Anda di halaman 1dari 21

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Ginjal adalah organ besar bentuk kacang yang letaknya retroperitoneal pada dinding posterior tubuh. Ginjal esensial untuk kehidupan dan menghasilkan urin yang turun melewati ureter ke kandung kemih untuk disimpan sementara dan akhirnya secara periodik dikeluarkan melalui uretra. Di atas setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal (kelenjar suprarenalis) yang terbenam di dalam lemak dan jaringan ikat ginjal. Batas medial ginjal yang cekung adalah hilum, yang terdiri atas 3 bangunan besar, yaitu arteri renalis, vena renalis, dan pelvis renalis bentuk corong. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan ikat longgar dan rongga berisi lemak yang disebut sinus renalis. Setiap ginjal dilapisi oleh kapsul jaringan ikat padat tidak teratur. Irisan sagital ginjal menunjukkan korteks yang lebih gelap di bagian luar, dan medulla yang lebih terang dibagian dalam, yang terdiri atas banyak pyramid ginjal bentuk kerucut. Basis setiap ginjal menghadap ke korteks yang membentuk batas kortikomedularis. Apeks setiap ginjal yang bulat meluas ke arah pelvis renalis untuk membentuk papilla renalis. Sebagian korteks juga meluas ke masing-masing sisi pyramid ginjal untuk membentuk kolumna renalis. Setiap papila renalis dikelilingi oleh kaliks minor bentuk corong, yang mengumpulkan urin dari papila. Kaliks minor bergabung di sinus renalis membentuk kaliks mayor. Unit fungsional setiap ginjal adalah tubulus uriniferus. Tubulus ini terdiri atas nefron dan duktus koligens. Jutaan nefron terdapat di setiap korteks ginjal. Nefron, selanjutnya terbagi lagi menjadi 2 komponen, korpuskulum ginjal dan tubulus ginjal. Ginjal memiliki fungsi penting, diantaranya filtrasi dan ekskresi produk sisa metabolisme (urea dan amonium), regulasi elektrolit yang diperlukan, cairan, dan keseimbangan asam-basa, dan merangsang produksi sel darah merah. Ginjal juga berfungsi untuk mengatur tekanan darah melalui sistem renin-

angiotensin-aldosteron, mengontrol reabsorpsi air dan mempertahankan volume intravaskular. Ginjal juga menyerap kembali glukosa dan asam amino dan memiliki fungsi hormonal melalui eritropoietin, calcitriol, dan aktifasi vitamin D. (Medscape, 2011)

I.2. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan referat ini adalah : 1. Untuk mengetahui struktur makroskopis dan mikroskopis ginjal. 2. Untuk menambah wawasan dan ilmu mengenai struktur makroskopis dan mikroskopis ginjal.

I.3. Manfaat Penulisan Manfaat yang dapat diperoleh dari disusunnya referat ini adalah mampu memberikan pengetahuan dan wawasan tentang struktur makroskopis dan mikroskopis ginjal bagi mahasiswa dan pembaca.

BAB II ISI

II.1. Skeletopi Ginjal Ginjal ada sepasang, berbentuk seperti kacang, berwarna merah kecoklatan dan permukaannya berkilap karena dibungkus capsula fibrosa. Kedua ginjal, kanan dan kira, mempunyai bentuk dan ukuran yang kurang lebih sama. Panjang ginjal adalah 11-12 cm, lebarnya 5-6 c, dan tebalnya 3 cm, dan beratnya kurang lebih 130-150 gram. (Harjadi Widjaja, 2010)

Gambar II.1. Letak Ginjal. (Richard S Snell, 2006)

Kedua ginjal terletak retroperitoneal pada dinding abdomen, masingmasing disisi kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 sampai vertebra L3 dan muskulus psoas major. Letak ginjal tidak simetris. Ginjal sinistra biasanya 1,5 cm lebih tinggi dan terletak sedikit lebih medial disbanding ginjal

dextra. Ginjal dextra terletak sedikit lebih rendah daripada ginjal sinistra karena besarnya lobus dextra hepar. Pada pernapasan tenang dan posisi berbaring, hilum renale terletak kira-kira 3,5 cm di sebelah leteral bidang median dan 1 cm di depan ujung cartilage costalis XI. (Keith L Moore, 2002) Masing-masing ginjal mempunyai ujung atas dan bawah (extremitas superior renis dan extremitas inferior renis), permukaan depan dan belakang (facies anterior renis dan facies posterior renis), tepi medial dan lateral (margo medialis renis dan margo lateralis renis). Facies anterior renis menghadap ke depan, sementara facies posterior renis menghadap kebelakang. Margo medialis renis, yang cekung membentuk hilum renale. Hilum renale meluas ke suatu ruangan besar yang disebut sinus renalis. Hilum renale dilalui , dari depan ke belakang oleh, vena renalis, dua cabang arteri renalis, ureter, dan cabang ketiga arteri renalis (V.A.U.A). Pembuluh-pembuluh limfatik dan serabut simpatis juga melalui hilum ini. (Richard S Snell, 2006)

Gambar II.2. Bentuk Umum Ginjal (Harjadi Widjaja, 2010)

Pada pandangan ventral, extremitas inferior ginjal sinistra terletak dibidang subkostal, kira-kira 7,5 cm di sebelah lateral bidang median. Pada pandangan dorsal, hilum renale ginjal sinistra terletak setinggi processus spinosus vertebra lumbalis I dan extremitas inferiornya terletak 5 cm di atas titik tertinggi crista iliaca. Hilum renale dan extremitas inferior ginjal dextra juga mempunyai proyeksi yang sama di sisi kanan, tetapi 1,5 cm lebih rendah. (Keith L Moore, 2002) Ginjal mempunyai selubung sebagai berikut : 1. Capsula fibrosa : Meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal. 2. Capsula adipose : Meliputi capsula fibrosa. 3. Fascia renalis : Merupakan kondensasi jaringan ikat yang terletak

diluar capsula adipose serta meliputi ginjal dan glandula suprarenalis. Di lateral fascia ini melanjutkan diri sebagai fascia transversalis. 4. Corpus adiposum pararenale : Terletak diluar fascia renalis dan sering didapatkan dalam jumlah besar. Corpus adiposum pararenale membentuk sebagai lemak retroperitoneal. (Richard S Snell, 2006)

Hubungan Ginjal dengan Struktur Sekitarnya 1. Hubungan ke posterior Ginjal terletak posterior dari rongga abdomen tanpa diliputi peritoneum. Dengan demikian, ginjal termasuk salah satu organ

retroperitoneal. Sebagian ginjal menempel pada muskulus quadratus lumborum yang dibungkus oleh facia thoracolumbalis. Sisi medialnya berbatasan dengan muskulus psoas major dan sisi lateralnya berbatasan dengan muskulus transverses abdominis. Bagian atas ginjal berhubungan dengan diaphragma, termasuk recessus costodiaphragmaticus pleurae (teletak diatas diapraghma). Di belakang diapraghma, ginjal juga mempunyai hubungan dengan costa XII dextra (untuk ginjal dextra) dan costa XI-XII sinistra (untuk ginjal sinistra). Di belakang ginjal, dibawah recessus

costodiaphragmaticus pleurae, berturut-turut (dari atas ke bawah) terdapat n. subcostalis, n. iliohypogastricus, dan n. ilioinguinalis yang berjalan ke bawah lateral. (Harjadi Widjaja, 2010)

Gambar II.3. hubungan ginjal ke posterior. (Harjadi Widjaja, 2010)

2. Hubungan ke anterior Hubungan ke anterior berbeda antara ginjal dextra dan ginjal sinistra. Satu-satunya kesamaan adalah hubungannya dengan glandula suprarenalis, yang terletak pada permukaan anterior dan medial extremitas superior ginjal. Ginjal tidak berhubungan langsung dengan organ-organ abdomen didepannya, tetapi melalui fascia renalis (yang membungkus ginjal beserta glandula suprarenalis). (Harjadi Widjaja, 2010) Dua pertiga bagian ginjal dextra, di bawah glandula suprarenalis, mempunyai hubungan ke anterior dengan fascia visceralis lobi dextri hepatis. Di bawahnya, ginjal berhubunga dengan flexura coli dextra. Di sebelah medial dari hubungannya dengan hepar dan flexura coli dextra, hilum renale ditutupi oleh pars descendens duodeni. Pada perbatasan ginjal dengan

duodenum dan flexura coli dextra, kadang-kadang terdapat hubungan dengan intestinum tenue mesenteriale (jejunum dan ileum). (Harjadi Widjaja, 2010) Pada ginjal sinistra, di sebalah bawah-lateral facies suprarenalis, terdapat daerah segitiga kecil yang diliputi bursa omentalis (bagian peritoneum yang memisahkan daerah tersebut dengan permukaan posterior corpus gastricum). Di bawag segitiga ini, ginjal berhubungan dengan corpus pancreatis. Ginjal dipisahkan dari corpus pancreatis oleh jaringan ikat longgar yang dilalui vena lienalis (berjalan ke medial) dan arteri lienalis (berjalan berkelok-kelok sepanjang tepi atas pancreas). Di sebelah lateral perbatasan ginjal dengan lambung dan pancreas tersebut, terdapat hubungan dengan lien. Di bawahnya, terdapat hubungan dengan gelungan jejunum (didepan peritoneum) dan dengan ramus ascendens arteriae colica sinistrae (dibelakang peritoneum). Di sebelah lateral bawahnya, terdapat hubungan dengan flexura coli sunistra dan bagian atas colon descendens. (Harjadi Widjaja, 2010)

Gambar II.4. Hubungan ginjal ke anterior. (Harjadi Widjaja, 2010) 3. Hubungan ke medial Ke medial, ginjal berhubungan dengan m. psos major dan minor, serta dengan pars abdominalis trunci sympathici (yang terletak di sepanjang tepi medial m. psoas). Di sebelah depan-medial, masing-masing ginjal berbatasan dengan vasa renalis (arteri dan vena renalis), vasa suprarenalis (arteri dan

vena suprarenalis), vena ovarica/testicularis, dan bagian atas ureter. Lebih ke medial lagi terdapat vena cava inferior (dekat ginjal kanan) dan aorta abdominalis (dekat ginjal kiri). (Harjadi Widjaja, 2010)

Gambar II.5. Hubungan ginjal dengan organ-organ viscera abdomen. (Harjadi Widjaja, 2010)

Secara umum, hubungan ginjal dengan organ lain adalah penting. Secara lebih singkat akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Superior : Kelenjar adrenal (suprarenalis) terletak pada kutub atau

bagian atas dari setiap ginjal. 2. Sisi Kanan : Bagian descendens duodenum berbatasan dengan aspek medial ginjal. 3. Sisi Kiri : Kurvatura major lambung terletak pada aspek superomedial

pada ginjal, ekor pancreas (cauda) meluas dan menimpa hilus ginjal. 4. Limpa terletak di anterior kutub atas dan terhubung oleh ligamentum splenorenal (lienorenal). 5. Usus besar teletak di anterior pada ginjal pada kedua sisi.

6. Posterior : diafragma meliputi sepertiga atas setiap ginjal, dengan tulang rusuk ke-12 yang paling sering melewati kutub atas. 7. Ginjal terletak di atas muskulus psoas (medial) dan muskulus quadrates lumborum (lateral). (Medscape, 2011)

Gambar II.6. Renal Anatomy. (Medscape, 2011)

Ginjal terfiksasi dalam rongga abdomen terutama karena pengaruh tekanan intra-abdominal. Tekanan tersebut berasal dari ketegangan otot-otot dinding abdomen, yang diteruskan ke organ-organ viscera abdomen (termasuk ginjal). Fiksasi ginjal juga dibantu oleh arteri dan vena renalis, serta oleh fascia renalis (beserta jaringan lemaknya). (Harjadi Widjaja, 2010)

II.2. Korteks dan Medulla Ginjal II.2.1. Makroskopis Korteks dan Medulla Ginjal Pada potongan koronal ginjal, terlihat dua massa padat yang bias dibedakan. Masing-masing ginjal mempunyai korteks renalis

dibagian luar, yang berwarna coklat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna coklat lebih terang dibandingkan korteks. Di sebelah dalam medulla renalis, terdapat rongga yang disebut sinus renalis. Sinus renalis berbatasan dengan capsula renalis yang sebagian masuk ke dalamnya. Sinus renalis berisi calices renalis, pelvis renalis, dan pembuluh-pembuluh darah yang tertanam di dalam massa lemak. Dinding sinus tidak rata tetapi mempunyai 6-15 buah tonjolan yang disebut papillae renales. Medulla renalis terdiri atas kira-kira selusin pyramides renales, yang merupakan jaringan seperti jari-jari yang berwarna lebih gelap yang dibentuk oleh papilla renales. Pyramides renales masing-masing mempunyai basis yang menghadap korteks renalis, dan apex yaitu papilla renales yang menonjol kemedial. (Harjadi Widjaja, 2010) Pada papilla renales, terdapat lubang-lubang kecil tempat bermuaranya tubuli renales. Setelah melalui lubang-lubang tersebut, urin mengalir keluar ke calices renales minors (tunggal: calix renalis minor) yang berbentuk seperti cawan (menampung papilla renales). Dua sampai empat calix renales minor bergabung membentuk calix renales major (jamak: calices renales majores). Dari calices renales majores, urin dialirkan ke pelvis renalis sebelum memasuki ureter. (Harjadi Widjaja, 2010) Korteks renales terletak tepat disebelah dalam capsula fibrosa. Bagian korteks yang meluas atau menonjol ke medulla ke dalam sinus renales diantara pyramides renales disebut columnae renalis (columna bertini). Columnae renales ditembus oleh sejumlah arteri, vena, dan saraf. (Harjadi Widjaja, 2010)

Gambar II.7. Potongan koronal ginjal, memperlihatkan struktur ginjal. (Harjadi Widjaja, 2010)

II.1.2. Mikroskopis Korteks dan Medulla Ginjal Jika ginjal dipotong sejajar dengan permukaannya, akan membagi ginjal menjadi dua bagian yang sama tebal, parenkim ginjal tampak terdiri atas korteks dan medulla. (Finn Geneser, 1994)

Gambar II.8. Peralihan antara korteks dan medulla ginjal. (Finn Genester, 1994)

Korteks ginjal tampak merah gelap dan bergranula. Korteks dilindungi oleh kapsula ginjal berupa jaringan ikat padat tidak teratur. Korteks menutupi seluruh medulla dan selain itu meluas membentuk kolumna renalis, pada tempat bagian dalam medulla. (Finn Geneser, 1994) Korteks mengandung tubulus kontortus proksinal dan distal, glomeruli, dan radius medullaris. Arteri dan vena interlobularis juga terdapat pada korteks. Radius medullaris dibentuk oleh bagian nefron yang lurus, pembuluh darah, dan tubulus koligens yang menyatu dimedulla membentuk duktus koligens yang lebih besar. Radius medullaris tidak meluas kekapsul ginjal karena adanya tubulus kontortus subkapsular. (Victor P Ereschenko, 2010) Pembesaran yang lebih kuat ginjal memperlihatkan detail korteks yang lebih besar. Ginjal terdiri dari banyak lobus. Pada tiap lobus, terdapat sistem pembuluh darah, yang terdiri dari sejumlah

bangunan yang memegang peranan dalam filtrasi urin. Sistem tersebut berawal di corpusculum renis (corpusculum Malpighi), yang terletak pada korteks renalis. Corpusculum ini tersusun dari unsure jalinan kapiler yang berkelok-kelok, disebut glomerulus, dan pembungkusnya capsula glomeruli (capsula bowman). Ukuran diameter korpuskel ginjal bervariasi dari 150-250 mikron atau micrometer. (Victor P Ereschenko, 2010)

Gambar II.9. korteks ginjal dan medulla bagian atas. (Victor P Ereschenko, 2010)

Glomerulus adalah sekumpulan kapiler yang dibentuk dari aeteriol glomerulus aferen dan ditunjang oleh jaringan ikat halus serta dikelilingi oleh kapsul glomerulus. Stratum visceral atau lapisan dalam

kapsul glomerulus mengelilingi kapiler glomerulus dengan sel epitel modifikasi yaitu podosit. Di polus vascularis korpuskulum ginjal, epitel stratum visceral membentuk epitel selapis gepeng di stratum parietale kapsul glomerulus. Ruang diantara stratum visceral dan stratum prietale korpuskulum ginjal adalah spatium capsulare. (Victor P Ereschenko, 2010) Lapisan parietal kapsula bowman tersusun dari epitel selapis gepeng dengan inti agak menonjol ke rongga kapsula. Pada polus urinary, sel-sel gepeng ini bertambah tinggi melebihi 4-5 sel untuk berhubungan dengan epitel silindris rendah yang melapisi dinding tubulus kontortus proksimal. Lapisan viseral epitel melekat erat pada kapiler glomerulus dengan inti sel-sel epitel pada sisi kapsula lamina basal, akan tetapi tidak membentuk lembaran yang utuh dan sel-selnya telah mengalami perubahan. Sel ini disebut podosit dan pada dasarnya berbentuk bintang, dengan badan selnya yang hamper tidak pernah melekat pada lamina basal kapiler glomerulus akan tetapi terpisah sejauh 1-2 um. (C Roland Lesson, 1996) Korpuskulum ginjal dikelilingi oleh dua jenis tubulus kontortus,yang terpotong dalam berbagai bidang. Kedua tubulus ini adalah tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal. Tubulus kontortus merupakan segmen awal dan akhir nefron. Tubulus kontortus proksimal lebih panjang daripada tubulus kontortus distal dan oleh karena itu lebih banyak dikorteks. (Victor P Ereschenko, 2010) Dikorteks juga ditemukan radius medullaris. Radius medullaris mencakup tiga jenis tubulus : segmen lurus (descendens) tubulus proksimal, segmen lurus (ascendens) tubulus distal dan tubulus koligens. Segmen lurus (descendens) tubulus proksimal mirip dengan tubulus kontortus proksimal dan segmen lurus (ascendens) tubulus distal sangat mirip dengan tubulus kontortus distal. Tubulus koligens di korteks

tampak lebih jelas karena sel-sel kuboid dan membrane sel terpulas pucat. (Victor P Ereschenko, 2010) Pembesaran lebih kuat pada korteks ginjal adanya aparatus jukstaglomerular. Setiap korpuskulum ginjal memiliki polus vasceralis tempat arteriol glomerulus afaeren amsuk dan arteri glomerulus eferen keluar. Disisi berlawanan pada korpuskulum ginjal adalah polus urinarius. Di polus visceralis, sel otot polos di tunika media arteriol glomerulus aferen diganti oleh sel epiteloid modifikasi dengan granula sitoplasma. Sel ini adalah sel jukstaglomerular. Di tubulus kontortus distal yang bersebelahan, sel yang berbatasan dengan sel

jukstaglomerular kecil dan lebih silindris. Daerah dengan sel-sel yang lebih padat dan lebih gelap disebut macula densa. Sel jukstaglomerular di arteriol glomerulus aferen dan sel macula densa di tubulus kontortus distal membentuk apparatus jukstaglomerular. (Victor P Ereschenko, 2010)

Gambar II.10. Korteks ginjal : apparatus jukstaglomerular. (Victor P Ereschenko, 2010)

Medulla terdiri dari piramid-piramid ginjal. Basis setiap pyramid berbatasan dengan korteks dan apeksnya membentuk papilla

renalis yang menonjol ke dalam struktir bentuk corong, kaliks minor, yang menggambarkan bagian ureter yang lebar. Area kribrosa ditembus oleh lubang kecil, yang merupakan muara duktus koligens ke dalam kaliks minor. (Victor P Ereschenko, 2010) Medulla hanya mengandung bagian lurus tubulus dan segmen ansa henle (segemen descendens tebal dan tipis, dna segmen asendens tebal dan tipis). Segmen tipis ansa henle dilapisi oleh sel epitel selapis gepeng dan menyerupai kapiler. Ciri yang membedakan ansa henle yang tipis adalah lapisan epitel yang lebih tebal dan tidak adanya sel darah di lumennya. Sebaliknya, kebanyakan kapiler mengandung sel darah di lumen. (Victor P Ereschenko, 2010) 1. Medulla Ginjal : Daerah Papillaris Papilla di ginjal menghadap kaliks minor dan mengandung terminal tubulus koligens, yang disebut duktus papilaris. Duktus papilaris memiliki diameter yang besar dan lumen yang lebar, dab dilapisi oleh sel kolumnar tinggi terpulas-pucat. Di papilla juga terdapat segmen lurus (asendens) tubulus distal dan segmen lurus (desendens) tubulus proksimal. Terselip diantara tubulus lurus asendens dan desendens terdapat potongan melintang segmen tipis ansa henle yang menyerupai kapiler atau venula kecil. Kapiler dan venula kecil berbeda dari segmen tipis ansa henle oleh dinding yang lebih tipis dan adanya sel darah dalam lumennya. Jaringan ikat yang mengelilingi tubulus lebih banyak di daerah papilaris ginjal, dan duktus papillaris terpisah satu sama lain. (Victor P Ereschenko, 2010)

Gambar II.11. Medulla Ginjal : daerah papilaris. (Victor P Ereschenko, 2010)

2. Medulla Ginjal : Ujung Terminal Papilla Beberapa duktus koligens menyatu di papilla medulla ginjal untuk membentuk tubulus lurus yang besar yaitu duktus papillaris, yang dilapisi oleh epitel selapis kuboid atau silindris. Muara duktus papilaris di ujung papilla memberikan gambaran mirip saringan di papilla yang disebut area kribrosa. Isi dari duktus papilaris disalurkan ke dalam kaliks minor yang berbatasan dan mengelilingi ujung masing-masing papilla. (Victor P Ereschenko, 2010) Papilla dilapisi oleh epitel penutup bertingkat. Di area kribrosa, epitel penutup biasanya jenis selapis silindris tinggi yang

bersambungan dengan duktus papilaris. (Victor P Ereschenko, 2010) Segmen tipis ansa henle turun jauh ke dalam papilla dan dikenali berupa duktus yang tipis dengan lumen kosong. Venula dan kapiler vasa rekta biasanya ditandai oelh adanya sel darah di lumennya. Pembuluh darah dan duktus papillaris dikelilingi oleh interstisium ginjal (jaringan ikat). (Victor P Ereschenko, 2010)

Gmabar II.12. Medulla Ginjal : ujung terminal papilla. (Victor P Ereschenko, 2010)

3. Duktus Daerah medulla Bagian medulla ginjal terdiri atas tubulus dengan berbagai ukuran yang lebih besar, dan pembuluh darah vasa rekta. Tubulus dengan sel kuboid terpulas-terang yang besar adalah tubulus koligens. Di dekat tubulus koligens yaitu tubulus dengan sel kuboid yang terpulsa-lebih gelap. Ini adalah segmen tebal ansa henle. Diantara tubulus terdapat pembuluh darah vasa rekta dan segmen tipis ansa henle. Pembuluh darah vasa rekta dapat dibedakan dari segmen tipis ansa henle oleh adanya sel darah di dalam lumennya. (Victor P Ereschenko, 2010)

Gambar II.13. Duktus Daerah Medula. (Victor P Ereschenko, 2010)

Didalam ginjal terdapat beberapa sel, diantaranya : 1. Sel Mesangial Selain podosit yang mengelilingi kapiler, terdapat sel khusus lainnya di glomerulus, yaitu sel mesangial, yang juga melekat pada kapiler. Sel mesangial menyintesis matriks ekstraselular dan membentuk penunjang struktur untuk kapiler glomerulus. Sewaktu darah disaring, banyak makromolekul protein terperangkap di lamina basal glomerulus. Sel mesangial berfungsi sebagai makrofag di daerah intraglomerular dan memfagosit bahan yang tertimbun di saringan glomerulus, sehingga mencegah penyumbatan oleh debris. Sel ini juga terlihat kontraktil dan dapat mengatur aliran darah glomerulus akibat adanya reseptor untuk bahan-bahan vasoaktif. Sebagian sel mesangial juga terletak di luar korpuskulum ginjal di daerah polus vaskularis. Di sini, sel-sel tersebut disebut sel mesangial ekstraglomerular yang membentuk bagian apparatus jukstaglomerular. (Victor P Ereschenko, 2010) Sel mesangial ekstraglomeruli berhubungan langsung dengan sel mesangial intraglomeruli, dimana keduanya sangat mirip pada daerah

peralihan. Sitoplasma berwarna pucat dan beberapa sel mungkin mempunyai granula dalam sitoplasmanya. Sitoplasma juga berisi sejumlah filamen dan sel-sel ini sangat mirip dengan sel mioepitel (seperti sel mesangial intraglomeruli). Sel-sel ini mungkin berdeferensiasi menjadi sel-sel epiteloid pada dinding arteri dan menggantikan dinding arteri ini, tetapi fungsinya belum diketahui. (Finn Geneser, 1994) 2. Sel Jukstaglomerular Sel Jukstaglomerular adalah sekelompok sel otot polos modifikasi yang terletak di dinding arteriol aferen tepat sebelum pembuluh ini masuk ke kapsul glomerulus untuk membentuk glomerulus. Sitoplasma sel ini mengandung granula sekretorik terbungkus membrane yang berisi enzim rennin. Makula densa adalah sekelompok sel tubulus kontortus distal yang mengalami modifikasi. Sel makula densa dan sel jukstaglomerular dipisahkan oleh membrana basalis yang tipis. Dekatnya sel jukstaglomerular dengan makula densa memungkinkan integrasi fungsinya. (Victor P Ereschenko, 2010) Fungsi utama apparatus jukstaglomerular adalah mempertahankan tekanan darah yang sesuai di ginjal untuk filtrasi glomerulus. Sel di apparatus ini bekerja sebagai baroreseptor dan kemoreseptor. Sel jukstaglomerular memantau perubahan tekanan darah sistemik dengan berespons terhadap peregangan dinding arteriol aferen. Sel-sel makula densa peka terhadap perubahan konsentrasi natrium klorida. Penurunan tekanan darah

menyebabkan jumlah filtrasi glomerulus berkurang dan akibatnya konsentrasi ion natrium di filtrate berkurang sewaktu filtrat melawati makula densa di tubulus kontortus distal. (Victor P Ereschenko, 2010) Penurunan tekanan darah sistemik atau penurunan konsentrasi natrium dalam filtrate merangsang sel jungstaglomerular untuk melepaskan enzim rennin ke dalam aliran darah. Renin mengubah protein plasma

angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnay diubah menjadi angiotensin II oleh enzim lainnya yang terdapat di sel endotel kapiler paru.

Angiotensin II adalah suatu hormone aktif dan vasokonstriktor kuat yang mula-mula menyebabkan kontriksi arteri, sehingga tekanan darah sistemik meningkat. Selain itu, angiotensin merangsang pembebasan hormone aldosteron dari korteks adrenal. (Victor P Ereschenko, 2010)

Anda mungkin juga menyukai