Anda di halaman 1dari 6

KANKER LAMBUNG A. Epidemiologi Kanker lambung memiliki insiden yang sangat bervariasi di dunia.

Kanker lambung adalah penyebab kematian karena kanker urutan kedelapan di seluruh dunia (Rubenstein, 2007). Angka kematian untuk kanker lambung menurun dalam kurun waktu 75 tahun terakhir. Angka kematian kanker lambung di Amerika Serikat pada laki-laki dari 28 menjadi 5,8 per 100.000 orang dan pada wanita menurun dari 27 ke 2,8 per 100.000. Namun, 21.000 kasus baru kanker perut yang terdiagnosa, dan 10.570 penduduk asli Amerika meninggal pada tahun 2010. Walaupun insidensi kanker lambung menurun secara umum, tetapi tetap tinggi di Jepang, Cina, Chile, Irlandia (Longo, et al., 2011). Selama beberapa dasawarsa terakhir angka kematian menurun tajam sampai 30%, ini disebabkan kejadian penyakit menurun di Amerika Serikat dan Eropa Barat, tetapi tetap menjadi masalah di Jepang, Eropa Timur, dan Amerika Latin (Sudoyo, et al., 2009). Insiden tinggi terutama ditemukan pada negara Jepang, Kolumbia, Costa Rica, dan Hungaria. Kanker lambung masih merupakan kanker pembunuh utama, menyebabkan 3% dari semua kematian akibat kanker di Amerika Serikat. Hal ini disebabkan oleh angka harapan hidup 5 tahun yang mengecewakan, yaitu tetap di bawah 20% (Kumar, et al., 2007). Diperkirakan kasus baru pertahun sekitar 800 ribu, dan 650 ribu yang meninggal pertahun, 60% kasus tersebut ditemukan di negara berkembang. Daerah dengan angka insiden yang tertinggi (>40/100 ribu pada laki-laki) dijumpai di negara Asia Timur, Amerika Selatan, dan Eropa Timur. Sedangkan angka rendah (<15/ 100 ribu) dijumpai di Amerika Utara, Eropa Utara dan negara-negara di Afrika serta Asia Tenggara. Terdapat perbedaan 20 kali lipat angka insiden bila dibandingkan di negara Jepang terhadap populasi kulit putih yang berasal dari AS dan beberapa negara di Afrika (Rossai, 2004; Lauwers, 2004; Kumar, 2007; Hamilton, 2000; Owen, 2004). Kanker lambung lebih sering menyerang pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan rasio rentang dari 3:2 sampai 2:1. Ini ditemukan lebih umum pada individu usia 40, 50, dan 70 tahun (Kumar, 2007; Otto, 2003). Kanker lambung lebih sering terjadi pada orang bergolongan darah A daripada golongan darah lain. Status sosioekonomi dan pendidikan yang rendah beresiko 2 kali beresiko lebih tinggi terhadap kanker lambung dibandingkan dengan sosioekonomi yang tinggi (Betty, 2008). Angka harapan hidup 5 tahun di Amerika Serikat antara 5-15%, sedangkan di Jepang lebih baik karena tindakan diagnostik lebih dini (90%) (Sudoyo, et al., 2009). B. Penyebab Penyebab kanker lambung belum diketahui secara pasti, tetapi selalu berhubungan dengan peradangan pada lambung (gastritis) yang disertai penyusutan lambung (Wijayakusuma, 2008). Di samping itu, ada juga faktor-faktor resiko yang memicu terjadinya kanker lambung yaitu penambahan garam dapur yang berlebihan, alkohol, operasi lambung sebelumnya, sindrom kanker familial, polip lambung, rokok, terlalu banyak konsumsi obat-obatan lambung, termasuk antasida, dan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung vitamin A (Mardiah, 2006; Longo, 2011; Shinya, 2011; Sudoyo, 2009). Dari hasil penelitian, terdapat korelasi antara kanker lambung dan makanan yang dikonsumsi (Wijayakusuma, 2008).

Infeksi Helicobacter pylori merupakan penyebab utama peptic ulcer (tukak lambung), gastritis (maag) dan kanker saluran pencernaan (gastric carcinoma dan gastric lymphoma). Pada tahun 1983, Marshall dan Warren dari Australia melaporkan berhasil membiakkan bakteri H. pylori dari penderita gastritis (Silitonga, 2007). Bakteri H. pylori ditemukan oleh Bizzozero pada tahun 1893 dari lambung binatang mamalia. Beberapa peneliti lain juga menemukan bakteri tersebut pada lambung manusia, namun belum dapat mengisolasinya. Baru pada tahun 1983 berhasil dibuat kultur bakteri dari penderita gastritis, yang dinamakan Campylobacter-like organism. Selanjutnya, nama bakteri ini diubah menjadi Campylobacter pyloridis. Tetapi karena nomenklaturnya tidak sesuai, dengan taksonomi bakteri, maka namanya diganti menjadi Campylobacter pylori. Ternyata, flagella dan komponen sel bakteri tersebut tidak sama dengan Campylobacter lainnya, sehingga genusnya diubah menjadi Helicobacter dengan salah satu tipe spesies Helicobacter pylori (Silitonga, 2007). Helicobacter pylori adalah bakteri berbentuk spiral, bersifat gram-negative, bentuk batang kecil atau bentuk cocoid, memiliki 4-6 flagela pada satu ujung, dan pada tiap ujung flagella ada bulb. Bakteri tersebut hanya hidup dalam lingkungan mikroaerofilik dalam lapisan mukosa, epitel dan jaringan lambung pada hampir separo penduduk dunia (Zhang, 2005; Silitonga, 2007). H. pylori menghasilkan enzim urease yang dapat memecah urea dalam mucus lambung menjadi amoniak dan bikarbonat. H. pylori dapat bertahan hidup dalam lambung yang tidak dapat didiami oleh bakteri lain. Beberapa penelitian membuktikan bahwa bakteri H. pylori bersifat pathogen dan berperan penting pada beberapa penyakit gastroduodenal (Silitonga, 2007). Infeksi H. pylori masih merupakan masalah besar di Indonesia karena sampai saat ini belum diketahui dengan jelas cara penularan dan patofisiologisnya pada saluran pencernaan. Prevalensi infeksi H pylori di Indonesia rendah (36-46%) dengan 5,3-15,4% diantaranya ditemukan pada usia di bawah 5 tahun, sedangkan data terbaru di Jakarta dan Surabaya menunjukkan prevalensi H. pylori pada penderita peptic ulcer masing-masing sebesar 100% dan 85,7-93,9% (Sihombing, 2002). Bakteri H. pylori memperlihatkan aktivitas katalase dan sitokrom oksidase, tetapi tidak menfermentasi gula. Enzim yang dihasilkan H. pylori, antara lain: urease, amino-peptidase, esterase, mucinase, lipase dan fosfolipase A. Beberapa studi menunjukkan bahwa bakteri H. pylori tumbuh pada pH 5,5-8,5 dan pertumbuhan optimum pada pH 6,9 8,0. H. pylori dapat tumbuh pada suhu 30-400c dan hanya sebagian kecil strain dapat tumbuh di bawah 300C atau pada 420C, sedangkan suhu optimumnya adalah 370C (Silitonga, 2007). Helicobacter pylori tersebar di seluruh dunia. Prevalensi infeksi bervariasi menurut umur, latar belakang etnik dan status sosioekonomi. Factor-faktor yang dihubungkan dengan kenaikan resiko infeksi adalah keaadaan hidup yang penuh sesak dan tidak sehat, tidak ada air mengalir, dan tidur satu tempat tidur. Di Negara yang sedang berkembang, separuh anak

terinfeksi pada umur 10 tahun,pada masa dewasa lebih dari 80% populasi terinfeksi. Di Negara maju, infeksi dengan H. pylori pada masa anak tidak lazim, dan hanya 40% orang dewasa terinfeksi. Tidak ada reservoir binatang atau lingkungan untuk H. pylori. Mekanisme penularan untuk H. pylori tidak diketahui (Behrman, et al., 2000).

C. Tanda dan Gejala 1. Perut terasa tidak nyaman dan kembung 2. Sesudah makan, lambung terasa penuh 3. Merasa lelah dan kurang darah (anemia)
4. Berat badan menurun (Wijayakusuma, 2008).

5. Tidak dapat mencerna 6. Nyeri punggung 7. Muntah setelah makan 8. Cepat kenyang 9. Malaise
10. Disfagia (Otto, 2003).

D. Penatalaksanaan Pengobatan kanker lambung dapat dilakukan melalui beberapa tindakan, yaitu pembedahan, kemoterapi, dan radiasi (Sudoyo, et al., 2009). 1. Pembedahan Tindakan yang paling tepat dan prioritas adalah pembedahan setelah sebelumnya ditetapkan apakah masih operabel atau tidak. Namun, bila tumor kanker terletak tinggi di lambung, pada imunologis selama dasawarsa ini cukup menjanjikan, tetapi kurang dapat diandalkan. Resiko pembedahan adalah penyebaran sel-sel tumor ke jaringan dan pembuluh sekitarnya akibat pemotongan. Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahan masih dilakukan sebagai tindakan paliatif (Sudoyo, 2009; Hoan, 2007; Jong, 2004).

2. Kemoterapi Pemberian obat-obatan kemoterapi setelah pembedahan kanker yang digunakan dalam jangka pendek menjadi salah satu pilihan pengobatan kanker lambung. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memasukkan zat atau obat yang memiliki khasiat membunuh sel kanker dan menyerang sel-sel normal (Zuhud, 2011; Shinya, 2011). Meskipun demikian, kemoterapi akan beracun karena pada saat memasuki tubuh, obat-obatan tersebut melepaskan radikal bebas yang sangat beracun dalam jumlah besar, sehingga dapat membunuh sel-sel kanker di seluruh tubuh. Hal ini akan berakibat pada sel-sel normal yang sedang mengalami pertumbuhan, seperti pada sumsum tulang yang memproduksi sel darah dan sel-sel dinding saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus yang akan juga mati selama proses itu berlangsung. Obat ini akan memberi efek samping berupa hilangnya nafsu makan, mual, rambut rontok, kurang darah dan berbagai gangguan saluran pencernaan. Efek samping yang paling berbahaya adalah depresi sumsum tulang yang menyebabkan leukopenia, trombositopenia, dan anemia, sehingga penderita mudah terkena infeksi, perdarahan, dan jaringan akan kekurangan oksigen (Uripi, 2005; Shinya, 2011). Pada pasien yang menjalankan kemoterapi, umumnya daya tahan tubuh akan menurun drastis. Menurunnya daya tahan tubuh mengakibatkan sel-sel kanker lebih mudah menyebar dan sisa-sisa sel-sel kanker dapat berkembang lagi (Mangan, 2005). 3. Terapi Radiasi Selain pembedahan dan kemoterapi, radiasi juga dapat digunakan sebagai pengobatan kanker lambung yang relatif murah, namun kurang berhasil dan tidak optimal. Hal ini disebabkan dosis penyinaran untuk membunuh sel-sel tumor terlalu merusak jaringan dan organ sehat di sekitarnya (Sudoyo, 2009; Tjay, 2007). Dosis yang dapat ditoleransi adalah 45 sampai 50 Gy yang diberikan dalam fraksi 1,8 Gy per hari. Terap radiasi intraoperative (IORT) telah bermanfaat dalam kontrol penyakit mikroskopik dengan maksimum dosis ditoleransi 15 sampai 20 Gy (Otto, 2003).

E. Prognosis Prognosis untuk pasien dengan kanker bergantung pada luas penyakit dan pada tindakan. Angka bertahan hidup 5 tahun untuk periode 1981 sampai 1987 adalah 16% (Otto, 2003).

DAFTAR PUSTAKA Behrman, Richard E., et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC. Betty. 2008. Tampilan Imunohistokimia COX-2 Pada Lesi Gastritis, Pre Kanker dan Kanker Lambung. e- Repository USU. 1-86. Hamilton, S.R. 2000. WHO Classification of Tumours, Pathology & Genetics Tumours of The Digestive System. Lyon: IACPress.

Jong, Wim de. 2004. Kanker, Apakah Itu? Pengobatan, Harapan Hidup, dan Dukungan Keluarga. Jakarta: Arcan. Kumar, Vinay., et al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Jakarta: EGC. Lauwers, G.Y. 2004. Epithelial Neoplasms of The Stomach. In: Surgical Pathology of The GI Tract, Liver, Biliary Tract, and Pancreas. Volume 1. Saunders. Elsevier. 409-27. Longo, D.L., et al. 2011. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 8. United States: The McGraw-Hill Companies. Mangan, Yellia. 2005. Cara Bijak Menaklukan Kanker. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka. Mardiah., et al. 2006. Makanan Anti Kanker. Tangerang: PT AgroMedia Pustaka. Otto, Shirley E. 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC. Owen, D.A. 2004. The Stomach. In: Stenbergs Diagnostic Surgical Pathology. 4th Ed. Volume 2. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 1435-74. Rossai, J. 2004. Gastrointestinal Tract Stomach. In: Rosai and Ackermans Surgical Pathology. 9th Ed. Mosby. 2004: 648-711. Rubenstein, David., et al. 2007. Lecture Notes: Kedokteran Klinis. Edisi 6. Jakarta: Erlangga. Shinya, Hiromi. 2011. The Miracle of Enzyme: Self Healing Program. Bandung: PT Mizan Pustaka. Sihombing, M., Barus, P., Zain, L.H. And Tarigan, P. 2002. Perubahan Konsentrasi Urea Dan Ammonia Pada Cairan Lambung Sebagai Deteksi Infeksi Helikobakter Pylori. Biosain. 2: 94-96.. Silitonga, Mettison M. 2007. Infeksi Saluran Gastroduodenal oleh Bakteri Helycobacter pylori. Jurnal Biologic. 6(2): 10-21. Sudoyo, Aru W., et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing. Tjay, Tan Hoan. 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Uripi, Vera. 2005. Menu untuk Penderita Kanker. Jakarta: Puspa Swara. Wijayakusuma, Hembing. 2008. Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspa Swara. Zhang, Y., Argent, R.H., Letley, D.P., Thomas, R.J. And Atherton, J.C. 2005. Tyrosine Phosphorylation Of Caga From Chinese Helicobacter Pylori Isolates In Ags Gastric Epithelium Cells. J. Clin. Microbiology. 43: 786-790. Zuhud, Ervizal A. M. 2011. Kanker Lenyap Berkat Sirsak. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.

RIZKA KALAU ADA YANG KURANG SMS YA KURANGNYA DIMANA . MAKASIH

Anda mungkin juga menyukai