Anda di halaman 1dari 6

A.

PENYEBARAN Penyebaran ikan bandeng ini yaitu meliputi seluruh perairan Indonesia utamanya di daerah Jawa dan Sulawesi Selatan serta beberapa perairan payau dan perairan tawar yaitu pada daerah Sumatera Barat, DKI dan DIY. Propinsi Jawa Timur Tahun 2000 tambak Jawa Timur tercatat seluas 53.423 ha atau 15% dari luas tambak di tanah air (Anonim, 2002). B. SIKLUS HIDUP C. PERTAMA KALI MATANG GONAT Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat ditubuh ikan jantan disebut testis berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan gonad yang terdapat dalam ikan betina dinamakan ovari berfungi menghasilkan telur (ovum) (Pulungan, 2004). D. PEMIJAHAN DAN PEMBUAHAN a. Pemijahan Pemijahan ikan bandeng secara alami terjadi didaerah pantai yang jernih dengan kedalaman 4050 meter, dan ombak yang sedikit beriak karena sifat telurnya yang melayang (Ahmad, 1998). Pemijahan bandeng berlangsung parsial, yaitu telur matang dikeluarkan sedangkan yang belum matang terus berkembang didalam tubuh untuk pemijahan berikutnya. Dalam setahun, 1 ekor induk bandeng dapat memijah lebih dari satu kali.. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan berkisar antara 300.000-1.000.000 butir telur (Murtidjo, 1989). Menurut Mudjiman (1983), pemijahan alami berlangsung dalam kelompok-kelompok kecil yang tersebar disekitar gosong karang atau perairan yang jernih dan dangkal disekitar pulau pada bulan maret, mei, dan September sampai januari. Bandeng memijah pada tengah malam sampai menjelang pagi. Sedangkan pemijahan buatan dapat dilakukan melalui rangsangan hormonal. Hormon yang diberikan dapat berbentuk cair atau padat. Hormone bentuk padat diberikan setiap bulan, sedangkan hormone bentuk cair diberikan pada saat induk jantan dan betina sudah matang gonad. Induk bandeng akan memijah setelah 2 15 kali implantasi tergantung pada tingkat kematangan gonad. Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat 3 dapat dipercepat dengan menyuntikkan hormoneLHR H -a pada dosis 30 50 mikro gram/kg berat tubuh atau dengan hormoneHC G pada dosis 5000-10.000 IU/kg berat tubuh (Murtidjo, 1989). Indikator bandeng memijah adalah bandeng jantan dan bandeng betina berenang beriringan dengan posisi jantan dibelakang betina. Pemijahan lebih sering terjadi pada pasang rendah dan fase bulan seperempat. Menurut Ahmad (1998), dalam siklus hidupnya, bandeng berpindah dari satu ekosistem ke ekosistem lainnya mulai dari laut sampai ke sungai dan bahkan danau. Hal ini disebabkan karena bandeng memiliki kisaran adaptasi yang tinggi terhadap salinitas. b. Pembuahan E. FEKUNDITAS (JUMLAH KEMATANGAN GONAT) Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur-telur yang kan dikeluarkan pada waktu pemijahan (Effendie, 1978) Menurut William (dalam Jones, 1978) fekunditas sangat tergantung pada suplai makanan, terutama untuk mempertahankan musim pemijahan dan ukuran tubuh ikan betina. Selain itu, ikan-ikan yang hidup di sungai mempunyai hubungan dengan tinggi air. Apabila sampai pada tahun-tahun tertentu permukaan air sungai selalu tinggi, fekunditas ikan tinggi pula, bila dibandingkan dengan tahun lain yang permkaan airnya rendah. Kejadian yang sama dapat terjadi pula untuk ikan-ikan yang hidup di rawa, karena sering pula permukaan air rawa dari tahun ke tahun tidak sama sebagai akibat pemasukan air yang tidak tetap (Effendie, 1978)

F. G. H. I.

J.

K.

Umumnya fekunditas realtif lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif maksimal dijumpai pula pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky dalam Effendie, 1978). Selanjutnya Effendie (1978) mengemukakan bahwa kapasitas reproduksi dari pemijahan populasi tertentu untuk mengetahui harus menggunakan fekunditas pipulasi relatif. Fekunditas ini dapat berbeda dari tahun ke tahun karena banyak individu yang memijah tiap-tiap tahun. Untuk mengetahui penyebaran diameter telur dilakukan pengukuran diameter telur dengan mengambil butiran pada bagian anterior, tengah, dan posterior pada ovarium sebelah kanan dan kiri. Serta perkembangan telur ditandai denganukuran diameter telurnya. (Uktoseja dan Purwasasmita, 1987). Untuk menghitung telur ada beberapa metoda yang dapat digunakan. Setiap metoda memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu sebelum memutuskan untuk memilih metoda dalam menghitung nilai fekunditas ikan harus dikenali dengan baik sifat dari setiap spesies ikan yang diteliti agar pada pelaksanaan menghitung nilai fekunditas ikan tidak terjadi kesalahan (Pulungan, 2005). Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative yang lebih kecil. Umumnya fekunditas relative lebih tinggi dibandingkan dengan fekunditas individu. Fekunditas relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky,1969) Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya. Dari fekunditas kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang dihasilkan dan akan menentukan jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Fekunditas adalah semua telur telur yang akan dikeluarkan pada waktu pemijahan (Effendie, 1979). HATCHING RATE (DAYA TETAS) SURVIVAL FASILITAS HACHRY YANG DIBUTUHKAN MEDIA BUDIDAYA Ikan ini mampu menghadapi perubahan kadar garam yang sangat besair (eurihalin). Oleh karena itu, ikan laut ini bisa juga hidup di air payau dan air tawar. Lokasi ideal budi dayanya pada laguna di daerah pantai dan teluk terlindung yang aliran arusnya atau pergantian airnya lebih dari i00%/hari. Beberapa aspek teknis dalam pemilihan lokasi budi daya bandeng dalam KJA adalah 1) penempatan karamba harus di lokasi perairan yang bebas dari pencemaran, 2) terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar, 3) sirkulasi air akibat pasang surut dan arus tidak terlalu kuat (optimum 20-50 cm/dt), 4) kurang organisme penempel (biofouling), 5) fluktuasi salinitas tidak terlalu besar (<5 ppt), dan 6) oksigen terlarut tidak kurang dari 4 mg/l. D. Wadah Budi Daya Pemeliharaan bandeng di KJA laut memerlukan wadah berupa keramba jaring, rakit berikut pelampung, dan jangkar. Ukuran rakit disesuaikan dengan ketersediaan bahan, dan jenis komoditas budi daya. Ukuran rakit biasanya 5 m x 5 m, 7 m x 7 m dan 10 m x 10 m, yang dapat memuat 4-16 karamba jaring ukuran 2 M X 2 M X 2 M. Untuk pemeliharaan bandeng pada bulan pertama (ukuran ikan <20> PERTUMBUHAN Ikan bandeng termasuk jenis ikan eurihalin. Oleh karena itu, ikan bandeng dapat hidup di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Induk bandeng baru bisa memijah setelah mencapai umur 5 tahun dengan ukuran panjang o,5-1,5 m dan berat badan 3-12 kg. Jumlah telur yang dikeluarkan induk bandeng berkisar 0,5-1,0 juta butir tiap kg berat badan. Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu 1,1-1,7 % bobot badan/hari. Pada tahap pendederan ikan bandeng, penambahan bobot per hari berkisar 40-50 mg. Ikan bandeng dengan bobot awal 1-2 g membutuhkan waktu 2 bulan untuk mencapai bobot 40 g. KUALITAS AIR

a. Suhu Salah satu indikator untuk mengetahui kualitas air adalah suhu. Suhu air sangat berkaitan erat dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut dalam air dan laju konsumsi oksigen hewan air. Suhu air optimal bagi ikan bandeng terletak antara 26 C 33 C. Pada suhu 18 C 25 C, ikan bandeng masih dapat bertahan hidup, tetapi nafsu makannya mulai menurun. Suhu air 12 C 18 C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu air di bawah 12 C ikan bandeng mati kedinginan (Ahmad, 1998). b. Salinitas Ikan bandeng mampu menyesuaikan diri terhadap salinitas air, sehingga dapat hidup di air tawar (salinitas antara 0 5 ppt) maupun air asin (salinitas > 30 ppt). Namun karena ikan bandeng dibudidayakan untuk tujuan komersial maka rentan salinitas optimal perlu dipertahankan. Pada rentan salinitas optimal (20 25 ppt), ganggang-ganggang dasar (klekap) yang menjadi makanan alami bagi ikan bandeng dapat tumbuh dengan baik, sehingga dapat mengurangi biaya pembelian pakan (Alie, 1988) c. pH Mutu air tambak juga harus alkalis (pH berkisar antara 7,5 8,7). pH merupakan indikator baik buruknya lingkungan air, sehingga angka pH ini dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang daya produksi potensial air itu akan mineral, yang menjadi pokok pangkal segala macam hasil perairan itu. Air yang agak basa misalnya, dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran bahan organik menjadi garam mineral, yang akan diserap sebagai bahan makanan oleh tumbuh-tumbuhan renik di dalam air, yang merupakan makanan alami bagi ikan bandeng. Sebaliknya bila air itu asam (pH air rendah), maka daya produksi potensialnya tidak begitu baik (Taufik, 1999). L. HAMA DAN PENYAKIT Menurut Ahmad (1999), penyakit penting yang sering menyerang ikan bandeng adalah : 1. Pembusukan sirip, disebabkan oleh bakteri. Gejalanya sirip membusuk dari bagian tepi. 2. Vibriosis, disebabkan oleh bakteri Vibriosis sp. Gejalanya nafsu makan turun, pembusukan sirip, dan bagian perut bengkak oleh cairan. 3. Penyakit oleh protozoa. Gejalanya nafsu makan hilang, mata buta, sisik terkelupas, insang rusak, banyak berlendir. 4. Penyakit oleh cacing renik. Sering disebabkan oleh cacing Diploctanum yang menyerang bagian insang sehingga menjadi pucat dan berlendir. Penyakit dari bakteri, parasit dan jamur disebabkan lingkungan yang buruk, dan penurunan daya tahan tubuh ikan. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan oleh tingginya timbunan bahan organik dan pencemaran lingkungan dari aliran sungai. Bahan organik dan kotoran akan membusuk dan manghasilkan gas-gas yang berbahaya. Ketahanan tubuh ikan ditentukan konsumsi nutrisinya (Anonim, 2001). DAFTAR PUSTAKA http://dedisafrizal.blogdetik.com/ http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/budidaya-ikan-bandeng.html

Anda mungkin juga menyukai