Anda di halaman 1dari 36

Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai

teori. Pendidikan sebagai praktik yakni seperangkat kegiatan atau aktivitas yang dapat diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain (baca: peserta didik) agar memperoleh perubahan perilaku. Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang lebih luas. Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan (3) pendekatan religi. (Uyoh Sadulloh, 1994). 1. Pendekatan Sains Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam. Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1) sosiologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2) psikologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan perkembangan individu dalam belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa; (6) bimbingan dan konseling, suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti: sosiologi, teknologi dan terutama psikologi. Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah. 2. Pendekatan Filosofi Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman. Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual, yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta, namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan caracara yang dilakukan oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam. Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model filsafat preskriptif; (3) model filsafat analitik. Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala

yang ada, merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berfikir dan keseluruhan pengalaman Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni, menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat. Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan dari Uyoh Sadulloh, 1994) Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme, realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan, diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme; dan (4) rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003). Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman itu? Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses. 3. Pendekatan Religi Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan. Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya. Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan

teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya (Al-Quran dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya. Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education (Hasan Langgulung, 1986) merumuskan bahwa : Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Mans spirit, intelellect the rational self, feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual, the community and humanity at large. Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib. Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam) Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner Sumber: Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Bandung: Rosda Karya

Ali Saifullah.HA. 1983. Antara Filsafat dan Pendidikan: Pengantar Filsafat Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Hasan Langgulung, 1986. Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka AlHusna Ismaun. 2001. Filsafat Ilmu I. (Diktat Kuliah). Bandung: UPI Bandung.

Uyoh Sadulloh.1994. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: P.T. Media Iptek

Usia anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia anak. Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi dalam usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai tahap proses perkembangan sudah lengkap. Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah menengah Atas adalah suatu masa usia anak yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Di dalam periode ini didapatkan banyak permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak di kemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum, gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar. Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat pencapaian prestasi pada peserta didik di sekolah. Sayangnya permasalahan tersebut kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua atau para klinisi serta profesional kesehatan lainnya. Pada umumnya mereka masih banyak memprioritaskan kesehatan anak balita. Orang tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari. Sehingga sangatlah penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan gangguan kesehatan pada anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks. Deteksi dini gangguan kesehatan anak usia sekolah dapat mencegah atau mengurangi komplikasi dan permasalahan yang diakibatkan menjadi lebih berat lagi. Peningkatan perhatian terhadap kesehatan anak usia sekolah tersebut, diharapkan dapat tercipta anak usia sekolah Indonesia yang cerdas, sehat dan berprestasi. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah Pengertian tumbuh kembang anak sebenarnya mencakup 2 hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Pertumbuhan berdampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ dan individu. Kedua kondisi tersebut terjadi sangat berkaitan dan saling mempengaruhi dalam setiap anak. Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia pra sekolah dan Sekolah dasar: Jasmani : Periode ini disebut periode memanjang secara fisik fungsi organ otak mulai terbentuk mantap sehingga perkembangan kecerdasannya cukup pesat. Jiwani : Anak mulai banyak melihat dan bertanya, fantasinya berkurang karena melihat kenyataan, ingatan kuat daya kritis mulai tumbuh, ingin berinisiatif dan bertanggung jawab. Rohani : Anak mulai memasukkan dalam pikirannya tentang Tuhan mulai memisahkan konsep pikiran tentang Tuhan dengan orangtuanya. Sosial : Kegiatan anak mulai berkelompok dan mengarah pada tujuan tetapi masih egosentris, kegiatannya hanya satu jenis dan mulai membuat Gang dengan kompetisi tinggi. Pertumbuhan dan Perkembangan anak usia sekolah menengah dan sekolah lanjutan : Jasmani : Adanya perubahan jasmani yang mendadak dan cepat iramanya sehingga menimbulkan kebingungan dalam diri anak. Secara biologis remaja telah matang dan siap untuk berperan sebagai pria atau wanita. Jiwani : Perkembangan kecerdasan berkembang secara pesat, berpikirnya makin logis dan kritis, fantasi makin kuat sehingga seringkali terjadi konflik sendiri, penuh dengan cita-cita, mencari realita, kebenaran dan tujuan hidup. Rohani : Kehidupan agamanya berada dalam persimpangan jalan, ada perasaan tidak aman karena terjadi perubahan fisik, emosi dan juga berpengaruh pada imannya kadang-kadang kekuasaan tradisi kepercayaan dianggap mempersempit kebebasan dirinya yang banyak menuruti keinginan diri sendiri (suara hatinya). Sosial : Pengaruh yang besar datang dari kelompoknya (teman sebaya), perubahan perilaku berhubungan dengan kehidupan bersama, suka berkelompok ada usaha untuk diterima dalam kelompok dan masyarakat, ingin maju, suka membantu, sopan dan memperhatikan orang lain dsb. PERMASALAHAN KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH Secara epidemiologis penyebaran penyakit berbasis lingkungan di kalangan anak sekolah di Indonesia masih tinggi. Kasus infeksi seperti demam berdarah dengue, diare, cacingan, infeksi saluran pernapasan akut, serta reaksi simpang terhadap makanan akibat buruknya sanitasi dan keamanan pangan. Selain itu risiko gangguan kesehatan pada anak akibat pencemaran lingkungan dari pelbagai proses kegiatan pembangunan makin meningkat. Seperti makin meluasnya gangguan akibat paparan asap, emisi gas buang sarana transportasi, kebisingan, limbah industri dan rumah tangga serta gangguan kesehatan akibat bencana. Selain

lingkungan, masalah yang harus diperhatikan adalah membentuk perilaku sehat pada anak sekolah. Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia TK dan SD biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan dan lingkungan seperti gosok gigi yang baik dan benar, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, kebersihan diri. Pada anak usia SLTP dan SMU (remaja), masalah kesehatan yang dihadapi biasanya berkaitan dengan perilaku berisiko seperti merokok, perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), kehamilan yang tak diingini, abortus yang tidak aman, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS. Permasalahan lain yang belum begitu diperhatikan adalah masalah gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah. Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan ini akan mempengaruhi prestasi relajar dan masa depan anak. Selanjutnya akan divas tentang permaslahan kesehatan anak usia sekolah di anatarnya adalah penyakit menular, penyakit non infeksi, gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan dan perilaku. Penyakit Menular Pada Anak Sekolah Penyakit yang cukup mengganggu dan berpotensi mengakibatkan keadaan bahaya hingga mengancam jiwa adalah penyakit menular pada anak sekolah. Sekolah adalah merupakan tempat yang paling penting sebagai sumber penularan penyakit infeksi pada anak sekolah. Infeksi menular yang dapat menular di lingkungan sekolah adalah: Demam Berdarah Dengue, Infeksi Tangan Mulut, Campak, Rubela (campak jerman), Cacar Air, Gondong dan infeksi mata (Konjungtivitis Virus). Infeksi Kaki, Tangan dan Mulut Infeksi Tangan Kuku dan Mulut disebabkan oleh virus entero, virus coxsackie A16, ataupun virus entero 71. Masa inkubasi sekitar 3 6 hari. Penularannya sangat cepat diantara usia anak.melalui sentuhan dengan air hidung atau mulut, kencing, ataupun pengeluaran. virus masuk melalui rongga mulut dan saluran cerna. Tanda dan gejala penyakit kaki tangan dan mulut adalah gelisah, demam ringan, nyeri otot dan tulang dan hilang selera makan. Meskipun jarana infeksi virus ini dapat menyebabkan myocarditis (infeksi otot jantung), pneumonia (infeksi paru), meningoencephalitis (infeksi otak) dan kematian. Serangan penyakit ini jarang berulang. Serangan penyakit kaki tangan dan mulut di Taiwan oleh virus 71 mengakibatkan kematian pada 19.3% diakibatkan oleh pendarahan paru. Campak Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh virus campak. Penularannya terjadi melalui udara ataupun kontak langsung dengan penderita. Virus campak menyebar lewat percikan ludah penderita. Virus cacar air bisa pindah ke tubuh orang sehat lewat bersentuhan langsung dengan cacarnya. Untuk itu maka penderita campak dan cacar air dilarang masuk sekolah.

Gejala-gejalanya adalah demam, batuk, pilek dan timbul bercak merah di kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam. Bercak mula-mula timbul di pipi di bawah telinga yang kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya. Komplikasi dari penyakit campak adalah pneumonia (radang paru-paru), infeksi telinga, neuritis (radang pada syaraf), artritis (radang sendi) dan ensefalitis (radang otak) yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Mumps (Gondong) Penyakit gondong adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus gondong. Penularannya terjadi melalui udara. Gejala-gejalanya adalah demam 3-5 hari, pembengkakan di daerah pipi yang berdekatan dengan telinga bagian bawah, rasa kurang enak badan, nyeri kepala dan rasa sakit bila menelan atau mengeluarkan air liur. Komplikasi paling sering adalah radang otak dan radang buah pelir atau kandung telur (14-35%) yang dapat mengakibatkan kemandulan. Rubela Penyakit rubela atau campak jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus rubela. Penularannya adalah melalui udara. Gejala-gejala yang khas adalah demam, timbulnya bercak merah di kulit (hampir serupa dengan campak), pembesaran kelenjar getah bening di leher dan bagian belakang kepala. Komplikasi rubela adalah artritis (radang sendi) dan neuritis (radang syaraf). Cacar Air Cacar air atau varisela memang merupakan penyakit anak-anak yang sudah ratusan tahun dikenal orang. Diawali dengan gejala melemahnya kondisi tubuh, pusing, demam yang kadang-kadang diiringi batuk, dalam waktu 24 jam timbul bintik-bintik yang berkembang menjadi lesi (mirip kulit yang terangkat karena terbakar) dan terakhir menjadi benjolan-benjolan kecil berisi cairan. Sekitar 250 500 benjolan akan timbul menyebar di seluruh bagian tubuh, tidak terkecuali pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun dalam waktu kurang dari seminggu, lesi ini akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa gatal. Dalam waktu 1 3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas. Virus penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan kulit yang terinfeksi. Komplikasi yang langka tapi bisa terjadi berupa radang paru, radang otak, radang sumsum tulang, kegagalan hati, hepatitis serta sindrom Reye (kelainan pada otak sekaligus hati). NON INFEKSI Alergi Pada Anak Sekolah Alergi pada anak usia sekolah dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Alergi pada anak sangat beresiko untuk mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Sering berulangnya penyakit, demikian luasnya

sistem tubuh yang terganggu dan bahaya komplikasi yang terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi bisa mengganggu semua organ tubuh termasuk otak dan perilaku anak sekolah. Infeksi Parasit Cacing Penyakit cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun prevalensi tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia SD. Dari penelitian didapatkan prevalensi penyakit cacingan sebesar 60-70%. Penelitian di beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan, kasus infeksi cacing gelang (Ascaris lumbricoides) sekitar 25 35 persen dan cacing cambuk (Trichuris trichiura) 65 75 persen. Resiko tertinggi terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan defekasi di saluran air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, dan bermain-main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki. Cacing gelang yang panjangnya 20-30 cm hidup di rongga usus halus. Cacing ini mengkonsumsi makanan yang telah dicerna di usus halus, sehingga anak menjadi kurang gizi. Sebelum tiba di usus, larva cacing gelang melewati paru. Di paru, larva menyebabkan pendarahan ringan dan peradangan, sehingga timbul batuk dan sesak napas. Sementara di usus, cacing menyebabkan mual, muntah, sakit perut, dan diare. Jika tersesat ke usus buntu, cacing menyebabkan radang (apendisitis). Kalau tersesat ke saluran empedu bisa menyebabkan sakit kuning. Sedang bila cacing di usus terlalu banyak, akan menyumbat dan penderita perlu dioperasi. Cacing cambuk yang berukuran 4-5 cm hidup di usus besar. Kepala dan sebagian badan masuk ke selaput lendir usus, menyebabkan luka-luka kecil dan pendarahan. Infeksi ringan menyebabkan radang usus ringan. Sedang infeksi berat bisa menimbulkan disentri (buang air besar disertai darah, lendir, dan rasa sakit di sekitar dubur), diare menahun, dan bagian ujung usus keluar dari dubur. Gangguan Pertumbuhan Gangguan pertumbuhan atau sering disebut gagal tumbuh atau Failure to thrive bukanlah suatu diagnosis, tetapi merupakan terminologi yang dipakai untuk menyatakan masalah khusus. Istilah gagal tumbuh dipakai untuk menyatakan adanya kegagalan bertumbuh atau lebih khusus adalah kegagalan mendapatkan kenaikan berat badan meskipun pada kasus tertentu juga disertai terjadi gangguan pertumbuhan linear dan lingkar kepala dibandingkan anak lainnya yang seusia atau sama jenis kelaminnya. Berbagai kelainan yang mengganggu fungsi dan organ tubuh dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan. Berbagai kelainan tersebut meliputi gangguan metabolisme tubuh, gangguan hormonal, kelainan kromosom, kelainan darah dan sebagainya dapat mengganggu secara langsung pertumbuhan anak. Penyebab yang paling sering adalah karena ketidaknormalan pada sistem saluran cerna, diantaranya adalah malbsorbsi (gangguan penyerapan) atau gangguan ensim pencernaan yang menyebabkan masukan nutrisi yang tidak edekuat.

Gangguan saluran cerna tersebut meliputi : alergi, penyakit celiac, Intoleransi laktose, Reflux Gastrooesephageal, Pyloric stenosis , bibir sumbing, penyakit Hirschsprungs, Hepatitis, Cirrhosis, Atresia bilier, kekurangan ensim pankreas, Malabsorption dan intoleransi protein susu. Infeksi kronis, seperti HIV,TBC, Infeksi saluran kencing dapat juga menjadi penyebab gangguan pertumbuhan. Penyebab yang agak jarang adalah Ketidaknormalan kromosom seperti Down syndrome dan Turners syndrome , gangguan sistem organ besar (mayor) seperti jantung, ginjal, otak dan lainnya, ketidaknormalan sistem hormon (kekurangan hormon tiroid, kekurangan hormon pertumbuhan, hormon Pituitary, Diabetes, adrenal), kerusakan otak atau susunan saraf pusat, akan menyebabkan gangguan kesulitan makan sehingga menyebabkan keterlambatan pertumbuhan, ketidaknormalan jantung dan sistem pernapasan, yang mengakibatkan gangguan distribusi oksigen dan nutrisi pada seluruh tubuh seperti kelainan jantung, kistik fibrosis, Astma, Anemia atau kelainan darah lainnya. Gangguan Perkembangan dan Perilaku Anak Sekolah Gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sangat luas dan bervariasi. Gangguan yang dapat terjadi pada anak sekolah adalah gangguan belajar, gangguan konsentrasi, gangguan bicara, gangguan emosi, hiperaktif, ADHD hingga Autism. Penolakan Sekolah (School Refusal) Penolakan sekolah atau fobia sekolah dan sering disebut mogok sekolah adalah bentuk kecemasan yang tinggi terhadap sekolah yang biasanya disertai dengan berbagai keluhan yang tidak pernah muncul ataupun hilang ketika masa keberangkatan sudah lewat, hari Minggu atau libur. Fobia sekolah dapat sewaktu-waktu dialami oleh setiap anak hingga usianya 14-15 tahun, saat dirinya mulai bersekolah di sekolah baru atau menghadapi lingkungan baru ataupun ketika ia menghadapi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan di sekolahnya. Gangguan Belajar Kesulitan belajar bukanlah suatu diagnosis tunggal semata-mata, melainkan terdiri dari berbagai jenis gangguan dengan berbagai macam gejala, penyebab, pengobatan dan perjalanan penyakit. Tidak semua problem belajar merupakan suatu kesulitan belajar. Ada anak yang menunjukkan perkembangan suatu keahlian tertentu lebih lambat daripada anak lain seusianya dan sebaliknya, tetapi masih dalam batas kewajaran. Untuk menentukan apakah seorang anak mengalami kesulitan belajar tertentu atau tidak digunakan pedoman yang diambil dari Diagnostic & Statistical Manual of Mental Disorders IV ( DSM IV ). Ada 2 kelompok besar kesulitan belajar, yaitu : Gangguan Perkembangan Bicara dan Bahasa Problem wicara & bahasa seringkali merupakan indikator awal adanya kesulitan belajar pada seorang anak. Gangguan berbahasa pada anak usia balita berupa keterlambatan komunikasi baik verbal ( berbicara ) maupun non-verbal. Secara umum dapat dikatakan bahwa bila anak berusia 2 tahun belum dapat mengatakan kalimat 2 kata yang berarti, maka anak mengalami keterlambatan perkembangan wicara-bahasa.

Anak dengan Gangguan Perkembangan Bicara & Bahasa dapat mengalami kesulitan untuk memproduksi suara huruf/kata tertentu, kesulitan menggunakan bahasa verbal/tutur dalam berkomunikasi, tetapi pemahaman bahasanya baik. Orang tua sering kali berkata anak saya mengerti apa yang saya ucapkan, tetapi belum bisa berbicara. Gangguan memahami bahasa verbal yang dikemukakan oleh orang lain, walaupun kemampuan pendengarannya baik. Anak hanya dapat meniru kata-kata tanpa mengerti artinya ( membeo ). Gangguan Kemampuan Akademik (Academic Skills Disorders) Terdapat 3 jenis gangguan kemampuan akademik yang sering dikeluhkan oleh orang tua, diantaranya adalah : Gangguan Membaca Anak yang mengalami Gangguan Membaca menunjukkan adanya ;Inakurasi dalam membaca, seperti ;Membaca lambat, kata demi kata jika dibandingkan dengan anak seusianya, intonasi suara turun naik tidak teratur. Sering terbalik dalam mengenali huruf dan kata, misalnya antara kuda dengan daku, palu dengan lupa, huruf b dengan d, p dengan q, dll. Kacau terhadap kata yang hanya sedikit perbedaannya, misalnya bau dengan buah, batu dengan buta, rusa dengan lusa dll. Sering mengulangi dan menebak kata-kata atau frasa. Pemahaman yang buruk dalam membaca, dalam arti anak tidak mengerti isi cerita/teks yang dibacanya. Disleksia Disleksia adalah gangguan perkembangan berupa kesulitan dalam perolehan bahasatertulis atau membaca dan menulis. Penyebabnya adalah gangguan dalam asosiasi daya ingat dan pemrosesan di sentral yang semuanya adalah gangguan fungsi otak. Gangguan Menulis Ekspresif Kondisi ini ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk membuat suatu komposisi tulisan dalam bentuk teks, dan keadaan ini tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak seusianya. Gejala utamanya ialah adanya kesalahan dalam mengeja kata-kata, kesalahan tata bahasa, kesalahan tanda baca, paragraf dan tulisan tangan yang sangat buruk. Selain itu mengalami kemiskinan tema dalam karangannya. Gangguan Berhitung (Diskalkulia) Diskalkulia adalah gangguan belajar yang mengakibatkan gangguan dalam berhitung. Kelainan berhitung ini meliputi kemampuan menghitung sangat rendah, tidak mempunyai pengertian bilangan, bermasalahan dalam bahasa berhitung, tidak bisa mengerjakan simbol-simbol hitungan, dan ganguan berhitungh lainnya. Bisa karena kelainan genetik atau karena gangguan mekanisme kerja di otak. Gangguan Berhitung merupakan suatu gangguan perkembangan kemampuan aritmetika atau keterampilan matematika yang jelas mempengaruhi pencapaian prestasi akademikanya atau mempengaruhi kehidupan sehari-hari anak. Gejala yang ditampilkan di antaranya ialah : kesulitan dalam mempelajari nama-nama angka, kesulitan dalam mengikuti alur suatu hitungan, kesulitan dengan pengertian

konsep kombinasi dan separasi, Inakurasi dalam komputasi, selalu membuat kesalahan hitungan yang sama dll. Gangguan Tidur Pada usia pra sekolah gangguan tidur ditandai dengan awal jam tidur yang larut malam, tidur sering gelisah (bolak balik posisi badannya), kadang dalam keadaan tidur sering mengigau, menangis dan berteriak. Posisi tidurpun sering berpindah dari ujung ke ujung lain tempat tidur. Tengah malam sering terjaga tidurnya hingga pagi hari, tiba-tiba duduk kemudian tidur lagi, brushing (gigi saling beradu/gemeretak). Pada anak usia sekolah, remaja dan dewasa biasanya ditandai dengan mimpi buruk pada malam hari. Mimpi buruk yang tersering dialami adalah mimpi yang menyeramkan seperti didatangi orang yang sudah meninggal atau bertemu binatang yang menakutkan seperti ular. Kesulitan memulai tidur biasanya terjadi periode awal tidur atau berjalan saat tidur. Hiperkinetik Atau Gangguan Motorik Berlebihan Anak tampak tidak mau diam dan tidak bisa duduk lama. Bergerak terus tak tentu arah tujuannya. Kadang disertai kebiasaan menjatuhkan badan secara keras ke tempat tidur (smack down). Kebiasaan lainnya adalah senang melompat-lompat dan memanjat. Tangan dan kaki sering bergerak terus bila duduk. Gangguan Koordinasi Dan Keseimbangan Gangguan ini ditandai oleh aktifitas berjalan seperti terburu-buru atau cepat sehingga kemampuan berjalan terlambat. Bila berjalan sering jatuh, atau menabrak benda di sekitarnya. Gangguan lainnya adalah bila berjalan jinjit atau bila duduk bersimpuh posisi kaki ke belakang seperti huruf W. Gangguan Konsentrasi Atau Gangguan Pemusatan Perhatian Anak mengalami gangguan pemusatan perhatian, sering bosan terhadap suatu pekerjaan atau kegiatan. Anak tampak tidak bisa duduk lama di kursi. Di kelas tidak dapat tenang menerima pelajaran , sering mengobrol, mengganggu teman dll, bila mendapat mendengar cerita tidak bisa mendengar atau mengikuti dalam waktu lama. Sering tampak bengong atau melamun. Yang menarik, meskipun tampak tidak memperhatikan bila berkomunikasi tetapi anak dapat merespon komunikasi itu dengan baik dan cepat. Misalnya saat di kelas anak mengobrol atau bercanda dengan teman di dekatnya dan tidak memperhatikan guru. Tapi bila ditanya guru anak dapat menjawab dengan baik pertanyaan tersebut. Kecuali bila melihat televisi, anak dapat bertahan lama bahkan sampai berjam-jam. Kalau membaca komik bisa bertahan lama tetapi bila relajar tidak bisa lama.

Usaha kesehatan sekolah disingkat UKS adalah suatu usaha yang dilakukan sekolah untuk menolong murid dan juga warga sekolah yang sakit di kawasan lingkungan sekolah. UKS biasanya dilakukan di ruang kesehatan suatu sekolah. Dalam pengertian lain, UKS adalah usaha untuk membina dan mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (integrative). Untuk optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik sebagai subjek dan bukan hanya objek.

Dengan UKS ini diharapkan mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal pula dengan child to child programme. Program dari anak, oleh anak, dan untuk anak untuk menciptakan anak yang berkualitas. Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsabangsa (PBB) World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).

Tujuan

Usaha

Kesehatan

Sekolah

Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan lingkungan yang sehat,

sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat, meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari pengaruh buruk lingkungan. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah

Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik sebagai sasaran primer, guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap jenjang sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah/TK/RA sampai SLTA/MA, termasuk satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya. Sasaran lainnya adalah sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. Sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar sekolah.

Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS memerlukan kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang berkaitan sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan daya beli. Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di

urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan usaha yang lebih keras lagi. Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah

Ada tiga program pokok UKS yang sering disebut trias UKS, yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat. Pendidikan kesehatan dilakukan secara intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan intra kurikuler adalah melaksanakan pendidikan pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata pelajaran Pendidikan Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat mata pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler adalah melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Misalnya, melaksanakan penyuluhan tentang, gizi, narkoba, dan sebagainya terhadap peserta didik, guru dan orangtua. Melaksanakan pelatihan UKS bagi peserta didik, guru pembina UKS dan kader kesehatan. Melaksanakan pendidikan dan kebiasaan hidup bersih melalui Pendidikan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi. Promotif adalah program sekolah sehat. Berkualitas peningkatan

Pelayanan kesehatan dilakukan secara komprehensif dan terpadu meliputi penyuluhan dan latihan keterampilan pelayanan kesehatan. Preventif adalah layanan kesehatan untuk mencegah sebelum timbulnya penyakit. Kuratif adalah penyembuhan penyakit yang diderita. Rehabilitasi adalah pemulihan pada keadaan kesehatan awal dari penyakit yang telah diderita. Pelayanan kesehatan lingkungan sekolah untuk menciptaan lembaga pendidikan yang dapat menunjang berlangsungnya Peran Sekolah proses dalam Meningkatkan pembelajaran. Kesehatan

Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Perilaku

tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain videogames, dan play station, sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan terprogram dengan baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.

Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya tersebut sekolah memilkki peran yang penting untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didik. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menciptakan lingkungan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui UKS. Konsep inilah yang oleh Badan Kesehatan Dunia WHO disebut HPS (Health Promoting Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan sehingga a health setting for living, learning and working dengan tujuan (goal) Help School Become Health Promoting Schools. Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan atau mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya.

Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan 1. atau meningkatkan kesehatan, yaitu:

Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah,

yaitu peserta didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun organisasiorganisasi 2. di masyarakat. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, meliputi

sanitasi dan air yang cukup, bebas dari segala macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah 3. yang aman, adanya dukungan masyarakat sepenuhnya. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum yang

mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat mengembangkan berbagai keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial. Selain itu, memperhatikan pentingnya 4. pendidikan akses dan pelatihan untuk untuk guru maupun orang tua. Memberikan (kesempatan) dilaksanakannya pelayanan

kesehatan di sekolah, yaitu penyaringan, diagnose dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta pengobatan sederhana. Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan mengadakan program-program makanan 5. begizi dengan memperhatikan keamanan makanan. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk

mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada untuk seluruh peserta didik. Terakhir. 6. kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkotika termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan cara memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat. Upaya mengembangkan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes) yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan

baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung lingkungan besih dan sehat, dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang aman.

Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi gaya hidup sehat melalui pendekatan life skills education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila dapat menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. yang meliputi pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif, bahagia, dan bermartabat. WHO atau World Health Organization) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola diri sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif. Sedangkan UNICEF memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan interpersonal yang dapat membantu orang untuk mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara effektif, memecahkan masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat dan produktif.

Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk hidup bersama), dan learning to do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup terbagi atas empat kategori yaitu kecakapan hidup personal learning to be), kecakapan hidup social (learning live with others),

kecakapan hidup akademik (learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do).

Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan kecakapan personal penting untuk membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak yang mulia, mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Mempraktekkan kecakapan sosial penting untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang positif, secara konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan kecakapan akademik penting untuk membantu peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan analitis yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational skill) atau kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja. Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki kesehatan jasmani dan rokhani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa pun. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara optimal, sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya. Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses belajar bukan terjadi begitu saja, dapat dipraktekkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya dengan diberi contohnya oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk itu sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah menciptakan dan meningkatkan kesehatan Kebijakan peserta dalam didiknya, baik fisik maupun UKS non di fisik.

Peningkatan

Implementasi

Program

Madrasah

Untuk mendukung peningkatan proses pembelajaran yang lebih baik, maka program peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat akan terus dilaksanakan. Sehingga dapat terbentuk peserta didik yang sehat dan bugar serta sekolah yang memenuhi standar sekolah sehat. Cara yang dilakukan adalah mengoptimalkan berbagai upaya pengembangan sekolah sehat antara lain dilakukan upaya peningkatan kemampuan profesionalisme guru dan tenaga pendidik melalui berbagai pelatihan, bimbingan dan penyuluhan, serta upayaupaya sosialisasi dan implementasi di bidang UKS, pendidikan kesehatan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan jasmani dan kebugaran jasmani. Mengefektifkan pengkajian dan pengembangan pendidikan antara lain dengan lebih memfokuskan upaya pengkajian dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat, melaksanakan evaluasi yang sesuai dengan upaya peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat. Mengintensifkan pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain dengan memantapkan pengembangan program dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan melaksanakan pengkajian dan pengembangan bidang pengukuran, standarisasi, evaluasi dalam rangka upaya peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat. Meningkatkan kegiatan analisis kajian kesegaran jasmani, pendidikan jasmani dan pendidikan rekreasi yang dapat bermanfaat langsung bagi peserta didik, tenaga kependikan dan masyarakat serta menunjang peningkatan mutu pendidikan.

Kebijakan Departemen Agama dalam peningkatan implementasi program UKS di madrasah, pertama melalui pengembangan kurikulum terintegrasi yang meliputi mensinergikan kurikulum pendidikan kesehatan dengan kurikulum lainnya, menyelenggarakan orientasi kurikulum berbasis kompetensi dan strategi pelaksanaannya di lingkungan madrasah, mengembangkan student centered learning dan mengedepankan aspek psikomotorik daripada aspek kognitif, mengembangkan budaya bersih dan sehat lingkungan madarasah. Kedua pengembangan sarana dan prasarana dengan cara menerbitkan dan atau membeli buku-buku yang berkaitan dengan kesehatan, membeli berbagai peralatan dan obat-obatan yang mendukung pelaksanaan kesehatan di madrasah, membangun dan mengkampanyekan 1000 tempat mandi, cucu, dan kakus (MCK), sanitasi dan air bersih di madrasah. Pengembangan sarana dan prasarana pun dilakukan dengan memaksimalkan koordinasi madrasah dan Puskesmas sebagai rujukan kesehatan peserta didik, mengembangkan kantin sehat dan bergizi, mengembangkan pelayanan kesehatan termasuk Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR), mengadakan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara berkala, mengadakan pengobatan ringan dan P3K, pencegahan terhadap segala penyakit, mengadakan penyuluh kesehatan dan konseling, mengadakan pengawasan warung/kantin madrasah, mengadakan Usaha Kesehatan Gigi Madrasah (UKGM). Ketiga mengembangkan program Madrasah Sehat dengan cara mengikutsertakan lomba madrasah sehat, mengadakan kader kecil, PMR, menyelenggarakan pendidikan kesehatan terpadu, memelihara lingkungan kehidupan sekolah sehat, melakukan penelitian dan pengembangan madrasah sehat, memberikan bantuan pembinaan bagi madrasah yang telah masuk nominasi dalam Lomba Sekolah Sehat tingkat provinsi dan tingkat nasional, melakukan evaluasi dan supervisi pembinaan UKS di madrasah bersama TP UKS (Tim Pembina UKS), meningkatkan profesionalitas ketenagaan, yaitu dengan menambah guru Pembina OSIS yang ditatar UKS di madrasah dengan bekerja sama Cara Melaksanakan dengan Pendidikan TP Kesehatan di UKS. Sekolah

Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan, yaitu memiliki pengetahuan tentang isu kesehatan, memiliki nilai dan sikap positif terhadap prinsip hidup sehat, memiliki keterampilan dalam pemeliharaan, pertolongan dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan hidup sehat, mampu menularkan perilaku hidup sehat, peserta didik tumbuh kembang secara harmonis, menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit, memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar, memiliki kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal Tujuan pendidikan kesehatan tersebut akan tercapai dengan melakukan berbagai cara pelaksanaannya. Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan melalui penyajian dan penanaman kebiasaan. Cara penyajian pendidikan lebih menekankan peran aktif peserta didik melalui kegiatan ceramah, diskusi, demonstrasi, pembimbingan, permainan, dan penugasan. Cara penanaman kebiasaan dilakukan melalui penugasan untuk melalukan cara hidup sehat sehari-hari dan pengamatan terus menerus oleh guru dan kepala sekolah. Keberhasilan pendidikan kesehatan ditentukan dengan adanya keteladanan dan dorongan dari kepala sekolah, guru, pegawai sekolah, dan orang tua. Keberhasilan itu juga ditentukan adanya hubungan guru dengan orang tua peserta didik, apa yang diberikan oleh guru di sekolah hendaknya juga didukung oleh orang tua di rumah.

Materi pendidikan kesehatan yang diajarkan di sekolah berbeda-beda disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Materi pendidikan itu antara lain demam berdarah,

flu burung, pelayanan gizi, kesehatan gigi dan mulut, pengelolaan sampah, pengelolaan tinja, sarana pembuangan limbah, pengelolaan air bersih, penyediaan air bersih, air dan sanitasinya, pegenalan pada penyakit menular dan pencegahannya. Khusus untuk peserta didik SMP/MTs dan SMA/SMK/MA ditambah dengan kesehatan reproduksi, bahaya rokok dan deteksi dini penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, minuman keras, dan bahan-bahan yang berbahaya serta zat adiktif (NAPZA) dan HIV/AIDS.

UKS dilaksanakan mulai dari TK/RA sampai SLTA/MA, serta dilaksanakan secara berjenjang dari sekolah/madrasah sampai pusat secara terkoordinasi baik antara sekolah dengan Tim Pembina, Tim Pembina UKS di bawahnya dengan yang di atasnya maupun antar sesama Tim Pembina UKS yang sejajar. Kegiatan UKS di lingkungan sekolah meliputi beberapa kegiatan, yang pertama adalah rapat koordinasi baik di tingkat pusat, propinsi, kabupaten serta tim Pembina. Semua dilakukan dengan mengundang para anggota tim Pembina UKS baik dari bidang kesehatan dalam negeri maupun dari pendidikan nasional. Kedua, memberikan bantuan peningkatan kualitas kesehatan madrasah, kemudian orientasi dokter kecil untuk MI, dan kader kesehatan remaja untuk MTs dan MA. Pembinaan UKS oleh TPUKS (Tim Pembina UKS) masih rendah dan belum merata. Pendidikan kesehatan berbasis kesehatan dengan program usaha kesehatan sekolah atau pelaksanaan sekolah sehat ini, diharapkan menjadi bagian dari pelaksanaan pendidikan, bukan hanya di madrasah tetapi juga di sekolah.

Ruang lingkup Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tercermin dalam 3 (tiga) program Pokok UKS (TRIAS UKS ) yaitu: - Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan merupakan upaya memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan,kemampuan dan ketrampilan peserta didik dalam melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat, agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. - Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan di sekolah ditekankan pada upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilakukan secara terpadu terhadap peserta didik dan komunitas sekolah pada umumnya dibawah kordinasi guru Pembina UKS dan pengawasan puskesmas. - Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat

Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang merupakan salah satu unsur penting dalam membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan seluruh komunitas sekolah.

Unsur-unsur yang terlibat dalam UKS Menurut Adik Wibowo dkk. (1983 : 27-29) struktur organisasi UKS mengikuti struktur organisasi Departemen Kesehatan RI, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 125/IV/Kab/B.U/1975 tertanggal 29 April 1975 yaitu : Tingkat Pusat Sub Direktorat Kesehatan Sekolah dan Olahraga, Direktorat Kesehatan Masyarakat terdiri dari beberapa seksi yaitu : seksi kesehatan anak sekolah dan mahasiswa, seksi kesehatan anak-anak luar biasa, seksi olahraga kesehatan, seksi pengembangan metode. Fungsi dan tanggung jawabnya : membuat program kerja melakukan koordinasi, melakukan bimbingan dan pengawasan pelaksanaan UKS di seluruh Indonesia, mengusahakan bantuan teknis dan materiil, bersama-sama dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyusun kurikulum tentang kesehatan pada umumnya dan Usaha Kesehatan Sekolah pada khususnya, menyelenggarakan lokakarya, seminar, rapat kerja diskusi penataran dan lain-lain.

Tingkat Provinsi Fungsi dan tanggung jawabnya adalah sebagai koordinator pelaksana UKS di tingkat provinsi yang meliputi : membuat rencana program kerja, membuat bimbingan teknis, melakukan koordinasi dan pengawasan, menerima laporan kegiatan dari tingkat Kabupaten/ kota melaporkan kegiatan ke tingkat pusat, memberi bantuan materi dan keuangan ke daerah tingkat II dan lain-lain usaha yang dianggap perlu.

Tingkat Kota / Kabupaten Penanggung jawabnya adalah UKS pada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Fungsi dan tanggung jawabnya meliputi : membuat rencana kerja harian, melakukan koordinasi kegiatan-kegiatan kesehatan yang ditujukan kepada anak didik dan masyarakat sekolah, melakukan pengawasan pelaksanaan UKS di sekolah, melaporkan kegiatan ditingkat provinsi, menyelenggarakan kursus-kursus kesehatan, kursus UKS bagi guru, murid, dan petugas kesehatan setempat, memupuk kerjasama baik pihak-pihak yang ada hubungannya dengan pelaksanaan UKS.

Usaha Kesehatan Sekolah di tingkat Puskesmas Berdasar ketentuan yang ada maka Usaha Kesehatan Sekolah merupakan salah satu unit dari puskesmas dimana kegiatan-kegiatan kesehatan dilaksanakan di wilayah kerjanya.

Usaha Kesehatan Sekolah di tingkat Sekolah

Usaha Kesehatan Sekolah di tingkat sekolah merupakan wilayah kerja dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Dari tingkat pelaksanaan UKS di sekolah-sekolah hingga tingkat pusat, diperlukan organisasi yang baik. Untuk memperlancar usaha pembinaan dan pengembangan, serta mencegah terjadinya tumpang tindih dari berbagai kegiatan UKS sebaiknya diwujudkan dalam satu wadah atau badan. Kerangka kerjasama pengorganisasian sistem kerja operasional UKS harus dipahami sebaikbaiknya. Sebab, tidak sedikit sekolah atau guru yang beranggapan bahwa UKS merupakan tugas dari petugas kesehatan saja atau sebalikya petugas kesehatan menganggap UKS merupakan tanggung jawab jajaran pendidikan sekolah atau guru semata-mata. Memperhatikan kenyataan di lapangan, keberhasilan dalam pelaksanaan UKS melibatkan berbagai instansi dari Departemen, instansi, dan badan-badan, seperti : Departemen Dalam Negeri Departemen Pendidikan Nasional Departemen Kesehatan Departemen Agama Berbagai instansi dan badan-badan seperti : Dinas Pendidikan Dasar, Dinas Kesehatan, Dinas Pekerjaan Umum,Peternakan, Pertanian , dan sosial. POGM (Persatuan Orang Tua Murid dan Guru) Badan-badan/organisasi non pemerintah seperti PMI, Kepramukaan, mungkin juga LSM. Berbagai perusahan swasta yang ada hubungannya dengan usahakesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Struktur UKS di Sekolah Dasar

Bagan struktur organisasi UKS di Sekolah Dasar dapat diketahui tugas dan kewajibannya masing-masing. Antara lain : Pembina berasal dari kata bina yang berarti mengusahakan agar lebih baik atau sempurna. Dengan demikian pembina adalah orang atau subyek yang melakukan usaha agar program yang dibina dapat menjadi lebih baik dan sempurna. Pembina dalam struktur organisasi UKS Sekolah Dasar diatas dijabat oleh kepala sekolah. Ketua adalah orang yang menjadi pimpinan perkumpulan atau lembaga. Dengan demikian ketua bertugas sebagai pemimpin dari UKS. Yang jabatannya masih dibawah pembina. Ketua dalam struktur organisasi UKS Sekolah Dasar diatas dijabat oleh dewan guru.

Sekretaris adalah orang yang mengurusi pekerjaan administrasi. Dalam hal ini sekretaris bertugas mengurusi semua hal yang berhubungan dengan kegiatan administrasi dalam organisasi UKS. Sekretaris dalam struktur organisasi UKS Sekolah Dasar diatas dijabat oleh dewan guru. Bendahara adalah orang yang mengurusi keuangan. Dalam hal ini bendahara bertugas semua yang berhubungan dengan kegiatan keuangan dalam organisasi UKS. Bendahara dalam struktur organisasi UKS Sekolah Dasar diatas dijabat oleh dewan guru. Anggota adalah orang atau badan yang menjadi bagian suatu golongan yang berada diluar kepengurusan organisasi. Dalam hal ini anggota menjadi bagian organisasi UKS. (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Anggota dalam struktur organisasi UKS Sekolah Dasar diatas terdiri dari siswa yang terpilih sebagai anggota UKS. Anggaran (budgeting) Dalam pengelolaan suatu organisasi, terlebih dahulu manajemen menetapkan tujuan dan sasaran, dan kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut. Dampak keuangan yang diperkirakan akan terjadi sebagai akibat dari rencana kerja tersebut, kemudian disusun dan dievaluasi melalui proses penyusunan anggaran. Adapun pengertian anggaran menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989 : 6), adalah sebagai berikut : Suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Pada dasarnya anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat membantu mempererat kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat menciptakan keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara para manajer dan bawahannya. Lebih jelas lagi Munandar (2001 : 1), mengungkapkan pengertian anggaran adalah sebagai berikut : Suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Dari pengertian anggaran yang telah diutarakan di atas dapatlah diketahui bahwa anggaran merupakan hasil kerja (output) terutama berupa taksiran-taksiran yang akan dilaksanakan di waktu yang akan dating. Karena suatu anggaran merupakan hasil kerja (output), maka anggaran dituangkan dalam suatu naskah tulisan yang disusun secara teratur dan sistematis. Secara lebih terperinci Munandar ( 2001 : 16) menjelaskan proses kegiatan yang tercakup dalam anggaran sebagai berikut : Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun anggaran. Pengelolaan dan penganalisaan data dan informasi tersebut untuk mengadakan taksiran-takisiran dalam rangka menyusun anggaran. Menyusun anggaran serta meyajikannya secara teratur dan sistematis

Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran. Pengumpulan data dan informasi untuk keperluan pengawasan kerja. Pengolahan dan penganalisaan data tersebut untuk mengadakan interpretasi dan memperoleh kesimpulan-kesimpulan dalam rangka mengadakan penilaian terhadap kerja yang telah dilaksanakan.

Berdasarkan definisi-definisi dan pengertian anggaran dapat disimpulkan sebagai berikut : Bahwa anggaran harus bersifat formal, artinya anggaran disusun dengan sengaja dan bersungguhsungguh dalam bentuk tertulis. Bahwa anggaran harus bersifat sistematis, artinya anggaran disusun dengan berurutan dan berdasarkan logika. Bahwa suatu saat manajer dihadapkan pada suatu tanggung jawab untuk mengambil keputusan. Bahwa keputusan yang diambil oleh manajer tersebut merupakan pelaksanaan fungsi manajer dari segi perencanaan, koordinasi dan pengawasan.

Kegunaan Anggaran Anggaran disusun untuk membantu manajemen dalam kegiatan perencanaan dan pengawasan. Manajemen yang baik tidak ingin menghadapi periode yang akan datang dengan ketidakpastian.Menurut Munandar ( 2001 : 10 ), anggaran mempunyai kegunaan pokok yaitu : 1. Sebagai pedoman kerja Anggaran berfungsi sebagai pedoman kerja dan memberikan arah serta sekaligus memberikan targettarget yang harus dicapai oleh perusahaan/organisasi di waktu yang akan datang. 2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja Anggaran berfungsi sebagai alat untuk pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat di dalam perusahaan/organisasi dapat saling menunjang, saling bekerja sama dengan baik, untuk menuju kearah sasaran yang telah ditetapkan. 3. Sebagai alat pengawasan kerja Anggaran berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan. Untuk bisa penaksiran secara lebih akurat, diperlukan sebagai data, informasi dan pengalaman yang merupakan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menyusun anggaran

Anggaran adalah suatu hal sangat penting, karena menguraikan tentang biaya-biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi. Biasanya anggaran dikelompokkan menjadi : Anggaran Personalia Anggaran Operasional Anggaran Sarana dan fasilitas Anggaran Penilaian

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, Yayat Hayati, Prof. Dr. (2008). Perilaku Organisasi. Bandung : Alfa Beta Entjang, Indan, dr (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Citra Aditya Bakti. Koentjoro, Tjahyono (2007). Regulasi Kesehatan di Indonesia. Jogjakarta : Andi Offset. Notoadmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta. Yuniar Tanti, Sip. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Agung Media mulia. Sumarti, A.Ma.Pd.SD.(2008). Usaha Kesehatan Sekolah. 29 April 2010. http://www.usahakesehatansekolah.com. Moslem Medical Family (M2F). (2009). Usaha Kesehatan Sekolah. 29 April 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Usaha_Kesehatan_Sekolah. Keputusan Bersama Empat Menteri Tentang UKS. (2009). Tinjauan Usaha Kesehatan Sekolah. 30 April 2010. http://tutorialkuliah.blogspot.com

Skrining Kesehatan Anak Sekolah Dasar


SKRINING Dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat, Puskesmas wates mengadakan kegiatan Skrining Kesehatan di beberapa sekolah di lingkungan Wates. Pelaksanaan kegiatan ini dibagi dalam 2 rangkaian kegiatan yakni : 1. Skrining Kesehatan di Sekolah Dasar di Lingkungan Wates 2. Skrining kesehatan di Sekolah Menengah dan Atas di Lingkungan Wates Kegiatan skrining meliputi pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan mata, pemeriksaan gigi dan mulut dan kegiatan penyuluhan kesehatan.

Skrining Kesehatan
Published October 3, 2011 | By smp8solo

Puskesmas Ngoresan memiliki program kerja rutin untuk melaksanakan skrining kesehatan di setiap sekolah sekolah di kecamatan Ngoresan Surakarta. Salah satunya SMP N 8 Surakarta, yang mengapresiasi kegiatan ini dengan sangat positif. Kegiatan ini, sangat perlu dan penting dilakukan pada siswa baru, agar penanganan pada keluhan siswa bisa ditangani sejak dini. Selain itu, hal ini juga membantu penyesuaian pengaturan tempat duduk siswa berdasar kondisi kesehatan dan fisik peserta didik sesuai hasil skrining. Yang pada akhirnya akan mengoptimalkan proses dan hasil belajar Siswa. Kegiatan skrining ini dilakukan di SMP N 8 Surakarta selama 3 hari yaitu pada hari selasa kamis tanggal 26 28 September 2011, dikhususkan untuk siswa baru (Kelas 7). Kegiatan ini bertempat di Ruang Aula SMP N 8 Surakarta. Mahasiswa PPL dari FKIP UNS dalam kegiatan ini juga ikut berperan serta membantu terlaksananya program skrining ini. Masing masing dokter dan perawat yang bertugas, didampingi oleh mahasiswa PPL. Kegiatan Skrining ini bertujuan untuk :
1. Memeriksa kesehatan murid baru SMP, meliputi :

Identitas Status kesehatan (BB, TB, Test Daya Lihat, Test Daya Dengar, LILA ), status gizi, buta warna. Kesehatan reproduksi

Laki-laki : Mimpi basah, kesehatan reproduksi, sudah sircumsisi Perempuan: Monarche, keputihan, kesehatan alat reproduksi

Pemeriksaan fisik oleh dokter. Seluruhnya diperiksa mulai mata, kepala, jantung, paru-paru, abdomen, kesehatan kulit. Pemeriksaan gigi

1. Mendeteksi secara dini masalah kesehatan murid baru 2. Rujukan bila ditemukan masalah kesehatan murid baru

Wilayah Binaan dari Program ini di Kecamatan jebres sejumlah 10 Sekolah (SMP dan SMA/SMK). Dan Petugas Puskesmas yang melaksanakan Skrining di SMP N 8 Surakarta ini ada 4 orang, yaitu :
1. 2. 3. 4. Dr. Nur Hastuti Dr. Agust Sukendra Suharni (Perawat) Nur Mufidah ( Perawat Gigi)

Selain kegiatan Skrining kesehatan, kegiatan ini juga melaksanakan kegiatan pembekalan pada Kader Kader Kesehatan Reproduksi yang sehat di SMP N 8 Surakarta. Kader kader ini diharapkan nantinya mampu memfasilitasi dan membantu teman temannya yang mempunyai keluhan keluhan reproduksi serta bisa menyebarkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang harus diketahui sejak dini. Ada 5 orang yang menjadi kader Kesehatan Reproduksi di SMP N 8 Surakarta ini.

Skrining Kesehatan
Published October 3, 2011 | By smp8solo

Puskesmas Ngoresan memiliki program kerja rutin untuk melaksanakan skrining kesehatan di setiap sekolah sekolah di kecamatan Ngoresan Surakarta. Salah satunya SMP N 8 Surakarta, yang mengapresiasi kegiatan ini dengan sangat positif. Kegiatan ini, sangat perlu dan penting dilakukan pada siswa baru, agar penanganan pada keluhan siswa bisa ditangani sejak dini. Selain itu, hal ini juga membantu penyesuaian pengaturan tempat duduk siswa berdasar kondisi kesehatan dan fisik peserta didik sesuai hasil skrining. Yang pada akhirnya akan mengoptimalkan proses dan hasil belajar Siswa. Kegiatan skrining ini dilakukan di SMP N 8 Surakarta selama 3 hari yaitu pada hari selasa kamis tanggal 26 28 September 2011, dikhususkan untuk siswa baru (Kelas 7). Kegiatan ini bertempat di Ruang Aula SMP N 8 Surakarta. Mahasiswa PPL dari FKIP UNS dalam kegiatan ini juga ikut berperan serta membantu terlaksananya program skrining ini. Masing masing dokter dan perawat yang bertugas, didampingi oleh mahasiswa PPL. Kegiatan Skrining ini bertujuan untuk :
1. Memeriksa kesehatan murid baru SMP, meliputi :

Identitas Status kesehatan (BB, TB, Test Daya Lihat, Test Daya Dengar, LILA ), status gizi, buta warna.

Kesehatan reproduksi

Laki-laki : Mimpi basah, kesehatan reproduksi, sudah sircumsisi Perempuan: Monarche, keputihan, kesehatan alat reproduksi

Pemeriksaan fisik oleh dokter. Seluruhnya diperiksa mulai mata, kepala, jantung, paru-paru, abdomen, kesehatan kulit. Pemeriksaan gigi

1. Mendeteksi secara dini masalah kesehatan murid baru 2. Rujukan bila ditemukan masalah kesehatan murid baru

Wilayah Binaan dari Program ini di Kecamatan jebres sejumlah 10 Sekolah (SMP dan SMA/SMK). Dan Petugas Puskesmas yang melaksanakan Skrining di SMP N 8 Surakarta ini ada 4 orang, yaitu :
1. 2. 3. 4. Dr. Nur Hastuti Dr. Agust Sukendra Suharni (Perawat) Nur Mufidah ( Perawat Gigi)

Selain kegiatan Skrining kesehatan, kegiatan ini juga melaksanakan kegiatan pembekalan pada Kader Kader Kesehatan Reproduksi yang sehat di SMP N 8 Surakarta. Kader kader ini diharapkan nantinya mampu memfasilitasi dan membantu teman temannya yang mempunyai keluhan keluhan reproduksi serta bisa menyebarkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang harus diketahui sejak dini. Ada 5 orang yang menjadi kader Kesehatan Reproduksi di SMP N 8 Surakarta ini.

Masalah kesehatan yang dialami anak sekolah sangat kompleks dan bervariasi. Pada anak SD biasanya berkaitan dengan prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) sedangkan untuk sekolah SLTP dan SLTA umumnya berkaitan dengan perilaku berisiko. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian anak SD mengalami masalah kesehatan berupa Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Defisiensi Zat Gizi, Obesitas, Kecacingan, penyakit periodontal dan kelainan refraksi. Program skrining kesehatan anak usia sekolah diutamakan sebagai upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan upaya pencegahan penyakit (preventif). Salah satu upaya preventif tersebut adalah upaya penjaringan/skrining yang dilakukan terhadap anak yang baru masuk sekolah dasar (siswa kelas I). Kegiatan skrining bertujuan untuk mengetahui secara dini masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk mencegah memburuknya penyakit, mengumpulkan data dan informasi masalah kesehatan anak sekolah untuk dijadikan bahan untuk penyusunan perecanaan, pemantauan dan evaluasi program UKS.

Skrining kesehatan anak sekolah merupakan salah satu Standar Pelayanan Minimal (SPM) program Usaha Kesehatan Sekolah) yang harus dilaksanakan Kabupaten/Kota. Jadi setiap Puskesmas harus melaksanakannya. UPT Puskesmas Nusa Penida I sebagai salah satu institusi kesehatan di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung melaksanakan kegiatan Skrining kesehatan anak sekolah tersebut selama periode bulan Juli dan Agustus. Kegiatan ini menyasar Taman Kanak-kanak (TK) dan siswa kelas I Sekolah Dasar di wilayah kerja Puskesmas Nusa Penida. Untuk TK dilaksanakan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak dengan tes KPSP, pemeriksaan antropometri dan pemeriksaan tajam penglihatan. Adapun skrining yang dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum meliputi hygiene perorangan, indikasi kelainan gizi dengan melihat rambut warna kusam atau mudah dicabut, bibir kering, pecah-pecah, sudut mulut luka dan kulit pucat/keriput, pengukuran tekanan darah, nadi dan deteksi kelainan jantung. Skrining juga meliputi penilaian status gizi melaui pengukuran antropometri berat badan dan tinggi badan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh (IMT), Tanda-tanda fisik kekurangan vitamin A, pemeriksaan gigi dan mulut, pemeriksaan tajam penglihatan (visus), pemeriksaan telinga, deteksi dini penyimpangan mental dan emosional, serta pemeriksaan kebugaran jasmani. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari bulan Juli dan Agustus. Apabila dari skrining ditemukan masalah kesehatan maka segera dirujuk ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit untuk mencegah penyakit menjadi lebih buruk.

Peran Perawat 1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan melakukan pengumpulan data, analisa data, dan perumusan masalah dan prioritas masalah Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama TPUKS Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun Penilaian dan pemantauan hasil kegiatan UKS Pencatatan dan pelaporan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan 2. Sebagai pengelola kegiatan UKS. Perawat kesehatan yang bertugas di puskesmas dapat menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS, atau dapat juga ditunjuk sebagai seorang coordinator UKS di tingkat Puskesmas 3. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan. Dilakukan langsung melalui penyuluhan kesehatanyang bersifat umum dan klasikal, atau secara tidak langsung sewaktu pemeriksaan kesehatan peserta didik secara perseorangan (Effendy, 1998) J. Peran Sekolah dalam Meningkatkan Kesehatan Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat, meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif. Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya. Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang, malas sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah. Peserta didik pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton televisi, bermain videogames, dan play station, sehingga mengakibatkan fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia dini. Untuk itu diperlukan fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah raga memadai dan terprogram dengan baik, di sekolah dan di lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta didik untuk bergerak, berkreasi, dan berolah raga dengan bebas, menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya. Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan emosi sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya agar dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan mampu mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya. Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya tersebut sekolah memilkki peran yang penting untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didik. Upaya yang dilakukan antara lain dengan menciptakan lingkungan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui UKS. Konsep inilah yang oleh Badan Kesehatan

Dunia WHO disebut HPS (Health Promoting Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan sehingga a health setting for living, learning and working dengan tujuan (goal) Help School Become Health Promoting Schools. Program UKS ini hendaknya dilaksanakan dengan baik sehingga sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan atau mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya. Menurut WHO (Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu: 1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan sekolah, yaitu peserta didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat maupun organisasi-organisasi di masyarakat. 2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, meliputi sanitasi dan air yang cukup, bebas dari segala macam bentuk kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan zat-zat berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman, adanya dukungan masyarakat sepenuhnya. 3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik yang positif terhadap kesehatan, serta dapat mengembangkan berbagai keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan sosial. Selain itu, memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru maupun orang tua. 4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan kesehatan di sekolah, yaitu penyaringan, diagnose dini, pemantauan dan perkembangan, imunisasi, serta pengobatan sederhana. Selain itu, mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan mengadakan program-program makanan begizi dengan memperhatikan keamanan makanan. 5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang sehat bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya memberikan pelayanan yang ada untuk seluruh peserta didik. Terakhir. kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan narkotika termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk kekerasan/pelecehan. 6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan masyarakat, dengan cara memperhatikan masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat. Upaya mengembangkan Sekolah Sehat (Health Promoting School/HPS) melalui program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes) yang didukung secara mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang mencerminkan hidup sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya proses pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat. Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan pengadaan sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang mengandung lingkungan besih dan sehat, dan melakukan penataan halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang

aman. Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah sehat dan promosi gaya hidup sehat melalui pendekatan life skills education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap individu akan mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila dapat menuntaskan tugastugas perkembangan sesuai dengan usianya. Implikasi tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang muatannya dapat memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup adalah kecakapan yang diperlukan untuk hidup. yang meliputi pengetahuan, mental, fisik, sosial, dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh untuk bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif, bahagia, dan bermartabat. WHO atau World Health Organization) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan membangun keterampilan mengelola diri sendiri yang dapat membantu mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif. Sedangkan UNICEF memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada kecakapan psiko-sosial dan interpersonal yang dapat membantu orang untuk mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara effektif, memecahkan masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap hidup sehat dan produktif. Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta didik perlu learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn (belajar untuk belajar) atau learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to live with others (belajar untuk hidup bersama), dan learning to do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup terbagi atas empat kategori yaitu kecakapan hidup personal learning to be), kecakapan hidup social (learning live with others), kecakapan hidup akademik (learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup vokasional (learning to do). Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Bagi peserta didik mempraktekkan kecakapan personal penting untuk membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak yang mulia, mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih sayang dan rasa hormat kepada orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Mempraktekkan kecakapan sosial penting untuk membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang positif, secara konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan kecakapan akademik penting untuk membantu peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi dan analitis yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga pendidikan formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational skill) atau kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional penting untuk membekali peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut oleh perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja. Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang memiliki kesehatan jasmani dan rokhani, lahir atau bathin yang diperlukan untuk bertahan dalam lingkungan apa pun. Peserta didik memiliki kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara optimal, sehingga

akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya. Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses belajar bukan terjadi begitu saja, dapat dipraktekkan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-harinya dengan diberi contohnya oleh guru, orang tua dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik secara positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk itu sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik (Anonim, 2009 dalam http://m-ali.net, diakses tanggal 24 Oktober 2010) K. Petunjuk Pelaksanaan UKS di PUSKESMAS 1. Fungsi a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan melalui keterpaduan berbagai kegiatan pokok, termasuk penyelenggaraan berbagai intervensiuntuk mengatasi masalah kesehatan sekolah b. Melaksanakan pembinaan baik pembinaan teknis medis, alih kelola teknologi maupun peran serta masyarakat di sekolah c. Melaksanakan koordinasi pelayanan kesehatan mencakup singkronisasi, intergrasi, dan motivasi termasuk mengatur pendelegasian wewenang pelaksanaan dalam pelayanan kesehatan di sekolah 2. Fungsi Pokok a.Melaksanakan pengumpulan dan pengelolaan data b.Koordinasi penyusunan rencana kerja terpadu c.Koordinsi operasional pelayanan kesehatan d.Mengikuti dan memantau perkembangan pelaksanaan operasional e.Menyusun laporan (Effendy, 1998)

L. Kebijakan dalam Peningkatan Implementasi Program UKS Untuk mendukung peningkatan proses pembelajaran yang lebih baik, maka program peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat akan terus dilaksanakan. Sehingga dapat terbentuk peserta didik yang sehat dan bugar serta sekolah yang memenuhi standar sekolah sehat. Cara yang dilakukan adalah mengoptimalkan berbagai upaya pengembangan sekolah sehat antara lain dilakukan upaya peningkatan kemampuan profesionalisme guru dan tenaga pendidik melalui berbagai pelatihan, bimbingan dan penyuluhan, serta upaya-upaya sosialisasi dan implementasi di bidang UKS, pendidikan kesehatan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan jasmani dan kebugaran jasmani. Mengefektifkan pengkajian dan pengembangan pendidikan antara lain dengan lebih memfokuskan upaya pengkajian dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat, melaksanakan evaluasi yang sesuai dengan upaya peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat. Mengintensifkan pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi antara lain dengan memantapkan pengembangan program dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan melaksanakan pengkajian dan pengembangan bidang pengukuran, standarisasi, evaluasi dalam rangka upaya peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat. Meningkatkan kegiatan analisis kajian kesegaran jasmani, pendidikan jasmani dan pendidikan rekreasi yang dapat bermanfaat langsung bagi peserta didik,

tenaga kependikan dan masyarakat serta menunjang peningkatan mutu pendidikan. Kebijakan Departemen Agama dalam peningkatan implementasi program UKS di madrasah, pertama melalui pengembangan kurikulum terintegrasi yang meliputi mensinergikan kurikulum pendidikan kesehatan dengan kurikulum lainnya, menyelenggarakan orientasi kurikulum berbasis kompetensi dan strategi pelaksanaannya di lingkungan madrasah, mengembangkan student centered learning dan mengedepankan aspek psikomotorik daripada aspek kognitif, mengembangkan budaya bersih dan sehat lingkungan madarasah. Kedua pengembangan sarana dan prasarana dengan cara menerbitkan dan atau membeli buku-buku yang berkaitan dengan kesehatan, membeli berbagai peralatan dan obat-obatan yang mendukung pelaksanaan kesehatan di madrasah, membangun dan mengkampanyekan 1000 tempat mandi, cucu, dan kakus (MCK), sanitasi dan air bersih di madrasah. Pengembangan sarana dan prasarana pun dilakukan dengan memaksimalkan koordinasi madrasah dan Puskesmas sebagai rujukan kesehatan peserta didik, mengembangkan kantin sehat dan bergizi, mengembangkan pelayanan kesehatan termasuk Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), mengadakan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara berkala, mengadakan pengobatan ringan dan P3K, pencegahan terhadap segala penyakit, mengadakan penyuluh kesehatan dan konseling, mengadakan pengawasan warung/kantin madrasah, mengadakan Usaha Kesehatan Gigi Madrasah (UKGM). Ketiga mengembangkan program Madrasah Sehat dengan cara mengikutsertakan lomba madrasah sehat, mengadakan kader kecil, PMR, menyelenggarakan pendidikan kesehatan terpadu, memelihara lingkungan kehidupan sekolah sehat, melakukan penelitian dan pengembangan madrasah sehat, memberikan bantuan pembinaan bagi madrasah yang telah masuk nominasi dalam Lomba Sekolah Sehat tingkat provinsi dan tingkat nasional, melakukan evaluasi dan supervisi pembinaan UKS di madrasah bersama TP UKS (Tim Pembina UKS), meningkatkan profesionalitas ketenagaan, yaitu dengan menambah guru Pembina OSIS yang ditatar UKS di madrasah dengan bekerja sama dengan TP UKS (Anonim, 2009 dalam http://m-ali.net, diakses tanggal 24 Oktober 2010)

Anda mungkin juga menyukai