Anda di halaman 1dari 25

Kelompok 24

T. Zulfikar Suci Zahara Suyetno Syara Agriani Syariat Madari

Kepribadian Muhammadiyah

Periode KH. Hisyam (1932-1936) Usaha-usaha dalam bidang pendidikan mendapatkan perhatian yang mantap, karena dengan pendidikan bisa lebih banyak diharapkan tumbuhnya kader-kader umat dan bangsa yang akan meneruskan amal usaha Muhammadiyah. Dalam periode ini diadakan penertiban dan pemantapan administrasi organisasi sehingga Muhammadiyah lebih kuat dan lincah gerakannya. Kongres ke XXIII 1934 antara lain memutuskan pergantian namanama Belanda menjadi nama-nama Indonesia. Kongres ke XXIV 1935 antara lain memutuskan membentuk majelis Pimpinan Perekonomian untuk memperbaiki ekonomi anggota Kongres seperempat abad di Jakarta tahun 1936, antara lain : memutusjan berdirinya sekolah tinggi berdirinya Majelis Pertlngan dan Kesehatan Muhammadiyah untuk memperhatikan pertolongan dan kesehatan pada seluruh cabang dan ranting.

Periode KH. Mas Mansyur (1936-1942) Pada periode ini terwujud pengaktifan Majlis Tarjih, sehingga mampu merumuskan Masalah Lima, yaitu perumusan mengenai : Dunia, Agama, Qiyas, Sabilillah, dan Ibadah. Selain itu menggerakan kembali Muhammadiyah agar lebih dinamis dan berbobot, di susun pula langkah dua belas yaitu : Memperdalam masuknya iman Memperluas faham agama Memperluas budi pekerti Menuntun amal intiqad (mawas diri) Menguatkan keadilan Menegakkan persatuan Melakukan kebijaksanaan Menguatkan majelis tanwir Mengadakan konprensi bagian Mempermusyawarah gerakan luar

1.
2.

3. 4. 5. 6.

Kondisi sosial politik pada masa itu, mulai tidak stabil karena pengaruh perang dunia ke II. Keputusan-keputusan dari langkah penting yang diambil pada masa jabatan beliau adalah : Membentuk Komisi perjalana haji yang terdiri dari HM. Suja, H,. Abdul Kahar Muzakir dan R. Sutomo. Kongres XXVI di Yogyakarta 1937 antara lain memutuskan agar Muhammadiyah aktif memperbaiki perekonomian bumi putra dengan membentuk bank Muhammadiyah. Menentang ordonisasi pencatatan perkawinan oleh pemerintah kolonial belanda. Kongres XXVII di Malang 1938, Menentang ordonisasi guru Kongres XXVIIIdi medan 1939, menentang ordonisasi sidang, mengganti istilah Hindia Belanda dengan Indonesia. Tahun 1941 terjadi perang pasifik, Indonesia dikuasai Jepang. Pengurus besar Muhammadiyah memutuskan : A. R. Sutan Mansur Koordinator Konsul Muhammadiyah untuk daerah Sumatera GM. Hasan Tjorong untuk wilayah Kalimantan D. Muntu untuk wilayah Sulawesi

7. 8.

9.

Kongres XXIX di Purwokerto 1941 gagal karena keadaan darurat Meskipun dalam masa sulit pada masa itu sempat dikeluarkan franco amal dengan tujuan menghimpun dana untuk kaum Dhuafa. Ditetapkan khittah yang dikenal sebagai langkah dua belas.

Periode Ki Bagus Hadikusumo (1942-1953)

Kondisi sosial politik pada masa jabatan Ki Bagus Hadikusumo dalam suasana transisi dari penjajah Belanda, usaha-usaha Pemerintah Koloni Belanda untuk menjajah Indonesia kembali dan revolusi kemerdekaan. Pada masa ini kehidupan Muhammadiyah cukup berat. Keorganisasian yang dilaksanakan antara lain : A. Tahun 1944 mengadakan muktamar darurat di Yogyakarta. B. Tahun 1946 mengadakan silaturahmi cabangcabang se Jawa C. Tahun 1950 mengadakan sidang tanwir perwakilan, antara lain memutuskan :

Anggota Muhammadiyah boleh masuk partai politik yang tidak berideologi Islam, asal tidak merugikan perjuangan Islam. Kalau merugikan perjuangan Islam di tarik. Anggota Muhammadiyah diperbolehkan memasuki DPR atas nama Muhammadiyah. D. Tahun 1951, sidang Tanwir di Yogyakarta, antara lain memutuskan : a. Muhammadiyah tidak akan berubah menjadi partai politik. b. Meneapkan batas-batas otonomi Aisyiyah. E. Tahun 1952, sidang Tanwir di Bandung antara lain memutuskan : Mempertahankan keanggutan istimewa dalam partai masyumi. Perlu ada peremajaan Muhammadiyah.

Periode A.R. Sutan Mansyur (1952-1959)


Perjuangan ini kemudian dikenal dengan nama Khittah Palembang, yang memuat : 1. Menjiwai pribadi anggota dengan iman, ibadah, akhlak dan ilmu pengetahuan. 2. Melaksanakan uswatun khasanah (contoh teladan yang baik). 3. Mengutuhkan organisasi dan merapikan administrasi. 4. Memperbanyak dan mempertinggi mutu amal. 5. Mempertinggi mutu anggota dan membentuk kader. 6. Mempererat ukhuwah antara sesama kaum muslimin. 7. Menuntun penghidupan anggota.

Periode H.M Yunus Anis (1959-1968)


Dalam periode ini kebetulan negara Indonesia sedang berada dalam kegoncangan sosial dan politik, sehingga langsung atau tidak langsung mempengaruhi gerak perjuangan Muhammadiyah. Dalam mengatasi berbagai kesulitan, akhirnya mampu merumuskan suatu pedoman penting berupa Kepribadian Muhammadiyah. Dengan kepribadian Muhammadiyah bisa menemmpatkan kembali kedudukannya sebagau gerakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar dalam bidang kemasyarakatan.

Periode KH. Ahmad Badawi (1962-1968)

Kesulitan yang dihadapi Muhammadiyah belum habis, terutama disebabkan oleh kegiatan Partai Komunis Indonesia yang semakin keras dan berani, sehingga di beberapa tempat Muhammadiyah mengalami kesulitan. KH. Ahmad Badawi berfatwa : Membubarkan PKI adalah ibadah. Pada masa jabatan beliau, Muhammadiyah mengalami ujian berat karena Muhammadiyah harus berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya agar tidak dibubarkan.

Periode KH. Fakih Usman/ H.A.R Fakhrudin (1968-1971)


Pada Muktamar ke 37 di Yogyakarta mengukuhkan Kh. Fakih Usman sebagai ketua pimpinan pusat Muhammadiyah, beliau di panggil ALLAH SWT, kemudian di gantikan H. Abdurrazak Fakhrudin. Pada periode ini lebih menonjol usaha memuhammadiyahkan kembali Muhammadiyah, yaitu usaha untuk mengadakan pembaharuan pada ciri dan dalam Muhammadiyah sendiri. Baik pembaharuan dalam bidang ideologinya, dengan merumuskan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhamadiyah, maupun dalam bidang organisasi dan usaha perjuangannya dengan menyusun Khittah Perjuangan dan bidang-bidang lainnya. Adapun Khittah Perjuangan yang disahkan dalam bidang Tanwir di Ponorogo pada tahun 1989 adalah sebagai berikut :

I. Pola Dasar Perjuangan


1. Muhammadiyaqh berjuang untuk mencapai/mewujudkan suatu cita-cita dan Keyakkinan Hidup, yang bersumber pada ajaran Islam. 2. Dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya sebagaimana yang ditutunkan oleh Muhammad Rasulullah SAW adalah satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita dan keyakinan hidup. 3. Dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar seperti dimaksud harus melalui dua saluran/bidang secara simultan : - Saluran politik kenegaraan (politik praktis) - Saluran masyarakat 4. Untuk melaksanakan perjuangan dakwah Islam dan amar makruf nahi munkar seperti yang dimaksud di atas, dibuat alatnya masing-masing yang berupa organisasi :

- Untuk saluran/bidang politik kenegaraan (politik) praktis dengan organisasi politik (partai). - Untuk saluran/bidang masyarakat dengan organisasi non partai. 5. Muhammadiyah sebagai organisasi memilih dan menempatkan diri sebagai GERAKAN AMAR MAKRUF NAHI MUNKAR DALAM BIDANG MASYARAKAT. Sedangkan untuk alat perjuangan dalam bidang kenegaraan (politik praktis), Muhammadiyah menyerahkan kepada partai politik diluar organisasi Muhammadiyah . 6. Muhammadiyah harus menyadari bahwa partai tersebut merupakan sasaran amar makruf nahi munkar.

7.Antara Muhammadiyah dan partai tidak ada hubungan kemasyarakatan. 8. Masing-masing berdiri dan berjalan sendiri-sendiri menurut caranya sendiri-sendiri. 9. Pada prinsip nya tidak di benarkan ada perangkapan jabatan, terutama jabatan pimpinan antara keduanya demi tertibnya pembagian pekerjaan (spesialisasi).

II. Progam Dasar Perjuangan

Dengan dakwah Islam amar makruf nahi munkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsional, secara operasionak dan secara konkret riel, bahwa ajaran Islam mampu mengatur masyarakat dalam negara Republik Indonesia yang berPancasila dan UUD 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera, bahagia material dan spiritual yang d ridlai Allah SWT.

Periode KH. Abdur Razak Fakhrudin (1971-1990)

Pada periode ini usaha untuk meingkatkan kualitas persyarikatan selalu diusahakan, baik kualitas organisasi maupun kualitas operasionalnya. Peningkatan kuallitas organisasi maupun kualitas operasionalnya. Peningkatan kualitas organisasi meliputi tadjid di bidang keyakinan dan cita-cita hidup serta khittah dan tadjid organisasi. Pada masa jabatan beliau ada masa krisis yaitu keharusan untuk menjadikan Pancasila sebagai satusatunya azas. Pada masa jabatan beliau juga terjadi peristiwa penting yaitu kunjungan Paus Yohanes Paulus II dan sebagai reaksi terhadap kunjungan itu beliau mengeluarkan buku Mangayubagya Sugeng Rawuh lan Sugeng Kondur, yang isinya bahwa Indonesia adalah negara yang penduduknya sudah beragama islam jadi jangan menjadikan rakyat sebagai obyek Kristenisasi.

Periode Prof. DR. H. M. Amien Rais / Prof. DR. H. A. Syafii Maarif (1995-2000)
Pada periode Prof. Dr. H. M. Amien Rais, telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun 1995-2000, dengan mengacu kepada : a. Masalah global b. Masalah dunia Islam c. Masalah nasional d. Permasalahan Muhammadiyah e. Pengembangan Pemikiran, yang terdiri atas : - Pemikiran keagamaan - Ilmu dan Teknologi - Pengembangan basis ekonomi - Gerakan sosial kemasyarakatan - PTM sebagai batas gerakan keilmuan/pemikiran

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, telah dirumuskan program Muhammadiyah tahun 1995-2000 sbb : a. Tujuan Program Peningkatan konsolidasi pergerakan dan peningkatan kualitas gerakan dakwah dalam era industrialisasi dan globalisasi dengan memperluas sasaran dan sarana dakwah. b. Arah Program Program Muhammadiyah periode 1995-2000 diarahkan pada empat hal sbb : 1. Pengembangan pemikiran dan wawasan. 2. Peningkatan kualitas sumber daya manusia.

3. Peningkatan kualitas dan pengembangan amal usaha sebagai sarana

dakwah. 4. Perluasan sasaran dakwah. c. Jenis Program Dengan merujuk pada berbagai pokok pikiran yang Disampaikan dalam muktamar Muhammadiyah ke 43, program Muhammadiyah periode 1995-2000 disusun menurut empat bidang utama sbb: 1.Pengembangan manajemen Muhammadiyah 2. Pendidikan, perkaderan dan pengembangan sumber daya manusia 3. Dakwah pengembangan masyarakat, pembinaan kesejahteraan sosial dan ekonomi. 4.Peningkatan dana Muhammadiyah

Pada periode ini terjadi pergantian ketua pimpinan pusat Muhammadiyah dari Proof. Dr. H. M. Amien Rais kepada Prof. Dr. H. A. Syafii Maarif. Pergantian ini bermula adanya keputusan sidang Tanwir Muhammadiyah di Semarang pada tahun 1998 agar PP. Muhammadiyah melakukan ijtihad politik. Dalam perkembangan yang cepat, beberapa saat sebelum PP Muhamadiyah melakukan ijtihadnya, DR. Amin Rais bersama dengan beberapa temannya melakukan langkah membentuk sebuah partai yang bersifat terbuka(inklusif), yang diberi nama Partai Amanat Nasional (PAN).

KHITTAH PERJUANGAN MUHAMMADIYAH


Muktamar Muhammadiyah ke 44 yang berlangsung di Jakarta pada tahun 2000 telah mengambil keputusan penting, termasuk didalamnya telah menetapkan strategi perjuangan Muhammadiyah yang Lebih dikenal dengan istilah Khittah Perjuangan Muhammadiyah. I.Visi Muhammadiyah Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Quran dn As-Sunah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar makruf nahi munkar di segala bidang sehingga menjadi rahmatan lilalamin bagi umat, bangsaa dan sunia kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat utama yang diridlai Allah SWT dalam kehidupan ini.

II.

Misi Muhammadiyah Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dan Dakwah Islam amar makruf nahi munkar memiliki misi yang mulia dalam kehidupan ini, yaitu : Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran yang sesuai dengan jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalankehidupan yang bersifat duniawi. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada AlQuran dan sunnah Rasul. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarag dan masyarakat.

I. Usaha Muhammadiyah a. Mempergiat dan memperdalam penyelidikan ilmu agama Islam untuk \mendapatkan kemurnian dan kebenaran. b. Memperteguh iman, menggembirakan dan memperkuat ibadah serta mempertinggi akhlak. c. Memajukan dan memperbaharui pendidikan dan kebudayaan serta memperluas ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian menurut tuntunan Islam. d. Mempergiat dan menggembirakan tabligh. e. Menggembirakan dan membimbing masyarakat untuk membangun dan memelihara tempat ibadah dan wakaf. f. Meningkatkan harkat dan martabat kaum wanita menurut tuntunan islam.

Anda mungkin juga menyukai