengan rujukan sama. gulma lebih singkat daripada kata tumbuhan pengganggu; suaka (politik) lebih singkat daripada perlindungan (politik). b. Kata yang tidak bernilai rasa buruk atau jelek dan yang enak didengar (sopan). pramuria terasa lebih sopan daripada kata hostes; tunakarya lebih halus daripada kata penganggur pekerja seks komersial dianggap lebih beradab daripada pelacur, wanita tuna susila, dan sebagainya. Di samping itu, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang lazim dipakai secara umum. Kata tersebut diberi makna baru atau khusus, baik dengan peluasan maupun dengan penyempitan makna. Misalnya, istilah berumah dua sebagai istilah baru yang menggantikan istilah beristri dua; istilah garis bapak dan garis ibu sebagai pengganti istilah patrilinear dan matrilinear; istilah temu kader untuk menyamarkan istilah kampanye; Dengan cara yang sama, istilah dapat juga diciptakan dari kata yang taklazim digunakan sehari-hari. Misalnya; istilah canggih kini digunakan dengan makna baru (semula bermakna rumit, cerewet, bawel) sebagai padanan istilah sophisticated; dan sembir sebagai padanan kata margin, lalu perampatan sebagai padanan generalization.

B. Kosakata Bahasa Serumpun Kosakata bahasa serumpun yang dimaksud di sini dalah bahasa-bahasa daerah yang tersebar di wilayah kedaulatan Indonesia. Tidak menutup kemungkinan juga bahasa Melayu sebagai bahasa sumber karena bahasa ini pun termasuk rumpun bahasa yang sama, yakni rumpun bahasa Austronesia. Keserumpunan bahasa ini diperhatikan mengingat banyak kesamaan, baik struktur fonem, bunyi, maupun kata. Jika di dalam bahasa Indonesia tidak ditemukan istilah dengan persyaratan sebagaimana dikemukakan di atas, istilah dicari di dalam bahasa serumpun, baik yang masih lazim maupun yang tidak lazim lagi digunakan. Ketiga persyaratan di atas tetap harus diperhatikan. Contoh berikut mengungkapkan uraian di atas:

Kata-kata yang lazim digunakan: gambut (Banjar) sejenis tanah nyeri (Sunda) sakit karena sesuatu seperti dicubit peat (Inggris) pain (Inggris)

45

sukan (Melayu) bermain-main dalam pesta jan + warta (Minang + Indonesia) menjadi janwarta atau dari Sunda tongibur jangan diberitakan ledot (Sunda) kewong (Sunda) santai (Lampung) unduh (Sunda, Jawa) Kata-kata yang taklazim lagi digunakan: gawai (Jawa) luah (Sunda, Bugis, Bali, Minang) device (Inggris) discharge (Inggris) off the record (Inggris) tackle (Inggris) upper cut (Inggris) relax (Inggris) down load

C. Kosakata Bahasa Asing Dalam hal sumber pencarian istilah, bahasa asing menduduki urutan ketiga. Dengan demikian, selain melihat ke dalam kita juga tidak menutup kemungkinan adanya istilah yang berasal dari bahasa asing, terutama bahasa Inggris karena bahasa ini kini menjadi bahasa utama dalam hubungan antarbangsa; dan menjadi orientasi bahasa Indonesia (Catatan: sampai dasawarsa awal kemerdekaan, bahasa Indonesia berorientasi pada bahasa Belanda; dan karena itu sampai kini masih banyak dipakai kata/ istilah yang berasal dari bahasa tersebut). Dalam buku Tata Istilah Indonesia (1978), yang dikutip oleh Suryaman (1986:41), dijelaskan bahwa ada dua dasar umum yang perlu diperhatikan dalam pembentukan istilah dari bahasa asing: Apabila perlu diambil dari bahasa asing, sumber utama bahasa yang digunakan untuk istilah adalah bahasa Inggris. Pertimbangannya, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa antarbangsa yang diakui dan digunakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Selain itu, sebagian buku dan bahan lain yang berpaut dengan keilmuan yang beredar di Indonesia tertulis dalam bahasa Inggris. Hal ini diperkuat pula dengan kenyataan bahwa bahasa Belanda, yang selama tiga abad dipergunakan di Indonesia, sudah hampir tidak dikenal dengan baik oleh angkatan muda. Mereka lebih banyak mengenal dan mempergunakan buku dan bahan lainnya yang ditulis dalam bahasa Inggris.Apabila istilah asing yang diperlukan tidak dapat diganti dengan kata-kata yang terdapat di dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah, istilah tersebut diindonesiakan dengan memperhatikan bentuk visualnya (tulisan), bukan ucapannya. Hal ini didasarkan pada masuknya istilah tersebut sebagai bagian ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Indonesia umumnya melalui tulisan., bukan melalui lisan. Istilah bau yang berasal dari kosakata bahasa asing dapat dibentuk melalui penerjemahan, penyerapan, dan gabungan kedua cara itu.

a. Penerjemahan Istilah Asing

46

Pemunculan istilah baru dapat dilakukan dengan cara penerjemahan kata yang sepadan. Misalnya, body language bahasa tubuh (yang kini berkembang maknanya menjadi salah satu jenis senam untuk memperelok tubuh), sammenwerking kerja sama, balanced budget anggaran berimbang, newsletter surat kabar. Dalam penerjemahan istilah ternyata tidak selalu diperoleh, dan memang tidak selalu diperlukan, bentuk yang berimbang arti satu lawan satu. Karena itu, yang perlu diperhatikan ialah kesamaan dan kesepadanan konsep, bukan kemiripan bentuk luar atau makna harfiahnya. Dalam hal ini, medan makna semantic field dan ciri makna istilah bahasa asing memegang peran penting. Misalnya, begrotingspost mata anggaran, brother-in-law ipar laki-laki, medication atau therapy pengobatan, network jaringan. Untuk maksud tersebut, istilah dalam bentuk positif harus diterjemahkan ke dalam bentuk positif pula dan sebaliknya bentuk negatif dengan bentuk negatif pula, misalnya, bound morpheme menjadi morfem terikat, bukan morfem takbebas.

Istilah Asing tanpa Pemadanan Pada bagian ini Anda diajak untuk memperhatikan pemakaian istilah asing tanpa pemadanan. Artinya, istilah tersebut dipergunakan dalam tautan kalimat bahasa Indonesia. (1) Pedesaan sudah menjadi sasaran minuman, tidak hanya yang masuk kategori softdrink, tapi juga minuman keras. (2) Mereka harus melalui jalur seperti public audit atau pihak pengacara yang ditunjuk kedua saudara koruptor itu. (3) Akuntan publik ini juga yang telah mengaudit Telkom sebelum go public .... (4) Lima fenomena yang berkembang di masyarakat sekarang ini, menurut Kristiya, yaitu ..., dan kecenderungan untuk menggerakkan people power . (5) Pers juga diharapkan Pangdam dapat menyajikan berita secara clean and clear dengan tidak menuduh. (6) Namun, yang pasti saya bersedia di-cross check dengan Mintarjo soal pernyataan itu. (7) Mereka tewas bukan dalam main operation, tapi karena kecelakaan, kata Kasum ABRI. (8) Warga Desa Calderon di Negara Bagian Sinaloa, Meksiko, menjadi geger akibat teror bloodsucker. (9) Perwira itu mengatakan, senjata AK-47 dapat juga dimiliki oleh para anggota eks PKI mengingat senjata tersebut memiliki life time yang relatif lama. (10) Ia mengatakan, memang tidak tertutup kemungkinan direktur bank itu telah kabur ke luar negeri. Kemungkinannya fifty-fifty, katanya. (11) Desakan aliran alternatif yang dengan kuat menyeret trend musik dunia saat ini, seakan tidak menyentuh Mr. Big. (12) Para PNS menilai bahwa para petugas bagian ketertiban dalam melancarkan operasi terkesan over acting. (13) Dirut Telkom mengharapkan seluruh pihak, khususnya karyawan di jajaran Telkom, untuk bersama-sama memadukan tekad meningkatkan performance usaha yang lebih baik di masa-masa mendatang. (14) Dalam melakukan tugas penyidikannya, Polri selalu mendasarkan diri pada profesionalisme dan scientific investigation. (15) Anamnesa terakhir E. T. di medical record itu adalah: datang dengan wajah stres. (16) Ia hanya mengatakan No Comment, tunggu sampai ditangkap. (17) Bahkan juga berita di belakang berita sebagai inside information tentang perilaku fraksi dan DPD masing-masing kekuatan sosial politik yang mengendalikannya, demikian Ketua Golkar. (18) Rahardi juga mengatakan, pelacakan terhadap sekolah Jenifer Tan di beberapa primary

47

school juga nihil. (20) Dennis memang terkenal dengan reaksi start-nya yang bagus. (21) Untuk menjadi pelari terbaik di dunia, Anda harus secara total memberikan diri Anda pada event ini, 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, Anda harus menjadi sprinter terus. (22) Sangat cukup untuk menghidupi saya, tuturnya seraya menolak menyebutkan appearance fee yang diterimanya di kejuaraan Invitasi Atletik Indonesia. (23) Dennis yang seringkali tampak cuek dan tidak senang ditanyai persoalan-persoalan pribadi ini, juga dikenal sebagai The Angry Young Man, seperti dituliskan wartawan Philadelphia Inquirer, Ron Reid. (24) Dia tercatat tiga kali fault start, penundaan pertandingan sampai 40 menit, dan cuaca yang buruk penuh kilat. (25) Pejabat itu ternyata tidak memiliki sense of humor sedikit pun. Istilah Asing dengan Pemadanan Pada bagian ini Anda diperkenalkan dengan pemakaian istilah asing yang disisipkan ke dalam tautan kalimat bahasa Indonesia disertai padanannya. (1) Potensi konflik vertikal adalah yang bersifat perolehan (achievment) seperti penghasilan (kekayaan), pekerjaan, pendidikan, status sosial. (2) Sekitar 100 pemuda dari berbagai perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang tergabung dalam Generasi Muda Muslim Yogyakarta (GMMY) mengadakan long march (jalan kaki). (3) Rabu lalu empat buah helikopter terbang dua sorti dari Timika menuju sasaran dan menurunkan 100 pasukan dengan tali (rappeling). (4) Rencana pemerintah, mengenai alih suara bahasa asing (dubbing) yang mutlak harus segera dilakukan, mendapat sorotan tajam dari kalangan akademis. (5) Namun, medical record (catatan tentang kesehatan pasien) F.T. ada di Rumah Sakit Graha Medika. (6) Gempa dan gelombang tsunami di Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004 merupakan peristiwa (event) yang menggemparkan dunia karena puluhan ribu orang meninggal seketika. (7) Akibat luka pada kakinya, pengendara sepeda motor tersebut dilarikan ke Emergency (gawat darurat) RSHS Bandung. (8) Pokoknya kita melakukan delegation of authority (pendelegasian kewenangan), kata Menko Polkam. (9) Keempat tim yang bertarung semalam, tidak terkecuali Rumania, tampil all-in atau habis-habisan. (10) Dia berpendapat the small is beautiful (kecil itu cantik).

Istilah Asing dengan Penyesuaian Bagian ini mencontohkan kepada Anda mengenai pemakaian istilah asing dengan penyesuaian ejaan. Artinya, kata-kata atau istilah asing diindonesiakan. (1) Pengamanan terhadap tersangka menyusul setelah diketahui mobil yang dipergunakan kawanan perampok itu milik sebuah rental di kawasan Gunung Batu, Bandung. (2) Menurut Ketua DPR, gejolak yang marak belakangan ini tidak dapat diselesaikan dengan tindakan represif semata. (3) Seperti diberitakan sebelumnya, bos hasil bumi tersebut dirampok di tengah jalan. (4) Keempat petinju berada di Kuba untuk berlatih sambil mengikuti dua turnamen tinju di Kuba. (5) Dia menegaskan, dalam kepemimpinan DPP PDIP kali ini pihaknya bersama para formatur lainnya sepakat untuk menempatkan figur orang yang dapat bekerja sama dengan orang lain. (6) Rekan sejawat korban berkeyakinan, ekspedisi pria asal Shianghai tersebut akan berjalan

48

lancar mengingat selama delapan tahun terakhir Yu berhasil menjelajahi banyak tempat berbahaya. (7) Holden, mekanik dari Wellington, bertabrakan di Glenn Helen, bagian dari sirkuit itu. (8) Pengeluaran dana tersebut dikaitkan pula dengan dana penyelenggaraan perangkat telekomunikasi untuk keperluan konferensi APEC dan renovasi gedung. (9) Karena gagal menjadi calo tenaga kerja setelah menarik uang dari korbannya Rp1,5 juta, Prada D.S. melakukan desersi 414 hari. (10) Upacara tersebut biasanya bersifat sakral, tapi sangat menarik bagi wisatawan. (11) Herman, karyawan sebuah garmen di Tasikmalaya, tewas mengenaskan ditusuk tiga pemuda. (12) Warga setempat ada yang menitikkan air mata setelah menyaksikan keberingasan para pelaku, seperti yang diperagakan dalam rekonstruksi kemarin. (13) Sementara massa PDI berunjuk rasa di halaman Sekretariat DPD PDIP Jabar, di ruangan berlangsung rapat konsolidasi para pengurus DPC-DPC. (14) Dua jam kemudian AR (33), seorang residivis kakap, ditangkap polisi dalam suatu Operasi Penyakit Masyarakat yang dilancarkan petugas. (15) Menurut sumber, selama ini Hendra dan Tatang sebetulnya sering bekerja sama dalam bisnis. (16) Hari Kamis sekitar pukul 07.00 WIT (05.00 WIB) pasukan ABRI bertolak dari Bandara Timika menuju Posko ABRI di Geselama guna meng-evakuasi para sandera baik yang hidup maupun yang tewas terbunuh. (17) Sementara itu, dua sandera yang tewas dibaringkan di rumah sakit milik PT Freeport Indonesia Company untuk mendapatkan visum dokter, sebelum diberangkatkan ke Jakarta. (18) Navi W.T.H. Panekanan adalah koordinator lapangan, dan M. Yosias Lasamaku adalah bagian akomodasi. (19) Meskipun belum ada perjanjian ekstradisi, pemerintah Republik Rakyat Cina menyatakan sanggup dan siap membantu pemerintah Indonesia untuk ikut mencari tersangka. (20) Pertanyaan Anda itu kan tendensius, kata Sutrisno ketika dihubungi Kompas hari Rabu di Medan.

b. Analisis Pemakaian Istilah Asing Pemakaian Istilah Asing tanpa Pemadanan Pada bagian ini dikemukakan pemakaian istilah asing dalam media massa tanpa disertai pemadanan. Istilah tersebut dicetak tebal miring oleh penyusun agar mudah terbaca, dalam tulisan asli dicetak tegak. Pemakaian istilah sebagaimana dimaksud dalam bagian ini boleh digunakan apabila langkah pemunculan istilah baru di dalam bahasa Indonesia mengalami jalan buntu. Berdasarkan pengamatan, ada beberapa istilah yang bisa dipadankan ada juga yang bisa disesuaikan ejaannya, ada juga istilah yang bisa digunakan dengan penyepadanan dan penyesuaian sekaligus. Artinya, pemakai dapat memilih salah satu dari pilihan yang ada atau mencari bentuk lain yang lebih tepat. Bagian berikut memperlihatkan pilihan tersebut: softdrink public audit go public people power clean and clear cross check main operation minuman dingin; minuman segar; softdring pemeriksa dana; pemeriksa keuangan; audit publik tawarjual bebas; tawarjual saham bebas; gopublik kekuatan rakyat; daya jelata/masyarakat bersih dan jelas; cekas (Sunda) periksa silang; uji silang; kroscek bedah utama; bedah pertama; operasi utama

49

bloodsucker lintah darat; penghisap darah; bladsaker life time masa hidup; waktu hidup fifty-fifty setengah-setengah; sepotong-sepotong trend cenderung; condong; tren over acting banyak tingkah; loba ulah performance tampilan; pelaksanaan kerja; performan(s) scientific investigation penyelidikan ilmiah; pencarian ilmiah; investigasi sain(s)tifik anamnesa riwayat sakit; catatan penyakit; anamnesa medical record rekaman/catatan kesehatan; /catatan medis; rekor medis no comment takada ujar/keterangan; takada komentar; nokomen inside information keterangan rahasia; informasi rahasia; informasi dalam primary school sekolah dasar start mula, mulai; star event peristiwa, kejadian; iven, even sprinter pelari dekat; sprinter appearance fee bayaran tampil The Angry Young Man (orang muda) pemarah; pemberang fault start gagal mula/star; batal mula/star; lasut mula (Sunda); fault star Dari senerai di atas terdapat dua kata asing yang bisa menimbulkan kebingungan. Pertama, kata main dalam main operation memiliki bentuk yang sama dengan bentuk kata main dalam bahasa Indonesia. Kedua, kata event sering dipertukarkan dengan kata even, padahal kedua kata ini berbeda bentuk dan artinya. Karena itu, kata-kata semacam itu sebaiknya dihindari agar tidak terjadi kebingungan orang yang mendengar atau membaca. Pemakaian Istilah Asing dengan Pemadanan Pada bagian ini terdapat delapan kalimat yang mengandung pemakaian istilah asing sekaligus dengan padanannya. Data memperlihatkan bahwa istilah-istilah asing tersebut telah memiliki padanan yang sesuai di dalam bahasa Indonesia. Karena itu, sebenarnya istilah asing tersebut tidak perlu dipergunakan lagi. Hal ini berkaitan dengan penghematan pemakaian kata yang dianut oleh media massa. Pemakaian istilah asing yang disertai dengan padanannya boleh dilakukan apabila istilah dan atau padanannya dianggap baru. Jadi, dalam hal ini pemakaiannya dimaksudkan sebagai pengenalan untuk memperkaya kosakata bahasa Indonesia.

Pemakaian Istilah Asing dengan Penyesuaian Bagian ini merupakan cara yang paling banyak dianut. Hal ini dimungkinkan karena cara tersebut merupakan cara yang paling mudah dilakukan oleh banyak orang. Cara seperti ini pada satu sisi memiliki nilai positif dan pada sisi lain memiliki nilai negatif bagi perkembangan bahasa Indonesia. Nilai positif yang dimaksudkan di sini adalah dengan banyaknya kata atau istilah dari bahasa asing, makin banyak pula jumlah kosakata bahasa Indonesa secara cepat. Pada pihak lain, muncul nilai negatif, yaitu batasan kata asing dan bahasa Indonesia menjadi samar.

50

Dikatakan demikian karena ada kemungkinan bahasa asing menguasai bahasa Indonesia dan karena itu bentuk bahasa Indonesia bisa menjadi kacau. Kekacauan bisa dilihat, misalnya, pada bentuk sesuaian legalisasi dari legalization muncullah pelegalisasian dan melegalisasi. Jika dilihat dari segi bentuk, -isasi sepadan dengan pe-an. Dengan demikian, melegalisasi atau pelegalisasian dan yang semacamnya tidak memiliki arti yang jelas. Contoh lain timbulnya nilai negatif bisa dilihat pada pemakaian kata rental dan garmen. Pemakaian kedua kata tersebut mengakibatkan makna yang sebenarnya tidak jelas. Kata rental berasal dari bentuk kata rent sewa, uang sewa. Dalam The Contemporary English-Indonesian Dictionary (Salim, 1989:1628), rental berarti 1. uang sewa, harga sewa; 2. rumah, mobil, dsb. yang disewakan; 3. penghasilan yang diperoleh dari hasil sewa. Dengan demikian, pemakaian kata rental seperti dalam kalimat (1) tidaklah tepat. Karena itu, sebaiknya diganti saja dengan kata penyewaan mobil agar maknanya jelas. Contoh lain yang serupa dengan contoh di atas adalah pemakaian kata garmen pada kalimat (11). Sepintas kata tersebut tidak menjadi masalah dipergunakan dalam kalimat semacam itu. Berdasarkan makna asalnya, garmen (dari garment) berarti pakaian. Jadi, kalimat itu jelas tidak logis karena yang memiliki karyawan adalah orang, bukan pakaian. Karena itu, sesuai dengan apa yang hendak diinformasikan, di dalam kalimat tersebut harus diselipkan kata pabrik, toko, atau kata lain yang membentuk frasa menjadi pabrik garmen, toko garmen, perusahaan garmen, dan sebagainya. 3. Perlatihan Carilah arti kata atau istilah yang dicetak miring tebal! (1) Saat saya melakukan inspeksi mendadak ke LP Cipinang, saya sudah meng-antisipasi gerakan yang dapat dilakukannya. (2) Diharapkan agar jati diri ABRI sebagai tentara pejuang dapat terus dipelihara dan di-implementasi-kan secara konsisten agar makin memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan bangsa dan negara. (3) Menyangkut isu kolusi di Mahkamah Agung, dia mengingatkan agar hal tersebut dapat diselesaikan secara proporsional tanpa mencacati citra lembaga peradilan tertinggi itu. (4) Dalam pidatonya itu, dia menyinggung berbagai hal yang berkembang di masyarakat dewasa ini, seperti isu kolusi di MA, peristiwa berdarah di Timika, perkelahian pelajar, inflasi, korupsi, dan kehadiran pemantau pemilu partikelir . (5) Dia masih merasakan sangat kurangnya peran pers bercorak peliputan investigatif, yang menggali ke arah kedalaman dan latar belakang suatu permasalahan. (6) Komunikasikan tiap gerak langkah eksekutif dan legislatif, bahkan juga yudikatif, se-transparan mungkin, apa adanya. (7) Dalam kaitan ini, dia mengimbau pers untuk meningkatkan perannya sehingga masyarakat dapat melakukan sosial kontrol-nya yang efektif atas lembaga-lembaga tinggi negara. (8) Kritik dan koreksi terhadap perilaku yang rendah integritas-nya perlu dilakukan. (9) Penegasan tersebut disampaikan Menko Polkam kepada wartawan usai peresmian kesepakatan mengenai transpalansi ginjal jenazah, Kamis. (10) Soesilo yang juga Ketua Umum Yayasan Ginjal Nasional Indonesia (Yagina) dimintai tanggapannya soal Insiden Ujungpandang serta unjuk rasa keprihatinan kasus tersebut oleh para mahasiswa di Surabaya, Semarang, Jember, Solo, Bandung, dan Ujungpandang beberapa hari belakangan. (11) Suparti Nide menambahkan, meskipun DPR tidak bisa melihat langsung secara faktual kasus kerusuhan tersebut, hal ini bukan berarti wakil rakyat yang ada di DPR, tidak

51

memperjuangkan aspirasi rakyat. (12) Di Bandung, sekitar 300 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi hari Kamis kembali bentrok fisik dengan aparat di pintu gerbang kampus Universitas Padjadjaran (Unpad), Jalan Dipatiukur Bandung. (13) Petugas akan berupaya bertindak persuasif agar tidak ada korban, katanya kepada pers Kamis (2/5) pagi usai Upacara Hari Pendidikan Nasional tingkat Jawa Barat yang dipusatkan di Lapangan Gasibu Bandung. (14) Walau hasil ini lebih lambat dari yang diharapkannya, Dennis menyimpan tekad untuk memecahkan rekor dunia jadi 9,83 detik, rekor Ben Johnson yang dibatalkan setelah ketahuan dia kena doping. (15) Walaupun ibunya, Lenora Mitchell, adalah manajer-nya, Dennis menolak bahwa ibunya adalah yang mendorongnya untuk menjadi sprinter. (16) Ditegaskan, semua pihak yang terlibat akan diusut, termasuk tindakan petugas keamanan pun akan di-cek . (17) Dengan kondisi demikian, bisa menjadi salah satu sebab munculnya kolusi. (18) Suasana yang sama juga terjadi di Gedung DPR/MPR yang terlihat makin sepi pada masa anggota dewan sedang reses ini. (19) Sesekali pandang matanya diarahkan ke siaran televisi yang meliput prosesi pemakaman. (20) Mereka juga sepakat bahwa saat ini transpalansi organ amat diperlukan.

4. Rangkuman Dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah yang dilampirkan pada buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988:419) dijelaskan bahwa istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Dengan demikian, suatu istilah pasti berupa kata atau frasa, tetapi kata atau frasa belum tentu berupa istilah. Selanjutnya, istilah dibedakan menjadi istilah khusus dan istilah umum. Istilah khusus ialah istilah terbatas dalam arti hanya dipakai dalam bidang tertentu. Istilah umum ialah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum dalam berbagai bidang. Pembentukan istilah dalam bahasa Indonesia harus mengutamakan bahasa Indonesia. Jika dalam abahasa Indonesia tidak kita temukan, kita cari dalam bahasa daerah. Kalau masih juga tidak kita temukan, baru kita cari dalam bahasa asing, lalu kita sesuaikan dengan bahasa Indonesia. Prosedur lain yang harus ditempuh dalam pembentukan istilah adalah kata-kata harus mudah diucapkan/dituliskan, lebih singkat, tidak berkonotasi buruk, dan bebas dari larangan/tabu dalam suatu etnis. Secara ringkas, prosedur pembentukan istilah baru dapat diperhatikan pada bagan berikut: 0100090000031602000002009601000000009601000026060f002203574d46430100000000000 10053e80000000001000000000300000000000000030000010000006c00000000000000000000001a 0000003700000000000000000000009a3a00002739000020454d46000001000003000010000000020 00000000000000000000000000000f6090000e40c0000d80000001701000000000000000000000000 00005c4b030068430400160000000c000000180000000a00000010000000000000000000000009000 00010000000ec060000c0060000520000007001000001000000d2ffffff00000000000000000000000 0900100000000000004400022430061006c0069006200720069000000000000000000000000000000

52

5. Tes Formatif 1. Kemukakan prosedur pembentukan istilah berikut dua contoh! 2. Mengapa bahasa asing menduduki peringkat terakhir sebagai sumber istilah? 3. Bagaimana pendapat Anda tentang istilah yang kini marak dalam bahasa asing? 4. Kemukakan perbedaan kata dengan istilah berikut lima contoh! 5. Apa yang dimaksud istilah umum dan istilah khusus; berikan lima contoh!

53

Kegiatan Belajar VIII

Ujian Tengah Semester

Kegiatan Belajar IX

Tata Kalimat
1. Ragam Bahasa Untuk memahami struktur kalimat bahasa Indonesia, kita perlu membicarakan ragam bahasa Indonesia yang berkaitan dengan ihwal struktur kalimatnya. Pada dasarnya, pemakaian

54

bahasa dapat dibedakan ke dalam bermacam-macam ragam bahasa, bergantung pada pendekatan yang dilakukan. Jika dilihat dari sarana yang digunakan untuk menghasilkannya, bahasa dapat dibedakan ke dalam ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (selanjutnya disebut ragam lisan dan ragam tulis). Bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap bunyi bahasa (fonem) sebagai unsur dasarnya kita namakan ragam lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan huruf sebagai unsur dasarnya kita namakan ragam tulis. Kita harus berhati-hati dengan pernyataan di atas karena ada bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat-alat ucap, tetapi sebelumnya telah dituliskan. Misalnya, teks pidato, siaran berita di televisi atau di radio yang dibacakan. Sebaliknya, ada pula bahasa lisan yang dituliskan seperti cerita rakyat (yang belum pernah dituliskan) atau pidato yang ditranskripsikan. Oleh karena itu, pernyataan di atas harus dilengkapi dengan penjelasan perbedaan kedua ragam itu yang dilihat dari segi struktur (tata bahasa), kosakata, dan segi lain. Ragam lisan mencakup aspek lafal, tata bahasa (bentukan kata dan susunan kalimat), dan kosakata. Lafal merupakan aspek pembeda ragam lisan dari ragam tulis, sedangkan ejaan merupakan aspek pembeda ragam tulis dari ragam lisan. Jadi, dalam ragam lisan kita berusurusan dengan lafal, sedangkan dalam ragam tulis kita berurusan dengan ejaan. Aspek tata bahasa dan kosakata dalam kedua ragam memiliki ciri yang berbeda walaupun bidangnya sama dan memiliki hubungan timbal-balik. Ragam tulis, yang diatur dengan kaidah ejaan, melambankan ragam lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan seolah-olah ragam lisan dan ragam tulis itu sama. Hal ini terjadi karena keduanya telah berkembang menjadi dua sistem bahasa yang memiliki seperangkat kaidah yang takidentik bentul walaupun memiliki persamaan. Satu catatan yang perlu diperhatikan adalah bahwa dalam ragam lisan, penutur (pembicara) dapat memanfaatkan peragaan (dramatisasi gerak tangan, mimik, dan suara) untuk membantu kepahaman pengungkapan diri (ide, pengalaman, sikap, dan rasa), sedangkan dalam ragam tulis peragaan seperti itu takdapat dilambangkan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, untuk membantu kejelasan pengungkapan diri, dalam ragam tulis diperlukan adanya kelengkapan unsur tata bahasa, baik dalam bentuk kata maupun struktur kalimat, ketepatan pilihan kata, dan kebenaran penerapan kaidah ejaan. Baik ragam tulis maupun ragam lisan, keduanya masih dapat dibedakan ke dalam dua ragam bahasa masing-masing, yakni ragam baku dan ragam takbaku. Ragam baku adalah ragam bahasa yang diakui oleh sebagian warga masyarakat penuturnya sebagai kerangka acuan norma (kaidah) bahasa dalam penggunaannya, yaitu sebagai pedoman pemakaian bahasa secara benar, baik ragam lisan maupun ragam tulis. Ragam baku merupakan ragam yang diajarkan dan digunakan sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Ragam ini pula yang dipergunakan dalam pemerintahan, media massa, ilmu pengetahuan, dan

55

teknologi. Oleh karena itu, penggunaan ragam baku, umumnya, dapat memberikan gengsi dan menjadi lambang status sosial yang tinggi. Dalam hubungan dengan ragam tulis baku, normanya dinyatakan secara tertulis dalam bentuk buku tata bahasa (yang mencakupi masalah bentuk kata dan struktur kalimat), kamus (yang memberikan pedoman dalam hal penggunaan kosakata), pedoman ejaan (yang memberikan pedoman penulisan ejaan), dan pedoman pembentukan istilah (yang memberikan tata cara membentuk istilah). Dengan demikian, semua itu merupakan pedoman dalam penggunaan bahasa ragam baku. Hal-hal yang menyimpang dari ketentuan pedoman tersebut termasuk pada ragam takbaku. Penggunaan kedua ragam ini berkaitan pula dengan latar belakang, situasi, lawan, dan tujuan pemakai. Dalam situasi resmi, umumnya pemakai menggunakan ragam baku. Akan tetapi, dalam situasi takresmi pun ragam baku sering digunakan atau juga sebaliknya, dalam situasi resmi pun kadang terselip pemakaian ragam takbaku. Hal ini terjadi baik dalam ragam tulis maupun ragam lisan. Semuanya didasari oleh faktor situasi, latar belakang, lawan/kawan, dan tujuan. 2. Struktur Kalimat Banyak hal yang dapat kita persoalkan mengenai kalimat bahasa Indonesia. Beberapa hal yang patut memperoleh perhatian kita sehubungan dengan upaya kita untuk memahami struktur kalimat adalah (1) alat uji kalimat, (2) ciri-ciri unsur kalimat (subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan), (3) pola kalimat, (4) kalimat majemuk, (5) kalimat baik dan benar. 2.1 Alat Uji Kalimat Apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulis, merupakan sebuah kalimat ataukah baru merupakan gabungan kata (frasa)? Untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang benar, kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Persyaratan yang dimaksud adalah (1) unsur predikat dan (2) pembalikan unsur kalimat.

a. Unsur Predikat Setiap kalimat sekurang-kurangnya memiliki predikat. Suatu kata atau kelompok kata dapat berfungsi sebagai predikat jika dapat disertai kata benda atau kelompok kata benda yang mempunyai relasi predikatif (hubungan subjek-predikat). Perhatikan contoh berikut. Frasa prajurit yang berlatih itu gadis yang cantik itu polisi wanita itu Kalimat Prajurit itu berlatih. Gadis itu cantik. Polisi itu wanita.

56

b. Pembalikan Unsur Suatu tuturan merupakan kalimat jika urutan unsur-unsurnya dapat dipertukarkan tempatnya, tanpa ada perubahan informasi yang disampaikan. Perhatikan kembali contoh di atas yang ditulis lagi berikut. prajurit yang berlatih itu gadis yang cantik itu Bandingkan: subjek Prajurit itu Gadis itu predikat berlatih. cantik. predikat Berlatih, Cantik, subjek prajurit itu. gadis itu. yang berlatih itu, prajurit (bukan perwira) yang cantik itu, gadis (bukan janda)

2.2 Ciri-Ciri Unsur Kalimat Apakah tuturan-tuturan yang kita hasilkan memenuhi syarat sebagai kalimat? Salah satu syaratnya adalah kelengkapan unsur kalimat, yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, pelengkap. Agar mudah dikenali dan mudah pula dipahami, berikut dikemukakn ciri-ciri unsur yang dimaksud.

2.2.1 Subjek Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri berikut: (a) merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan apa atau siapa; (b) disertai kata ini atau itu (takrif); (c) dapat diperluas/disertai frasa/klausa; (d) tidak didahului kata depan (di, ke, dengan, dalam, kepada, tentang, dari, dan sejenisnya); (e) berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat memiliki salah satu ciri di atas. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kata dan kelompok kata yang dicetak miring pada contohcontoh berikut adalah subjek. (1) Siswanto / mendapat / beasiswa. S P O (2) Pengobatan penyakit menular / harus menjadi / prioritas utama. S P Pel (3) Besi itu / benda padat. S P

2.2.2 Predikat

57

Ciri-ciri predikat di dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (a) merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan mengapa atau bagaimana; (b) berupa kata adalah, ialah, atau merupakan; (c) dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan; (d) dapat disertai kata seperti ingin, hendak, mau, akan, belum, sudah, telah, akan; (e) berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda atau kelompok kata benda, kata sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata bilangan, serta kelompok kata/frasa preposisional. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kata dan kelompok kata yang dicetak miring pada contohcontoh berikut adalah predikat. (1) Susilo / menyusun / skripsi. S S P P O Pel (2) Semiotika / adalah / ilmu yang mempelajari lambang-lambang dan tanda-tanda. (3) Dia / pengusaha sukses. S P (4) Peserta seminar itu / dua ratus orang. S P

2.2.3 Objek Ciri-ciri yang dimiliki oleh objek dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (a) terdapat dalam kalimat aktif transitif; (b) langsung mengikuti predikat (kata kerja transitif); (c) tidak didahului kata depan; (d) dapat menjadi subjek kalimat pasif (dalam oposisi aktif); (e) berupa kata benda, kelompok kata benda, atau anak kalimat. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kelompok kata pada (1)-(2) dan anak kalimat pada (3) yang dicetak miring berikut ini adalah objek.

(1) Mereka / menceritakan / masa lalunya. S P O (2) Saat ini / manusia / telah dapat menciptakan / teknologi canggih. K S P O (3) Pemerintah / menjelaskan / bahwa OPEC tidak dapat menurunkan produksi minyak. S P O

2.2.4 Pelengkap

58

Hal-hal berikut merupakan ciri-ciri pelengkap kalimat dalam bahasa Indonesia: (a) terdapat pada kalimat dengan predikat berupa kata adalah, ilalah, merupakan, atau menjadi; atau predikat berupa kata kerja berimbuhan ber- atau ke-an; (b) berada langsung di belakang predikat (pada kalimat semitransitif) atau di belakang O (pada kalimat dwitransitif); (c) tidak didahului kata depan; (d) tidak dapat dijadikan subjek dalam kalimat pasif. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kata dan kelompok kata pada contoh-contoh di bawah ini adalah pelengkap. (1) Manusia / adalah / makhluk yang berakal. S P Pel (2) Botol itu / berisi / air putih. (semitransitif) S P Pel (3) Dia / menghadiahi / saya / buku baru. (dwitransitif) S P O Pel

2.2.5 Keterangan Keterangan kalimat bahasa Indonesia bercirikan hal berikut: (a) memberikan informasi tentang tempat, waktu, cara, alat, sebab, akibat, tujuan, dan sejenisnya; (b) memiliki keleluasaan posisi (awal, akhir, atau di antara subjek dan predikat); (c) didahului kata depan atau kata penghubung; (d) berupa kata atau kelompok kata (frasa berpreposisi) atau anak kalimat. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kelompok kata pada (1)-(2) dan anak kalimat pada (3) yang dicetak miring pada contoh-contoh berikut adalah keterangan.

(1) Hasil ujian / akan diumumkan / minggu depan. S P K (2) Dia / berasal / dari Surabaya. S P K (3) Sambil menunggu kedatangan mereka // saya / membaca / surat kabar. K S P O

3. Pelatihan Bacalah kutipan di bawah ini dengan cermat. Kemudian, tandailah unsur-unsur kalimat yang berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. TEKS

59

(1) Internet sebagai jaringan global telah menciptakan cyberspace, sebuah ruangan maya dalam jaringan komputer global. (2) Dalam ruangan ini manusia saling berhubungan lewat e-mail, bermain game, berkonferensi jarak jauh, bertukar informasi mutakhir dalam sains dan teknologi, atau bahkan sekadar mengobrol. (3) Informasi dalam sekejap bisa diperoleh dalam jarak yang hampir tidak mungkin. (4) Jauh berabad-abad yang lalu, ketika kertas ditemukan dan buku diciptakan, sebuah dunia maya juga telah tercipta dengan sendirinya. (5) Dari ruangruang perpustakaan, ruang-ruang kelas, dari abad ke abad, buku telah menciptakan dialog, menghadirkan gagasan, dan menjembatani sejarah yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. (6) Komunitas yang terjalin pun sangat melampaui ruang dan waktu. (7) Sementara itu, tidak semua buku bisa ditempatkan pada rak-rak buku, dibahas dalam ruang-ruang diskusi, dan diulas hangat oleh media massa. (8) Hanya buku-buku bermutu yang berhak mengisi benak para penggemar buku. (9) Penerbit yang mengutamakan mutu senantiasa mempersiapkan penulis, desain sampul, desain isi, keakuratan editor, atau kualitas fisik buku. (10) Lalu, sebuah buku tercipta dan dengan sendirinya tercipta dunia maya yang memungkinkan Anda on-line dengan tokoh-tokoh nasional, bahkan ratusan nama terkemuka dunia. Dikutip dengan perubahan dari Berbahasa Indonesia dengan Benar

4. Rangkuman Banyak hal yang dapat kita persoalkan mengenai kalimat bahasa Indonesia. Beberapa hal yang patut memperoleh perhatian kita sehubungan dengan upaya kita untuk memahami struktur kalimat adalah (1) alat uji kalimat, (2) ciri-ciri unsur kalimat (subjek, predikat, objek, pelengkap, keterangan), (3) pola kalimat, (4) kalimat majemuk, dan (5) kalimat baik dan benar. Apakah sebuah tuturan, baik lisan maupun tulis, merupakan sebuah kalimat ataukah baru merupakan gabungan kata (frasa)? Untuk menghasilkan kalimat-kalimat yang benar, kita perlu memperhatikan syarat-syarat penyusunan kalimat. Persyaratan yang dimaksud adalah (1) unsur predikat dan (2) pembalikan unsur kalimat. Subjek dalam kalimat bahasa Indonesia memiliki ciri-ciri berikut: (a) merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan apa atau siapa; (b) disertai kata ini atau itu (takrif); (c) dapat diperluas/disertai frasa/klausa; (d) tidak didahului kata depan (di, ke, dengan, dalam, kepada, tentang, dari, dan sejenisnya); (e) berupa kata benda atau kelompok kata benda atau kelas kata lain yang dapat memiliki salah satu ciri di atas. Ciri-ciri predikat di dalam kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (a) merupakan jawaban berwujud kata atau kelompok kata atas pertanyaan mengapa atau bagaimana; (b) berupa kata adalah, ialah, merupakan (c) dapat disertai kata pengingkar tidak atau bukan; (d) dapat disertai kata seperti ingin, hendak, mau, akan, belum, sudah, telah, akan;

60

(e) berupa kata kerja atau kelompok kata kerja, kata benda atau kelompok kata benda, kata sifat atau kelompok kata sifat, kata bilangan atau kelompok kata bilangan, serta kelompok kata/frasa preposisional.

5. Tes Formatif Tentukan unsur-unsur kalimat dalam soal di bawah ini! 1. Sambutan hangat terhadap deklarasi kemerdekaan Palestina dan pernyataan politik PLO harus dikaji secara saksama. 2. Dalam penyusunan rencana ini panitia mendapat arahan dari dekan. 3. Upaya merehabilitasi dan melestarikan lingkungan akan segera dilakukan di Indonesia. 4. Cara hidup tidak bersih yang sering menimbulkan berbagai macam penyakit harus ditinggalkan. 5. Zat tiruan yang berhasil dibuat dan identik dengan beberapa bentuk alamiah hirudin ialah HBW 023. 6. Pola alamiah suatu kerangka karangan biasanya berdasarkan urutan kejadian, tempat, atau ruang. 7. Dia berusaha mempelajari dan mendalami ajaran Islam di samping mengamalkannya. 8. Pada tahun-tahun belakangan ini banyak pekerja diberhentikan karena krisis moneter yang tidak menentu. 9. Habitat terumbu karang di perairan Indonesia Timur semakin mengkhawatirkan. 10. Globalisasi informasi memang mempercepat penambahan khazanah pengetahuan kita.

Kegiatan Belajar X

Tata Kalimat
1. Pola Dasar Kalimat Bahasa Indonesia Kalimat yang kita gunakan sebagai alat komunikasi dalam kehidupan kita ini sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang digunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar itu kita kembangkan, kita luaskan. Pengembangan atau peluasan kalimat tentu saja harus didasarkan pada

61

kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa. Pola dasar kalimat bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. 1) a. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Verba atau Kata Kerja) (1) Semua peserta / datang. S (2) Mereka / tidur. S S S P P P (3) Para penari / berhias. (4) Anak-anak / terbangun. P

1) b. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Nomina atau Kata Benda) (1) Susi / anak pertama. S S S (4) Itu / rumah saya. S S P P (5) Didin / penyair. P P P (2) Tanti / wartawan majalah Gadis. (3) Kakak saya / peneliti.

I) c. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Adjektiva atau Kata Sifat) (1) Gunung itu / tinggi. S (2) Orang itu / salih. S (3) Dia / jujur. S P S (5) Buku itu / mahal. S P P (4) Gambar itu / bagus. P P

62

1) d. Kalimat Dasar Berpola SP (P: Numeralia atau Kata bilangan) (1) Penduduk Indonesia / 200 juta orang. S (2) Anak Pak Hari / dua orang. S S 2) Kalimat Dasar Berpola SPK (1) Presiden terpilih itu / berasal / dari Arkansas. S S S S S P P P P K K K P K K (2) Suku itu / bermukim / di muara Sungai Batanghari. (3) Patung itu / terbuat / dari perunggu. (4) Dia / tinggal / di Jakarta. (5) Saya / tertarik / pada matanya. P P (3) Hasil karyanya / banyak. P

3) Kalimat Dasar Berpola SPPel. (1) Pengangkatan pejabat itu / berdasarkan / hasil musyawarah. S (2) Pamannya / berjualan / rokok. S S S S P P P Pel. P Pel. Pel. Pel. (3) Kantor kami / kemasukan / pencuri. (4) Kamu / kedatangan / tamu penting. (5) Anak pertamanya / telah menjadi / pengusaha. P Pel.

63

4) Kalimat Dasar Berpola SPO (1) Mereka / membawa / pesan. S S S S S S P P P P P P O O O O O O (2) Anak itu / menendang / bola. (3) Kita / akan mendirikan / masjid. (4) Anak itu / mengecilkan / suara radio. (5) Para guru / ingin memperbaiki / kehidupannya. (6) Mereka / mendatangi / Kedutaan Amerika.

5) Kalimat Dasar Berpola SPOPel (1) Andi / memberi / istrinya / gelang mas. S S S S P P P P O O O O Pel. Pel. Pel. Pel. (2) Dia / membuatkan / temannya / proposal kegiatan. (3) Marsel / membawakan / ibunya / parsel. (4) Guru / membacakan / murid-murid / cerita pendek.

6) Kalimat Dasar Berpola SPOK (1) Toni / memasukkan / tangannya / ke dalam kantong jaketnya. S S S S S P P P P O P O O O K O K K K K (2) Dian / mengirimkan / uang / kepada adiknya. (3) Dia / mengeluarkan / kuitansi / dari laci mejanya. (4) Supir itu / meletakkan / kedua tangannya / di atas kemudi. (5) Budi / sudah menyerahkan / uang bantuan itu / kepada sekretarisnya.

2. Kalimat Majemuk Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat yang hanya terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua kalimat dasar). Berdasarkan hubungan antarkalimat dasarnya,

64

kalimat majemuk dapat dibedakan ke dalam dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.

2.1 Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang di dalamnya terdapat, sekurang-kurangnya, dua kalimat dasar dan masing-masing dapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal. Berdasarkan konjungsi atau kata sambung yang digunakan, kalimat majemuk setara dapat dikelompokkan ke dalam empat macam, yaitu sebagai berikut. (a) Kalimat majemuk penjumlahan Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi dan, serta, atau lagi pula. Misalnya: (1) Anak itu meniup seruling dan teman-temannya bernyanyi bersama. (b) Kalimat majemuk pemilihan Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi atau dan apa(kah). Misalnya: (2) Anda boleh mengikuti ujian lisan, atau membuat karangan ilmiah tentang bahasa Indonesia. (c) Kalimat majemuk urutan Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi lalu, lantas, terus, dan kemudian. Misalnya: (3) Para mahasiswa melihat-lihat majalah, lalu mereka membeli beberapa eksemplar. (d) Kalimat majemuk perlawanan Kalimat majemuk ini ditandai oleh konjungsi tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya: (4) Dia lebih senang tinggal di kota, sedangkan saya ingin hidup di desa. Urutan kalimat dasar pada kalimat majemuk setara bersifat tetap, tidak dapat diubah. Jadi, kalimat-kalimat di atas tidak dapat diubah urutannya menjadi: (1a) * Dan teman-temannya bernyanyi bersama, anak itu meniup seruling. (2a) * Atau membuat karangan ilmiah tentang bahasa Indonesia, Anda boleh mengikuti ujian lisan.

65

(3a) * Lalu mereka membeli beberapa eksemplar, para mahasiswa melihat-lihat majalah. (4a) * Sedangkan saya ingin hidup di desa, dia lebih senang tinggal di kota.

2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat sekurang-kurangnya terdiri atas dua kalimat dasar sebagai unsur langsungnya. Satu dari kalimat dasar itu merupakan induk kalimat dan satunya lagi merupakan anak kalimat. Dengan perkataan lain, kalimat majemuk bertingkat memiliki induk kalimat dan anak kalimat. Ciri-ciri induk kalimat adalah (a) dapat berdiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri; (b) mempunyai unsur kalimat yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan anak kalimat; dan (c) tidak didahului konjungsi atau kata penghubung. Sementara itu, ciri-ciri anak kalimat adalah (a) takdapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri; (b) pada umumnya tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap; (c) didahului konjungsi atau kata sambung; dan (d) dapat menempati posisi awal dan akhir atau menyisip di dalam induk kalimat (di antara subjek dan predikat). Berdasarkan perannya, anak kalimat dapat dibedakan atas beberapa jenis. Peran anak kalimat terlihat dari jenis konjungsi atau kata sambung yang mendahuluinya. (a)Anak kalimat keterangan waktu Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan waktu, seperti ketika, waktu, sebelum, setelah, atau sesudah. Misalnya: (1) Saksi itu meneteskan air mata // ketika memberikan keterangan. IK AK (b) Anak kalimat keterangan sebab Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan sebab, seperti sebab, karena , dan lantaran. Misalnya: (2) Kami rajin menabung // karena ingin memiliki rumah sendiri. IK AK (c) Anak kalimat keterangan akibat Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan akibat, seperti hingga, sehingga, maka, atau akibatnya. Misalnya: (3) Hujan turun berhari-hari // sehingga banjir besar melanda kota itu. IK AK

66

(d) Anak kalimat keterangan syarat Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan syarat, seperti jika, kalau, bila, atau andaikata. Misalnya: (4) Buku akan memberikan ilmu pengetahuan kepada kita // jika dibaca dengan cermat. IK AK (e) Anak kalimat keterangan tujuan Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan tujuan, seperti supaya, agar, untuk, guna, dan demi. Misalnya: (5) Pemimpin koperasi harus memiliki sifat demokratis // supaya mendapat dukungan IK AK dari para anggota. (f) Anak kalimat keterangan cara Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan cara, seperti dengan, dalam, seraya, atau sambil. Misalnya: (6) Dia memanjat ke lantai atas // dengan menggunakan tangga darurat. IK AK

(g) Anak kalimat keterangan konsesif Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung yang menyatakan hubungan konsesif, seperti walaupun, meskipun, atau kendatipun. Misalnya: (7) Ia terus aktif menulis // meskipun usianya sudah tidak muda lagi. IK AK (h) Anak kalimat pengganti nomina Anak kalimat ini ditandai oleh konjungsi atau kata sambung bahwa. Misalnya: (8) Kami sudah tahu // bahwa ujian akhir semester (UAS) akan dilaksanakan pada awal IK AK Juni 2006.

67

Berbeda dengan urutan kalimat dasar pada kalimat majemuk setara, urutan kalimat dasar pada kalimat majemuk bertingkat dapat diubah, kecuali anak kalimat keterangan akibat. Dengan perkataan lain, anak kalimat dapat berada di belakang induk kalimat, dan dapat pula berada di depan induk kalimat. Jadi, --kecuali anak kalimat keterangan akibat-anak kalimat pada contoh-contoh di atas dapat dipindahkan posisinya ke awal kalimat. (1a) Ketika memberikan keterangan, // saksi itu meneteskan air mata. AK IK. (2a) Karena ingin memiliki rumah sendiri, // kami rajin menabung. AK IK (4a) Jika dibaca dengan cermat, // buku akan memberikan ilmu pengetahuan kepada AK IK kita. (5a) Supaya mendapat dukungan dari para anggota, // pemimpin koperasi harus AK IK memiliki sifat demokratis. (6a) Dengan menggunakan tangga darurat, // dia memanjat ke lantai atas. AK IK (7a) Meskipun usianya sudah tidak muda lagi, // ia terus aktif menulis. AK IK (8a) Bahwa ujian akhir semester (UAS) akan dilaksanakan pada awal Juni 2006, // kami AK sudah tahu. IK

2.3 Kalimat Majemuk Campuran Di dalam kenyataan penggunaan bahasa tampak bahwa kalimat-kalimat yang kita gunakan tidak selamanya teratur rapi sebagai kalimat tunggal, kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk bertingkat. Ada kalanya kalimat yang kita gunakan tidak dapat disebut kalimat tunggal, tidak dapat disebut kalimat majemuk setara, dan tidak dapat pula disebut kalimat majemuk bertingkat. memperlihatkan hal itu. (1) Karena ingin membebaskan para penumpang, pasukan komando itu terpaksa menyerbu pesawat dan berakhirlah drama pembajakan yang telah berlangsung selama dua hari itu. Pada kalimat tersebut terdapat dua konjungsi, yaitu konjungsi karena dan konjungsi dan. Konjungsi karena merupakan konjungsi kalimat majemuk bertingkat, dan konjungsi dan merupakan konjungsi kalimat majemuk setara. 3. Pelatihan Kalimat-kalimat yang kita gunakan ternyata merupakan campuran dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Contoh berikut

68

Bacalah kutipan berikut ini dengan teliti. Catatlah mana yang tergolong kalimat tunggal, dan mana yang tergolong kalimat majemuk. Catatlah kalimat-kalimat majemuk setara dan tandailah unsur-unsurnya. Catatlah kalimat-kalimat majemuk bertingkat, lalu uraikan unsur-unsur yang menjadi induk kalimat dan unsur-unsur yang menjadi anak kalimat. Catat pula kalimat yang merupakan gabungan majemuk setara dan bertingkat, kemudian uraikan unsur-unsurnya. TEKS (1) Ibu yang berusia 26 tahun itu menatap anaknya yang sedang menghadapi kematian karena leukemia stadium terminal. (2) Walaupun hatinya dipenuhi kesedihan, ia punya tekad yang kuat seperti orang tua lainnya. (3) Ia ingin anaknya tumbuh besar dan mencapai cita-citanya. (4) Sekarang, semuanya tidak mungkin lagi. (5) Leukemia telah menggerogoti hidupnya. (6) Tetapi, ia masih ingin mimpi-mimpi anaknya menjadi kenyataan. (7) Ia memegang tangan anaknya dan berkata, Bopsy, pernahkah kamu pikirkan ingin menjadi apa nanti kalau kamu sudah besar? (8) Apakah yang kamu mimpikan untuk menjadi kenyataan dalam hidupmu? (9) Ibu, aku ingin menjadi petugas pemadam kebakaran kalau aku sudah besar. (10) Ibu itu tersenyum dan berkata, Akan kita usahakan keinginan kamu itu terpenuhi. (11) Pada hari itu juga, ia pergi ke kantor pemadam kebakaran di Phoenix, Arizona. (12) Ia berjumpa dengan petugas pemadam kebakaran, Bob, yang hatinya sebesar burung phoenix. (13) Ia menceritakan keinginan akhir anaknya dan bertanya apakah Bob berkenan memberikan kesempatan kepada anaknya yang berusia 6 tahun untuk naik mobil pemadam kebakaran satu putaran saja. (14) Bob berkata, Kita bisa melakukan yang lebih baik dari itu. (15) Kalau Ibu bisa membawa anakmu pada Rabu pagi pukul 07.00, kami akan mengangkatnya sebagai anggota pemadam kebakaran kehormatan untuk sepanjang hari itu. (16) Ia bisa datang ke kantor pemadam kebakaran, ikut makan bersama kami, dan keluar memenuhi panggilan kebakaran. (17) Jika Anda bisa memberi kami ukuran bajunya, akan kami buatkan seragam dan topi pemadam kebakaran yang pas untuknya bukan mainandengan lencana The Phoenix Fire Department yang berwarna emas seperti yang kami pakai, dan sepatu boot karet. (18) Semuanya dibuat di sini di Phoenix. (19) Jadi, kami dapat mengambilnya dengan cepat. (20) Tiga hari kemudian, Bob mengambil Bopsy, memakaikan seragam pemadam kebakaran kepadanya, dan mengawalnya dari ranjang rumah sakit ke atas truk yang dilengkapi dengan selang dan tangga. (21) Bopsy duduk di belakang kemudi dan membantunya mengarahkannya ke kantor dinas pemadam kebakaran. (22) Ia bahagia sekali. (23) Pada hari itu, ada tiga kali panggilan kebakaran. (24) Bopsy ikut serta pada ketiga-tiganya. (25) Ia berada pada mesin pemadam kebakaran yang berbeda, mobil ambulans, dan bahkan mobil Kepala Pemadam Kebakaran. (26) Ia juga direkam dalam video untuk siaran berita televisi lokal. (27) Setelah mimpinya terwujud, dengan seluruh kecintaan dan perhatian yang diberikan kepadanya, yang begitu menyentuh hatinya, Bopsy hidup tiga bulan lebih lama dari yang diperkirakan dokter. (28) Pada suatu malam, seluruh tanda kehidupan mulai turun secara dramatis. (29) Suster kepala, yang percaya bahwa tidak boleh ada seseorang meninggal sendirian, mulai memanggil anggota keluarga Bopsy ke rumah sakit. (30) Tiba-tiba, ia teringat hari ketika Bopsy menjadi penugas pemadam kebakaran. (31) Ia menelepon Kepala Pemadam Kebakaran dan bermohon kalau mungkin untuk mengirimkan seorang petugas pemadam kebakaran dalam pakaian seragam ke rumah sakit untuk menyertai Bopsy pada perjalanan terakhirnya. (32) Bos pemadam kebakaran itu menjawab, Kita bisa melakukan yang lebih baik dari itu. (33) Kita akan datang di sana dalam waktu lima menit. (34) Maukah Anda membatuku? (35) Ketika Anda mendengar raungan sirene dan melihat kedipan lampu, tolong umumkan melalui pengeras suara bahwa tidak ada kebakaran! (36)

69

Sebutkan bahwa Dinas Pemadam Kebakaran datang untuk menjenguk anggota terbaiknya sekali lagi. (37) Dan maukah Anda membuka jendela ke kamarnya? (39) Lima menit kemudian, truk dengan tangga dan selang tiba di rumah sakit. (40) Tangganya diangkat ke atas jendela kamar Bopsy di lantai tiga. (41) Empat belas orang pemadam kebakaran laki-laki dan dua orang perempuan menaiki tangga itu, lalu masuk ke kamar Bopsy. (42) Dengan izin ibunya, mereka memeluknya, mendekapnya, dan membisikkan kepadanya betapa mereka mencintainya. (43) Dalam tarikan napas terakhir, Bopsy memandang Kepala Pemadam Kebakaran, dan berkata, Bos, apakah sekarang saya sudah menjadi petugas pemadam kebakaran? (44) Kepala Pemadam Kebakaran menjawab, Sudah, Bopsy. (45) Setelah mendengar kata-kata itu, Bopsy tersenyum dan menutup matanya untuk terakhir kalinya.
Dikutip dengan perubahan dari Meraih Kebahagiaan Karya Jalaluddin Rakhmat, 2004: 73-76

4. Rangkuman Semua kalimat yang digunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar itu kita kembangkan, kita luaskan. Pengembangan atau peluasan kalimat tentu saja harus didasarkan pada kaidah-kaidah yang ada dalam tata bahasa. Kalimat dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni (1) kalimat tunggal (kalimat yang hanya terdiri atas satu kalimat dasar) dan (2) kalimat majemuk (kalimat yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua kalimat dasar). Berdasarkan jenis konjungsi atau kata sambung yang digunakan, kalimat majemuk terdiri atas dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Ciri-ciri induk kalimat adalah sebagai berikut:dapat berdiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri; mempunyai unsur kalimat yang lebih lengkap jika dibandingkan dengan anak kalimat; tidak didahului kata penghubung. Ciri-ciri anak kalimat: takdapat berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal yang mandiri; pada umumnya tidak memiliki unsur kalimat yang lengkap; didahului konjungsi atau kata sambung; dapat menempati posisi awal dan akhir atau menyisip di dalam induk kalimat (di antara subjek dan predikat).

5. Tes Formatif Tuliskan inti kalimat-kalimat berikut! 1. Selain terkenal akan pemandangan alamnya yang indah, Jepang juga mempunyai berbagai acara festival yang menawan. 2. Sepak terjang orang Betawi memang masih seperti dulu: lincah, jeli, dan gesit memanfaatkan situasi dan kondisi. 3. Modal di bank terbatas sehingga tidak semua pengusaha memperoleh kredit. 4. Agar pemakai laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, laporan keuangan yang

70

disusun harus berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum. 5. Semuanya terjadi setelah Perang Dunia II ketika beberapa negara Eropa barat menganggap pariwisata sebagai suatu alat untuk membangun ekonomi. 6. Karena kata press dianggap berasosiasi pada kegiatan jurnalistik, berdasarkan Akte Notaris Maria Kristiana Soeharjo, S.H. No. 265 / KN /1997, perusahaan ini pun berubah nama. 7. Berdasarkan analisis, diperoleh simpulan bahwa faktor keamanan sangat menentukan perkembangan ekonomi suatu negara. 8. Polusi yang ditimbulkan oleh asap api, baik yang muncul akibat kebakaran, cerobong pabrik, knalpot, maupun rokok, boleh dikatakan merupakan polusi terbesar yang saat ini memenuhi udara. 9. Buku yang diperolehnya dari sebuah toko buku di Bandung, yang diterbitkan oleh sebuah penerbit di Yogyakarta, hilang tadi. 10. Mereka yang sudah memiliki telepon dan komputer pribadi tinggal melengkapinya dengan modem, lalu mendaftarkan diri ke salah satu penyedia jasa internet.

Kegiatan Belajar XI

Kalimat Baik dan Benar I


1. Definisi Dalam buku-buku lama para ahli menyebut kalimat baik dan benar dengan istilah kalimat efektif. Padahal jika kita lihat kenyataan, kalimat efektif adalah kalimat yang baik, yang komunikatif; terlepas dari benar atau salah. Contoh apabila ingin memberhentikan kendaraan umum yang kita tumpangi, kita cukup mengatakan Kiri! atau kala kita mengakhiri pidato atau ceramah atau juga surat, kita menyampaikan kalimat Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Kedua kalimat tersebut dapat dikatakan efektif atau komunikatif karena pendengar atau pembaca dapat mengerti. Namun, dipandang dari sudut kaidah, keduanya tidak benar karena kiri hanya menunjukkan keterangan tempat dan imbuhan -nya sebagai kata ganti orang ketiga, padahal yang memperhatikan si saya adalah orang kedua (kamu, kau, engkau, kalian).

71

Berikut ini beberapa kekeliruan pandangan para ahli mengenai konsep kalimat efektif yang terdapat di dalam pustaka acuan. Menurut Razak (1988) konsep kalimat efektif dikenal dalam hubungan fungsi kalimat selaku alat komunikasi. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan itu berlangsung dengan sempurna. Keraf (1993) juga mengatakan bahwa penguasaan bahasa tidak saja mencakup persoalan kaidah-kaidah atau pola-pola kalimat bahasa, tetapi juga mencakup beberapa aspek lain. Misalnya, penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosakata), kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan, dan tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang. Sebagai alat komunikasi, menurut Badudu (1991), kalimat dikatakan efektif apabila mencapai sasarannya dengan baik. Ada dua pihak yang terlibat, yaitu yang menyampaikan dan yang menerima. Selain itu, ada sesuatu yang disampaikan yang berupa gagasan, pesan, atau pemberitahuan. Kalimat yang efektif dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide atau pemberitahuan kepada si penerima sesuai dengan yang ada dalam benak si penyampai. Akhadiah dan Sakura (1990): sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis atau pembicara. Arifin (1987): sebuah kalimat hendaklah mendukung suatu gagasan atau ide. Agar gagasan atau ide kalimat mudah dipahami pembaca, fungsi bagian kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan, harus eksplisit, kalimat harus dirakit secara logis dan teratur. Kalimat seperti itu disebut kalimat efektif. Badudu (1986): sebuah kalimat dikatakan efektif apabila mencapai sasarannya dengan baik sebagai alat komunikasi. Ada dua pihak yang terlibat, yaitu yang menyampaikan dan yang menerima, dan di luar itu ada yang disampaikan yang berupa gagasan, pesan, pemberitahuan, dan sebagainya. Kalimat yang efektif dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide, pemberitahuan itu kepada si penerima sesuai dengan yang ada dalam benak si penyampai. Keraf (1993): sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakili secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembicara atau penulis. Di samping itu, kalimat yang efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar. Jadi, kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut: (1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis; (2) sanggup menumbuhkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1991): kalimat efektif adalah kalimat yang

72

gagasannya jelas, ringkas, sesuai dengan kaidah, dan enak dibaca. Razak (1988): kalimat efektif mampu membuat isi atau maksud yang disampaikan itu tergambar lengkap dalam pikiran si penerima (pembaca), persis seperti apa yang disampaiakan. Kalimat yang polanya salah menurut tata bahasa, jelas tidak efektif. Namun, kalimat yang menurut tata bahasa betul polanya juga belum tentu efektif. Selain polanya harus benar, kalimat efektif harus pula punya tenaga yang menarik dan di dalam karya tulis membentuk kerja sama lewat sistem yang bervariasi. Berdasarkan acuan di atas, jelaslah bahwa kata efektif yang dimaksud adalah baik dalam arti dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca atau pendengar. Dengan demikian, suatu kalimat bisa dikatakan baik walaupun tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa. Misalnya, kalimat (1) Semoga kita diberikan kekuatan oleh Tuhan atau (2) Dalam melaksanakan tugas ini saya menemui beberapa hambatan relatif dapat dipahami dengan baik oleh penutur bahasa Indonesia padahal kalimat tersebut tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa. Kata diberikan dalam kalimat (1) menurut kaidah tata bahasa harus disertai objek kedua, sedangkan kata menemui dalam kalimat (2) mengisyaratkan ada tindak sengaja dan ada gerak. Jadi, kalimat (1) takgramatis atau dengan perkataan lain tidak benar karena tidak sesuai dengan kaidah, sedangkan kalimat (2) gramatis, tetapi takcermat karena hambatan bisa saja datang tanpa kita kehendaki. Karena itu, kedua kalimat tersebut sebaiknya diubah menjadi Semoga kita diberi kekuatan oleh Tuhan atau Semoga kekuatan diberikan (oleh) Tuhan kepada kita dan Dalam melaksanakan tugas ini saya menemukan beberapa hambatan. Berhubungan dengan karya ilmiah, segala sesuatu yang terkandung di dalamnya termasuk kebahasaan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satu ciri bahasa ilmiah adalah ketaatasasan terhadap tata bahasa. Karena itu, kalimat yang dituangkan ke dalam karya ilmiah haruslah kalimat yang baik dan benar.

1.2 Ciri-Ciri Memperhatikan beberapa pengertian tentang kalimat baik dan benar sebelumnya, jelaslah bahwa kalimat baik dan benar memiliki syarat-syarat atau ciri-ciri tertentu. Menurut beberapa pustaka acuan, kalimat baik dan benar memiliki ciri-ciri yang khas: (1) kesatuan atau kesepadanan, (2) kepaduan atau koherensi, (3) kesejajaran bentuk atau paralelisme, (4) ketegasan* atau penekanan, (5) kehematan, (6) kevariasian*, (7) kecermatan, dan (8) kelogisan. Catatan: Ketegasan dan kevariasian berhubungan erat dengan hubungan antarkalimat dalam paragraf, bukan kalimat lepas! 1.2.1 Kesatuan atau Kesepadanan Kalimat baik dan benar harus mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan

73

struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran. Berikut ini dijelaskan hal-hal yang menyangkut kesatuan dan kepaduan. a. Subjek dan Predikat Kalimat sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat. Subjek di dalam sebuah kalimat merupakan unsur inti atau pokok pembicaraan. Predikat dalam kalimat adalah kata atau kelompok kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaimana subjek itu. Perhatikan kalimat berikut. (1) Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri ke sekretariat. (2) Di dalam keputusan itu ternyata mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum. (3) Pada pameran ini mengetengahkan karya-karya pelukis terkenal. Predikat ketiga kalimat di atas adalah diharap, mengandung, dan mengetengahkan. Akan tetapi, ketiga kalimat tersebut tidak jelas subjeknya. Siapa yang diharap mendaftarkan diri ke sekretariat? Apa yang ternyata mengandung kebijaksanaan yang dapat menguntungkan umum? Apa yang mengetengahkan karya-karya pelukis terkenal itu? Agar subjek ketiga kalimat itu jelas, kata depan yang mengawali kalimat, yaitu masing-masing kepada, di dalam, dan pada, harus dihilangkan. Dengan demikian, jelaslah subjek ketiga kalimat di atas, yaitu para mahasiswa, keputusan itu, dan pameran ini sehingga kalimat pun menjadi padu. (1a) Para mahasiswa diharap mendaftarkan diri ke sekretariat. (1b) Keputusan itu mengandung kebujaksanaan yang dapat menguntungkan umum. (1c) Pameran ini mengetengahkan karya pelukis-pelukis terkenal. Contoh kalimat yang predikatnya tidak jelas. (4) Gedung bertingkat yang menjulang tinggi. (5) Uang untuk membeli obat. (6) Mahasiswa yang memimpin teman-temannya. Kata-kata kerja dalam pernyataan (4), (5), dan (6) tidak dapat menduduki fungsi predikat karena di depan kata kerja itu terdapat partikel yang dan untuk. Kata-kata yang menjulang tinggi merupakan keterangan dari gedung bertingkat yang berfungsi sebagai subjek dalam pernyataan (4). Demikian juga kata-kata untuk membeli obat merupakan keterangan dari uang yang berfungsi sebagai subjek dalam pernyataan (5), dan yang memimpin teman-temannya merupakan keterangan dari mahasiswa yang berfungsi sebagai subjek dalam pernyataan (6). Pernyataan (4), (5), dan (6) dapat dijadikan kalimat jika ditambahakan kata-kata (bercetak miring) yang berfungsi sebagai predikat. (4a) Gedung bertingkat yang menjulang tinggi itu mengganggu lalu lintas penerbangan. (5a) Uang untuk pembeli obat dipakai kakak. (6a) Mahasiswa yang memimpin teman-temannya dipanggil rektor.

b. Konjungsi Intrakalimat dan Antarkalimat

74

Konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frasa atau menghubungkan klausa dengan klausa di dalam sebuah kalimat disebut konjungsi intrakalimat. Contoh: (7) Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang. (8) Proyek ini akan berhasil dengan baik jika anggota bekerja sesuai dengan petunjuk. Struktur kalimat (7) dan kalimat (8) berbeda. Pada kalimat (7), urutan klausa tidak dapat dipertukarkan sehingga kita tidak dapat meletakkan sedangkan pada awal kalimat. Sebaliknya, pada kalimat (8), urutan klausanya dapat dipertukarkan sehingga kita dapat menempatkan jika pada awal kalimat. Pada kalimat majemuk setara tempat konjungsi di antara kedua klausa, sedangkan pada kalimat majemuk bertingkat di depan klausa yang menjadi anak kalimat. Kalimat berikut adalah kalimat yang tidak dapat diterima. (9) Dan dia belum memberi keputusan. (10) Kalau semua orang mematuhi peraturan. Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat lain dalam sebuah paragraf. Contoh: (11) Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya padaku. Karena itu, aku tidak dapat memercayainya lagi. (12) Sekolah harus menuediakan sarana dan prasarana yang menunjang. Dengan demikian, pendidikan dapat terlaksana dengan baik. c. Gagasan Pokok Dalam menyususn kalimat, kita harus mengemukakan gagasan atau ide pokok kalimat. Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian awal kalimat. Jika hendak menggabungkan dua kalimat, penulis harus menentukan bahwa kalimat yang mengandung gagasan pokok harus menjadi induk kalimat. Contoh: (13) Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer. (14) Ia masih dalam tugas militer ketika ditembak mati. Gagasan pokok kalimat (13) ia ditembak mati, kalimat (14) ia masih dalam tugas militer. Oleh karena itu, ia ditembak mati menjadi induk kalimat (13), sedangkan ia masih dalam tugas militer menjadi induk kalimat dalam kalimat (14).

d. Penggabungan dengan yang atau dan Seorang penulis sering menggabungkan dua kalimat atau klausa menjadi satu kalimat. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel dan, hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel yang, akan dihasilkan kalimat majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri atas induk kalimat dan anak kalimat. Contoh: (15) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah. (16) Perbaikan mutu pendidikan adalah tugas uatama perguruan tinggi.

75

Kalimat (15) dan (16) mengandung gagasan pokok yang sama penting. Penggabungan yang baik dan benar untuk kedua kalimat di atas ialah dengan mempergunakan partikel dan sehingga kalimat gabungan itu menjadi (17) Masyarakat merasakan bahwa mutu pendidikan kita masih rendah dan perbaikannya adalah tugas utama perguruan tinggi. Perhatikan kalimat berikut (18)Kongres lingkungan hidup diadakan di Vancouver Kanada. (19) Kongres itu membicarakan beberapa masalah. Kalimat (19) merupakan bagian dari kalimat (18), penggabungan kedua kalimat itu akan baik dan benar bila menggunakan partikel yang. (20) Kongres lingkungan hidup yang diadakan di Vancouver Kanada membicarakan beberapa masalah. e. Penggabungan Menyatakan sebab dan waktu Untuk mencapai kefektifan komunikasi perlu diperhatikan perbedaan antara hubungan sebab dan hubungan waktu. Hubungan sebab dinyatakan dengan karena, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan ketika. Kedua konjungsi itu sering digunakan pada kalimat yang sama. Contoh: (21) Ketika banjir besar melanda kampung itu, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi. (22) Karena banjir besar melanda kampung, penduduk melarikan diri ke tempat-tempat yang lebih tinggi.

f. Penggabungan Kalimat yang Menyatakan Hubungan Akibat dan Hhubungan Tujuan Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan konjingsi sehingga untuk menyatakan hubungan akibat dan konjungsi agar atau supaya untuk menyatakan hubungan tujuan. Contoh: (24) Semua peraturan telah ditentukan. (25) Para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri. Kedua kalimat tersebut digabungkan menjadi (26) Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri. (27) Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri. Contoh lain : (28) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar secara sistematik. (29) Para mahasiswa diharapkan dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang sudah ditentukan. Kedua kalimat dapat digabungkan dengan konjungsi sehingga dan agar. (30) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar

76

secara sistematik sehingga dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang sudah ditentukan. (31) Para mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan tepat dan belajar secara sistematik agar dapat menyelesaikan program belajar dalam waktu yang sudah ditentukan. Penggunaan konjungsi sehingga dalam (26) dan (30) serta agar dalam kalimat (27) dan (31) menghasilkan kalimat yang baik dan benar. Perbedaan hanya pada jalan pikiran si penulis. Pada kalimat (26) dan (30) yang diinginkan adalah hubungan akibat, sedangkan kalimat (27) dan (31) yang diinginkan adalah hubungan tujuan.

1.2.2 Koherensi atau Kepaduan yang Baik dan Kompak Yang dimaksud dengan koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas di antara unsur-unsur, yakni kata atau kelompok kata, yang membentuk kalimat itu. Bagaimana hubungan antara subjek dan predikat, hubungan antara predikat dan objek, serta keterangan yang menjelaskan tiap-tiap unsur pokok tadi. Koherensi sebuah kalimat akan rusak karena faktor berikut. a. tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan urutan fungsi sintaktis kalimat. Contoh : tidak baik (32) Adik saya yang paling kecil memukul dengan sekuat tenaganya kemarin pagi di kebun anjing. Seharusnya: (32a) Adik saya yang paling kecil memukul anjing dengan sekuat tenaganya.di kebun kemarin pagi. b. salah menggunakan preposisi dan konjungsi Contoh : (33) Interaksi antara perkembangan kepribadian dan perkembangan penguasaan bahasa menentukan bagi pola kepribadian yang sedang berkembang. Preposisi bagi seharusnya tidak digunakan dalam kalimat di atas. Perhatikan pula contoh berikut. Benar membahayakan negara berbahaya bagi negara membicarakan suatu masalah berbicara tentang sesuatu mengharapkan belas kasihan berharap akan belas kasihan saling membantu bantu-membantu Salah membahayakan bagi negara membicarakan tentang sesuatu mengharapkan akan belas kasihan saling bantu membantu

c. salah menempatkan kata keterangan aspek, seperti sudah, telah, akan, dan belum)

77

pada kata kerja tanggap Contoh: (36) Makalah itu saya pernah bicarakan. (37) Saya ingin sampaikan berita duka tersebut Seharusnya: (36a) Makalah itu pernah saya bicarakan. (37a) Ingin saya sampaikan berita duka tersebut.

2. Pelatihan Perbaikilah kalimat di bawah ini! 1. Kepada para tamu kami persilakan duduk kembali. 2. Di dalam laporan ini membicarakan administrasi keuangan kantor. 3. Pada acara temu alumni menampilkan artis lokal dan nasional. 4. Sampel data yang kurang memadai. 5. Teori untuk memecahkan masalah. 6. Pejabat yang menggerogoti hak rakyat jelata. 7. Dan masalah itu harus diselesaikan dengan bijak. 9. Sedangkan rumusan masalah yang dikemukakannya sangat kuat. 10. Ketika seorang anggota mengetahui adanya seseorang yang ditengarai menjadi pemicu keributan. 3 Rangkuman Kalimat baik dan benar memiliki ciri-ciri yang khas: (1) kesatuan atau kesepadanan, (2) kepaduan atau koherensi, (3) kesejajaran bentuk atau paralelisme, (4) ketegasan atau penekanan, (5) kehematan, (6) kevariasian, (7) kecermatan, dan (8) kelogisan. Ketegasan dan kevariasian berhubungan erat dengan hubungan antarkalimat dalam paragraf, bukan kalimat lepas! Kalimat baik dan benar harus mempunyai keseimbangan pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang dipergunakan. Kesepadanan kalimat diperlihatkan oleh kemampuan struktur bahasa dalam mendukung gagasan atau konsep yang merupakan kepaduan pikiran.

4 Tes Formatif 1. Mengapa suatu kalimat dikatakan sebagai kalimat baik dan benar? Contohkan! 2. Apa yang dimaksud kesatuan gagasan dalam kalimat? Contohkan! 3. Unsur apa yang mutlak harus ada dalam sebuah kalimat? Contohkan! 4. Mengapa kita harus membedakan pemakaian kata penghubung intrakalimat dengan kata penghubung antarkalimat? Contohkan! 5. Kalimat apa yang dihasilkan dari penggabungan dua kalimat dengan partikel yang? Contohkan! 6. Kalimat apa yang dihasilkan dari penggabungan dua kalimat dengan partikel dan? Contohkan! 7. Apa yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat? Contohkan!

78

8. Apa saja yang merusak kepaduan kalimat? Contohkan! 9. Buat kalimat yang mengandung kesatuan gagasan! 10. Buat kalimat yang mengandung kepaduan gagasan!

79

Kegiatan Belajar XII

Kalimat Baik dan Benar II


1. Kesejajaran Bentuk atau Paralelisme Kesejajaran bentuk atau paralelisme berarti pengungkapan gagasan-gagasan yang sama fungsinya ke dalam suatu struktur/konstruksi yang sama pula. Bila salah satu gagasan itu diungkapkan dalam struktur kata benda, kata-kata atau kelompok kata lain yang menduduki fungsi sama harus diungkapkan dalam struktur kata benda pula; bila gagasan yang satu diungkapkan dalam struktur kata kerja, yang lainnya pun harus diungkapkan dalam struktur kata kerja. Kesejajaran atau paralelisme bentuk membantu memberikan kejelasan dalam unsur gramatikal dengan mempertahankan bagian-bagian yang sederajat dalam konstruksi yang sama (Keraf, 1980:47). Kesejajaran pun bisa membantu kelancaran pembacaan teks. Dengan demikian, gagasan yang ada dalam teks dapat dengan mudah dipahami. Contoh: (38) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia yang paling mengerikan dan berbahaya, sebab pencegahan dan cara pengobatannya tak ada yang tahu! Kata yang bercetak miring di atas tidak menunjukkan keparalelan, maka kalimat tersebut harus ditata menjadi (39) Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan membahayakan, sebab pencegahan dan pengobatannya tak ada yang tahu! Contoh lain: (39) Setelah dipatenkan, diproduksikan, dan dipasarkan, masih ada lagi sumber pengacauan, yaitu berupa peniruan, yang langsung atau tidak langsung. (40) Seorang teknolog bertugas memecahkan suatu masalah dengan cara tertentu dan membuat masyarakat mau memilih dan memakai cara pemecahan yang dibuatnya.

2. Ketegasan atau Penekanan Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan (ide) pokok. Inti kalimat itu biasanya akan ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan tekanan dalam kalimat. a. Posisi dalam kalimat Untuk memberi penekanan pada bagian tertentu dalam sebuah kalimat, penulis dapat mengemukakan bagian itu pada bagian awal kalimat. Cara ini disebut juga pengutamaan bagian kalimat. Contoh: (41) Prof. Dr. Herman Yohanes berpendapat, salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai

80

Pertamina dan produksi minyak. (42) Salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina, menurut Prof. Dr. Herman Yohanes, adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak. (43) Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah salah satu indikator yang menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes. Walaupun ketiga kalimat di atas memiliki pengertian yang sama, gagasan pokok menjadi berbeda. Pengutamaan bagian kalimat, selain dapat mengubah urutan kata, juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat. Pengutamaann kalimat yang mengubah urutan dan bentuk ini menghasilkan kalimat pasif, sedangkan kalimat aktif adalah kalimat normal yang dianggap lebih lazim digunakan daripada kalimat pasif. Contoh: (44) Presiden mengharapkan dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur pembangunan akan lancar. (45) Dengan adanya pabrik semen di Nusa Tenggara Timur diharapkan oleh Presiden pembangunan akan lancar.

b. Urutan yang logis Sebuah kalimat biasanya memberikan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarakan suatu proses. Contoh: (46) Telekomunikasi cepat-vital dimaksudkan untuk keamanan, mobilitas, pembangunan, dan persatuan. (47) Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.

c. Pengulangan kata Pengulangan kata dalam sebuah kalimat kadang-kadang diperlukan dengan tujuan memberikan penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting. Pengulangan kata yang demikian dianggap dapat membuat informasi kalimat menjadi lebih jelas. Contoh: (48) Dalam pembiayaan harus ada keseimbangan antara pemerintah dengan swasta, keseimbangan domestik dengan luar negeri, keseimbangan perbankan dengan lembaga keuangan nonbank, dan sebagainya. (49) Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.

3 Kehematan Kehematan berkaitan erat dengan pemakaian kata, frasa (kelompok kata), atau bentuk

81

lain. Kata, frasa, atau bentuk lain itu sebaiknya ditanggalkan apabila dipandang tidak perlu karena hanya akan membuat kalimat tidak ringkas dan tidak lugas. Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk menjaga kehematan, yaitu: a) Tidak mengulang subjek dalam kalimat majemuk atau unsur-unsur lain yang sama bentuk dan fungsinya b) Contoh : (50) Dia sangat senang makan makanan yang berlemak sehingga dia berbadan gemuk (51) Jika saya lulus ujian, saya akan berdarmawisata ke Bali. Demi kehematan, dia dan saya sebaiknya dihilangkan. Perlu diperhatikan bahwa unsur yang boleh dihilangkan itu adalah unsur yang terdapat dalam anak kalimat, bukan unsur yang terdapat dalam induk kalimat. (b) Menghindarkan pemakaian kata superordinat setelah kata yang merupakan hiponimnya. Contoh : (52) Adikku menyiram bunga mawar. (53) Ibu mengenakan kebaya berwarna biru. (54) Ayah sedang merokok rokok Dji Sam Soe. Kata bunga, berwarna, dan rokok masing-masing merupakan superordinat dari mawar, biru, dan Dji Sam Soe. Jadi, ketiga kata itu (yakni bunga, berwarna, dan rokok) tidak perlu disebutkan. (c) Tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak. Contoh : (54) Para korban-korban pesawat jatuh dievakuasi ke rumah penduduk terdekat. (55) Beberapa bukti-bukti keadaan alam raya memperkuat pandangan Galileo. Kedua kalimat di atas mengandung gejala pleonastis karena adanya pemakaian kata yang berlebihan. Demi kehematan, kata para dan beberapa pada kedua kalimat di atas sebaiknya dihilangkan. Apabila kata para dan beberapa dipakai, bentuk kata benda tidak perlu diulang. Bentuk ulang kata benda dapat dipertahankan jika kata para dan beberapa, yang keduanya merupakan kata bilangan yang bermakna jamak, tidak dipakai. d. Menghindarkan kata yang bersinonim Contoh: (56) Wawasan mereka tentang manusia Indonesia sangat luas sekali. (57) Saya bekerja demi untuk menghidupi keluarga. (58) Sejak dari kemarin kami mempersiapkan instrumen penelitian. Pada kalimat (56) kata sangat bersinonim dengan kata sekali, pada kalimat (57) kata demi bersinonim dengan kata untuk, dan pada kalimat (58) kata sejak bersinonim dengan kata dari. Demi kehematan, sebiknya salah satu kata saja yang kita pakai.

82

4. Kevariasian Tulisan yang menggunakan pola serta bentuk kalimat yang terus-menerus sama akan membuat suasana menjadi kaku dan monoton atau datar sehingga akan menimbulkan kebosanan pada pembaca. Pembaca akan merasa letih sehingga membaca menjadi kegiatan yang membosankan. Oleh karena itu, untuk menghindarkan suasana yang demikian, suatu paragraf dalam tulisan memerlukan bentuk pola dan jenis kalimat yang bervariasi.. Variasivariasi kalimat ini diberlakukan pada keseluruhan tulisan. Variasi kalimat dapat terjadi dalam beberapa hal sebagai berikut. 1. Cara memulai Ada beberapa kemungkinan dalam cara memulai kalimat untuk mencapai keefektifan, yaitu dengan variasi pembukaan kalimat. Pada umumnya kalimat dapat dimulai dengan subjek, predikat, frasa, dan kata modalitas. a. Subjek pada awal kalimat Contoh: (59) Sendawa merupakan bahan kimia yang dipergunakan sebagai bumbu dalam pembuatan daging kaleng, sosis, dan daging asap. (60) Orang memang bisa ketagihan mencari uang. (61) Hasrat lain yang mendorong orang mencari uang adalah ingin dipuji. Tiga kalimat di atas subjeknya terletak di awal kalimat. Hal ini merupakan cara yang orisinal dalam memulai kalimat. b. Predikat pada awal kalimat Kalimat yang dimuali dengan predikat disebut kalimat inversi atau kalimat susun balik. Contoh: (62) Bisa berbahasa Melayu sebagian besar perwira kulit putih ini. (63) Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu. (64) Digiring kami melalui jalan kecil dan tiba di pondok yang terbuat dari bambu. c. Kata keterangan modalalitas pada awal kalimat Di dalam sebuah kalimat kata modal dapat mengubah arti kalimat secara keseluruhan. Contoh: (65) Tentu keberhasilan usaha seperti ini adalah hasil kerja sama dan kerja keras semua pihak. (66) Barangkali anak-anak itu tidak cukup diperhatikan oleh orang tuanya. Kalimat di atas menjadi berbeda bila kata tentu dan barangkali dihilangkan. Dengan adanya kata keterangan modalitas, kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu-ragu atau sebaliknya, yang keras menjadi lembut atau sebaliknya. d. Frasa pada awal kalimat

83

Contoh: (67) Pada menit ke-50, kapten kesebelasan kembali memasukkan bola untuk kedua kalinya. (68) Menurut para ahli bedah, sulit untuk menentukan diagnosis jika keluhan hanya berupa sakit perut. (69) Secara tidak langsung, kesehatan para pekerja akan mempengaruuhi produktivitas perusahaan. 2. Panjang pendek kalimat Contoh: Remaja yang sudah sekolah menengah itu mnurut dokter mengalami nervous-breakdown. Ia harus meninggalkan sekolah. Sudah sejak kecil ia merisaukan orang tuanya. Ia baru mulai berbicara padahal anak-anak sebayanya sudah pintar bercakap-cakap. Ia tidak mempunyai teman. Guru-gurunya menganggap ia lambat menangkap pelajaran. Ia tidak bergaul. Ia tenggelam dalam lamunan yang konyol. Paragraf di atas terdiri atas kalimat yang strukturnya baik. Polanya tidak ada yang salah atau menyalahi kaidah. Namun, paragraf tersebut tidak menarik, terasa monoton karena kalimat-kalimatnya senada. Kita perhatikan penggunaan kata ia yang berulang. Kita dipaksa untuk mengikuti apa yang dituturkan oleh paragraf itu sehingga terasa kurang menyenangkan. 3. Jenis kalimat Di dalam bahasa Indonesia ada tiga macam jenis kalimat, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah atau kalimat pinta. Biasanya kalimat berita berfungsi memberi tahukan sesuatu. Namun, tidak berarti bahwa dalam memberikan informasi, kalimat perintah atau kalimat tanya tidak dipergunakan. Contoh: (70) Menghadapi anak begini, tidak heran kalau orang tua dan gurunya kehilangan harapan. Tetapi, apa betul anak seperti ini pasti suram masa depannya? Belum tentu. Buktinya, anak yang diceritakan di atas tidak lain adalah Albert Einstein. 5. Kecermatan Kecermatan dalam kalimat berkaitan dengan pemilihan kata dan penyusunan kata dalam kalimat. Pemilihan kata yang tidak tepat dapat menimbulkan kehambaran atau ketidaktegasan kalimat. Penyusunan kata yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa dapat mengacaukan keutuhan pesan kalimat, merusak koherensi kalimat, bahkan dapat pula menimbulkan ketaksaan atau ambiguitas dalam kalimat. Beberapa kalimat yang tidak cermat dapat dilihat dalam contoh berikut (71) Mereka mengeluarkan botol bir dari dapur yang menurut penelitian berisi cairan racun. (72) Tiba-tiba dalam pikirannya terasa suatu gagasan. Pada kalimat (71) apa yang berisi cairan racun itu, botol bir atau dapur? Jika yang berisi cairan racun itu bir, kalimat tersebut sebaiknya diperbaiki strukturnya menjadi:

84

(71a) Dari dapur, mereka mengeluarkan botol bir yang menurut penelitian berisi cairan racun. Pada kalimat (72), alangkah baiknya jika kata terasa digantikan dengan kata muncul atau timbul karena penggunaan kata terasa pada kalimat tersebut kurang tegas.

6. Kelogisan Kelogisan berkaitan dengan penalaran atau logika. Kalimat yang baik, bukan saja menyajikan kaidah-kaidah ketatabahasaan, tetapi juga harus mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal. Contoh kalimat berikut ini memperlihatkan ketidaklogisan penalaran. (72) Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah ini selesai penulis susun. (73) Angket ini diedarkan kepada guru yang mengajar Matematka. Kalimat (72) dikatakan tidak logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, suatu pekerjaan, termasuk menyusun skripsi, dapat diselesaikan. Pekerjaan dapat kita selesaikan bukan dengan mengucapkan atau memanjatkan puji, melainkan setelah kita kerjakan. Memang, segala sesuatu yang ada di dunia ini bisa terjadi atau tidak terjadi apabila dikendaki Tuhan. Jadi, kalimat (72) di atas dapat diperbaiki menjadi: (72a) Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendak-Nyalah skripsi ini dapat diselesaikan. Kalimat (73) juga dikatakan tidak logis karena tidak mungkin seorang guru mengajar matematika. Yang diajar itu murid atu siswa, sedangkan mata pelajaran, seperti matematika, fisika, kimia, biologi, tidak diajar, tetapi diajarkan kepada murid. Jadi, perbaikan kalimat (73) adalah: (73a) Angket itu diedarkan kepada guru yang mengajarkan matematika. 7. Pelatihan Perbaikilah kalimat di bawah ini! 1. Setelah diperbaiki dan dicat warna lain, nelayan mengoperasikan perahu itu. 2. Saya ingin jelaskan duduk perkara masalah itu. 3. Penguasaan bahasa asing, seperti bahasa Inggris, Jerman, Prancis, dan lain-lain, sangat penting. 4. Karena mereka takut jatuh, mereka menuruni tebing dengan hati-hati. 5. Meskipun dokter menyarankan beristirahat, namun ia terus bekerja. 6. Sudah beberapa hari kami tidak bisa mencuci baju dikarenakan PDAM tidak mengalir. 7. Dalam penyusunan laporan ini kami menemui banyak kesulitan. 8. Semoga kita diberikan kekuatan oleh Alloh swt. 9. Untuk dunia perbankan berhubungan dengan perusahaan-perusahaan yang memerlukan pelayanan jasa-jasa bank. 10. Dalam Pasal 225 Kitab Undang-Undang Hukum Perniagaan menyatakan bahwa setiap pertanggungan harus dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang dinamakan polis.

85

8. Rangkuman Kesejajaran bentuk bisa membantu kelancaran pembacaan teks. Dengan demikian, gagasan yang ada dalam teks dapat dengan mudah dipahami. Setiap kalimat memiliki sebuah gagasan atau ide pokok. Inti kalimat itu biasanya akan ditekankan atau ditonjolkan oleh penulis atau pembicara. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan tekanan dalam kalimat. Kehematan berkaitan erat dengan pemakaian kata, frasa atau kelompok kata, atau bentuk lain. Kata, frasa, atau bentuk lain itu sebaiknya ditanggalkan apabila dipandang tidak perlu karena hanya akan membuat kalimat tidak ringkas dan tidak lugas. Kalimat bisa divariasikan untuk menghindari kebosanan. Variasi bisa dipakai dalam bentuk kata, frasa, pola kalimat, atau juga struktur dan jenis kalimat. Kecermatan dalam memilih kata bisa membantu menghindari kesalahan dalam pemahaman. Karena itu, kita harus mengetahui pasti makna kata yang kita gunakan dalam kalimat. Kelogisan berkaitan dengan penalaran atau logika. Kalimat yang baik, bukan saja menyajikan kaidah-kaidah ketatabahasaan, tetapi juga harus mengandung penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal.

9. Tes Formatif 1. Susunlah kalimat yang mengandung kesejajaran! 2. Tentukan bagian kalimat yang tidak menunjukkan kesejajaran: Beberapa tahap penyelesaian skripsi ini adalah pengumpulan data, mengklasifikasi data, data tersebut kemudian dianalisis, dan tahap terakhir adalah membuat simpulan dan saran. 3. Perbaikilah kalimat berikut: Harga sepatu yang tinggi itu ingin dibeli oleh saya. 4. Mengapa kalimat berikut takbaik dan benar? Tujuan dari diskusi yang mana kita selenggarakan ini adalah untuk meningkatkan kepedulian kita kepada antar sesama manusia. 5. Perbaikilah kalimat berikut: Sedangkan hal tersebut sudah dibicarakan pada halaman 38. 6. Perbaikilah kalimat berikut: Menurut Komaruddin (1994, 269)mengatakan efektifitas adalah sebagai berikut: "Efektivitas adalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkatan keberhasilan (atau kegagalan) kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan lebih dahulu. " 7. Perbaikilah kalimat 7, 8, 9, dan 10: Apabila kita perhatikan tayangan TV dimana orangorang sudah tidak memperhatikan hukum yang mana adalah sangat kita hargai dimasa lalu. 8. Jika Anda tidak menyanggupi, Anda takperlu mengerjakan hal itu. 9. Saya hanya sekedar memberi informasi kepada para tamu. 10. Dengan memanjatkan puji sukur ke illahi robbi penulis dapat menyelesaikan laporan ini.

Bacalah wacana berikut, kemudian perbaikilah kalimat-kalimat yang tidak baik di dalamnya sehingga menjadi kalimat yang baik dan benar! Salah satu produk dari otak adalah pikiran. Manusia boleh saja mati, tetapi pikiran-pikirannya bisa jadi akan tetap hidup. Mengapa demikian? Karena pikiran-pikiran disebarkan, bahkan orang mendiskusikannya. Sebagai contoh, Marx, Einstein, Nabi Isa, atau Nabi Muhammad, dan yang lainnya, yang telah tiada, tetapi mereka tetap dikenang

86

karena pikiran-pikiran mereka tidak pernah mati. Manusia yang masih hidup, pikiran pun sedemikian dahsyatnya. Tidak seperti fisik tubuh manusia yang terikat pada ruang dan waktu, pikiran bebas berkeliaran ke mana pun sesuai keinginannya. Seseorang boleh saja duduk merokok, memegang cangkul di tengah sawah, tetapi pikirannya dapat berada di bank, tempat ia memasukkan permohonan Kredit Usaha Tani (KUT). Pikiran tidak akan pernah dibatasi oleh fisik. Sangat banyak sekali terjadi seseorang lemah secara fisik, tetapi memiliki kekuatan dalam berpikir. Hellen Keller atau Stephen Hawking adalah merupakan sedikit contoh untuk hal itu. Wolfgang Amadeus Mozart bahkan cacat pendengaran, tetapi komposisi-komposisi orkestranya menjangkau ke seluruh belahan dunia.

87

Kegiatan Belajar XIII

Paragraf
1. Definisi Paragraf atau yang sering juga disebut alinea, secara visual ditandai oleh jarak baris yang lebih merenggang, atau awal baris yang menjorok ke dalam. Dalam istilah komposisi, paragraf yang secara visual ditandai oleh jarak kelompok baris yang lebih renggang daripada jarak baris disebut paragraf merenggang, sedangkan paragraf yang secara visual ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam disebut paragraf bertakuk (Sugiyono, 1997: 1). Paragraf pada dasarnya merupakan satuan dasar tulisan, yang lebih panjang dari kalimat, tetapi lebih pendek dari tulisan secara keseluruhan. Millward dalam Sugiyono (1997:2) mendefinisikan paragraf sebagai sekelompok kalimat yang mengembangkan satu gagasan. Paragraf mencakupi satu kalimat topik yang memuat gagasan itu, diikuti oleh kalimat tambahan yang memperluas, memperjelas, menganalisis, atau menerangkan kalimat topik tadi. Sehubungan dengan itu, dapat disimpulkan hal-hal berikut yang berkaitan dengan paragraf. 1) Paragraf harus mempunyai satu gagasan utama; gagasan utama itu biasanya tertuang dalam kalimat topik. 2) Selain gagasan utama, dalam paragraf juga terdapat beberapa informasi yang tertuang dalam kalimat penjelas atau kalimat pengembang. 3) Secara visual, paragraf ditandai oleh perenggangan baris antarkelompok kalimat atau penjorokan ke dalam baris pertama kelompok kalimat tersebut.

2 Gagasan Utama dan Kalimat Topik Gagasan utama dan kalimat topik sering dikacaukan dalam pembicaraan mengenai paragraf. Gagasan utama dianggap sebagai pengendali isi paragraf. Oleh karena itu, gagasan utama harus ada dalam setiap paragraf yang baik. Namun, tidak demikian halnya dengan kalimat topik. Gagasan utama dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat topik, tetapi dapat juga hanya tersirat dalam benak penulis paragraf itu. Walaupun kalimat topik itu sangat penting artinya dalam menjalin kesatuan paragraf, banyak paragraf yang baik tanpa menyatakan kalimat topik secara eksplisit. Paragraf seperti ini banyak ditemukan dalam tulisan yang deskriptif atau naratif (Sugiyono, 1997: 2-3). Perhatikan kedua contoh paragraf berikut ini. [1] Aktivitas pembangunan subuah gedung salah satu rumah sakit terbesar

88

yang terletak di Jalan Tun Razak, Kuala Lumpur, Malaysia, Kamis (3/2), tampak sepi. Ribuan pekerja yang biasanya sejak pagi sibuk menangani konstruksi kini menghilang. Sebagian besar alat berat terlihat menganggur akibat ketiadaan operator. Gedung dengan luas sekitar 5.000 meter persegi dan berlantai 10 yang direncanakan paling lambat pertengahan tahun ini sudah dimanfaatkan tersebut terancam tertunda. (Kompas, 14 Februari 2005) [2] Pada hari kiamat nanti, manusia dibangkitkan di padang mahsyar. Ketika Allah membangkitkan seorang mukmin, dibangkitkan juga di depannya seseorang seperti dia. Orang itu berjalan di depan dia seraya membimbing tangannya. Ketika dia melihat sesuatu yang menakutkan, kawannya itu menentramkannya. Ketika ia melihat hal-hal yang menyedihkan, kawannya menghiburnya. Kemudian, di hadapan pengadilan Tuhan, ia bangkit membelanya. Pada akhir pengadilan, ia mendengarkan keputusan: Adkhiluhul jannah. Masuklah dia ke surga. Kawannya kini mengantarkan dia ke tempat yang penuh kebahagiaan. Mukmin itu terpesona dengan pembelaan kawannya dan bertanya: Siapakah kamu? Orang itu berkata: Dahulu di dunia, setiap kali kamu memasukkan rasa bahagia pada sesama manusia, Allah menciptakan makhluk sepertiku, untuk memberikan kepada kamu kebahagiaan pada hari ini. (Meraih Kebahagiaan: 29) Kedua paragraf di atas tidak mempunyai kalimat topik. Namun, dapat dipastikan bahwa keduanya memiliki gagasan pokok yang dijadikan pengendali. Gagasan pokok atau gagasan utama paragraf [1] kurang lebih berbunyi Beginilah pembangunan salah satu rumah sakit terbesar di Kuala Lumpur. Hal itu dapat dilihat pada kalimat-kalimat yang membentuk paragraf [1] di atas, yang semuanya menggambarkan bagaimana keadaan pembangunan rumah sakit tersebut. Paragraf [2] mempunyai gagasan utama yang jika dinyatakan dalam sebuah kalimat, barangkali akan berbunyi Inilah yang akan terjadi di akhirat nanti bagi orang yang suka membahagiakan sesamanya. Kalimat demi kalimat pada paragraf [2] memberikan petunjuk tentang apa yang akan dialami oleh seorang manusia --yang suka membahagiakan sesamanya-mulai dia dibangkitkan di alam mahsyar sampai pada masuknya dia ke surga. Dari kedua contoh di atas dapat disimpulkan bahwa gagasan utama memang harus ada dalam sebuah paragraf. Gagasan utama tersebut dapat dinyatakan secara eksplisit melalui kalimat topik, tetapi dapat juga secara implisit atau tersirat.

3. Letak Kalimat Topik dalam Paragraf Selain bermanfaat bagi penulis untuk mengontrol paragraf yang ditulisnya, kalimat topik juga bermanfaat bagi pembaca agar pembaca mudah memahami isi paragraf itu. Oleh karena itu, pada umumnya kalimat topik dinyatakan pada awal paragraf. Namun, kalimat topik pun dapat dinyatakan di akhir, atau di awal dan di akhir paragraf sekaligus.

3.1 Kalimat Topik di Awal Paragraf

89

Kalimat topik --yang memuat gagasan utama paragraf-- dinyatakan terlebih dahulu di awal paragraf. Selanjutnya, kalimat topik tersebut disusul oleh kalimat-kalimat penjelas yang berfungsi menguraikan, mempertegas, atau menjelaskan kalimat topik tadi. [3] Bali kini punya sederetan nama warganya yang masuk kategori pengusaha sukses. Ketika Bali merupakan tujuan wisata dunia, para pengusaha sukses bergerak di sektor pariwisata. Seorang di antaranya adalah Bagus Sudibya. (Kompas) 3.2 Kalimat Topik di Akhir Paragraf Kalimat topik juga sering ditempatkan di akhir paragraf. Model ini dianggap efektif untuk menyimpulkan atau merangkum informasi-informasi yang telah disajikan sebelumnya. [4] Menurut penelitian di Amerika Serikat, anak usia satu tahun yang mengonsumsi televisi selama tiga jam sehari mendapat stimulus yang berlebihan. Akibatnya, anak terganggu konsentrasinya dan tidak fokus saat mengerjakan sesuatu. Dengan demikian, sebaiknya anak usia 0-3 tahun sama sekali tidak menyaksikan televisi. (Kompas).

3.3 Kalimat Topik di Awal dan di Akhir Paragraf Penulis juga sering meletakkan kalimat topik di awal dan di akhir paragraf sekaligus. Dalam hal ini, kalimat topik yang terletak pada awal paragraf dinyatakan kembali pada akahir paragraf dengan sedikit tekanan atau variasi. [5] Ketika kita marah, kita punya pilihan yang sedikit untuk berpikir atau bertindak: misalnya lari, menyerang, atau mengusir. Pilihan itu sedikit karena ketika marah, kita harus segera mengambil tindakan darurat. Ketika kita diserang fitnah yang keji, misalnya, kita memilih keputusan yang cepat: membalas dendam atau menghindar. Tidak banyak pilihan memang ketika kita dilanda emosi negatif. (Meraih Kebahagiaan: 80 dengan perubahan)

90

Perlatihan 1:

Tentukan gagasan utama atau kalimat topik dalam paragraf berikut ini. Selanjutnya, ubahlah letak kalimat topiknya. (1) Tidak selamanya televisi berdampak negatif bagi anak. Keunggulan televisi sebagai media elektronik dibandingkan dengan media cetak --antara lain stimulus yang lebih intens dan melibatkan beberapa indera sehingga lebih memukau-bisa dimanfaatkan untuk program yang dapat merangsang anak lebih kreatif. Hanya saja, terlalu berlebihan atau keranjingan menonton televisi, tetap harus diwaspadai. Perhatikanlah durasi anak menonton dan pilihkanlah program yang sesuai. (Kompas, 14 Februari 2005) Suryani (18) termasuk salah seorang tenaga kerja wanita (TKW) di Kuala Lumpur yang mengalami penyiksaan dari majikannya. TKW asal Pontianak, Kalimantan Barat itu, sejak April 2003 bekerja sebagai PRT pada salah satu rumah di Petaling Jaya. Gaji yang dijanjikan sebesar 400 ringgit per bulan. Namun, semuanya nihil. Selama 21 bulan bekerja, Suryani tidak mendapatkan gaji sepeser pun. Bahkan, dia dibatasi makan, hanya sekali dalam sehari. Jadi, persoalan yang mereka hadapi umumnya sama, yakni disiksa majikan, diperkosa, dan gaji tidak dibayar selama lebih dari setahun. (Kompas, 14 Februari 2005 dengan perubahan) Industri perbankan adalah industri yang menjual kepercayaan. Tidak satu pihak pun bersedia menempatkan uangnya di bank apabila tidak mempercayai bank tersebut. Menempatkan uang di bank adalah sebuah tindakan yang memberi potensi keuntungan berupa bunga sekaligus risiko kehilangan uang itu. (Kompas, 14 Februari 2005) Nosologi adalah cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan bagaimana penyakit-penyakit digolong-golongkan, diberi nama, dan diberi batasan. Meskipun kelihatannya sangat sederhana, sebenarnya nosologi adalah masalah yang sangat penting dan sangat rumit. TBC tulang dan TBC paruparu, misalnya, selama bertahun-tahun harus diteliti secara saksama hingga dapat dipastikan bahwa keduanya tergolong penyakit yang sama. Demikian pula penyakit kanker yang ternyata variasinya jauh lebih banyak. (SG)

(2)

(3)

(4)

Peratihan 2: Buatlah paragraf dengan gagasan utama atau kalimat topik berikut ini. a) Harga gula pasir di beberapa pasar tradisional dalam beberapa pekan ini terus merambat naik. b) Di setiap lokasi pengungsian korban bencana tsunami, kaum perempuan hampir selalu menanggung beban lebih berat dibandingkan dengan kaum laki-laki. c) Merokok lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. d) Kebutuhan akan air bersih di Jakarta meningkat dari tahun ke tahun.

91

4 Ciri Paragraf yang Baik 4.1 Kelengkapan Paragraf yang baik adalah paragraf yang lengkap. Artinya, di dalam paragraf tersebut telah tercakup semua informasi yang diperlukan untuk mendukung gagasan utama. Seberapa berkembangkah paragraf yang lengkap itu? Sayang tidak ada rumusan yang tegas mengenai hal itu. Bisa jadi paragraf itu sangat panjang, tetapi belum lengkap. Bisa jadi pula paragraf itu pendek, tetapi sudah lengkap. Yang penting adalah bahwa setelah membaca paragraf itu, pembaca sudah memperoleh informasi yang lengkap. Bandingkan paragraf [6] (yang lengkap) dan paragraf [7] (yang tidak lengkap) di bawah ini. [6] Dalam proses penanggulangan bencana, ada dua jenis infrastruktur telekomunikasi yang dibutuhkan yakni suara dan data. Keduanya dibutuhkan untuk berkomunikasi, baik antartitik di daerah bencana maupun dari dalam daerah bencana ke dunia luar. Suara dibutuhkan untuk berkomunikasi via telepon. Data dibutuhkan untuk mengirimkan data, tulisan, gambar, bahkan video ke dunia luar. (Kompas) [7] Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah. Pertama, memberantas sarang tempat berkembang biak nyamuk penyebar demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama, nyamuk penyebar demam berdarah ini biasanya berkembang biak di genangan air. Benda-benda yang dapat menampung air harus dikubur di dalam tanah. Dengan demikian, nyamuk-nyamuk itu tidak akan dapat berkembang biak. (SG) Paragraf [6] dianggap sudah lengkap karena ada dua jenis infrastruktur telekomunikasi yang dibutuhkan yang dinyatakan dalam kalimat topik sudah dikemukakan pada kalimat-kalimat penjelasnya. Sebaliknya, paragraf [7] dianggap tidak lengkap karena beberapa cara yang disebutkan pada kalimat topik belum diuraikan pada kalimat-kalimat penjelasnya. Dalam paragraf tersebut baru satu cara yang dikemukakan, yaitu memberantas sarang tempat berkembang biak nyamuk penyebar demam berdarah. Dengan demikian, setelah membaca paragraf [7], kita masih bertanya-tanya tentang cara yang lain untuk memberantas penyebaran demam berdarah. Ada dua cara untuk menyempurnakan paragraf [7] di atas. Pertama, dengan cara melengkapi kerumpangan informasi melalui kalimat-kalimat penjelas yang dituntut oleh kalimat topik. Kedua, dengan cara mengubah redaksi kalimat topiknya menjadi Salah satu

92

cara mencegah penyebaran penyakit demam berdarah adalah memberantas sarang tempat berkembang biaknya nyamuk penyebar demam berdarah [7a], atau mengganti kata pertama menjadi salah satu di antaranya adalah [7b]. [7a] Salah satu cara mencegah penyebaran penyakit demam berdarah adalah memberantas sarang tempat berkembang biaknya nyamuk penyebar demam berdarah. Seperti kita ketahui bersama, nyamuk. [7b] Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit demam berdarah. Salah satu di antaranya adalah memberantas sarang tempat berkembang biaknya nyamuk penyebar demam. Pelatihan I. Tentukanlah apakah paragraph di bawah ini memenuhi syarat kelengkapan atau tidak. Jika tidak, sempurnakanlah paragraph-paragraf berikut dengan memperhatikan kelengkapan paragraf. (1) Selain suhu badan yang meninggi disertai muntah-muntah, sesekali penderita juga batuk berdahak darah. Nafsu makan penderita hilang, hingga pada stadium tertentu tubuhnya akan menjadi kurus kering. Dengan demikian, sebenarnya ada beberapa gejala penyakit yang paling membahayakan ini. Gejala ini adalah suhu badan yang meninggi. Gejala ini akibat dari tidak seimbangnya air tubuh yang sebagian besar terbuang ketika penderita muntah-muntah. Gejala ini saja sering dapat mengakibatkan kematian. (2) Ada tiga orang pemuda yang berhasil menerobos pagar betis yang menghadangnya. Mereka adalah Tagor, Muas, dan warkum. Akan tetapi, ketiganya terpaksa harus terpincang-pincang sambil merintih kesakitan. Tubuh mereka babak belur dilempari oleh kawan-kawannya sendiri. Akhirnya Tagor roboh tak berdaya lagi. II. Buatlah paragraph yang baik dengan memperhatikan syarat kelengkapanuntuk gagasan utama atau kalimat topic berikut ini a. Ada berapa perbedaan karakteristik antara media massa cetak dan media massa elektronik. b. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menekan tingginya kolesterol dalam tubuh kita. c. Imunisasi sangat penting, baik bagi ibu hamil maupun bagi balita. 4.2 Kesatuan Paragraf yang baik harus terfokus pada satu gagasan. Dalam satu paragraf, mungkin ada beberapa gagasan sederhana, tetapi semua gagasan sederhana itu harus menjelaskan atau mendukung satu gagasan utama. Gagasan sederhana itu biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat penjelas atau kalimat pengembang. Kesatuan dalam paragraf hanya akan terbentuk apabila informasi-informasi atau gagasan-gagasan dalam paragraf itu tetap dikendalikan oleh gagasan utama. Untuk itu, penulis harus senantiasa ingat, apakah gagasan utama paragraf itu dan apakah kalimatkalimat yang ditulisnya berhubungan erat dengan gagasan utama tadi.

93

Jika dalam sebuah paragraf terdapat gagasan yang tidak berkaitan dengan gagasan utama, gagasan itu harus dikeluarkan dari paragraf tersebut. Demikian juga jika dalam satu paragraf terdapat dua gagasan utama atau lebih, paragraf tersebut harus dipecah, dan setiap gagasan utama tadi dikembangkan dalam paragraf yang berbeda. Perhatikan kedua paragraf berikut ini.

[8] Gangguan stres pascatrauma ini bisa sembuh. Namun, pada sejumlah kecil penderita, gangguan bisa berlanjut dan menjadi kronis. Dalam jangka panjang, gangguan ini dapat mengubah kepribadian seseorang, seperti mudah putus asa, tidak percaya diri, merasa terpojok, dan terasing. Perubahan kepribadian ini bisa muncul dua tahun setelah kejadian. Pada anak-anak, gangguan seperti ini sangat mengganggu kosentrasi belajar. (Kompas) [9] Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya. Ia tidak tahu mengapa desanya itu dinamai Desa Kedunggalar. Ia tidak tahu mengapa Sangkanurip, salah satu sungai yang ada di desa itu, kini mengering. Ia juga tidak tahu mengapa nenek moyangnya dahulu sampai di desa itu. Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Begitu bangun pagi, tanpa harus minum kopi dulu, ia sudah memanggul pangkur menuju ke ladangnya. Ia terus mengayun pangkurnya membongkar tanah liat yang sudah keras karena musim kemarau yang panjang. (SG)

Gagasan utama paragraf [8] di atas adalah ganggguan stres pascatrauma. Kalimat (1)(4) paragraf tersebut membicarakan, atau mendukung gagasan utama tadi. Namun, ketika kita membaca kalimat (5) atau kalimat terakhir, terasa ada semacam perpindahan gagasan. Kalimat terakhir sudah membicarakan hal yang lain, yaitu dampak gangguan stres pada anakanak. Dengan demikian, untuk menjaga kesatuan, kalimat terakhir itu sebaiknya dikeluarkan dari paragraf tersebut, dan bisa dikembangkan dalam paragraf berikutnya. Sementara itu, kalau diperhatikan baik-baik, paragraf [9] mengandung dua gagasan utama, yaitu (1) Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya dan (2) Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan. Supaya memenuhi syarat kesatuan, paragraf tersebut harus dipecah menjadi dua paragraf, dengan kalimat Mbah Marto tidak tahu banyak tentang desa kelahirannya sebagai gagasan utama paragraf pertama, dan Meski sudah uzur, Mbah Marto masih gesit dan cekatan sebagai gagasan utama paragraf kedua. Perlatihan 1: Tentukan apakah paragraf berikut ini memenuhi syarat kesatuan atau tidak. Jika tidak, perbaikilah paragraf ini dengan memperhatikan syarat kesatuan. 1) Akhir-akhir ini merebak berita seputar rencana menggabungkan Bank Tabungan Negara (BTN) dengan Bank Negara Indonesia (BNI) atau dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dari ketiga bank tersebut, memang hanya BTN yang belum melepas sahamnya kepada publik. Karena itu, belum banyak informasi yang bisa digali dari pihak manajemen BTN. Dapat dipastikan bahwa pola penggabungan alias merger yang akan terjadi tentu tidak akan mengibarkan bendera BTN, lalu menghilangkan nama bank yang lain. Sejauh yang terdengar, BTN-lah yang akan hilang. Ada yang mengatakan BTN bakal menjadi divisi saja dari salah satu bank BNI atau BRIyang akan menang dari perebutan ini (Kompas) 2) Jalan sekeliling telaga itu tampak baru saja diaspal. Kini pengunjung bias dengan

94

leluasa membawa mobil mengelilingi telaga tersebut. Meski sudah berdiri sejumlah rumah di sekitar telaga, secara umum kondisi lingkungan alamnya masih enak dinikmatiBeberapa onggok tumpukan batu kali dan tong-tong aspal masih berserakan di tepi jalan. Tanaman pinus tumbuh melambai-lambai menjulang ke langit. Pohonpohon besar dengan diameter sampai dua meter masaih berdiri tegar. Gesekan daundaun hutan ketika angin bertiup bagai konser simfoni yang indah Perlatihan 2: Kembangkanlah kalimatkalimat topik berikut ini menjadi paragraf-paragraf, dengan memperhatikan syara kesatuan. a) b) c) Persaingan iklan niaga di telda jarak baris disebut paragraf mengkhawairkan bagi konsumen. Kemunculan televisi swasta di Indonesia memacu pertumbuhan dunia hiburan di tanah air. Banjir di beberapa kota di Jakarta pada umumnya disebabkan oleh kebiasaan membuang sampah yang tidak pada tempatnya.

4.3 Kepaduan Paragraf dikatakan padu apabila kalimat yang satu dengan kalimat-kalimat yang lainnya secara logis dan secara gramatis berkaitan. Dengan begitu, pembaca akan dapat mengikuti maksud penulis setapak demi setapak dengan perpindahan dari satu kalimat ke kalimat berikutnya secara runtut, tanpa ada lompatan berpikir. Pada prinsipnya, untuk membangun kepaduan paragraf diperlukan perpindahan yang tepat, baik dari kalimat yang satu ke kalimat berikutnya maupun dari paragraf yang satu ke paragraf berikutnya. Ada beberapa sarana yang dapat digunakan untuk melakukan perpindahan secara tepat, yaitu di antaranya (1) kata-kata kunci atau sinonim, (2) kata ganti, dan (3) kata-kata transisi.

4.3.1 Kata-kata Kunci atau Sinonim Cara ini biasanya dilakukan dengan mengulang kata-kata yang dianggap penting atau menjadi pembicaraan; atau mengulang-ngulang sinonim dari kata kunci tersebut. Jika topik pembicaraannya tentang virus HIV, misalnya, beberapa sebutan lain untuk virus tersebut, seperti virus penyebab AIDS, virus kematian, atau virus yang sulit ditaklukkan dapat digunakan sebagai pembangun paragra [10] Omzet penjualan telepon genggam (handphone) di pasar gelap diperkirakan mencapai 370 juta dollar AS atau senilai RP 3,3 triliun per tahun. Perkiraan itu didasarkan pada perhitungan nilai impor telepon genggam resmi yang tercatat pada Badan Pusat Statistik dibandingkan perkiraan volume penjualan telepon genggam di pasar domestik. Sebagian besar telepon genggam di pasar diduga hasil impor ilegal (Kompas, 14 Februari 2005). Pada paragraf di atas, telepon genggam dianggap sebagai kata kunci. Oleh karena itu, unsur tersebut diulang pada setiap kalimat pada paragraf tersebut.

4.3.2 Kata Ganti

95

Suatu gejala universal bahwa dalam berbahasa, kata atau kelompok kata yang mengacu kepada manusia, benda, atau hal tidak akan digunakan berulang-ulang dalam sebuah konteks yang sama. Pengulangan kata yang sama tanpa tujuan yang jelas akan menimbulkan rasa yang kurang enak. Pengulangan hanya dilakukan jika kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan. Oleh sebab itu, untuk menghindarkan segi-segi yang negatif dari pengulangan itu, pemakai bahasa menggunakan kata ganti (Keraf, 1979: 77). Perhatikan kedua paragraf berikut ini. [11] Adi dan Boy adalah dua sahabat yang akrab. Setiap hari Adi dan Boy selalu kelihatan bersama-sama. Adilah yang selalu menjemput Boy ke sekolah karena rumah Adi lebih jauh letaknya daripada rumah Boy. Adi dan Boy juga selalu siap sedia menolong kawankawan Adi dan Boy bila kawan-kawan Adi dan Boy mengalami kesusahan. Guru Adi dan Boy merasa senang dan bangga melihat kelakuan Adi dan Boy yang demikian itu. Watak dan kelakuan Adi dan Boy aselalu dijadikan suri tauladan bagi murid-murid lainnya. Walaupun demikian, Adi dan Boy tidak pernah menjadi sombong atau angkuh karena pujian yang sering Adi dan Boy terima. (GK) [12] Lima menit kemudian, truk dengan tangga dan selang tiba di rumah sakit. Tangga diangkat ke atas jendela kamar Bopsy di lantai 3. Empat belas orang pemadam kebakaran laki-laki dan dua orang perempuan menaiki tangga itu, masuk ke kamar Bopsy. Dengan izin ibunya, mereka memeluknya, mendekapnya, dan membisikkan kepadanya betapa mereka mencintainya. (MK: 76) Dapat Anda bandingkan kedua paragraf di atas. Paragraf [11] tidak menggunakan kata ganti, sedangkan paragraf [12] menggunakannya. Paragraf yang manakah yang memiliki kepaduan antarkalimat-kalimatnya?

4.3.3 Kata Transisi Kata transisi di sini digunakan untuk menyebut kata sambung atau konjungsi, yang digunakan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam sebuah kalimat, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf, atau paragraf yang satu dengan paragraf yang lain dalam sebuah tulisan. Melalui sarana kata-kata transisi inilah penulis dapat memainkan argumen dan penalarannya. Dikatakan demikian karena pemakaian kata transisi tertentu akan menimbulkan pengertian tertentu pula meskipun kalimat-kalimat yang dirangkaikannya sama (Sugiyono, 1997: 19). Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Walaupun demikian, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Akan tetapi, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Sementara itu, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Selain itu, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Bahkan, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Sebaliknya, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Dengan perkataan lain, rumahnya sangat kotor.

96

Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Setelah itu, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Akibatnya, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Dengan demikian, rumahnya sangat kotor. Ia memelihara beberapa ekor ayam di rumahnya. Oleh sebab itu, rumahnya sangat kotor.

Walaupun banyak konjungsi yang dapat digunakan untuk merangkaikan kalimat-kalimat pada contoh di atas, harus disadari bahwa ada konjungsi-konjungsi tertentu yang tidak mungkin digunakan karena logika menolaknya.

5. Saling Pengaruh Antarkalimat Berhubungan dengan ketegasan dan kevariasian dalam menyusun kalimat, perlu kita perhatikan bahwa kalimat yang kita munculkan berkaitan dengan kalimat lain dalam menuju kepaduan dan kemantapan informasi yang kita sampaikan. Hal ini akan memengaruhi tingkat keterbacaan wacana. Jika ketegasan dan kevariasian terbina dengan baik, pembaca akan mudah menangkap dan memahami segala sesuatu yang diinformasikan dalam rangkaian kalimat. Oleh karena itu, kemesraan hubungan antarkalimat patut selalu diperhatikan sebab kalimat pertama yang kita munculkan akan memengaruhi kalimat kedua, begitu pula kalimat kedua akan memengaruhi kalimat ketiga, dan seterusnya. Kalimat kedua muncul berdasarkan kalimat pertama. Oleh karena itu, kita harus mengetahui gagasan pokok yang ada dalam kalimat pertama dan apa yang akan diinformasikan selanjutnya. Gagasan pokok bisa terletak pada awal kalimat, bisa juga di tengah, atau pada akhir kalimat. Untuk ketegasan dan kevariasian, dalam bahasa Indonesia gagasan pokok umumnya diletakkan pada bagian awal kalimat. Perhatikan contoh berikut. (1) Saya diam di rumah itu. (2) Saya hendak menjual rumah itu. Jika kedua kalimat itu disusun dalam suatu paragraf dengan urutan seperti itu, kalimat (2) akan berubah karena gagasan pokok menjual rumah dipengaruhi oleh gagasan pokok diam di rumah pada kalimat (1). Dengan perkataan lain, kalimat (1) dan kalimat (2) membicarakan rumah, maka perubahan kalimat (2) menjadi demikian: (2a) Rumah itu hendak saya jual. Contoh lain: (3) Ia masih sakit. (4) Kemarin saya telah membawanya ke dokter. Perubahannya adalah (4a) Kemarin ia telah saya bawa ke dokter. Perubahan dari (2) menjadi (2a) dan (4) menjadi (4a) akibat pendekatan posisi unsur-unsur/gagasan yang sama dan berhubungan. Dengan demikian, kalimat (6) Ia sedang

97

membeli buku itu yang muncul setelah kalimat (5) Ia bertemu dengan saya di Toko Buku Gramedia tadi tidak perlu berubah karena unsur yang sama, ia, pada kedua kalimat itu sama-sama terletak pada bagian awal. (7) Dipa memberikan barang itu kepada Lutfi. (8) Lutfi menyimpan barang itu di rumahnya. Dalam kedua kalimat di atas ada dua hal yang sama, yakni Lutfi dan barang itu, maka perubahan (8) menjadi (8a) Oleh Lutfi, barang itu disimpan di rumahnya. (8b) Barang itu, oleh Lutfi disimpan di rumahnya. (8c) Barang itu disimpan di rumahnya oleh Lutfi. Pada (8a) tampak ketegasan karena pada (8) yang menerima barang itu adalah Lutfi. Selain itu, kevariasian antara (8) dan (8a) juga terbina karena pada kalimat (8) yang muncul bentuk aktif memberikan dan pada (8a) yang muncul bentuk pasif disimpan. Agak berbeda halnya jika yang muncul (8b) atau (8c) karena penegasan terjadi pada barang itu. Untuk membuktikan adanya pangaruh kalimat awal kepada kalimat selanjutnya, kita perhatikan paragraf berikut. (1) Kalimantan Tengah bisa dikatakan propinsi sejuta sungai saking banyaknya sungai besar-kecil dan luasnya rawa-rawa. (2) Sungai merupakan urat nadi perhubungan. (3) Dalam kondisi alam yang sangat keras ini, pengembangan lahan gambut satu juta hektar di Kalteng memang harus dilakukan oleh kontraktor yang berpengalaman menangani lahan gambut. (4) Seperti yang dikatakan Wakil Presiden, kawasan pengembangan lahan gambut satu juta hektar harus berada dalam satu pola tata air. (5) Ini merupakan proyek pertama dengan sistem utama berupa pembangunan saluran primer dan sekunder. (6) Penanganannya harus ekstrahati-hati karena jika terjadi kerusakan sangat sulit dipulihkan. Kemesraan hubungan antarkalimat dalam paragraf di atas diperlihatkan dengan dua macam cara, yakni secara eksplisit seperti hubungan (2) pada (1) dengan mengawali kalimat dengan kata sungai; dan kedua secara implisit sebagaimana halnya hubungan (3) pada (2). Banyaknya sungai dan rawa memberikan referensi atau konotasi sulit dan keras kepada kita. Kalimat (3) dimulai dengan mengemukakan referensi tersebut. Agak berbeda dengan itu, hubungan (4) pada (3) kurang tegas karena kalimat (4) tidak disertai penegasan gagasan; yang menjadi pokok pembicaraan bukan Wakil Presiden, melainkan kawasan sebagaimana (1), (2), dan (3). Jadi, untuk memesrakan hubungan tersebut, kalimat (4) harus dimulai dengan kata kawasan, sedangkan keterangannya Seperti yang dikatakan Wakil Presiden ditempatkan pada posisi akhir kalimat. Hubungan (5) dengan (4) dan (6) dengan (5) tampak mesra karena menggunakan kata transisi ini pada awal kalimat (5) dan -nya pada kalimat (6). Dengan memperhatikan contoh analisis, tampak pada kita bahwa paragraf di atas kurang baik karena memiliki kalimat yang takmesra berhubungan dengan kalimat lain. Agar tidak

98

membuat paragraf seperti itu, kita perlu memperhatikan pemakaian tiga macam ungkapan pemesra hubungan antarkalimat, yaitu kata transisi, kata ganti, dan kata kunci (pengulangan kata yang dipentingkan):

6. Saling Pengaruh Antarparagraf Paragraf yang baik adalah paragraf yang dibangun dengan kalimat baik dan benar. Karena itu, setiap kalimat harus memiliki hubungan yang mesra. Kemesraan kalimat bisa menciptakan kemesraan dan keeratan hubungan antarparagraf. Hubungan antarparagraf bisa dibangun dengan hubungan antargagasan utama. Sama halnya dengan saling pengaruh antarkalimat, paragraf pertama (baca: pembuka) memengaruhi paragraf lanjutan (baca: pengembang), dan paragraf lanjutan memengaruhi paragraf simpulan (baca: penutup). Ketiga macam paragraf ini bisa dikembangkan dengan berbagai cara seperti deduktif-induktif atau induktif-deduktif yang umum digunakan dalam karya ilmiah yang meletakkan kalimat utama pada bagian awal paragraf atau sebaliknya yang meletakkan kalimat utamanya pada bagian akhir paragraf. Cara lain pengembangan paragraf (lebih tepat lagi pengembangan gagasan utama menjadi paragraf) berdasarkan tekniknya, yaitu penampilan contoh, fakta, dan alasan, serta penceritaan. Cara lainnya lagi, pengembangan paragraf dilakukan secara deskriptif, ekspositoris, argumentatif, dan naratif. Kita perhatikan hubungan antarparagraf di bawah ini. Perhatikan pula kata-kata yang dicetak tebal. Lalu, kemukakan pendapat Anda tentang paragraf tersebut.

Semakin kompleknya penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan pembangunan dalam mewujudkan tujuan nasional yang setiap tahun pembangunan pada dasarnya selalu sama, yaitu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat dan meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya yang berlandaskan pada Pandangan Hidup Bangsa Indonesia yakni Pancasila. Sehingga peningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat yang adil dan merata yang ingin diusahakan melalui pembangunan itu, hanya dapat dicapai jika ada peningkatan kemampuan ekonomi, yang harus dihasilkan oleh usaha pembangunan dari tahun ke tahun ikut pula meningkat. Karena itu pengelola keuangan negara sebagai sub sistem administrasi negara menjadi hal yang amat penting. Administrasi keuangan terdiri dari serangkaian langkah-langkah dimana dana-dana disediakan bagi lembaga-lembaga pemerintah tertentu dibawah prosedur-prosedur yang akan menjamin sah dan berdaya gunanya pemakaian dana-dana itu. Bagian utama yaitu meyusun anggaran belanja, pembukaan, pemeriksaan pembukuan, pembelian dan persediaan. Anggaran adalah perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang harus berimbang dan dinamis untuk setiap tahun anggaran sesuai dengan asas Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dalam APBN, dana untuk membiayai pembangunan berasal dari tabungan pemerintah dan penerimaan pembangunan berupa bantuan luar negeri. Tabungan pemerintah itu berasal dari penerimaan dalam negeri dikurangi dengan pengeluaran rutin.

7. Pelatihan

99

Kembangkanlah gagasan-gagasan utama berikut menjadi paragraf yang baik! 1. Bencana alam sebagai peringatan bagi manusia 2. Pengelolaan aset perusahaan perlu dikaji ulang 3. Penegakan hukum perlu dirintis dan dikembangkan 4. Bahasa Indonesia berperan penting dalam pengembangan ilmu pengatahuan dan teknologi 5. Bantuan dana dari luar negeri masih diperlukan. 8. Rangkuman Paragraf dibangun untuk memudahkan pembaca memahami gagasan yang dikemukakan secara tertulis. Setiap paragraf hanya berisi satu gagasan utama yang didukung lebih oleh beberapa gagasan penjelas. Sebuah paragraf dibangun oleh kalimat utama yang memengaruhi kemunculan kalimat penjelas. Karena itu, hubungan antarkalimat harus jelas dan tegas. Karena itu pula, paragraf pertama memengaruhi paragraf selanjutnya karena ada saling pengaruh antarparagraf.

9. Tes Formatif 1. Ubahlah teks di bawah ini menjadi dua paragraf dengan memperhatikan pemakaian ejaan, diksi, dan kalimat! Berbahagialah orang-orang yang suka melakukan olah raga lari secara teratur. Sebuah penelitian yang dilansir British Medical journal seseorang yang secara teratur melakukan olahraga lari akan hidup lebih lama dibanding orang yang tak pernah melakukan joging sama sekali. Dimana penelitian itu memakan waktu lebih dari 5 tahun dilakukan oleh Copenhagen City Heart Study. Tidak kurang dari 4658 responden yang memberikan yang mana mereka memberikan jawaban. Usia mereka antara 2079 tahun dan takpernah terserang penyakit jantung. Sebanyak 217 orang mengakui lakukan olah raga lari secara teratur dimana selama 5 tahun itu mereka dicheque kesehatannya 2 kali. Kesimpulan yang diambil Dr. Peter Schnohr dari Copenhagen Cuty Heart Study secara tegas menyebutkan ada hubungan yang signifikansi antara melakukan latihan olah raga joging dengan panjang umur. Orang yang tidak melakukan lari secara teratur lebih cepat meninggal dibanding orang yang melakukan lari joging secara teratur.

2. Susun seperangkat kalimat di bawah ini menjadi paragraf yang baik! 1) Tempat tinggal perlu memenuhi syarat kesehatan, ketenangan, dan penerangan. 2) Dari segi penerangan, tempat tinggal harus cukup terang agar dapat tidak melelahkan mata dan otak. 3) Harus terdapat peredaran udara yang langsung berhubungan dengan udara bersih di luar.

100

4) Dari segi ketenangan, tempat tinggal harus bebas dari keramaian sebab tempat tinggal yang ramai akan mengacaukan konsentrasi belajar. 5) Dari segi kesehatan, tempat tinggal harus bebas dari udara lembap dan bau busuk.

101

Kegiatan Belajar XIV

Korespondensi

1. Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia 1.1 Format atau Bentuk Surat Yang dimaksud dengan format atau bentuk surat ialah pola surat menurut susunan bentuk letak bagian surat. Sebagaimana kita ketahui, setiap bagian surat memiliki peran yang sangat penting sebagai petunjuk pengelolaan surat. Yang tergolong pada format surat, di antaranya, adalah tanggal, nomor, salam pembuka, salam penutup, dan tembusan. Di dalam pola umum surat-menyurat dikenal enam macam format surat, yaitu sebagai berikut: (1) format lurus penuh (full block style) (2) format lurus (full block) (3) format semilurus (semiblock style) (4) format tekuk (indented style) (5) format resmi Indonesia lama (6) format resmi Indonesia baru

102

Format lurus penuh -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Format lurus

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

103

Format semilurus

Format tekuk

--------------------------------------------

---

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

104

Format resmi Indonesia lama ------------- -------------- : ---------- : ---------- : --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------(-----------------)

Format resmi Indonesia baru ----------------- : ---------- : ---------- : -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------------------

Kepala Surat 15 Januari 2005

105

Nomor : Lampiran : Perihal : . Yth. Intan Cemerlang Bunganegara Jalan Jenderal Ahmad Yani 645 Bandung 40282 Salam pembuka, Isi surat (tubuh surat) .... Salam penutup,

Nama pengirim Tembusan Inisial pengetik/pengonsep surat

Jabatan

1.2 Bagian-Bagian Surat Bagian surat resmi terdiri atas kepala surat, tanggal, nomor, lampiran, hal atau perihal, alamat tujuan, salam pembuka, isi surat, salam penutup, pengirim surat, tembusan, dan inisial. a. Kepala Surat Penulisan kepala surat harus lengkap, yaitu nama instansi, alamat domisili, kode pos, (kalau ada ditambah nomor telepon, kotak pos, alamat kawat, faksimili, e-mail, dan website), lambang atau logo. Kita perhatikan contoh berikut:

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jalan Daksinapati Barat IV/5, Rawamangun Jakarta 13220 Kotak Pos: 2625 Telepon: (021) 4896558, 4894564, 4894584

Catatan: Anda perhatikan bahwa di dalam kepala surat takada singkatan karena memang takboleh.

106

b. Tanggal Penulisan tanggal surat (titi mangsa, Sunda) harus lengkap (lihat contoh). Bila titi mangsa diletakkan pada bagian atas kanan, nama kota takperlu dicantumkan. Namun, bila diletakkan di bagian bawah kanan, nama kota harus dicantumkan. c. Nomor, Lampuran, dan Hal Penulisan nomor, lampiran, dan hal atau perihal diawali dengan huruf kapital dan diikuti tanda titik dua. Penulisan ketiga bagian surat ini boleh disingkat asal taat asas untuk ketiganya, jangan salah satu saja yang disingkat. Perhatikan contoh berikut: Nomor : 110/U/Pan/2005 Lampiran : Satu berkas Hal: Permintaan Tenaga Keamanan atau No. Lamp. : 110/U/Pan/2005 : Satu berkas

Hal: Permintaan Tenaga Keamanan Catatan: Pada bagian ini ada juga yang mencantumkan sifat di bawah hal atau perihal seperti di lingkungan militer. Contoh: Sifat Sifat Sifat d. Alamat Surat Penulisan alamat surat dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, alamat surat ditulis sebelah kanan atas (di bawah penulisan tanggal). Kedua, alamat itu ditulis sebelah kiri atas (di bawah bagian hal atau sebelum salam pembuka). Kata kepada, baik dalam surat maupun pada sampulnya takperlu dicantumkan (lihat contoh di atas) karena logikanya pengirim berhadapan langsung (diwakili surat) dengan penerima. e. Salam Pembuka Salam pembuka merupakan awal dalam berkomunikasi antara penulis surat dengan penerimanya. Di dalam penulisan salam pembuka, kata pertama diawali dengan huruf kapital, sedangkan kata kedua atau ketiga ditulis dengan huruf kecdil saja, kecuali nama diri. Selanjutnya, salam pembuka ini diakhiri dengan tanda koma, bukan dengan tanda titik. Alasannya karena salam pembuka bukan kalimat dan pemakaian tanda koma hanya untuk penanda bahwa itu merupakan salam pembuka. Perhatikan contoh salam pembuka berikut: Dengan hormat, Salam sejahtera, Saudara Annisa yang terhormat, : Rahasia : Segera : Sangat Rahasia

107

Salam perjuangan, f. Isi Surat Isi surat adalah segala sesuatu yang dikomunikasikan pengirim kepada penerima. Sesuatu itu bisa berupa ajakan, tawaran, tolakan, perintah, jawaban, tanyaan, atau yang lain. g. Salam Penutup Salam penutup merupakan pengakhir komunikasi pengirim dan penerima surat. Penulisannya sama dengan salam pembuka, yaitu diakhiri dengan tanda koma. Kita lihat contoh berikut: Hormat saya, Salam takzim, Hormat kami, Wassalam, h. Nama Pengirim Penulisan nama pengirim surat ditempatkan di bawah salam penutup yang disertai tanda tangan dan cap sebagai tanda keabsahan surat dinas. Kini tanda kurung tidak diperlukan mengapit nama pengirim. i. Tembusan Dalam penulisan tembusan, kita takperlu lagi mencantumkan Yang terhormat atau disingkat menjadi Yth. karena yang ditembusi tidak kita tuju, tetapi hanya untuk mengetahui adanya surat. Yang juga takperlu dicantumkan adalah kata arsip atau pertinggal karena bagian pengarsipan pun tidak ditembusi sebab memang tugasnya mengarsipkan surat. Kita lihat contoh berikut: Tembusan: 1. Manajer Pemasaran 2. Kepala Bagian Gudang 3. Seluruh staf Bagian Pemasaran

j. Inisial Penempatan inisial atau sandi berada paling bawah sebelah kiri, yaitu di bawah tembusan bila ada. Inisial diperlukan untuk mengetahui siapa yang mengonsep atau mengetik surat. Contoh berikut kita perhatikan: AH/ds Inisial itu dapat dibaca bahwa AH adalah singkatan nama pengonsep, sedangkan ds (dengan huruf kecil) merupakan nama pengetik. 1.3 Bahasa Surat

108

Pada dasarnya bahasa yang dipakai dalam surat sama saja dengan bahasa yang dipakai dalam komunikasi lain. Semua komunikasi senantiasa bergantung pada siapa komunikan dan komunikator, situasi, tujuan, tempat, sifat. Namun, ada bahasa yang khas digunakan dalam surat seperti salam pembuka dan penutup. Selain itu, ada juga bagian isi yang khas surat. Kita cermati contoh berikut: Bersama dengan ini kami lampirkan satu berkas Daftar Calon Pegawai Atas perhatian dan kerja sama yang baik, kami mengucapkan/menyampaikan terima kasih. 2. Perlatihan 1. Buatlah surat yang menyatakan Anda tidak bisa mengikuti perkuliahan hari ini. 2. Buatlah surat undangan tentang acara pengumpulan dana untuk korban bencana alam. 3. Buatlah surat pemberitahuan tentang mutasi jabatan di suatu kantor. 4. Buatlah surat penawaran kerja sama untuk mendukung suatu acara. 5. Buatlah surat kesediaan menjadi donatur perbaikan gedung sekolah.

3. Tes Formatif 1. Jelaskan enam format surat! 2. Jelaskan sepuluh bagian surat! 3. Buatlah sebuah kepala surat 4. Kemukakan kekhasan bahasa surat! 5. Mengapa kata kepada tidak diperlukan dalam sampul surat dan alamat yang dituju? 6. Mengapa kata arsip atau pertinggal tidak diperlukan dalam tembusan? 7. Apa maksud pemakaian bersama dengan dalam surat? 8. Jika tidak ada yang dilampirkan, perlukah menuliskan kata lampiran pada bagian surat? Mengapa? 9. Mengapa salam pembuka dan salam penutup tidak diakhiri tanda titik? 10. Apa perlunya mencantumkan inisial pada surat resmi?

109

Kegiatan Belajar XV

Penulisan Karya Ilmiah


1. Etika Penulisan Dalam etika menulis, terdapat dua prinsip yang sangat mendasar, yaitu prinsip penghormatan (atau kehormatan) dan prinsip pengakuan. Prinsip penghormatan ini mengandung tuntutan moral bahwa kalau kita menulis karya ilmiah, di dalam batin kita harus timbul suatu keinginan atau sikap untuk menghormati orang lain, yaitu menghormati pembaca dan menghormati hak-hak orang lain. Seperti telah disebutkan, suatu prinsip moral mengandung tuntutan bahwa sikap batin itu dapat terwujud dalam tindakan nyata. Dari sinilah kita akan masuk ke dalam masalah prinsip-prinsip penata. Prinsip penata adalah prinsip-prinsip yang menata, menuntun, atau mengatur para pelaku bagaimana seharusnya berkelakuan. Jadi, dalam hal tulis-menulis, mengatur para penulis bagaimana seharusnya menulis. Prinsip pengakuan mengandung tuntutan bahwa kita harus memiliki sifat bersedia mengakui gagasan yang sudah tertuang dalam suatu publikasi adalah milik si penulis. Hal ini berimplikasi terhadap prinsip penata dan aspek teknisnya. Untuk dapat mewujudkan dasar moral ini menjadi tindakan nyata maka masyarakat memaksakan suatu norma yang wajib dipatuhi, yaitu asas pengutipan. Prinsip pengutipan adalah asas yang mengatur bagaimana caranya mewujudkan dasar moral bahwa kita mengakui sekaligus menghormati gagasan milik orang lain (Wiradi, 1996: 11 18). 1.2 Teknik Pengutipan 1.2.1 Kutipan Langsung Kutipan langsung (KL) adalah kutipan yang dilakukan dengan mengangkat kata, katakata, frase, kalimat atau paragraf (sebagian atau seluruhnya), secara tepat sama seperti yang tertulis dalam teks aslinya ke dalam teks karya sendiri. Tujuan KL ada dua, pertama, memeperkenalkan sesuatu yang baru. Dapat berupa istilah baru, konsep baru, gagasan baru, dan sebagainya. Dikarenakan bersifat baru, agar tidak disalahtafsirkan, aslinya dikutip langsung. Kedua, memberi tekanan (untuk diberi perhatian) pada suatu yang khas dari urang lain. Walaupun bukan hal yang baru, kalau mengandung cirri khas, kekhasan tersebut diperkenalkan sesuai dengan aslinya (Wiradi, 1996: 2528). Tata cara mengutip langsung mencakup syarat-syarat sebagai berikut. 1. Sumbernya harus disebutkan (dengan cara yang dibenarkan) 2. Prinsipnya, apa saja yang dikutip, harus tepat sama dengan teks aslinya, termasuk

110

segenap tanda bacanya. 3. Apabila ada yang dihilangkan misalnya kata atau anak kalimat, harus diberi tanda selang () 4. Apabila ada yang diganti atau ada kosakata sendiri yang ditambahkan, harus diberi tanda (cetak miring, garis bawah, dll.), untuk membedakan mana yang asli dan mana yang tambahan atau pengganti dan harus diberi catatan mengenai tanda itu. Catatannya bisa berupa catatan kaki, atau dengan cara lain. Contoh: ketika (si A, 1978:32. Garis bawah dari penulis-GWR). Contoh di atas menandakan bahwa kata ketika adalah asli, tetapi dalam teks aslinya tidak digarisbawahi. Apabila kata ketika merupakan tambahan daru kita sendiri maka bunyi catatan menjadi sedikit berbeda ketika(si A, 1978:32. Kata yang diberi garis bawah, dari penulisGWR). 5. Apabila dalam teks asli ada kata atau kata-kata yang kita yakini salah, tetapi kita ingin mengutip sesuai dengan aslinya, maka tepat di belakang kata tersebut harus diberi tanda kurung (persegi). Di dalamnya dimuat keterangan kata sic! Contoh: Prinsip penata menyangkut masalah nona-nona [sic!] yang mengatur kelakuan manusiadst (si A 19 halaman)

Pada contoh tersebut dengan melihat konteksnya, kita yakin bahwa kata nonanona itu tentu salah dan kita duga yang dimaksud adalah norma-norma. Namun, untuk tidak menutup kemungkinan bahwa dugaan itu pun salah, kata tersebut kita biarkan sesuai dengan aslinya. Tanda [sic!] lebih efisien daripada catatan kaki yang panjang, untuk menerangkan dan menekankan bahwa kata itu salah. Namun, , sekalipun sudah dipakai ntanda tersebut, kalau masih diperlukan penjelasan harus disertai cartatan kaki. 6. Apabila sesuatu itu sudah menjadi kutipan orang lain maka tidak dibenarkan mengutipnya begitu saja seolah-olah kita memang membaca sendiri sumber aslinya. Kita garus memperlakukan karya terakhir yang memang kita baca itulah sebagai sumber acuan, tapi tetap mencantumkan nama pemilik gagasan asli.

111

Contoh: (si A 1970, seperti dikutip si B 1984:15) Jadi, secara jujur kita harus mengakui bahwa yang dibaca adalah karya si B, 1984, sekaligus juga mengakui bahwa gagasan yang kita pinjam adalah milik si A. 1.2.2 Kutipan Taklangsung Biasanya KTL menyajikan gagasan orang lain dengan cara menyatakan kembali gagasan tersebut dalam kalimat-kalimat yang dirumuskan sendiri. Sumber kutipan tetap disebutkan, tetapi tidak usah menggunakan tanda kutip bagi isi kutipan tersebut. Terdapat tiga jenis kitipan tidak langsung, yaitu: 1) Menyajikan gagasan atau argumentasi orang lain secara utuh, sekalipun itu terdiri dari alinea panjang, dengan maksud agar komponen, butir-butir pokok, struktur, dan alur pikiran asli tidak ada yang hilang. Sementara bila menggunakan KL, dianggap mengganggu kelancaran teks. Jadi, di sini masalah keutuhan, kelengkapan, dan alur gagasan menjadi tekanan. Sebut saja jenis ini KTL utuh. 2) Memotong-motong gagasan asli, yaitu hanya mengambil butir-butir pokok yang dianggap penting, dirangkai mengikuti alur asli. Butir-butir pokok yang dipinjam tetap harus dinyatakan dengan rumusan sendiri. Alur asli dipertahankan, tapi keutuhan dan kelengkapannya diabaikan. Tujuannya, menghindari KTL yang panjang. Sebut saja jenis ini dengan KTL potongan. 3) Menyadur. Ini semacam meringkas, tetapi di sini dengan sadar orang memasukkan atau mengintegrasikan pikiran sendiri. Jadi, isi gagasan yang dikutip sudah tidak murni lagi karena telah dirangkai melalui alur dan rumusan kalimat yang berbeda. Walaupun demikian, menyadur masih tetap dianggap sebagai kutipan. Dengan demikian, tetap harus dicantumkan sumbernya. Sebut saja jenis ini KTL saduran (op.cit. 2830). 1.2.3 Membuat Parafrase Pertama-tama perlu dipahami dulu pengertian berikut ini. Merumuskan kembali pernyataan orang lain dengan kalimat sendiri disebut membuat parafrase. Ternyata, membuat parafrase itu tidak sederhana. Pembuatan parafrase justru menuntut keterampilan berbahasa yang sangat luar biasa dan ketekunan serta kesabaran yang sangat luar biasa pula. Terdapat dua syarat yang harus dipenuhi ketika akan menyusun parafrase, yaitu: Pertama, harus mengikuti alur pikiran si penulis asli dari sumber yang kita baca: kalimat demi kalimat, ide demi ide, tetapi dengan kata-kata dan kalimat kita sendiri. Ide sekecil apa pun harus tercermin, takboleh hilang. Apabila ternyata alurnya terjungkir balik dengan yang asli, bukanlah parafrase. Demikian juga bila hanya mengganti kata-katanya dengan sinonimnya, tetapi susunan kalimatnya masih sama, itu juga bukan parafrase. Kedua, kalau karena satu

112

dan lain hal kita terpaksa takterelakkan menggunakan kata atau frase dari sumber aslinya maka kata atau frase tersebut harus diberi tanda kutip. Implikasinya, jika hanya sekadar memindahkan kata-kata atau frase asli agar kelihatan seperti struktur kalimat baru rumusan sendiri, tetapi kata-kata dan frase asli tersebut tidak diberi tanda kutip, maka hal ini masih tetap dianggap plagiat. Jadi, dengan demikian dapat dikatakan bahwa parafrase itu dianggap benar apabila alurnya asli, tetapi kata-kata dan susunan kalimatnya berbeda (op.cit. 30).

2. Tata Cara Pengutipan dan Penulisan Kepustakaan di Universitas Padjadjaran 2.1 Tata Cara Penulisan Kutipan 1. Kutipan langsung (bisa dalam bahasa aslinya atau terjemahannya), yang terdiri atas tidak lebih dari tiga baris, dapat dimasukkan ke dalam teks dengan jarak tetap dua spasi, diikuti dengan nama penulis, tahun,dan halaman) 2. Kutipan langsung (bisa dalam bahasa aslinya atau terjemahannya), yang terdiri atas empat baris atau lebih , diketik terpisah dari teks, dengan jarak satu spasi dan menjorok masuk lima ketukan dari marjin kiri teks, diikuti nama penulis, tahun, dan halaman. 3. Jarak antarbaris teks dengan kutipan langsung tersebut pada butir (2) di atas, dan jarak antara baris kutipan langsung itu dengan baris awal teks berikutnya adalah dua spasi. 4. Penggunaan gagasan atau pemikiran seorang penulis buku, artikel, dan sebagainya, walaupun disusun dengan menggunakan kata-kata sendiri, harus mencantumkan namanya (apabila perlu, dapat pula dicantumkan judul karya tulisnya) dan tahun buku/artikel itu ditulis, sesuai dengan kebiasaan penulis pada setiap disiplin ilmu). 5. Beberapa program studi tidak memperbolehkan dilakukannya pengutipan secara langsung maupun penggunaan catatan kaki (foot note) Contoh kutipan: ..tingkah laku agresif yang secara potensial berbahaya atau merugikan, yang dilakukan untuk tujuan yang dianggap layak oleh kebudayaan (Sears dkk., 1965 : 113), dalam kendali orang lain (Sears dkk., 1965 : 112). Secara singkat , agresi atau Gefland dan Hartmann mengemukakan: Berdasarkan orientasi belajar sosial, keduanya menyangsikan definisi definisi altrulisme yang tidak memasukkan kemungkinan penguatan (reinforcement) dari luar, dan mereka menyarankan untuk menghapus ciri-ciri yang tidak dapat diobservasi (dalam Eisenberg, 1982 : 168). atau

113

Meskipun definisi dan pengertian yang berbeda beda, kebanyakan ahli sepakat bahwa tingkah laku altruitis pada manusia adalah tindakan sukarela dengan tujuan untuk kepentingan orang lain, dan lebih merupakan tujuan tingkah laku itu sendiri daripada alat untuk mendapatkan ganjaran dari luar (Bartal, 1976; Mussen dan Eisenberg Berg, 1977; Staub, 1979). 2.2 Tata Cara Penulisan Kepustakaan dan Daftar Pustaka Pencantuman kepustakaan harus benar-benar sempurna karena daftar pustaka merupakan tanggung jawab sepenuhmya penulis makalah, tugas akhir, atau skripsi. Daftar pustaka yang baik harus: Memuat semua pustaka yang (hanya) digunakan di dalam manuskrip/naskah karya ilmiah Ditulis dengan lengkap dan berurutan alfabetis sehingga pembaca yang ingin menelusuri pustaka aslinya akan dapat melakukannya dengan mudah; Mencantumkan hanya pustaka yang telah diterbitkan; Menggunakan sistem penulisan nama penulis artikel yang berlaku internasional (nama belakang sebagai entry), terlepas apakah nama penulis artikel merupakan nama marga atau bukan. Secara umum pengetikan buku, jurnal, dan artikel yang digunakan sebagai bahan referensi, dilakukan seperti di bawah ini: a. Jarak antarspasi yang digunakan untuk pengetikan daftar pustaka adalah satu spasi. b. Baris kedua tiap buku (jurnal, artikel lain) referensi diketik menjorok ke dalam lima ketukan.mesin tik atau 1 tab dengan keyboard komputer. c. Urutan pengetikan adalah sebagai berikut. Nama penulis, baik penulis Indonesia maupun bukan Indonesia, dimulai dengan nama belakang (diketik lengkap), diikuti nama depan (diketik singkatannya), diakhiri dengan tanda (.); - Tahun terbit, diakhiri dengan tanda titik (.); - Judul buku, semua huruf awalnya kapital kecuali kata sambung atau kata depan ditulis dengan huruf kecil, sedangkan judul artikel dari jurnal hanya huruf awal kata pertama dan nama diri saja yang dimulai dengan huruf kapital. Beberapa bidang ilmu mengharuskan judul untuk dicetak miring atau diberi garis bawah, tetapi ada juga yang tidak menganut penulisan miring atau penggarisbawahan. Penulisan diakhiri dengan tanda titik(.).

114

- Kota tempat penerbit atau negara bagian tempat penerbit (yang dengan kota tempat penerbit), diakhiri dengan tanda titik dua (:};dan - Nama penerbit, diakhiri dengan tanda titik (.).

didahului

Masing-masing dengan jarak dua ketukan, kecuali kota tempat penerbit berjarak satu ketukan. d. Apabila dua referensi atau lebih digunakan, sedangkan nama penulisnya )atau penulis-penulis) sama, nama penulis pada referensi kedua (dan selanjutnya) tidak ditulis lagi,. nama penulis diganti dengan garis bawah sebanyak tujuh ketukan. e. penulisan dua referensi yang nama penulis dan tahunnya sama, digunakan penanda a, b, c, dan seterusnya. Contoh: Rasyid, Abdul. 1999a. Sufi dan Perkembangannya Masa Kini. Bandung: Bintang Grafika ___________. 1999b. Bagaimana Anda Menjadi Sufi yang Baik? Bandung: Bintang Grafika Contoh penulisan pustaka di dalam teks: Dua penulis : Rasyid dan Rahman (2002) atau ( Rasyid dan Rahman, 2002); Tiga penulis atau lebih : Aldrich, et al. (1997) atau (Aldrich, et al., 1997).

Gunakan et al, untuk pustaka berbahasa asing dan gunakan dkk., untuk pustaka berbahasa Indonesia. Untuk penulis dua author pengarang gunakan kata and, jika pustakanya berbahasa asing (agar pembaca tahu bahwa kepustakaan tersebut berbahasa asing) dan jika berbahasa Indonesia, gunakan kata dan) Contoh penulisan Daftar Pustaka : - Buku : Judul buku semua huruf awalnya kapital kecuali kata depan, kata tugas, dan kata penghubung. Contoh: Widagdo, K.S.2004. Sistem Pemerintahan di Indonesia pada Era Reformasi. Bandung: Grafika Utama Jaya - Bab dari satu buku/artikel.

Contoh: Yahya, A.2005. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Marjinal hlm. 124 dalam Pembangunan Mikro Ekonomi Masyarakat. Bandung: Pustaka Aghnia Artikel jurnal/majalah: Penyingkatan nama jurnal mengikuti anjuran dari jurnal yang disitir.

115

Contoh: Wahyuningtyas, S. 2002. Sifat-sifat Genetik Tanaman Jagung (Zea mays) asal Sumatera Barat.J. Agrikultura 12: 54---60. Pustaka yang diakses dari internet a. Versi Elektronik Contoh: Delate, K.C.A. Cambardella, and D.I. Karlen. 2002. Transition Strategies for post-CRP Certified Organic Grain Production. (Online). Crop Management doi: 10:1094/CM -20020828-01-RS. Available at: http://www.cropmanagementnetwork.org. (diakses 15 Januari 2003). b. Dari CD-Rom Contoh: Agronomy Journal, Volumes 1722, 19251930 [CD-ROM computer file]. ASA Madison, WI and Natl. Agric.Libr. Madison, WI (Nov.1994)

3. Teknik Pengetikan 3.1 Bahan yang Digunakan 1. Kertas yang digunakan untuk mengetik, misalnya, skripsi adalah kertas HVS 80 gram ukuran kuarto (21,5 cm x 28 cm) warna putih. 2. Untuk sampul luar (kulit luar) ditetapkan sampul keras (hard cover). Bahan yang digunakan adalah karton buffalo atau linen, dengan warna dasar sesuai dengan warna yang ditetapkan oleh fakultas masing-masing. 3. Tiap bab diberi pembatas dengan kertas dorslag (doorslag), dengan warna kuning muda. 3.2 Lay-out (tata letak) Tata letak kertas, untuk pengetikan naskah skripsi dengan mesin tik manual, mesin tik listrik, atau dengan menggunakan word processor (komputer) adalah sebagai berikut. - Marjin atas - Marjin kiri - Marjin bawah - Marjin kanan : 3 cm dari tepi kertas : 4 cm dari tepi kertas : 3 cm dari tepi kertas : 3 cm dari tepi kertas

3.3 Cara Pengetikan 1. Pengetikan hanya dilakukan pada satu muka kertas, tidak bolak-balik. 2. Pengetikan dapat dilakukan dengan mesin tik manual, mesin tik elektronik, atau komputer.

116

3. Jenis huruf yang digunakan adalah jenis huruf standar, yaitu Times New Roman, Arial, Arial Narrow, Book Antiqua, Tahoma, atau Courier New. 4. Ukuran huruf yang digunakan harus standar, yaitu pica untuk mesin tik, atau ukuran 12 untuk komputer. 5. Pita atau tinta pada komputer, yang digunakan berwarna hitam. 6. Apabila menggunakan komputer, pencetakannya harus dengan kualitas yang baik (letter quality atau near letter quality) 7. Perbanyakan hasil ketikan, atau print out komputer, dilakukan dengan fotokopi sejumlah yang ditetapkan fakultas masing-masing. Bahan yang digunakan adalah fotokopi ukuran kuarto.

4. Pelatihan Buatlah karya ilmiah yang bertemakan bahasa Indonesia sebagai sarana pencerdas bangsa. Isi karya ilmiah disesuaikan dengan ilmu yang ditekuni di jurusan atau fakultas masing-masing.

XVI. Ujian Akhir Semester

117

DAFTAR PUSTAKA

Achadiah, M.K. Sabarti, 1993. Pengembangan Kemampuan Bernalar Kreativitas, dan Budaya Tulis melalui Jalur Pendidikan dalam Rangka Peningkatan Sumber Daya Manusia, Kongres Bahasa Indonesia VI, Jakarta. Achadiah, Sabarti dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Alwi, Hasan serta Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton M. Moeliono, 1993, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Depdikbud/Balai Pustaka. Alwi, Hasan, 1993, Bahasa Indonesia Menjelang Tahun 2000, Kongres Bahasa Indonesia VI, Jakarta. Anwar, Rosihan, 1979. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, Jakarta: Pradnya Paramita. Arifin, Zaenal dan Amran Tasai, 1991. Seribu Satu Kesalahan Berbahasa.: Jakarta: Akademika Presindo. __________.1999. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: MSP. Badudu, J.S. 1981. Membina Bahasa Indonesia Baku. Bandung: Pustaka Prima. _________. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta : Gramedia. _________. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia 1. Jakarta: PT Gramedia. _________. 1987. Membina Bahasa Indonesia Baku 2, Cet. X, Bandung : Pustaka Prima. Bertens, K, 1980, Ada Kesatuan antara Pemakai Bahasa dan Jalan Pikirannya, Kompas, 22 November. _________.1983, Filsafat Barat Abad XX, Inggris - Jerman, Gramedia, Jakarta. Depdikbud, 1981, IA, Materi Pendidikan Program Akta Mengajar V. Filsafat Ilmu. _________. 1982/1983, IIA, Materi Dasar Pendidikan Program Akta Mengajar V Dasar Ilmu Pendidikan. _________.1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud/Balai Pustaka, Jakarta. _________.1991, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan _________.1992, Pedoman Umum Pembentukan Istilah. _________.1993, Putusan Kongres Bahasa Indonesia VI. Djabarudi, Slamet. 1981. Peranan Media Massa dalam Pembinaan Bahasa Indonesia, Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia, 1(Tahun VII), 29-37. Effendy, Uchjana Onong. 1985. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: CV Remaja Karya. Esau, Helmut (ed.), 1980, Language and Communication, Hornby Press, South Carolina. Halim, Amran. 1981. Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia dalam Politik Bahasa Nasional Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka. Hamid, Abdul. 1996. Bentuk dan Pilihan Kata Makalah pada Penataran Guru. Bandung: Tim Pemasyarakatan Bahasa Indonesia. --------------------. 1996. Kalimat dalam Surat-Menyurat Makalah pada Penataran Guru. Bandung: Tim Pemasyarakatan Bahasa Indonesia. -------------. 2003. Bahasa Indonesia, Gengsi Sosial dan Nasionalisme dalam J.S. Badudu 77 Tahun. Jakarta: Kompas. Hamid, Abdul dan Aseng Budiman. 2003. Ringkasan Materi Bahasa Indonesia. Keraf, Gorys, 1990, Komposisi, Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores. Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan, Mentalitet, dan Pembangunan, Gramedia, Jakarta. Lapoliwa, Hans, 1993, Strategi Pemasyarakatan Hasil Pengembangan Bahasa: Beberapa Pokok Pikiran, Kongres Bahasa Indonesia VI Lumintaintang, Yayah B., 1993, Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Bermasyarakat, Kongres Bahasa Indonesia VI Moeliono, Anton M., 1981. Ciri-ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam Politik Bahasa Nasional Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka. __________. 1989, Penalaran dan Pembuatan Paragraf dalam Karangan Ilmiah, dlm. Kembara Bahasa, Penerbi PT Gramedia, Jakarta. Muchtar. 1987. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Makalah untuk Penyuluhan Bahasa Indonesia, Biro Bagian dan Subbagian Universitas Padjadjaran dari 26 s.d. 29

118

Oktober 1987. Mustakim. 1994. Membina Kemampuan Berbahasa: Panduan ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Noerhadi, Toeti Herati, 1991, Bahasa sebagai Penggambaran Dunia, Pertemuan Linguistik Lembaga Atma Jaya Kelima (Pelba V). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1978. Tata Istilah Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. -------------. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. -------------. 1992. Seri Penyuluhan 2: Surat-Menyurat dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. -------------. 1993. Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Razak, Abdul. 1988. Kalimat Efektif. Jakarta: Gramedia. Salim, Peter. 1989. The Contemporary English-Indonesia Dictionary. Jakarta: Modern English Press. Schoenfeld, Clerence A, 1971, Effective Feature Writing, Harper & Row, Publishers, New York, Evanston, London. Sugiyono, Dendi. 1997. Hakikat Paragraf Bahasa Indonesia, Bahan Penyuluhan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Supriyadi, dkk. 1994. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. PPDG2331/4 SKS. Buku III, 4 B Modul 7 12 . Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek Peningkatan Mutu Guru SD Setara D-II. Suryaman, Ukun. 1985. Dasar-Dasar Bahasa Indonesia Baku Bandung : Alumni. Tadjuddin, Moh., 1984, Kemampuan Berbahasa Indonesia Para Lulusan Perguruan Tinggi, Laporan Penelitian, Unpad. __________.1993. Sistem Pengajaran Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, Wawasan Tridharma, Kopertis Wilayah IV, Jawa Barat. __________.1994. Komposisi dan Penalaran, Bahan Pelatihan Penulisan Naskah Buku Pelajaran, Kanwil Depdikbud, Jawa Barat. __________, Abdul Hamid, Wahya. 1995. Pemakaian Bahasa Indonesia dalam Skripsi Mahasiswa Program Sarjana Laporan Penelitian, Unpad, Depdikbud. Universitas Padjadjaran. 2005. Pedoman Penyusunan dan Penulisan Laporan Tugas Akhir dan Skripsi. Wiradi, Gunawan. 1996. Etika Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Akatiga.

119

LAMPIRAN: Ejaan Yang Disempurnakan


Pemakaian Huruf A. Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam bahasa Inonesia terdiri atas huruf berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya. Huruf Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii B. Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas a, e, i, o, dan u. Contoh pemakaian dalam kata Huruf Vokal a e* di awal api enak emas itu i o u Dalam pengujaran lafal kata dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan. Misalnya: Anak-anak bermain di teras (tras). Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah. Kami menonton film seri (sri). oleh ulang di tengah padi petak kena simpan kota bumi di akhir lusa sore tipe murni radio ibu Nama a be ce de e ef ge ha i Huruf Jj Kk Ll Mm Nn Oo Pp Qq Rr Nama je ka el em en o pe ki er Huruf Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz Nama es te u ve we eks ye zet

120

Pertandingan itu berakhir seri. C. Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k,l,m,n, p, q, r, s, t, v, w, dan z. Huruf Konsonan di awal b c d f g h j k bahasa cakap dua fakir guna hari jalan kami l m n p q** r s t v w x** y z lekas maka nama pasang quran raih sampai tali varia wanita xenon yakin zeni di tengah sebut kaca ada kafir tiga saham manja paksa rakyat* alas kama anak apa furqan bara asli mata lava hawa payung lazim di akhir adab abad maaf balig tuah mikraj sesak bapak kesal diam daun siap putar lemas rapat juz Contoh Pemakaian dalam Kata

121

D. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Huruf Diftong di awal ai au oi ain aula di tengah syaitan saudara boikot di akhir pandai harimau amboi Contoh Pemakaian dalam Kata

E. Gabungan Huruf Konsonan Di dalam bahas Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Gabungan Huruf Konsonan kh ng ny sy di awal khusus ngilu nyata syarat di tengah akhir bangun hanyut isyarat di akhir tarikh senang arasy Contoh Pemakaian dalam Kata

F. Pemenggalan Kata*) 1. Pemenggalan pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. a. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya: au-la sau-da-ra am-boi bukan bukan bukan a-u-la sa-u-da-ra am-bo-i

b. Jika di tengah kata ada konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-pak ba-rang su-lit

122

la-wan mu-ta-khir

de-ngan

ke-nyang

c. Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara ke dua huruf konsonan itu. Gabungan-gabungan konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya: man-di cap-lok makh-luk d. Jika di tengah kata ada tiga huruf konsonan atau lebih, pemenggalan pemenggalan dilakukan di antara dua huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: ins-tru-men in-fra ben-trok ul-tra bang-krut ikh-las som-bong Ap-ril swas-ta bang-sa

2. Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: makan-an mem-bantu Catatan: a. Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal. b. Akhiran i tidak dipenggal, (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, BabV, Pasal E, Ayat 1). c. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. Misalnya: te-lun-juk si-nam-bung ge-li-gi 3. Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsurunsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah 1a, 1b, 1c, dan 1d di atas. Misalnya: bio-grafi, bi-o-gra-fi foto-grafi, fo-to-gra-fi me-rasa-kan pergi-lah

123

intro-speksi, in-tro-spek-si kilo-gram, ki-lo-gram pasca-panen, pas-ca-pa-nen Keterangan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali ada pertimbangan khusus. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1.

Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebgai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. Apa maksudnya? Kita harus belekrja keras. Pekerjaan itu belum selesai.

2.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, Kapan kita ulang? Bapak menasihatkan, berhati-hatilah, Nak! Kemarin engkau terlambat, Besok pagi, kata ibu, dia akan berangkat.

3.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah Yang Maha Kuasa Yang Maha Pengasih Alkitab Quran Weda Islam Kristen

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. 4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim

124

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat sebagai sultan. Tahun ini ia pergi naik haji. 5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Irian Jaya Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya: Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal. 6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere 7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan

125

bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan 8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya , dan peristiwa sejarah. Misalnya: bulan Agustus bulan Maulid hari Galungan hari Lebaran dipakai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara Banyuwangi Bukit Barisan Cirebon Danau Toba Gunung Semeru Jalan Dipenogoro Jazirah Arab Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di kali menyebrangi selat pergi ke arah tenggara Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: garam inggris gula jawa Dataran Tinggi Dieng Kali Brantas Lembah Baliem Ngarai Sianok Pegunungan Jayawijaya Selat Lombok Tanjung Harapan Teluk Benggala Terusan Suez hari Natal Perang Candu tahun Hijriah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak

126

kacang bogor pisang ambon 10. Huruf kapital dipakai sebgai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republik Indonesia Majelis Permusyawarahan Rakyat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahtraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi sebuiah republik Beberapa badan hukum Kerja sama antara pemerintah dan rakyat Menurut undang-undang yang berlaku 11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia. Rancangan Undang-Undang Kepegawaian. 12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. 13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr. M.A. doktor Master of Arts

127

Tn. Sdr. 14.

Tuan Saudara

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan. Misalnya: Kapan Bapak berangkat? tanya Harto. Adik Bertanya, Itu apa, Bu? Surat Saudara sudah saya terima. Silakan duduk, Dik! Kata Ucok. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima. B. Huruf Miring 1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: Majalah Bahasa dan Kesusastraan. Buku Negarakertagama karangan Prapanca. Surat kabar Suara Karya. 2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan. 3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan dengan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini.

128

Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi pandangan dunia. tetapi: Negara itu telah mengalami empat kudeta. Penulisan Kata A. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Bukan itu sangat tebal. B. Kata Turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergeletar dikelola penetapan menengok mempermainkan 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5) Misalnya: bertepuk tangan menganak sungai garis bawahi sebar luaskan

3. Jika bentuk dasar yang berupa kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat5) Misalnya: menggarisbawahi dilipatgandakan menyebarluaskan penghancurleburan

4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati asrodinamika antarkota mahasiswa mancanegara multilatera kolonialisme tritunggal kosponsor

129

introspeksi Catatan: 1)

transmigrasi

ultramodern

Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara dua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). Misalnya: non-Indonesia pan-afrikanisme

2)

Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

C. Bentuk Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak biri-biri buku-buku bumiputra-bumiputra gerak-gerik huru-hara lauk-pauk mondar-mandir

D. Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsurunsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar orang tua kambing hitam persegi panjang mata pelajaran simpang empat meja tulis kereta api cepat luar biasa

2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar ibu-bapak kami anak-istri saya Misalnya: buku sejarah-baru orang-tua muda mesin-hitung tangan

4. Gabungan kata ini ditulis serangkai.

130

acapkali bagaimana paramasastra daripada

manakala olahraga

adakalanya

manasuka saputangan

padahal barangkali peribahasa dukacita

belasungkawa segitiga sebagaimana

E. Kata Ganti ku, kau-, -mu, dan nya Kata ganti ku dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: -ku, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinnya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. F. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat jiga Bab III, Pasal D, Ayat 3). Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari. Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Ia datang dari Surabaya kemarin. Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai. Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. Ia masuk, lalu keluar lagi. Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 maret 1966. Bawa kemari gambar itu. Kemarikan buku itu. Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu. G. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim H. Partikel

131

1. Partikel -lah, -kah, dan tah diteulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.. Jakarta adalah Ibukota Republik Indonesia. Apakah yang tersirat dalam surat iotu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati? 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Jangankan dua kali,satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Catatan: Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan pegangan. Walaupun miskin, ia selalu gembira. 3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp2.000,00 per helai. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: A.S. Kramawijaya M.B.A. master of business administration Bpk. bapak

132

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR GBHN KTP titik. Misalnya: dll. dst. Yth. tetapi: a.n. d.a. u.b. atas nama dengan alamat untuk beliau dan lain-lain dan seterusnya yang terhormat : Dewan Perwakilan Rakyat : Garis-Garis Besar Haluan Negara : Kartu Tanda Pengenal

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu TNT cm kg Rp kuprum trinitrotoluen centimeter kilogram rupiah

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI LAN SIM Angkata Bersenjata Republik Indonesia Lembaga Administrasi Negara Surat Izin Mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri Bappenas Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

133

Kowani Kongres Wanita Indonesia c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dai deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu rudal tilang Catatan: Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada suku kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim. Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka arab atau angka romawi. angka arab: angka romawi: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000). 2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iiii) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter 10 liter 1 jam 20 menit kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, kamar 169 4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat Misalnya: Bab X, Pasal 5, Halaman 206 Surah Yasiin: 9 5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai kitab suci. 5 kilogram Rp5.000,00 4 meter persegi 2.000 rupiah pemilihan umum peluru kendali bukti pelanggaran

17 Agustus 1945 27 orang

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau

134

berikut. a. Bilangan Utuh Misalnya: dua belas dua puluh dua 22 dua ratus dua puluh dua b. Bilangan Pecahan Misalnya: setengah tiga per empat satu persen Misalnya: Paku Bumono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh 7. Penulisan lambang bilangan tyang mendapat akhiran an mengikuti cara yang berikut (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat5) Misalnya: tahun50-an uang 5000-an atau uang lima 1000-an atau atau tahun lima puluhan uang lima ribuan uang lima seribuan 1% 222 12

6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.

8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko. 9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubahsehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakan itu.

135

250 orang tamu diundang Pak Darmo Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo. 10. Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang. 11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus adalam teks kecuali dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Bukan: Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah. 12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima per seratus rupiah). Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluih lima per seratus) rupiah. Penulisan Unsur Serapan Dalam perekembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke adalam bahasa Indonesia seperti reshuffle, shuttle cock, Iexploitation de Ihomme par Ihomme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti bentuk asalnya. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut. aa (Belanda) paal menjadi a pal

ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e

136

aerobe haemoglobin ai tetap ai trailer au tetap au audiogram construction circulation accomodation vaccine charisma machine ch yang lafalnya c menjadi c China (Sanskerta) menjadi s abda e tetap e description ea tetap ea idealist ee (belanda) menjadi e systeem ei tetap ei eicosane eo tetap eo geometry eu tetap eu neutron f tetap f fanatic gh menjadi g sorghum neutron sistem

aerob hemoglobin trailer audiogram konstruksi sirkulasi akomodasi vaksin karisma mesin Cina sabda deskripsi idealis

ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e

c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k c di muka e, I, oe, dan y menjadi s cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k cc di muka e dan I menjadi ks cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k ch yang lafalnya s atau sy menjadi s

eikosan geometri

fanatik sorgum

137

gue menjadi ge gigue ion politiek patient kh (Arab) tetap kh khusus ng tetap ng contingent oe (oi Yunani) menjadi e oestrogen oo (Belanda) menjadi o komfoor oo (Inggris) menjadi u cartoon zoology gouvernour ph menjadi f physiology ps tetap ps pshychiatry pt tetap pt pteridology q menjadi k aquarium rh menjadi r rhapsody scandium scenography sch di muka vokal menjadi sk schema skema t di muka I menjadi s jika lafalnya s rapsodi skandium senografi sc di muka a, o, u, dan konsonan nebjadi sk sc di muka e, I, dan y menjadi s akuarium pteridologi psikiatri fisiologi kartun zoologi gubernur oo (vokal ganda) tetap oo ou menjadi u jika lafalnya u kompor estrogen contingen khusus ion politik pasien gige i, pada awal suku kata di muka vokal, tetap i ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i ie tetap ie jika lafalnya bukan i

138

action th menjadi t theocracy u tetap u structure ua tetap ua aquarium ue tetap ue duet ui tetap ui conduite uo tetap uo quota uu menjadi u prematuur v tetap v television x pada awal kata tetap x xanthate x pada posisi lain, menjadi ks executive xc di muka e dan i menjadi ks excitation exclusive y tetap y jika lafalnya y yuan y menjadi i jika lafalnya i psychology z tetap z zygote Misalnya: accu effect ferrum tetapi: mass massa aki

aksi teokrasi struktur akuarium duet konduite kuota prematur televisi xantat eksekutif eksitasi eksklusif yuan psikologi zigot

xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk

Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.

efek ferum

139

Catatan: 1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah. Misalnya: kabar iklan bengkel 2. perlu hadir sirsak

Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua hururf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus. Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen. aat (Belanda) menjadi at advokaat plaat tractaat age menjadi ase percentage etalage etalase persentase plat traktat advokat

al, eel (Belanda), aal (Belanda) menjadi al structural, structureel struktural formal, formeel normal, normaal ant menjadi an accountant informant anarchy, anarchie olgarchy, oligarchie ary, air (Belanda) menjadi er complementary, complementair komplementer primary, primair secondary, secondair action, actie primer sekunder aksi akuntan informan anarki oligarki formal normal

archy, archie (Belanda) menjadi arki

(a)tion, (a)tie (Belanda) menjadi asi, si publication, publicatie publikasi

140

eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi il materieel, moreel principieel ein tetap ein casein logic, logica physics, physica technique, techniek ic (nomina) menjadi ik electronic elektronik ic, ical, isch (adjektiva) menjadi is elctronic, elektronisch elektronis economical, economisch ile, iel menjadi il mobile, mobiel mobil modernisme egois ism, isme (Belanda) menjadi isme modernism, modernisme ist menjadi is egoist ive, ief (Belanda) menjadi if descriptive, descriptief deskriptif logue menjadi log dialogue dialog logy, logie (Belanda) menjadi log technology, technologieteknologi loog (Belanda) menjadi log analoog analog anthropoid trotoar direktur amatir diktator oid, oide (Belanda) menjadi oid anthropoid, anthropoide oir(e) menjadi oar trottoir or, eur (Belanda) menjadi ur, ir director, directeur amateur or tetap or dictator ty, teit (Belanda) menjadi tas ekonomis fisika teknik kasein logika ic, ics, ique, iek, ica (nomina) menjadi ik, ika moril prinsipiil materiil

141

university, universiteit universitas ure, uur (Belanda) menjadi ur structure, struktuur struktur

Pemakaian Tanda Baca A. Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pernyataan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. 2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar Misalnya: a. III. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jendera Agraria 1. b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 1.2.2 Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) 4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.30.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul, tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Gambar Tangan Tabel

142

Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka. 6a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. 6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Nomor gironya 56456784. 7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Adam Malik Salah Asuhan 8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya: Jalan Diponogoro 82 Jakarta 1 April 1991 Yth. Sdr. Moh. Hassan Jalan Arif 43 Palembang B. Tanda Koma 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli karcis, pena, dan tinta. 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. 3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.

143

Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. 3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. 4. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, meskipun begitu, dan tetapi. Misalnya: . Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. . Jadi, soalnya tidak semudah itu. 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M). Misalnya: Kata Ibu, Saya gembira sekali. 7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran, Jalan Dipatiukur 35, Bandung. 8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid I dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. 9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahsa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia. 1967), hlm. 4. 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: C. Ratulangi, S.E.

144

11. Tanda koma dipakai di muka angka per sepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnnya: 12,5 m 12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F). Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. 13. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. 14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: Di mana Saudara tinggal? tanya Karim. C. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. 2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ibu mengurus tanamannya di kebun itu; Ayah sibuk bekerja di dapur; Saya sendiri asyik mendengarkan siaran radio. D. Tanda Titik Dua 1a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.

145

Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: Kursi, meja, dan lemari. 1b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau prian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerluakan pemerian. Misalnya: Ketua : Ahmad Wijaya : Nuri Handayani : Darmawan Sekretaris Bendahara

3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : (Meletakkan beberapa kopor) Bawa kopor ini, Mir! Amir : Baik, Bu (mengangkat kopor dan masuk) 4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor halaman, (ii) di anatara bab dan ayat dalam Kitab Suci, (iii) di anatara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo, I (1971), 34:7 Surah Yaasin: 9 Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. Tjakranegara, Soetomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco. E. Tanda Hubung (-) 1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: Di samping cara-cara lama itu ada juga cara yang baru Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.

Misalnya:

146

Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan . Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak . atau Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan . Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak . bukan Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan . Walaupun sakit, mereka tetap tidak mau beranjak 2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris Misalnya: Kini ada cara yang baru untuk mengukur panas. Senjata ini merupakan alat pertahanan yang canggih. Akhiran i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. 3. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak Angka dua sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. 4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973 5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi dua puluh lima-ribuan (100.000)

147

Bandingkan dengan: be-revolusi dua-puluh-lima ribuan (25.000) 6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke dengan angka, (iii) angka dengan an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Misalnya: se-Indonesia hadiah ke-2 tahun 50-an mem-PHK-kan Menteri-Sekretaris Negara 7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash C. Tanda Pisah ( ) 1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang alin sehingga kalimat menjadi yang lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. 3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai. Misalnya: 1910 1945 Jakarta Bandung Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Pengetikan dengan komputer bisa diakali dengan cara sebagai berikut: Tekan spasi (space bar), ketik angka, tekan spasi, ketik tanda hubung, tekan spasi, ketik angka lagi, lalu tekan spasi lagi. Setelah itu,

148

untuk selanjutnya, tanda pisah bisa kita kopi. D. Tanda Elipsis () 1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang berputus-putus. Misalnya: Kalu begitu ya, marilah kita bergerak. 2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemorosotan akan diteliti lebih lanjut. Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati .. E. Tanda Tanya (?) 1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan? 2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Ia dilahirkan pada tahun 1987 (?). F. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya. G. Tanda Kurung (.) 1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan)

149

kantor itu. 2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul Ubud (nama tempat terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. 3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya. 4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal. H. Tanda Kurung Siku ([ ]) 1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat dalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. 2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang sudah bertanda kurung. Misalnya: Persaman kedua proses itu (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini. I. Tanda Petik Ganda () 1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya: Saya belum siap, kata Mira, tunggu sebentar! Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, Bahasa negara ialah bahasa Indonesia. 2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Bacalah Bola Lampu dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul Rapor dan Nilai Prestasi di SMA diterbitkan dalam Tempo.

150

Sajak Berdiri Aku terdapat pada halaman 5 buku itu. 3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara coba dan ralat saja. 4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misanya: Kata Tono, Saya juga minta satu. 5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan Si Hitam. Catatan: Tanda petikpembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. M. Tanda Petik Tunggal () 1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: Tanya Basri, Kau dengan bunyi kring-kring tadi? 2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J). Misalnya: feed-back balikan N. Tanda Garis Miring 1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/1973 Jalan Kramat II/10 tahun anggaran 1985/1986 2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. Misalnya: mahasiswa/mahasiswi harganya Rp1.500,00/lembar

151

O. Tanda Penyingkat atau Apostrof () Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Ali kan kusurati. (kan = akan) Malam lah tiba. (lah = telah) 1 Januari 88 (88 = 1988)

152

Anda mungkin juga menyukai