Anda di halaman 1dari 29

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

BAB I PENDAHULUAN
Secara fitrah, manusia adalah makhluk yang serba terbatas (relativismus uber alles). Keserbaterbatasan manusia ini telah cukup mengantarkan manusia pada situasi dimana ia senantiasa membutuhkandan bergantung padaZat Yang Tak Terbatas alias Yang Mahamutlak (Absolutismus uber alles); Dialah Tuhan sebagai The Ultimate Reality (Realitas Tertinggi, Wjib al-Wujd); Dialah Allah Swt. Secara fitrah pula, manusia dianugerahi oleh Allah Swt. naluri untuk beragama atau religiusitas (gharzah at-tadayyun), yang merupakan sesuatu yang sudah built-in dalam dirinya, bahkan sejak sebelum kelahirannya ke alam dunia. Naluri ini telah cukup mendorong manusia untuk melakukan pemujaan terhadap apa yang dianggapnya sebagai The Ultimate Reality (Realitas Tertinggi) itu. Sayang, dua kenyataan primordial (fitri) ini tidak serta-merta menjadikan manusia "tahu diri"; entah karena kita tidak berpikir rasional (tidak menggunakan akal) atau karena kita terlalu percaya diri akibat hegemoni hawa nafsu yang ada dalam dirinya. Pada saat ini, ketidaktahudirian manusia itu tercermin dalam dua sikap: (1) Pengingkaran secara total (sepenuh hati) terhadap eksistensi Tuhan sang Pencipta (ateisme). Ini tergambar pada manusia yang berpaham materialisme. Materialisme ini kemudian menjadi dasar pijakan ideologi Sosialisme-komunis. (2) Pengingkaran secara "setengah hati" terhadap eksistensi Tuhan. Ini tergambar pada manusia yang berpaham sekularisme, yakni yang mengakui keberadaan Tuhan, tetapi tidak otoritas-Nya untuk mengatur manusia, karena yang dianggap punya otoritas untuk mengatur manusia adalah manusia sendiri. Sekularisme ini kemudian menjadi landasan ideologi Kapitalisme-sekular. Padahal, alhamdulillah, dengan kasih-sayang-Nya, Allah Swt. telah lamajauh sebelum kelahiran ideologi Sosialisme-komunis dan Kapitalisme-sekular menurunkan wahyu-Nya kepada manusia untuk membimbing manusia kembali

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

pada fitrahnya, kembali pada jati dirinya yang asli, yakni sebagai makhluk yang serba terbatas dan memilikisecara built-inreligiusitas dalam dirinya. Wahyu itu tidak lain adalah Islam, yang akidahnya mengajari manusia untuk meyakini secara total dan sepenuh hati eksistensi Tuhan sekaligus otoritas-Nya untuk mengatur kehidupan manusia. Akidah inilah yang kemudian menjadi basis ideologi Islam sebagai satu-satunya ideologi yang rasional dan sesuai dengan fitrah manusia. Di dalam makalah Akidah Islam sesuai Fitrah Manusia ini, penulis akan mengulas sedikit tentang Islam yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sesuai fitrahnya. Tidak lain ingin membuktikan kembali "klaim" di atasyakni bahwa hanya Islamlah satu-satunya ideologi rasional dan sesuai dengan fitrah manusiadengan cara membandingkan ketiga ideologi di atas, yakni Sosialisme-komunis, Kapitalisme-sekular, dan Islam; melalui perspektif yang paling mendasar: akidah.

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

BAB II PEMBAHASAN

Realitas Ideologi Secara umum, ideologi (Arab: mabda') adalah pemikiran paling asasi yang melahirkansekaligus menjadi landasan bagipemikiran-pemikiran lain yang menjadi turunannya. (M. Muhammad Ismail, 1958). Pemikiran mendasar dari ideologi ini dapat disebut sebagai akidah ('aqdah), yang dalam konteks modern terdiri dari: (1) materialisme; (2) sekularisme; (3) Islam. Akidah ini berisi pemikiran mondial dan global mengenai manusia, alam semesta, dan kehidupan dunia; tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia; berikut kerterkaitan ketiganya dengan kehidupan sebelum dan setelah dunia ini. (M. LHusain Abdullah, 1990). Akidah ini kemudian melahirkan pemikiran-pemikiran cabang yang berisi seperangkat aturan (nizhm) untuk mengatur sekaligus mengelola kehidupan manusia dalam berbagai aspeknyapolitik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya. Akidah dan seluruh cabang pemikiran yang lahir dari akidah itulah yang disebut dengan ideologi. Dengan ungkapan yang lebih spesifik, ideologi (mabda') dapat didefinisikan sebagai keyakinan rasional (yang bersifat mendasar, pen.) yang melahirkan sistem atau seperangkat peraturan tentang kehidupan (An-Nabhani, 1953: 22). Pada kenyataannya, di dunia saat ini hanya ada tiga ideologi: (1) Sosialismekomunis, yang lahir dari akidah materialisme; (2) Kapitalisme-sekular, yang lahir dari akidah sekularisme; (3) Islam, yang lahir dari akidah Islam.

Realitas Akidah Materialisme, Sekularisme, dan Islam 1. Materialisme. Materialisme adalah akidah yang memandang bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan merupakan materi belaka; materi ini mengalami evolusi dengan sendirinya secara subtansial sehingga tidak ada Pencipta (Khalik)
3

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

dan yang dicipta (makhluk). Dalam perspektif Karl Marx, peletak dasar ideologi Sosialisme-komunis, alam mengalami evolusi mengikuti hukum gerak materi; alam tidak membutuhkan Akal Holistik (Pencipta) (Ghanim Abduh, 2003: 3). Senada dengan Marx, Lenin, ideolog sekaligus realisator Marxisme, dengan mengutip filosof Heraclitus (540-480 SM), menyatakan, "Alam adalah wujud tunggal yang tidak pernah diciptakan oleh Tuhan atau manusia manapun. Ia telah ada, selalu ada, dan akan selalu ada sebagai api yang terus menyala selama-lamanya." (Vladimir Ilich, 1870-1924). Oleh karena itu, penganut akidah materialisme pada dasarnya adalah ateis (mengingkari Tuhan). Bahkan, penganut akidah ini memandang bahwa keyakinan terhadap Tuhan (agama) adalah berbahaya bagi kehidupan. Dalam bahasa Lenin, keyakinan terhadap agama adalah "candu" masyarakat dan "minuman keras" spiritual. Dalam manifesto politiknya, Lenin secara ekstrem menyebut agama sebagai salah satu bentuk penindasan spiritual yang, dimana pun ia berada, amat membebani masyarakat (Lenin, 1972: 83-87). Pengingkaran terhadap eksistensi Tuhan ini kemudian melahirkan sebuah keyakinan, bahwa dunia ini harus diatur berdasarkan prinsip dialektika materialisme yang melibatkan semua unsur materi, yakni: manusia, alam, dan sarana kehidupan (alat-alat produksi). Dari sini muncullah ideologi Sosialismekomunis, yang didasarkan pada akidah materialisme, yang berisi seperangkat aturan yang khas, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia; tentu di luar aspek religiusitas dan spiritualitas manusia yang telah diingkarinya.

2.

Sekularisme. Sekularisme pada dasarnya adalah akidah yang mengakui eksistensi Tuhan, tetapi tidak otoritas-Nya untuk mengatur manusia. Dengan kata lain, akidah ini mengakui keberadaan agama tetapi tidak otoritasnya untuk mengatur kehidupan. Singkatnya, sekularisme adalah akidah yang menetralkan (baca: memisahkan) agama dari kehidupan.

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Secara historis, sekularisme merupakan akidah "jalan tengah" yang lahir pada Abad Pertengahan, sebagai bentuk kompromi para pemuka agama yang menghendaki kehidupan manusia harus tunduk pada otoritas mereka (dengan mengatasnamakan agama), dengan para filosof dan cendekiawan yang menolak otoritas agama dan dominasi para pemuka agama dalam kehidupan. Dengan demikian, para penganut sekularisme sebetulnya tidak mengingkari Tuhan (agama) secara mutlak; mereka hanya menginginkan agar Tuhan (agama) tidak mengatur kehidupan mereka. Pengingkaran terhadap otoritas Tuhan ini selanjutnya melahirkan sebuah pandangan bahwa manusialahmelalui mekanisme demokrasiyang

berwenang secara mutlak untuk mengatur kehidupannya sendiri secara bebas, tanpa campur tangan Tuhan (agama). Dari sini lahirlah ideologi Kapitalismesekular, yang berisi seperangkat aturan yang khas, yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia; tentu di luar aspek agama yang telah mereka singkirkan dari kehidupan.

3.

Islam. Islam adalah akidah yang meyakini eksistensi Tuhan sebagai Pencipta alam, manusia, dan kehidupan ini; sekaligus mengakui bahwa Dialah satu-satunya yang memiliki otoritas untuk mengatur kehidupan manusia. Singkatnya, akidah Islam mengajari manusia tentang keyakinan dan kepasrahan total kepada Tuhan sang Pencipta, yakni Allah Swt. Keyakinan terhadap eksistensi sekaligus otoritas Tuhan inilah yang kemudian melahirkan keyakinan bahwa Tuhanlah satu-satunya Yang mutlak dan berhak membuat hukum, sementara manusia hanya sekadar pelaksananya saja. Dari sini lahirlah ideologi Islam, yang juga berisi seperangkat aturan dalam berbagai aspek kehidupan manusia; termasuk yang menyangkut aspek religiusitas dan spiritualitas manusia, atau yang menyangkut agama.

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Menimbang Ideologi Sosialisme-komunis, Kapitalisme-sekular, dan Islam Dari paparan di atas, manakah akidah/ideologi yang masuk akal (rasional) dan sesuai dengan fitrah manusia? 1. Sosialisme-komunis. Dalam perspektif rasio, dengan mengingkari eksistensi sang Pencipta, ideologi ini jelas tidak rasional. Alasannya: (a) Seluruh materi yang ada di dunia ini, termasuk manusia, memiliki keterbatasan dan bergantung pada yang lain. Akal kita yang jujur akan mengakui, bahwa segala yang terbatas ini pasti membutuhkan Zat Yang Tak Terbatas. Itulah Pencipta, Tuhan. (b) Manusia dan alam semesta memiliki keseimbangan, keteraturan, harmoni, dan keindahan yang luar biasa; yang semua itu tidak mungkin terjadi serba kebetulan tanpa ada Zat Yang menciptakan dan mengendalikannya. Adapun secara fitrah, ideologi ini jelas bertentangan dengan kenyataan bahwa dalam diri manusia ada naluri beragama (religiusitas), yang mendorongnya selalu cenderung untuk melakukan pengagungan/pemujaan kepada Zat Yang lebih tinggi dari dirinya; baik mereka akui atau tidak; baik yang mereka agungkan itu Tuhan Yang sebenarnya atau "Tuhan" palsu. Pada faktanya, orang-orang ateis hanya mengalihkan pengagungan ituyang seharusnya kepada Tuhanmenjadi kepada manusia.

2.

Kapitalisme-sekular. Dalam tinjauan nalar, pengakuan terhadap eksistensi Tuhan tetapi tidak otoritasnya untuk mengatur manusia adalah juga tidak rasional. Alasannya: (a) Pengingkaran atas otoritas itu telah melahirkan sikap manusia untuk membuat sendiri aturan bagi kehidupannya. Padahal manusia, sebagai makhluk, pada faktanya tidak bisa memahami hakikat dirinya sendiri. Yang tahu hakikat manusia adalah Pencipta-Nya, yakni Allah Swt. Apabila manusia tidak memahami hakikat dirinya sendiri, apalagi membuat aturan yang terbaik bagi dirinya. (b) Tuhandalam hal ini Allah Swt.telah menurunkan wahyu-Nya, yakni al-Quran, melalui utusan (Rasul)-Nya untuk mengatur kehidupan manusia.

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Secara rasional, al-Quran dapat dibuktikan kebenarannya sebagai wahyu Allah. Karena itu, menjauhkan otoritas Tuhan Yang Mahatahu untuk mengatur kehidupan manusia adalah tidak rasional. Adapun secara fitrah, manusia, ketika dibiarkan bebas membuat sendiri peraturan bagi kehidupannya, terbukti melahirkan banyak perbedaan, pertentangan, bahkan konflik. Peraturan yang dibuat juga sering berubah-ubah sesuai dengan kecenderungan dan hawa nafsu manusia. Lebih dari itu, fakta telah membuktikan bahwa peratuanperaturan yang dibuat manusiakarena lebih didasarkan pada kecenderungan dan hawa nafsunyatelah melahirkan banyak ekses negatif, menciptakan banyak kerusakan, dan menimbulkan banyak kekacauan. Itulah yang terjadi seperti saat ini ketika hak membuat aturan/hukum diberikan kepada rakyat melalui mekanisme demokrasi.

3.

Islam. Dalam perspektif akal, pengakuan terhadap eksistensi Tuhan sekaligus otoritas-Nya untuk mengatur kehidupan manusia adalah rasional. Alasannya: (a) Pada faktanya, di samping akal dapat membuktikan secara benar bahwa Tuhan sang Pencipta, yakni Allah Swt. itu ada, akal pun dapat membuktikan bahwa Dia telah menurunkan wahyu-Nya berupa al-Quran kepada Rasul-Nya, yang kebenarannya sebagai wahyu bisa dibuktikan secara rasional. Di dalam al-Quran sendiri tidak akan ditemukan adanya pertentangan antar satu ayat dengan ayat lain, atau antar satu aturan dengan aturan lain, yang menunjukkan bahwa ia berasal dari Zat Yang Mahakuasa. (b) Sepanjang aturan-aturan al-Quran diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, terbukti bahwa ia mendatangkan rahmat bagi umat manusia seluruhnya. Ini adalah fakta sejarah yang pernah terjadi dan berjalan selama-berabad-abad sejak zaman Nabi saw. mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah hingga keruntuhan Kekhilafahan Islam terakhir di Turki, yang diawali oleh banyaknya penyimpangan terhadap alQuran yang dilakukan penguasa.

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Adapun secara fitrah, pengakuan atas eksistensi Tuhan sekaligus otoritasNya untuk mengatur manusia sesuai dengan fitrah manusia yang serba terbatas, serba kurang, dan serba lemah; yang menjadikannya butuh pada yang lain. Keserbaterbatasan, keserbakurangan, dan keserbalemahan manusia ini pada faktanya membuktikan bahwa manusia membutuhkan berbagai peraturan bagi kehidupannya yang tidak berasal dari dirinya, tetapi bersumber dari al-Khalik, Tuhan Pencipta alam.

MENGENAL ISLAM

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. (QS. Ali-Imran:19) Islam berasal dari kata "aslama" artinya tunduk, menyerah diri.

Dalam Al-Quran digunakan beberapa kata yang memiliki akar yang sama, yaitu : - silm (damai),

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. ( Q.S Al-Baqarah:208)

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

- aslama (menyerah diri)

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepadaNya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. (Q.SAliImran:83)

- istaslama (penyerahan total)

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (Q.S An-nisa:65) -salim(suci) - salaam (sejahtera)

Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam syurga berombongrombongan (pula). Sehingga apabila mereka sampai ke syurga itu sedang pintupintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya:` Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu. Berbahagialah kamu!, Maka masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di dalamnya. (Q.S Az-zumar:73) Jadi, Islam merupakan agama yang mengajarkan perdamaian, penyerahan diri kepada Allah, kesudian, dan kesejahteraan.

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Secara istilah, Islam merupakan agama yang diturunkan Allah, bersumber AlQuran dan Sunah Rasul, baik berupa perintah, larangan dan petunjuk kebaikan umat manusia dunia dan akhirat. (Versi Majelis Tarjih Muhammadiyah) Sumber Ajaran Islam Sumber ajaran Islam, baik dalam mempelajari, mengkaji dan mengamalkan adalah :

Al-Quran Sunah Rasul (Hadits)

Sebagian ulama menambahkan dengan Ijma (kesepakatan para ulama) dan qiyas (analogi). Sedang ulama lain menganggapnya bagian dari metode dalam ijtihad, disamping metode lain. Karakteristik ajaran Islam Islam memiliki karakter khas, yang menjadi ciri-cirinya, di antaranya

Islam merupakan agama universal untuk seluruh umat manusia, bahkan untuk jin dan seluruh alam

Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. (Saba:28)

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya:107)

10

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (AlFurqan:1)

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka merekalah orangorang yang merugi. (Q.S Al-Araaf:178)

Islam merupakan agama untuk sepanjang zaman, berlaku hingga akhir zaman

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Ahzab:40)

Islam merupakan agama yang sempurna,mencakup seluruh aspek kehidupan baik aspek lahir, batin, pribadi maupun masyarakat.

11

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekek, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S Al-Maidah:3)

Dan tiadalah bintang-bintang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Q.S Al-Anam:38)

Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al quran), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-Anam:115)

Islam merupakan agama fitrah. Sesuai dengan fitrah manusia dan tidak bertentangan dengan fitrahnya

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepadaagama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yangtelah menciptakan manusia menurut

12

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

fitrah itu. Tidakada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yanglurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (Ar-Rum:30)

Islam merupakan agama ilmu. Islam menjunjung tinggi ilmu

Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji. (Q.S Ibrahim: 1)

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatangbinatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Faatir: 28)

Struktur/Aspek Ajaran Islam Secara garis besar, ajaran dikelompokan ke dalam 3 aspek :

Aqidah, yang berhubungan dengan masalah keimanan atau keyakinan Syariah, yang berhubungan dengan masalah hukum, baik ibadah maupun muamalah

Akhlaq, yang berhubungan dengan masalah moral, etika, budi pekerti, sikap lahir/bathin.

Ketika aspek tersebut bisa dibedakan namun merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Aqidah harus diwujudkan dengan melaksanakan syariah dan bertindak sesuai akhlaq Islam. Syariah juga harus dilandasi oleh aqidah dan

13

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

dilaksanakan sesuai akhlaq Islam. Kita tidak boleh hanya mementingkan salah satunya saja. Secara ringkas kaitan antara ketiganya adalah : Ilmuyang mempelajari Ilmu Aqidah/Aqa'id Fiqh Tasauf/Ilmu Akhlaq

Aspek

Manifestasi

Aqidah

Iman

Syariah

Islam

Akhlaq

Ihsan

Kewajiban kita terhadap Islam

Mengimani kebenaran Islam (tidak menolak meski hanya sebagian)

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar. (Q.S Al-Baqarah: 23)

Mengilmui (mempelajari ajaran Islam )

14

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S Attaubah: 122)

Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci. (Q.S Muhammad: 24) Mengamalkan ajaran Islam secara keseluruhan menurut kemampuan

Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada zaman dahulu? Dan barang siapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. (Q.S Al-Baqarah: 208)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):` Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orangorang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa

15

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir `. (AlBaqarah:286)

Mendakwahkan dan memperjuangkannya

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Q.S Al-Imran: 104)

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S Al-Imran: 110)

Marifatullah Puncak Akidah Islam Karakteristik Akidah Islam

Aqidah Islam adalah Aqidah Rabbaniy (berasal dari Allah ) yang bersih dari pengaruh penyimpangan dan subyektifitas manusia. Aqidah Islam memiliki karakteristik berikut ini :

16

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

1.

Al Wudhuh wa al Basathah ( jelas dan ringan) tidak ada kerancuan di dalamnya seperti yang terjadi pada konsep Trinitas dsb.

2.

Sejalan dengan fitrah manusia, tidak akan pernah bertentangan antara aqidah salimah (lurus) dan fitrah manusia. Firman Allah : Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah.. QS. Arrum:30

3.

Prinsip-prinsip aqidah yang baku, tidak ada penambahan dan perubahan dari siapapun. Firman Allah :Apakah mereka mempunyai sembahansembahan lain selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah ? QS. Asy syuraa:21

4.

Dibangun di atas bukti dan dalil, tidak cukup hanya dengan doktrin dan pemaksaan seperti yang ada pada konsep-konsep aqidah lainnya. Aqidah Islam selalu menegakkan : Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar QS. Al-Baqarah:111

5.

Al Wasthiyyah (moderat) tidak berlebihan dalam menetapkan keesaan maupun sifat Allah seperti yang terjadi pada pemikiran lain yang mengakibatkan penyerupaan Allah dengan makhluk-Nya. Aqidah Islam menolak fanatisme buta seperti yang terjadi dalam slogan jahiliyah Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan mengikuti jejak mereka QS. Az Zukhruf:22 Syariat Islam dan Fitrah Manusia

SYARIAT, menurut Muhammad Salam Madkur adalah hukum yang telah ditetapkan oleh Allah bagi hamba-hamba-Nya, agar mereka menjadi orang yang beriman dan beramal shaleh dalam kehidupannya, baik yang berkaitan dengan perbuatan, akidah, maupun akhlak. (Al-Fiqh Al-Islami, 1/11)

17

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Definisi di atas senada dengan pengertian syariat menurut Manna Khalil alQathan, syariat adalah apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt bagi para hamba-Nya, baik mengenai akidah, ibadah, akhlak, muamalat maupun tatanan kehidupan lainnya, dengan segala cabangnya yang bermacam-macam guna merealisasikan kebahagiaan baik didunia maupun di akhirat. (At-Tasyri wa alFiqh fi al-Islam, hal 10). Sedangkan menurut Mahmud Syaltut, syariat adalah peraturan-peraturan yang ditetapkan Allah bagi hamba-Nya untuk diikuti dalam hubungannya dengan Allah, dengan saudaranya sesama muslim, dengan saudaranya sesama manusia, dan berhubungan dengan alam semesta serta berhubungan dengan kehidupan. (Al-Islam Aqidatun wa Syariiatun, hal 12) Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa makna syariat mengandung dua arti: Pertama, seluruh ajaran agama yang mencakup akidah, ibadah, akhlak, hukum dan muamalah. Dengan kata lain, syariat mencakup ushul dan furu, akidah dan amal, serta teori dan aplikasi. Ia mencakup seluruh sisi keimanan (akidah), sebagaimana ia mencakup sisi lain seperti ibadah, muamalah, dan akhlak yang dibawa oleh Islam serta dirangkum dalam Al-Quran dan As-Sunnah untuk kemudian dijelaskan oleh ulama fikih, akidah dan akhlak. Kedua, sisi hukum amaliah di dalam agama, seperti ibadah dan muamalah yang mencakup hubungan dengan Allah dan mencakup juga urusan keluarga, masyarakat, ummat, negara, hukum dan hubungan luar negeri. Tujuan Syariat Islam diturunkan Syariat Islam diturunkan Allah Swt sebagai agama yang sempurna dengan membawa misi rahmatan lilalamin. Secara umum, maksud dan tujuan diturunkan syariat Islam adalah untuk mendatangkan kemaslahatan dan sekaligus menolak kemudharatan dalam kehidupan ummat manusia. Konsep ini dikenal dengan maqashid syariah.

18

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Dalam konsep maqashid syariah, ada lima kebutuhan kehidupan primer manusia yang mesti ada (ad-dharuriyyat al-khams) atau kini populer dengan sebutan HAM (Hak Asasi Manusia) yang dilindungi oleh syariat yaitu agama, jiwa, akal, nasab, dan harta. Pelanggaran terhadap salah satu daripadanya dianggap sebagai suatu kriminal (jarimah). Untuk menjaga hal ini, Islam mensyariatkan sanksi (uqubat) yang cukup tegas baik berupa hukuman hudud, qishash dan tazir demi menciptakan kemaslahatan publik dan menghindari kemudharatan. Hukuman murtad (had ar-riddah) misalnya, bertujuan untuk menjaga kemaslahatan agama. Hukuman minum minuman keras (had al-khamr) untuk menjaga akal, hukuman zina (had az-zina) untuk menjaga nasab dan menghindari dari penyakit yang berbahaya seperti AIDS dan sebagainya, hukuman tuduhan berzina (had al-qazf) untuk menjaga kehormatan, hukuman pencurian (had as-sariqah) untuk menjaga harta, serta hukuman qishah bertujuan untuk menjaga jiwa manusia. Konkritnya, hukum pidana Islam ditetapkan untuk menjaga kehormatan seseorang, menjaga masyarakat dari kekacauaan dan prilaku buruk atau hina, mensucikan jiwa yang telah ternoda dengan dosa, dan memelihara kemaslahatan asasi manusia yaitu agama, jiwa, akal, nasab, dan harta. Disamping itu untuk bertujuan sebagai sarana preventif dan pembelajaran. Syariat Islam kebutuhan Fitrah manusia Fitrah berarti tabiat atau sifat pembawaan manusia sejak dilahirkan atau kecenderungan manusia terhadap sesuatu sejak diciptakan. Secara fitrahnya, manusia memerlukan kepada suatu aturan (tasyri) yang berguna untuk mengatur hubungan sesama mereka, menjelaskan hak dan kewajiban mereka, dan mengatur hak dan kewajibannya tersebut. Bila tidak, maka akan terjadi suatu kericuhan dalam masyarakat, yang kuat pasti akan bertindak sewenangwenang untuk memenuhi ambisinya, sedangkan yang lemah akan merasa terzalimi dengan kehilangan haknya. Terlebih lagi jiwa manusia dihiasi dengan

19

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

kecintaan kepada materi yang tunduk kepada hawa nafsu. Dalam konteks ini, syariat Islam sangat dibutuhkan oleh fitrah manusia. Pada dasarnya fitrah manusia itu cenderung bersyariat Islam, sebagaimana firman Allah, Maka hadapkanlah wajahmu lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30) Allah juga berfirman, (Ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil saksi terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):Bukankah Aku ini Tuhanmu. Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (Kami lakukan demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orangorang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah). (Al-Araf: 172) Dari kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah menciptakan hati manusia dengan kecenderungan alami, yakni seruan iman. Kecenderungan inilah yang disebut dengan fitrah. Konsekuensi dari iman adalah mengerjakan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah atau dengan kata lain mengamalkan syariat Allah. Fitrah ini Allah ciptakan pada diri manusia sejak dalam kandungan ibunya, lalu ia dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah, Nabi saw bersabda, Setiap anak bayi itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang memajusikannya atau menasranikannya. (HR. Bukhari & Muslim) Sejarah kemanusiaan telah mencatat bahwa hukum Allah Swt telah berhasil mengantarkan manusia menemukan fitrah kemanusiaan dan kehambaannya. Misalnya, kecintaan manusia kepada lawan jenisnya adalah fitrah. Kebutuhan biologis tersebut diciptakan untuk mempertahankan eksistensinya di bumi. Islam tidak mengekang syahwat ini. Sebaliknya, Islam mengatur bagaimana fitrah ini dijalankan dengan cara yang benar (baca: menikah). Islam melarang

20

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

manusia menyalurkan nafsu biologis dengan cara yang diharamkan dan melanggar fitrah seperti zina, lesbian dan homo seksual.Allah berfirman:Dan janganlah kamu mendekati perbuatan zina. Sesungguhnya zina itu suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (Al-Isra: 32) Menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadi, Allah Swt telah mengategorikan zina sebagai perbuatan keji dan kotor. Artinya, zina dianggap keji menurut syara, akal dan fitrah karena merupakan pelanggaran terhadap hak Allah, hak istri, hak keluarganya atau suaminya, merusak kesucian pernikahan, mengacaukan garis keturunan, dan merusak tatanan lainnya. (Tafsir Kalaam al-Mannaan, 629.) Jelaslah, Islam mengharamkan zina, lesbian dan homo seksual, karena itu melanggar fitrah manusia. Selain itu juga melanggar hak masyarakat yaitu hidup mulia. Untuk menghindari hal ini, hukuman berat diberlakukan di dunia terhadap pelaku zina (cambuk seratus kali bagi yang belum kawin dan rajam bagi yang sudah kawin). Selain itu, azab Allah akan menimpa masyarakat bila mereka tidak pro aktif dalam mencegah zina. Rasulullah saw bersabda: Jika zina dan riba telah merebak di suatu kaum, maka sungguh mereka telah membiarkan diri mereka ditimpa azab Allah. (HR. Al-Hakim). Contoh lain mengenai fitrah yaitu kecenderungan manusia mencintai harta. Untuk itu, syariat Islam memerintahkan ummatnya agar bekerja dan mencari rezki secara halal dan mengharamkan cara yang batil. Allah berfirman, Dan janganlah kamu makan harta diantara kamu dengan jalan yang batil, dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada para hakim, dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui. (Al-Baqarah: 188) Untuk melindungi fitrah ini, maka Islam memerintahkan ummatnya untuk berzakat, bershadaqah dan berinfaq. Selain itu, pelanggaran terhadap harta orang lain (pencurian) diberikan sanksi yang tegas yaitu potong tangan. Allah berfirman, Adapun orang laki-laki

21

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

maupun perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) balasan atas perbuatan yang mereka lakukan dan sebagai siksaan dari Allah. (Al-Maidah: 38) Kedua contoh diatas termasuk fitrah yang disebut dalam firman Allah, Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia kecintaan terhadap apa yang diinginkan berupa wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang berlimpah dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik. (Ali Imran: 14) Diakhir ayat tersebut, Allah Swt mengingatkan bahwa hanya kepada Allah-lah sebaik-baik tempat kembali. Maksudnya, walaupun telah diciptakan fitrah demikian, sikap taqwa kepada Allah dengan cara dengan membimbing dan menjaga fitrah sesuai dengan ketentuan Allah adalah jalan menuju keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Selain itu, banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menyatakan bahwa secara fitrahnya manusia dilahirkan untuk bersyariat Islam. Sudah sewajarnyalah bila dikatakan agama Islam merupakan agama fitrah (baca: sesuai dengan fitrah). Maka, sangatlah keliru bila ada yang menuduh syariat Islam tidak sesuai dengan fitrah manusia seperti yang ditulis saudara Masrianto dalam tulisan opininya di harian Serambi Indonesia yang berjudul Syariat vs Tuhan (Serambi Indonesia, 29/05/2009). Dalam bukunya Bayyinat Al-Hal Al-Islami Wa Syubhat Al-Ilmaaniyyin Wa AlMutagharribin, Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi menegaskan bahwa Islam itu adalah akidah yang sesuai dengan fitrah, ibadah yang memberi nutrisi kepada ruh, akhlak yang dengannya jiwa menjadi mulia, adab yang dengannya hidup menjadi indah, amal yang bermanfaat bagi manusia, dakwah untuk memberi petunjuk bagi semesta alam, jihad dalam kebenaran dan kebaikan dan saling menasehati dalam kesabaran dan kasih sayang.

22

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Syariat Islam sangat dibutuhkan dan relevan dengan fitrah manusia. Oleh sebab itu, agama Islam disebut agama fitrah. Syariat Islam diturunkan oleh Allah Swt sebagai rahmatan lillalamin yang bertujuan untuk mendatangkan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Islam sangat menjunjung HAM dan melindunginya, selama tidak melanggar hak Allah (hak publik). Oleh karena itu, sangatlah tidak relevan dan bahkan keliru bila ada yang menuduh bahwa syariat Islam tidak sesuai dengan fitrah manusia dan melanggar HAM serta tidak sesuai untuk zaman modern ini. Di antara kekhususan-kekhususan aqidah Islam yang paling penting, adalah: 1. Aqidah Islam dibangun atas landasan akal. Selama kita beriman kepada

Allah, al-Quran, dan kepada kenabian Muhammad saw dengan jalan akal, maka wajib bagi kita untuk mengimani segala hal yang diberitakan al-Quran kepada kita. Sama saja apakah yang diberitakan itu dapat dijangkau oleh akal dan dapat dijangkau oleh panca indera manusia, ataukah berupa hal-hal yang ghaib yang sama sekali tidak dapat dijangkau oleh panca indera manusia seperti hari akhir, malaikat, 2. Aqidah dan Islam perkara-perkara sesuai dengan ghaib fitrah lainnya. manusia.

Beragama (al-tadayyun) merupakan hal yang fitrah pada diri manusia. Perwujudan dari rasa keberagamaan ini adalah, ia akan merasakan kenyataan bahwa dirinya penuh kelemahan, kekurangan, dan serba membutuhkan terhadap sesuatu yang lain. Kemudian, aqidah Islam hadir untuk memberikan pemenuhan terhadap naluri beragama (ghariizat ut tadayyun) yang ada pada diri manusia ini, dan membimbing manusia untuk mendapatkan kebenaran akan adanya Pencipta Yang Maha Kuasa (khaaliqun qaadirun) yang bersifat azaliy. Dimana, semua makhluq yang ada, keberadaannya sangat bergantung kepada al-Khaaliq ini. Sebaliknya, keberadaan Dia sendiri tidaklah bergantung kepada siapapun. 3. Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh).

Aqidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan, dan menetapkan bahwa kesemuanya itu

23

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

adalah makhluq. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa, sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangkan setelah kehidupan dunia akan ada hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa, hubungan antara kehidupan dunia, dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia, adalah keterikatan manusia dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah swt. Sedangkan hubungan antara kehidupan dunia ini dengan kehidupan sesudahnya adalah perhitungan (hisab; surga dan neraka ). Pengaruh Aqidah Islamiyah dalam Kehidupan Individu

1. Aqidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusia. Sebab, aqidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan (aluqdat al-kubraa) dengan jawaban yang memuaskan, dan shahih.

2. Aqidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang muslim. Sebab, seorang muslim setelah mengetahui dan memahami firman Allah Taala yang berbunyi:

Katakanlah : Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. (QS. At Taubah[9]: 51),

dan juga sabda Rasulullah saw yang berbunyi:

Tidaklah mati seseorang sampai ditetapkan ajalnya, rezekinya dan apa-apa yang menjadi takdirnya. Maka ia akan mengimani bahwa apa-apa yang ditetapkan Allah niscaya akan menimpanya, baik maupun buruknya. Sehingga, ia akan menceburkan diri dalam berbagai peperangan dengan penuh keberanian, serta akan berusaha dalam mencari rezeki, setelah ia memenuhi syarat-syarat kaidah kausalitas tanpa mengkhawatirkan apapun hasilnya.

3. Aqidah Islamiyah akan membentuk ketaqwaan pada diri seorang muslim. Setelah seorang muslim menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt akan menghisab semua perbuatannya pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang diharamkan serta akan melakukan
24

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah menyakini bahwa hari perhitungan pasti akan datang. Juga, karena ia telah menyakini firman Allah Taala yang berbunyi:

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar biji dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasannya pula. (QS. AlZalzaalah[99]: 7-8). Taqwa adalah kewaspadaan seorang muslim dari siksa pada hari akhir, tatkala ia mengerjakan atau meninggalkan suatu perbuatan. Pengaruh Aqidah Islamiyah dalam Kehidupan Masyarakat 1. Masyarakat akan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, agama yang satu, serta tunduk pada aturan yang satu. Allah swt berfirman :

Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah ummah (agama) kamu semua; ummah (agama) yang satu, dan aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku (QS. alAnbiya [21]:92). Kata ummah di sini bermakna dien agama.

2. Akan menciptakan masyarakat yang saling melengkapi, saling menjamin seperti halnya satu tubuh, dan satu-kesatuan pemikiran dan perasaan. Rasulullah saw bersabda:

Permisalan orang-orang yang beriman dalam hal persahabatan, dan kasih sayang, adalah ibarat satu tubuh. Bila salah satu anggota tubuh terserang demam, maka seluruh anggota tubuh yang lain akan ikut terserang demam dan susah tidur. 3. Akan tercipta ikatan ideologis (raabithah mabda-iyyah) yang kuat serta langgeng diantara individu-individu anggota masyarakat Islam, yakni ikatan ukhuwwah islaamiyyah. Allah Taala berfirman:

25

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara (TQS. Al Hujuraat[49]: 10).

Aqidah Islam telah mencela segala macam bentuk ikatan-ikatan yang bersifat emosional-temporal seperti ikatan kesukuan, nasionalisme, patriotisme, dan ikatan yang berdasarkan sebuah kepentingan. Allah Taala berfirman:

Katakanlah : Jika Bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik (TQS. Al-Taubah [9]: 24). Aqidah Islam, mampu menyatukan beragam bangsa yang berbeda-beda dan beraneka ragam, yang tersebar di berbagai wilayah yang saling berjauhan, ke dalam sebuah wadah yang satu. Aqidah Islam menjadikan mereka sebagai umat satu, yang telah mengukir sejarah yang gemilang. Aqidah Islam adalah satu-satunya aqidah yang bisa mengembalikan kejayaan dan kekuatan umat Islam. Allah Taala berfirman:

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia menjadikan orang-orang yang sebelum mereka, telah berkuasa (QS. An Nuur[24]: 55). Ciri-ciri Aqidah Yang Benar :

Dilandasi atas tiga prinsip :

1. Memuaskan akal 2. Sesuai Fitrah

26

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

3. Menentramkan Hati

Dapat menjawab tiga pertanyaan pokok

1. Darimana asal usul kehidupan 2. untuk apa kita hidup 3. kemana kita kembali

Pendekatan pada AL-Quran, bukan semata mata pendekatan filsafat Mengimani 6 Hal : ALLAH Malaikat Kitab Rasul Kiamat Qodho dan qodar

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Aqidah yang diajarkan dalam Islam sudah sesuai dengan ciri ciri aqidah diatas. Ulasan : Islam itu Memuaskan Akal Ada suatu cerita yang mana mungkin dapat dipakai dalam menggambarkan bagaimana Aqidah Islam itu benar benar sesuai dengan akal manusia. Suatu ketika seorang dosen non islam masuk kelas, ia berkata kepada mahasiswanya : Apakah anda percaya adanyah Tuhan ?. tentu saja semua mahasiswa menjawab percaya. kemudian dosen tersebut melanjutkan pertanyaaanya : pernakah anda melihat Tuhan ?. memegang Tuhan. Tidak bukan kata Dosen tersebut. Analogi sederhana tersebut membuat Dosen tersebut dengan lantang berkata : Berarti Tuhan itu tidak ada, karena tidak dapat dilihat, diraba, dan hanya sekedar khayalan saja. Mahasiswa dosen tersebut diam saja karena analogi masuk akal yang diberikan dosen tersebut tidak terbantahkan.

27

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

Besoknya dosen tersebut mengulangi lagi pernyataannya , namun salah seorang pemuda al-kayyis mengangkat tangan. Pemuda itu bertanya pada dosen tersebut, Bapak pernah melihat otak Bapak ? tanya mahasiswa itu. Dosen menjawab tidak pernah. Bapak bisa memegang otak Bapak ? : kata mahasiswa tersebut. Tidak bisa tentu : dosen tersebut menjawab dengan tegas. Kemudian mahasiswa tersebut berkata : kata bapak bahwa sesuatu yang tidak dapat dilihat, dan tidak dapat disentuh itu berarti tidak ada. Berarti benar kalau begitu, Bapak tidak ada Otaknya Kata mahasiswa tersebut. Cerita tadi hanya sekilas tentang sifat Ketuhanan bahwa sesuatu yang tidak bisa kita lihat atau kita sentuh, belum tentu tiodak ada, karena sifat Tuhan itu sendiri yang Jauh dan Maha dari segenap panca indra yang dimiliki Makhluk apapun. Itulah mengapa Islam dapat memuaskan akal seseorang, karena Fenomena Tuhan itu sendiri oleh islam tidak digambarkan berupa Arca, patung, gambar gambar atau wujud apapun. Karena Akal manusia menolak jika Tuhan itu sama dengan makhluk apapun didunia. Islam itu Sesuai Fitrah manusia Islam tentu saja sesuai dengan fitrah manusia karena Islam mengajarkan bahwa manusia itu butuh Tuhan, dan Manusia memang harus berTuhan. Islam dapat menentramkan hati, karena ajaran-ajaran dalam Islam membawa ketenangan.

28

Akidah Islam sesuai fitrah manusia

BAB lll PENUTUP

KESIMPULAN Dari paparan di atas, secara nalar (rasio, akal) maupun fitrah, juga berdasarkan realitas sejarah manusia, terbukti bahwa hanya Islamlah satusatunya ideologi yang rasional dan sesuai dengan fitrah manusia. Sebaliknya, Sosialisme-komunis dan Kapitalisme-sekular adalah ideologi yang tidak rasional dan bertentangan dengan fitrah manusia; di samping terbukti dalam sejarah telah menimbulkan banyak ekses negatif, kerusakan, dan kekacauan. Keengganan manusia untuk diatur dengan aturan-aturan Allah hanyalah merupakan bukti kesombongan, kelancangan, dan kekurangajaran dirinya di hadapan Penciptanya, Allah Swt., Zat Yang Mahatahu atas segala sesuatu. Jika kita tetap bertahan untuk berkubang dalam aturan-aturan buatan manusia dan tetap enggan diatur dengan aturan-aturan Allah, layaklah kita merenungkan kembali firman Allah Swt. berikut: [] Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki. Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi orang-orang yang yakin?! (QS al-Maidah [5]: 50).

Ya, sekali ini kita patut merenungkan: Adakah hukum/aturan yang lebih baik dibandingkan dengan hukum/aturan-aturan Allah? Apakah hukum/aturanaturan yang berasal dari ideologi Sosialisme-komunis dan Kapitalisme-sekular yang notabene buatan manusia yang serba terbatas, serba kurang, dan serba lemahyang lebih baik ataukah hukum/aturan-aturan Islam yang notabene buatan Allah Pencipta manusia Yang Mahatahu atas segala sesuatu?

29

Anda mungkin juga menyukai