Littera Edisi 3
Littera Edisi 3
Artikel Penelitian
> Halaman 3
Upaya Organisasi MSM dan Transgender untuk Menanggulangi HIV dan AIDS
Littera
Edisi III Agustus-September 2012
b u l a n a n
Kabar MSK Kunjungan Peserta Pertemuan Capacity Building Bidang Kependudukan ke PSKK UGM
> Halaman 4
> Halaman 7
DINAMIKA PENDUDUK
JADI TANTANGAN
YOGYAKARTA - Sebagai negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, Indonesia menghadapi tantangan kompleks dalam bidang kependudukan. Laju pertumbuhan penduduk di atas satu persen dalam kurun waktu lima tahun terakhir, misalnya, berdampak signifikan pada laju pembangunan wilayah dan kerusakan alam yang semakin sulit dikendalikan. Pertambahan penduduk berarti peningkatan kebutuhan terhadap ruang hidup dan pemanfaatan sumber daya alam. Pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan secara berlebihan tanpa mengindahkan percepatan prinsip-prinsip kualitas yang
Indonesia menghadapi tantangan kompleks dalam bidang kependudukan. Hal ini dibahas saat Seminar Setengah Hari bertema Dinamika Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Rangka Menyongsong Pencapaian MDGs 2015 di Gedung Masri Singarimbun, PSKK UGM, Bulaksumur, beberapa waktu lalu.
moderator dalam acara tersebut mengatakan tanpa adanya kontrol terhadap dinamika penduduk dan lingkungan, tujuan-tujuan pembangunan yang hendak dicapai Pemerintah Republik Indonesia dalam Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 semakin sulit tercapai. Sudah seharusnya pembangunan penduduk dilaksanakan secara selaras, serasi, seimbang, dan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, ujar Muhadjir. Seminar yang dihadiri kalangan staf
dan peneliti di lingkungan PSKK UGM lembaga penelitian lain di UGM dan pemerintah daerah ini turut menghadirkan pembicara Direktur Analisis Dampak Kependudukan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Drs. Suyono Hadinoto, M.Sc., dan Asisten Deputi Data dan Informasi Kementerian Lingkungan Hidup, Ir. Dionysius Johny P. Ku s u m o , MBA. Ke d u a n y a turut memaparkan pengaruh pertambahan p e n d u d u k (bersambung ke hlm. 8).
Agustus -September 2012
mengemuka dalam Seminar Setengah Hari bertema Dinamika Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam Rangka Menyongsong Pencapaian MDGs 2015, Kamis (7/6) lalu. Seminar yang berlangsung di Gedung Masri Singarimbun tersebut diselenggarakan guna memperingati ulang tahun Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (PSKK UGM) ke-39. Kepala PSKK UGM, Prof. Dr. Muhadjir Darwin, yang juga bertindak sebagai
w w w. c p p s . o r. i d
Littera
DISKUSI
n e w s l e t t e r
Littera 2
b u l a n a n Edisi Agustus-September 2012
LINDUNGI
PEREMPUAN DAN ANAK
DI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA Pemerintah daerah bersama segenap pemangku kebijakan harus serius melaksanakan amanat Peraturan Daerah Provinsi DI Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2012 tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan. Komitmen ini penting mengingat jumlah perempuan dan anak korban kekerasan di provinsi ini masih tinggi. Pada 2011, Dinas Sosial Provinsi DI Yogyakarta mencatat 11.108 korban tindak kekerasan. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak yang tidak hanya mengalami kekerasan secara fisik, tetapi juga kekerasan psikologis, ekonomi, sosial dan seksual. Keberadaan peraturan daerah, menurut sejumlah pihak, tidak akan banyak bermanfaat apabila tidak diikuti dengan penegakan hukum dan pemberlakuan sanksi tegas bagi pelaku. Hal ini juga menjadi poin penting yang disorot oleh kalangan akademisi dan aktivis sosial, sesaat sebelum peraturan daerah itu disahkan. Dalam diskusi dan bedah rancangan peraturan daerah tentang Perlindungan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang berlangsung di Gedung Masri Singarimbun Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (PSKK UGM), Sabtu (28/4), sejumlah pihak sebenarnya masih menganggap rancangan peraturan daerah itu belum layak disahkan. Direktur Eksekutif Rifka Annisa, Mei Sofia Romas, menyebutkan sejumlah kelemahan, yakni sifat peraturan masih general serta masih belum menjelaskan tata cara detail implementasi pasal dan ayat bagi korban kekerasan. Sementara itu, Dekan Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Dr. Sari Murti, mengkritisi belum lengkapnya instrumen pelaksana peraturan daerah. Jangan sampai peraturan daerah nanti hanya jadi formalitas saja sehingga seolah-olah Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta telah berkomitmen untuk melindungi perempuan dan anak korban kekerasan, tetapi kenyataannya tidak demikian, tegasnya. Sosialisasi peraturan daerah ini juga sebaiknya tidak hanya ditujukan kepada perempuan saja, tetapi juga laki-laki. Hal ini karena, mayoritas pelaku kekerasan adalah laki-laki sehingga apabila sosialisasi tidak menyentuh kelompok ini, diyakini siklus kekerasan tidak akan pernah putus. Lebih lanjut, para peserta diskusi juga mengimbau masyarakat dan lembaga-lembaga sosial turut aktif mengawasi pelaksanaan peraturan daerah tersebut. Dengan pengawalan ketat pemerintah dan masyarakat, diharapkan jumlah perempuan dan anak korban kekerasan di Yogyakarta dan sekitarnya dapat terus berkurang. (*)
STOP VIOLENCE
AGAINST
WOMEN
n e w s l e t t e r
Littera
b u l a n a n
PENASIHAT : Prof. Dr. Muhadjir Darwin, Dr. Anna Marie Wattie, MA. EDITOR : Prof. Dr. Muhadjir Darwin, Dr. Setiadi, Basilica Dyah Putranti, S.Sos, MA. REPORTER : I Putu ASW Yoga Putra, Sri Endah Setia Lestari, Tyurina Cahya. FOTOGRAFER : I Putu ASW Yoga Putra, Jawadi. PENYUNTING BAHASA : Mita Sari Apituley. KONTRIBUTOR : Putri Ayu Cahyaningrum, Pratiwi, Sri Suharti. DESAIN DAN LAYOUT : Budi Riyanto, Sampur Ariyanto.
w w w. c p p s . o r. i d
Littera newsletter bulanan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM
ARTIKEL
n e w s l e t t e r
Littera 3
b u l a n a n Edisi Agustus-September 2012
w w w. c p p s . o r. i d
Littera newsletter bulanan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM
PENELITIAN
n e w s l e t t e r
Littera 4
b u l a n a n Edisi Agustus-September 2012
UPAYA ORGANISASI MSM DAN TRANSGENDER UNTUK MENANGGULANGI HIV DAN AIDS
Bagi mayoritas masyarakat, transgender dan gay masih menjadi kelompok marginal. Bahkan di beberapa lingkungan sosial, dua kelompok ini tidak dapat diterima sama sekali akibat stigma dan salah pengertian. Gay dan transgender dieratkan dengan perilaku hidup menyimpang dan sumber dari HIV dan AIDS. Namun kalau saja masyarakat mau melihat lebih dekat, akan tampak jelas bahwa kenyataan berada jauh daripada dugaan. Laporan kemajuan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai HIV dan AIDS di Asia Tenggara 2011 memperkirakan ada 3,5 juta orang hidup dengan HIV dan AIDS selama 2010. Sekitar 37 persen dari angka ini merupakan anak-anak dan perempuan. Sementara itu, gay, laki-laki heteroseksual, dan biseksual yang termasuk dalam kelompok laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (Men who have Sex with Men/MSM), serta transgender (TG), berbagi porsi yang tidak terlalu signifikan. Namun, kelompok MSM dan TG diakui berisiko tinggi terinfeksi HIV dan AIDS. Pada laporan sebelumnya, diperkirakan kelompok MSM menduduki porsi 6-12 persen dari jumlah penduduk Asia Tenggara. Dari jumlah ini, sekitar 1,8 juta orang telah meninggal akibat HIV dan AIDS tahun 2010. Prevalensi HIV dan epidemi AIDS di antara MSM dan TG terus meningkat secara global. Walaupun data-data mengenai insiden itu tetap terbatas, upaya pencegahan dan perlindungan harus terus digencarkan guna menekan kemungkinan penularan. Melalui mekanisme perawatan inovatif, penyebaran informasi yang cukup, peningkatan kesehatan layanan, dan peningkatan komitmen politik, orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) saat ini dapat hidup lebih lama dan lebih baik. Langkah-langkah itu telah dilaksanakan dalam program kerja organisasi-organisasi yang bergerak dalam komunitas MSM dan TG. Mereka memberi advokasi dan edukasi tentang HIV dan AIDS kepada MSM dan TG secara global. Perhatian terhadap fenomena ini membawa Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan Universitas Gadjah Mada (PSKK UGM), bersama ISEAN dan HIVOS, melaksanakan penelitian berjudul Strengthening Community System to Reduce Vulnerability and Impact of HIV Infection on MSM and TG in Insular South East Asia. Penelitian ini bertujuan mencari solusi atas kesenjangan dalam upaya mendukung kegiatan organisasi MSM dan TG guna mengurangi infeksi HIV dan AIDS di kelompok-kelompok dampingan mereka. Penelitian ini juga diharapkan mampu mendokumentasi sejarah dan praktik penyebaran informasi mengenai HIV dan
w w w. c p p s . o r. i d
Waria sebagai salah satu kelompok marginal yang dinilai beresiko tinggi terjangkit penyakit HIV dan AIDS. Namun, laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan jumlah mereka tidak terlalu signifikan.
AIDS oleh sejumlah organisasi MSM dan TG di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Timor Leste. Penelitian juga bermaksud mencari faktor-faktor utama dan pembelajaran dari organisasi melalui kerangka evaluasi yang diadopsi dari ICOMP dan USAID sebagai rekomendasi bagi organisasi MSM dan TG lain di kawasan yang sama. Kegiatan dilakukan dengan kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif yang saling melengkapi, meliputi wawancara mendalam dengan informan kunci dari kalangan internal organisasi, penerima manfaat, dan mitra organisasi, pengamatan, wawancara kelompok, dan telaah pustaka. Ragam pertanyaan yang dipakai dalam wawancara mencakup soal pemerintah, efektivitas program, keberlanjutan, dan faktor-faktor pendukung.
Laporan kemajuan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengenai HIV dan AIDS di Asia Tenggara 2011 memperkirakan ada 3,5 juta orang hidup dengan HIV dan AIDS selama 2010
Littera newsletter bulanan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM
PENELITIAN
n e w s l e t t e r
Littera 5
b u l a n a n Edisi Agustus-September 2012
Dr. Anna Marie Watie, Pejabat Pelaksana Tugas Kepala PSKK UGM saat berkunjung ke FTH (Fundasaun Timor Hari'i), NGO yang mempunyai misi mengurangi risiko HIV dan infeksi menular seksual lainnya di antara komunitas yang berisiko tinggi di Timor Leste.
Sasaran penelitian adalah LSM/Organisasi MSM dan TG yang fokus pada HIV/AIDS di Indonesia (YIM, YSS, GESSANG, dan KEBAYA), Filipina (TLF SHARE, HEARS, dan STRAP, yang berbasis di Manila, dan Barako Batangas Pride Inc (BPPI) yang berpusat di Kota Batangas), Malaysia (PT Foundation, WAKE, dan KLASS), dan Timor Leste (FTH). Informan kunci dalam penelitian ini adalah direktur organisasi, manajer, dan staf, relawan, pekerja lapangan, dan penerima manfat. Respons Berbeda Dari hasil penelitian diketahui bahwa negara, masyarakat, dan keluarga di empat negara memberi respons berbeda terhadap isu-isu MSM dan TG. Apabila dibandingkan dengan Filipina, Timor Leste, dan Indonesia, masyarakat di Malaysia cenderung tidak dapat menerima organisasi MSM dan TG. Hal ini disebabkan oleh kontrol negara yang kuat melalui pelaksanaan hukum syariah. Akibatnya, LSM dan organisasi masyarakat di Malaysia harus menggunakan isu HIV dan AIDS untuk dapat menjangkau penerima manfaat. Ada empat aspek organisasi yang dinilai dalam penelitian ini, yakni efektivitas organisasi, pemerintahan, keberlanjutan, dan atribut pendukung.
w w w. c p p s . o r. i d
Kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik di setiap negara juga menjadi penentu dari keempat aspek tersebut. Efektivitas program dinilai melalui keberadaan perencanaan strategis, struktur organisasi, dan manajemen keuangan. Organisasi di Indonesia dan Filipina memiliki tantangan yang serupa, yakni kurangnya kapasitas untuk mendesain perencanaan strategis jangka panjang. Di Malaysia, organisasi
Dispenser Kondom. Sebagai salah satu cara agar masyarakat lebih mudah mengakses kondom. Kondom sebagai salah satu alat pencegah penularan virus HIV dan AIDS saat berhubungan intim.
mendapat dukungan keuangan dari pemerintah sehingga mampu mengembangkan berbagai program. Keberlanjutan organisasi dengan baik terlihat di Timor Leste karena programprogram mereka berjalan efektif. Aspek pemerintahan melihat peran institusi dalam manajemen organisasi dan keberadaan sistem pendukung kinerja, integritas, dan akuntabilitas. Di empat negara, mayoritas organisasi mampu mengembangkan struktur organisasi dan mempertahankan tugastugas divisi. Program dan kegiatan dirancang dan dilaksanakan sesuai peraturan organisasi, sementara semua anggota telah dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Keberlanjutan dinilai dari kemampuan organisasi mendukung keuangan dalam jangka panjang, keberlanjutan organisasi, efektivitas program, dan dampaknya. Di Indonesia dan Filipina, sebagian besar organisasi menerima dana dari lembaga donor, sedangkan di Malaysia semua dukungan keuangan untuk organisasi harus disalurkan melalui badan pemerintah. Sebagai hasilnya, organisasi di Indonesia dan Filipina lebih fleksibel dalam penggunaan keuangan dan organisasi di Malaysia cenderung terbatas. Di Timor Leste, organisasi menerima dana dari lembaga donor internasional yang dialokasikan melalui MoH (Ministry of Health). Praktik-praktik organisasi dan atribut dinilai melalui interkoneksi efektivitas organisasi, pemerintahan, dan keberlanjutannya. Kelompokkelompok sasaran atau penerima manfaat dari organisasi di empat negara memiliki kesan yang baik pada CBOs (Community-Based Organizations) program dan kegiatan. Dari keseluruhan hasil penelitian, terungkap bahwa mayoritas organisasi masyarakat atau LSM telah berupaya optimal dalam melakukan advokasi terhadap kelompok MSM dan TG. Namun, perlu disadari bersama bahwa upaya-upaya ini tentu tidak dapat berjalan searah, tentu harus mendapat respons dan dukungan dari para pemangku kebijakan dan kelompok MSM dan TG selaku penerima manfaat. (*)
Littera newsletter bulanan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM
KABAR PSKK
n e w s l e t t e r
Littera 6
b u l a n a n Edisi Agustus-Setember 2012
w w w. c p p s . o r. i d
Littera newsletter bulanan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM
KABAR MSK
n e w s l e t t e r
Littera 7
b u l a n a n Edisi Agustus-September 2012
RESENSI BUKU
belenggu kemiskinan. Penanggulangan kemiskinan tidak semata melalui pemberian kredit dan pelatihan, tetapi juga pemberian jaminan sosial, khususnya bidang kesehatan. Perlindungan sosial akan memperkecil kesenjangan yang ada di antara masyarakat secara multi dimensional sehingga cukup efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan.
Kuatnya pembahasan kemiskinan dan jaminan sosial dalam buku ini tidak lepas dari latar belakang penulis, Edi Suharto, Ph.D., yang merupakan Analis Kebijakan Sosial dan Konsultan Pekerjaan Sosial Makro, terutama di bidang perlindungan sosial, corporate s o c i a l r e s p o n s i b i l i t y, d a n pengembangan masyarakat, di berbagai lembaga internasional. Saat ini, penulis menjabat sebagai Pembantu Ketua I Bidang Akademik Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung.(*) Data Buku
Judul Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia, Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan Penulis Edi Suharto, Ph.D. Penerbit CV. Alfabeta Cetakan 2009 Tebal 188 Halaman ISBN 978-602-8361-26-2
Littera newsletter bulanan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM
n e w s l e t t e r
Littera 8
b u l a n a n Edisi Agustus-September 2012
meningkat dua kali lipat antara tahun 1990 hingga 2008. Selain krisis energi, penduduk juga akan terancam mengalami krisis air bersih, jelas Johny. Menghadapi upaya untuk
pemerintah telah melakukan sejumlah menyelaraskan pertumbuhan penduduk dengan pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Melalui Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, pemerintah telah mengamanatkan tersebut pembangunan sebagai
berwawasan kependudukan. Amanat dimaksudkan pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk harus dapat menjadi subjek dan objek dari pembangunan tersebut.
Agustus-September 2012
Kiri Atas: Para peserta saat berkunjung ke perpustakaan PSKK UGM. Kanan Atas: Prof. Dr. Muhadjir Darwin saat memberikan sambutan dalam pertemuan Capacity Building Bidang Kependudukan. Bawah: Para peserta kunjungan berasal dari kalangan staf BKKBN serta perwakilan pusat-pusat studi bidang kependudukan lain dari universitas-universitas negeri dan swasta di seluruh Indonesia.
Littera
w w w. c p p s . o r. i d
Littera newsletter bulanan yang diterbitkan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM