Anda di halaman 1dari 17

PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN Deskripsi Unit ini mengidentifikasikan kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan perbaikan sistem pengapian

konvensional (Platina) atau sistem elektronik (tidak termasuk sistem yang berhubungan dengan Engine Manajemen Sistem dan komponen-komponennya) pada kendaraan ringan. 1. Prosedur Pemeliharaan dan Perbaikan Sistem Pengapian Petunjuk Servis Komponen-komponen pengapian otomotif itu komplek dan seringkali rapuh, karenanya selalu berhati-hati pada waktu melakukan prosedur servis. Gagal dalam menjalankan pedoman servis dapat mengakibatkan kerusakan sistem yang sangat merugikan. Peringatan: Beberapa macam servis mengharuskan sistem pengapian energi tinggi dan sistem pengisian bahan bakar tidak diaktifkan. Amati prosedur yang dianjurkan berikut. Penanganan yang tidak tepat dapat mengakibatkan: Kecelakaan atau kematian Kebakaran kendaraan Kerusakan engine Kerusakan komponen elektronik.

Pencegahan Bila kendaraan mempunyai sistem bahan bakar elektronik komputernya mempunyai memori yang memuat informasi diagnosa dalam bentuk kode. Melepaskan hubungan terminal baterai dapat menghapus kode tsb. Bila system bahan bakar rusak, pastikan kerusakannya dengan menggunakan kode sebelum melepaskan baterai mobil. Memori dapat disusun kembali setelah beberapa urutan menghidupkan mobill. Pelepasan baterai dapat mempengaruhi jam, radio dan memori. Catatan: Perangkat pengaman memori tersedia. Untuk lengkapnya, baca lebih rinci manual servis rutin dari pabrik. 2. Pemeriksaan Pendahuluan Sistem Pengapian Pemeriksaan Pendahuluan Sistem Pengapian Untuk setiap kesalahan pengapian pemeriksaan visual pendahuluan harus dilakukan dahulu sebelum melakukan prosedur diagnosa kerusakan yang lebih luas.

Periksalah semua pemasangan kawat listrik bila terbakar, isolasinya rusak atau terminal-terminalnya longgar. Periksalah kabel bertegangan tinggi bila terbakar atau isolasinya rusak dan terminal-terminalnya berkarat. Periksalah koil pengapian bila rusak atau olinya bocor. Periksalah distributornya bila sekrup-sekrupnya, kontak-kontaknya longgar, generator sinyal rusak atau porosnya aus. Periksalah tutup distributor dan rotor bila retak, korosi atau elektroda-elektrodanya terbakar. Periksalah busi bila isolasinya rusak atau ada tanda-tanda korslet.

3. Unjuk Kerja Sistem Pengapian Unjuk Kerja Engine modern dengan pembatasan emisi cenderung bekerja dengan menggunakan campuran yang tipis dan perbandingan kompresi yang ringan. Bahkan dengan rancangan engine yang sedemikian rupa dirancang untuk menghasilkan campuran udara dan bahan bakar yagn mencukupi campuran tipis tersebut kadang-kadang sulit terbakar. Juga tingkat emisi yang rendah telah menempatkan saat percikan (spark timing) pada posisi yang sangat penting. Sistem pengapian harus bekerja dengan baik untuk mencegah: unjuk kerja engine/kendaraan rendah terjadinya pemborosan bahan bakar tingkat emisi tinggi

Peringatan: Sistem pengapian enerji tinggi dapat menyebabkan kejutan listrik yang fatal. Oleh sebab pengetesan koil-koil pengapian enerji tinggi yang menggunakan alat-alat test sangat berbahaya, dan karenanya kabel-kabel tegangan tinggi rangkaian terbuka menyebabkan komponen-komponen elektronik tidak bekerja, maka suatu cara pengetesan kinerja system pengapian telah dikembangkan dengan menggunakan penguji busi. Busi test hanyalah sebuah busi dengan celah yang sangat lebar (max. 13 mm) dan penjepit massa untuk pengaman (secure grounding)

Coil system yang akan ditest hanya dihubungkan ke busi melalui kabel bertegangan tinggi. Busi dihubungkan ke ground (massa). Anda sekarang dapat menghidupkan engine dengan aman. Coil pengapian dan system yang baik harus dengan mudah dapat melompati celah tanpa gagal. Catatan: Menghubungkan busi test hanya dapat dilakukan bila pengapiannya dimatikan. 4. Penyebab-penyebab yang memungkinkan system pengapian gagal bekerja. Penyebab 4.1. Percikan enerji yang kecil atau tidak terjadi pada satu atau lebih busi: Celah yang tidak pas, busi yang rusak atau kotor. Resistansi yang tinggi atau isolasi pada kabel-kabel tegangan tinggi rusak. Isolasi coil pengapian rusak/pecah. Tutup distributor atau isolasi rotor pecah atau elektrodanya terbakar. Lilitan sekunder coil pengapian rusak. 4.2. Tidak adanya Kontrol arus atau suplai tegangan primer: Sekring pengapian berbunyi Komponen-komponen atau lilitan rangkaian primer rusak atau resistansi tinggi (saklar pengapian, resitor ballast, dsb.) Lilitan-lilitan primer coil pengapian rusak. Kontak-kontak pengapian terbakar atau dipasang tidak tepat. Kondensor pengapian rusak. Lilitan primer grounded. Unit kontrol pengapian elektronik gagal bekerja. Generator sinyal rusak.

4.3. Saat Pengapian Gagal: Saat pengapian. Pengaturan timing yang tidak tepat. Kontak-kontak pengapian dipasang tidak tepat. Unit advance vacuum rusak. Mekanisme advance mekanik rusak. Unit kontrol pengapian elektronik tidak berfungsi. Generator sinyal tidak berfungsi. Pengapian awal dikarenakan busi-busi, engine atau system kendali emisi rusak. Instrumen pengetesan Instrumen pengetesan yang telah diseleksi dan menggambarkan secara singkat aspek-aspek pengoperasian engine yang bervariasi yang dapat dicek. 5. Voltmeter dan Ampermeter Volmeter dan Ampermeter Voltmeter dan Ampermeter digunakan dengan cara yang biasa menentukan : Tegangan kerja system dan penurunan tegangan. Mengidentifikasi status sinyal, misalnya AC, DC atau pulsa DC. Status sinyal input dan output dari unit pengendali system pengapian. Arus yang mengalir pada rangkaian dan komponen. Meter yang disatukan pada analyzer mungkin memerlukan pemilihan fungsi yang berbeda untuk memungkinkannya bekerja secara terpisah dari fungsi analyzer. Ampermeter analyzer umumnya menggunakan jenis pick-up induktif yang dihubungkan ke rangkaian kendaraan 5.1. Multimeter Digital Multimeter digital disarankan oleh pabrik pembuat komponen dan kendaraan untuk digunakan pada rangkaian dan peralatan elektronik. Volt, amper dan ohmmeter digunakan untuk menguji kondisi rangkaian, nilai dan keterpakaian komponen. Fungsi multimeter digital lainnya seperti pemeriksa dioda dan frekuensi meter dapat digunakan untuk mendiagnosa system pengapian dan keterpakaian komponen. Fungsi frekuensi mampu mengukur: Ketersediaan output generator sinyal. Frekuensi output generator sinyal dibandingkan dengan variable lain yang sudah diketahui seperti putaran mesin. Input dan output dari unit pengendali system pengapian elektronik.

Fungsi penguji dioda dapat digunakan untuk memeriksa keterpakaian: Dioda pelindung Kejutan Listrik pada system. Dioda operasi system. Keterpakaian transistor daya. Kontinuitas rangkaian.

5.2. Dwell Meter Pengertian sudut dwell mengacu pada sudut permutaran distributor selama kontak point tertutup. Sudut dwell harus diatur dengan benar sesuai spesifikasi pabrik, kalau tidak kerja system akan terganggu. Jika sudut dwell terlalu kecil (celah kontak point terlalu besar) koil pengapian mungkin tidak mendapat cukup waktu untuk membangkitkan medan magnit, yang akan menghasilkan tegangan sekunder yang lemah. Jika sudut dwell terlalu besar ( celah kontak

point terlalu kecil ) tegangan induksi primeir akan melompat diantara celah kontak point, bukannya mengisi kapasitor, collapsenya medan magnet pada coil menjadi lambat yang akan mengakibatkan tegangan scunder menjadi rendah. Keausan poros distributor atau mekanisme advancer dapat diidentifikasi dengan cara menaikkan putaran mesin atau memberikan kevacuuman yang berbeda pada unit vacuum dan mencatat variasi sudut dwell yang terbaca. Distributor yang memiliki perbedaan lebih dari 20 perlu diperbaiki.

Pengoperasian Meter Sambungan meter listrik biasanya ke terminal negatif coil pengapian dan massa. Skala arus harus dipilih sesuai jenis dan jumlah silinder. Hidupkan engine dan perhatikan pembacaan meter. Bila diperlukan stel celah kontak point. Periksa kembali pembacaan dwell meter. Catatan: Selalu ikuti petunjuk penggunaan bila menggunakan dwell meter dimana sambungan setiap meter dapat berbeda pada berbagai engine. Sudut dwell pada system pengapian elektronik sudah tertentu dan tidak dapat distel.

5.3. Timing Light Timing light digunakan untuk memeriksa dan menyetel saat pengapian sesuai dengan sudut putar poros engkol dimana secara langsung berhubungan dengan posisi piston Begitu saat pengapian disetel, selanjutnya akan dikendalikan oleh system pengatur pegapian mekanik, vacuum atau elektronik. Timing light yang digunakan bersamaan dengan meter pengatur pengapian memastikan system pemajuan pengapian bekerja sesuai dengan spesifikasi pabrik. 6. Pengetesan Komponen Sistem Pengapian Pengetesan Komponen Sistem Pengapian 6.1. Coil Pengapian

Pengecekan Lilitan Primer Pemeriksaan resistensi harus dilakukan utnuk mengetes lilitan primeir. Untuk mengetes lilitan primeir, baca ohm meter dengan menggunakan AVO METER, hubungkan pada kedua terminal primeir, dan bacaannya secara akurat dicatat Bacaan tersebut harus cocok dengan spesifikasi pabrik. Contoh: Koil 12V 2,5 sampai 3 Ohm Koil Ballast 1,5 sampai 2 Ohm Koil Hei 0,8 sampai 1 Ohm.

Bacaan yang benar akan menunjukkan bahwa baik rangkaian dan faktanya tidak ada yang korslet. Coil Lilitan Sekunder Untuk mengetes lilitan sekunder maka test resistansi harus dilakukan pada lilitan sekunder. Ohmmeter (Diatur pada salah satu rentang yang tinggi) dihubungkan diantara outlet tegangan tinggi dan salah satu dari terminal primer. Pabrik menentukan rentang resistansi dimana nilai sekundernya berada pengaturan umum dari nilai-nilai tersebut berada diantara 9.000 dan 12.000 ohm.

Bacaan yang benar pada rentang yang telah ditetapkan akan menunjukkan baik rangkaian yang lengkap dengan hubungan yang baik pada lilitan primer, maupun lilitan-lilitan tidak korslet bersamaan. Pengecekan Massa Isolasi Untuk mengecek kesalahan pemassaan satu seri test lamp (lampu pengetes) dihubungkan diantara satu dari terminal primer dan wadah logam coil. Lampunya tidak boleh menyala. Bila menyala, coilnya rusak dan harus diganti.

Pengujian Output

Test out put scunder harus juga diterapkan pada coil menghubungkannya pada mesin pengetes yang dapat menghasilkan arus yang terganggu. Dengan menghubungkan outlet tegangan tinggi koil ke celah percikan bunga api yang berubah-ubah, ukuran maksimum percikan bunga api (atau enerji yang tersedia) yang dapat diproduksi, dapat diukur. Hal tersebut harus dibandingkan dengan coil yang baru, lebih kurang 13 mm.

Catatan: Pengujian ini harus dilakukan pada temperatur kerja koil. Catatan penting: Alat uji coil pengapian berdaya tinggi. Alat uji output coil pengapian tidak boleh digunakan untuk menguji coil pengapian yang berenerji tinggi yang dirancang untuk system pengapian elektronik 6.2. Kondensor Pengapian Ada tiga pengujian yang harus dilakukan terhadap kondensor. Kebocoran, untuk memastikan arus tidak bocor melalui bahan penyekat dielektrik. Kapasitas, untuk memeriksa keadaan plat untuk memastikan kondensor mempunyai kapasitas untuk menyimpan semua enerji listrik. Resistansi seri, untuk memeriksa sambungan kabel kondensor ke plat.

Alat ukur condensor otomotif harus digunakan sesuai dengan kondisi aslinya, menyediakan tegangan dan siklus pengisian yang mensimulasikan kerjanya pada engine 6.3. Kontak Point Kontak point pengapian memerlukan perawatan yang tinggi dan penting dalam system pengapian, jika ada keraguraguan pada kontak point segeralah ganti 1. Periksa permukaan kontak point, warna abu-abu menujukkan pemakaian normal, permukaan yang berwarna biru tua terbakar menunjukka salah satu dari: Celah terlalu kecil. Kondensor rusak Lilitan koil rusak. 2. Pemeriksaan lainnya Kekuatan pegas. Kabel listrik dan sambungan. Celah kontak point. Keausan poros cam distriburtor. 6.4. Ballast Resistor

Ballast resistor diperiksa dengan menggunakan ohmmeter, dua kali yaitu saat engine masih dingin dan pada temperatur kerja.

Gunakan spesifikasi pabrik saat menguji keterpakaian ballast resistor. 6.5. Kabel Tegangan Tinggi dan Tutup Distributor Resistansi kabel tegangan tinggi dan tutup distributor diperiksa dengan menggunakan ohmmeter.

Rentang nilai resistansi kabel tegangan tinggi biasanya berkisar antara 10 25 K ohm, tergantung panjangnya. Kabel yang diidentifikasi mempunyai resitansi tinggi harus dilepas dari distributor. Terminalnya harus dilepas, periksa dan uji kembali jika terdapat permasalahan karat. Tutup distributor harus diperiksa secara visual untuk mengetahui keretakan, terminal yang berkarat atau rusak. 6. 6. Kapasitor Penguji kapasitor harus digunakan untuk menentukan: Kapasitas kapasitor Resistansi atau kebocoran insulator Resistansi seri Hubungan singkat atau ke massa Hubungan singkat internal rangkaian. Untuk mengecek kapasitor dengan pengujian: Hubungkan salah satu kabel alat uji ke kabel kapasitor

Hubungkan ujung lainnya ke badan kapasitor. Hidupkan alat uji. Putar tombol penguji ke arah capacity Perhatikan pembacaan alat ukur dan bandingkan dengan spesififkasi pabrik. Putar tombol penguji ke arah leakage. Perhatikan pembacaan alat ukur. Penunjukan jarum harus di luar garis merah. Putar tombol penguji ke arah series resistance. Perhatikan pembacaan alat ukur. Penunjukan jarum harus di dalam garis merah. Catatan: Hubungan singkat ke massa atau hubungan singkat di dalam rangkaian akan terdeteksi dengan salah satu pengujian ini. Kapasitor dapat diuji dengan menggunakan alat uji osiloskop.

6.7. Pembangkit PulsaUntuk mengetest pembangkit pulsa pada distributor pengapian elektronik Gunakan ohmmeter dan aturlah pada rentang terrendah. Masukkan setiap kabel ke kabel tegangan tinggi dari pembangkit pulsa. Periksa pembacaan meter dan bandingkan dengan spesifikasi pabrik

GambarModul Pengendali Pengapian Elektronik Karena tidak ada cara yang umum dalam pemeriksaan kotak pemicu, disarankan mengikuti petunjuk yang dijelaskan oleh pabrik.

PENGAPIAN CDI

Sistem pengapian kondensator (kapasitor) atau CDI (Capacitor Discharge Ignition) merupakan salah satu jenis sistem pengapian pada kendaraan bermotor yang memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge current) dari kondensator, guna mencatudaya Kumparan pengapian (ignition coil). Pada Sistem pengapian magneto terdapat beberapa kekurangan, yaitu: 1. Kumparan pengapian yang dipakai haruslah mempunyai nilai Induktansi yang besar, sehingga unjuk kerjanya di putaran tinggi mesin kurang memuaskan. 2. Bentuk fisik kumparan pengapian yang dipakai relatif besar. 3. Pemakaian kontak pemutus (breaker contact) menuntut perawatan dan penggantian komponen tersendiri. 4. Membutuhkan Pencatu daya yang mempunyai keluaran dengan Beda potensial listrik yang relatif rendah dan Kuat arus listrik yang relatif besar. Hal ini menuntut pemakaian komponen penghubung yang mempunyai nilai Resistansi serendah mungkin.

Walaupun pada nantinya dikembangkan Sistem pengapian transistor atau TSI (Transistorized Switching Ignition) atau TCI (Transistor Controlled Ignition) yang menggunakan transistor untuk menggantikan kontak pemutus, perlahan-lahan kurang diminati seiring dengan kemajuan teknologi. Cara kerja Awalnya sebuah pencatu daya akan mengisi muatan pada kondensator dalam bentuk Arus listrik searah sampai mencapai beberapa ratus volt. Selanjutnya sebuah pemicu akan diaktifkan untuk menghentikan proses pengisian muatan kondensator, sekaligus memulai proses pengosongan muatan kondensator untuk mencatudaya kumparan pengapian melalui sebuah Saklar elektronik. Karena bekerja dengan secara elektronik, sebagian besar komponennya merupakan komponenkomponen elektronik yang ditempatkan pada Papan rangkaian tercetak atau Printed Circuit

Board (PCB), lalu dibungkus dengan bahan khusus agar terlindungi dari kotoran, uap, cairan maupun panas. Banyak orang yang menyebutnya modul CDI (CDI module), kotak CDI (CDI box), atau "CDI" saja. Berdasarkan pencatu dayanya, sistem pengapian CDI terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1. Sistem pengapian CDI AC yang merupakan dasar dari sistem pengapian CDI, dan menggunakan pencatu daya dari sumber Arus listrik bolak-balik (dinamo AC/alternator). 2. Sistem pengapian CDI DC yang menggunakan pencatu daya dari sumber arus listrik searah (misalnya dinamo DC, Batere, maupun Aki). Bagian-bagian sistem pengapian Berikut bagian-bagian yang bisa ditemui (atau mungkin beberapa diantaranya terkadang tidak dipakai karena sesuatu hal) di dalam suatu sistem pengapian CDI: 1. Kumparan pengisian (charging coil). 2. Kumparan pemicu (trigger/pulser coil). 3. Penyearah (rectifier). 4. Baterai (battery). 5. Sekering (fuse). 6. Kunci kontak (contact switch). 7. Kondensator (capacitor). 8. Saklar elektronik (electronic switch). 9. Pengatur/penyetabil tegangan (voltage regulator/stabilizer). 10. Transformator penaik tegangan (voltage step up transformer). 11. Pengubah tegangan (voltage converter/inverter). 12. Pelipat tegangan (voltage multiplier). 13. Kumparan pengapian (ignition coil). 14. Kabel busi (spark plug cable). 15. Busi (spark plug). 16. Sistem pengawatan (wiring system). 17. Jalur bersama (common line).

Sabtu, 23 Oktober 2010

CDI BRT Powermax Hyperband Series

SPESIFIKASI :
1 CDI Type 2 Operating Voltage 3 Mikroprosessor 4 Current Consumption 5 Output Max 6 Operation Temp 7 Operation Freq : DIGITAL DC System : 8 s/d 18 VDC : NXP Founded by Philips Semiconductor : 0.05 s/d 0.75 A : 300 Volt : -15 to 80C : 400 to 20.000 RPM

FEATURES :
1 2 Kurva Pengapian 2 Automatic Low Voltage Protection (ALVP) 3 Multi Step Ignition Curve 4 Plug and Play 5 Unlimiter 6 Terdiri 3 jenis pemakaian : a. Standar - Tune Uo (ST) b. Tune Up - Racing (TR) c. Racing - Kompetisi (RK)

KEUNTUNGAN :
1 Hemat BBM hingga 29,9 % 2 Meningkatkan respon dan akselerasi 3 Powerband bertambah hingga 2000 rpm 4 Hemat pemakaian Accu hingga 30% 5 Tenaga motor meningkat hingga 20%**

Beberapa fitur CDI Generasi POWERMAX/INVIO adalah sbb :

Fuzzy logic adalah algoritma sistem kendali pintar yang dirancang untuk mengendalikan kurva pengapian,sehingga kurva pengapian menjadi lebih presisi mengikuti perubahan putaran mesin hingga 1 rpm sekali pun akibatnya mesin menjadi lebih stabil, bertenaga dan hemat bakar.

POWERMAX/INVIO Series dikendalikan mikroprocessor berbasis teknologi Flash yaitu komputer dengan akses memori super cepat, sehingga CDI dapat beroperasi sampai 20000 rpm.

Blue Eyes adalah sensor biru yang dapat mendeteksi kondisi besaran tegangan supply yang masuk ke CDI, bila terjadi kelainan/tidak normal antaranya : Accu Tekor, Kelebihan Tegangan dan Kiprok Imitasi atau rusak.

Automatic Low Voltage Protection (ALVP), adalah konsep baru yang dikembangkan untuk melindungi ke- rusakan CDI yang diakibat oleh accu tekor atau kelebihan tegangan.

Fitur ini berfungsi untuk menonaktifkan CDI bila dalam waktu 60 detik tidak ada gerakan poros engkol, sehingga lebih hemat Accu. Dengan Standby Mode, kelistrikan akan menjadi aman karena tidak terjadi loncatan bunga api sisa pada busi, yang terjadi pada saat kontak (kill swtich) di ON kan.

Untuk mengindetifikasi keaslian produk, kami menanamkan CHIP RF-ID (Radio Frequency Identification) di dalam CDI yang berisikan data-data produksi. RF ID yang digunakan berbasis teknologi Philips Semiconductor. BRT adalah pertama dan satu-satunya produsen CDI di dunia yang menggunakan teknologi RF ID ini.

http://www.bintangracingteam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=207%3Acd ipowermax&catid=3%3Anewsflash&Itemid=66&lang=en

Anda mungkin juga menyukai