Untitled

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

5.

SISTEM PLANNING

Sistem planning merupakan suatu sistem perencanaan alat air, di mana sistem pere
ncanaannya disesuaikan dengan tata guna lahan yang telah direncanakan. Melalui s
istem perencanaan yang baik dan benar diharapkan dapat mengembangkan dan meningk
atkan taraf pendapatan petani dan dapat mendukung serta meningkatkan produksi ha
sil pertanian. Di dalam pemilihan sistem tata air yang akan diterapkan pada pere
ncanaan ini di antaranya disyaratkan bahwa perencanaan teknis detail tahapan per
encanaan ini diusahakan merubah seminimal mungkin tata jaringan yang telah ada s
erta memberikan nilai lebih bagi penduduk di lokasi pekerjaan.
Tahapan perencanaan daerah irigasi dan bendungan Way Basohan kabupaten Lampung B
arat sebagai berikut :
Sistem irigasi gravitasi dengan pertimbangan simple low cost.
Daerah irigasi layanan bendung Way Basohan luas baku 200,54 Ha serta luas potens
i yang dikembangkan 201,31 Ha terletak di Kabupaten Lampung Barat tersebar di ti
ga Desa/Pekon yaitu Tanjung Setia, Sumur Jaya, Tanjung Jati, dan Pelita Jaya.
Sistem irigasi ini direncanakan dengan asumsi bahwa Bendung Way Basohan telah di
konstruksi dan dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan arahan tahapan perencan
aan.
Perencanaan detail tahapan perencanaan daerah Bendung Way Basohan meliputi :
Perhitungan dan analisis struktur bendungan ditinjau dari daya dukung struktur t
erhadap bahaya guling, geser, rembesan, local scouring, dan perhitungan flow net
.
Detail tahapan perencanaan Bangunan Bendungan lengkap dengan bangunan pendukung,
antara lain meliputi mercu, intake, lantai olakan.
Bangunan pelengkap irigasi lainnya berupa bangunan bagi primer, bangunan bagi sa
dap sekunder, dan jembatan layanan.
Saluran dibagi menjadi saluran Primer, yaitu mulai dari Intake-BSJ1, BSJ1-BSJ2,
BSJ2-BSJ3, BSJ3-BSJ4, dan saluran sekunder, yaitu dari BSJ4-BPJ1. BSJ3-BSJ3Ka, B
SJ4-BSJ4Ki, BSJ4-BSJ4Ka, BPJ1-BPJ1Ki.

Tabel 5.1 Rencana Jaringan irigasi dan Luas Layanan


Ruas Saluran
Nama
L
Layanan Luas Lahan
Petak ( m )
(ha)
1
2
3
4

PRIMER
Intake - BSJ 1
BSJ1 Ka
BSJ1 - BSJ2
BSJ2 Ka
BSJ2 Ki
BSJ2 - BSJ3
BSJ3 Ka
BSJ 3 - BSJ 4
BSJ4 Ka
BSJ4 Ki
SEKUNDER
BSJ 4 - BPJ 1
BPJ1 Ka
BPJ1 Ki

1115.28
21.84
1346.5
37.12
16.35
584.7
27.16
751.3
23.63
38.78

401.85

1383.2
201.31
35.66

236.97

380.01
326.54
299.38

BSJ 2 - BSJ2 Ka

450.0

37.12

BSJ 4 - BSJ4 Ki

870.8

38.78

BSJ 4 - BSJ4 Ka

840.6

23.63

BPJ 1 - BPJ 1 Ki

*
*
*

BPJ1 Ka (201.31 Ha merupakan Area Potensi)


Panjang Saluran Primer :
3797,76 m
Panjang Saluran Sekunder
:
4.615,65

1071.1

35.66

Daerah irigasi Way Basohan memanfaatkan sungai Way Basohan yang diambil airnya m
elalui bangunan Bendungan Way Basohan. Air dari tampungan bendung kemudian masuk
intake dan dibawa melalui Bangunan Sumur Jaya yang jaraknya 1.115,28 km dari be
ndungan. Air ini kemudian dibagi ke saluran-saluran sekunder dan sub sekunder me
lalui Bangunan Sadap yang tersebar di sepanjang saluran irigasi. Skema jaringan
irigasi Way Basohan dapat dilihat pada gambar berikut ini

GAMBAR 5.1. Skema jaringan irigasi

5.2

KEBUTUHAN AIR TANAMAN

5.2.1

Evapotranspirasi

a)
Data Iklim
Daerah Pesisir Selatan merupakan daerah yang beriklim tropis sedang dengan tempe
ratur udara dan kecepatan angin yang relatif sama dengan daerah tropis pada umum
nya. Kondisi daerah pesisir pantai barat, yang menerima langsung angin dari dar
atan australia menyebabkan daerah ini cocok untuk lahan pertanian.
Untuk analisis pekerjaan ini, data klimatologi yang digunakan yaitu No. Stasiun
PKL. 04, lokasi Biha (Kabupaten Lampung Barat). Sumber data klimatologi ini yait
u Dinas Pengairan Propinsi Lampung, Balai/Satgas PSDA SWS Semangka, yang dapat d
ilihat dapat dilihat pada Tabel 5.2. di bawah ini.
Tabel 5.2. Data Klimatologi Tahun 2009
(Lokasi : Biha, Lampung Barat)

Sumber :BMG Propinsi Lampung, 2009


b)

Evapotranspirasi

Secara umum laju evaporasi sangat tergantung kepada tingkat kejenuhan uap air di
udara. Sedangkan tingkat kejenuhan uap air diudara tergantung kepada temperatur
, kecepatan angin dan sinar matahari. Dengan demikian tingkat evapotranspirasi s
angat tergantung kepada kondisi iklim pada suatu saat. Karena setiap saat kondis
i iklim berubah, tergantung pada posisi matahari terhadap ekuator, maka besar ev
apotranspirasi untuk setiap saat juga berbeda. Nilai evapotranspirasi dihitung d
engan metode Penmann yang telah dimodifikasi (modified Penmann), seperti yang dije
laskan di bawah ini.
Eto

C[W.Rn+(1+W).f(u).(ea ed)]

Dengan :
ETo
=
Evapotranspirasi Potensial
C
=
Faktor Koefisien
W
=
Faktor bobot tergantung pada temperatur dan elevasi untuk pengar
uh radiasi terhadap ETo.(dari Tabel)
Rn
=
Radiasi Netto, mm/hari
=
Rns Rn1
Rns
=
Radiasi gelombang pendek yang sampai ke bumi
=
Ra(1-a)(0.25+0.50n/N)
Ra
=
Radiasi ekstra teresterial, mm/hari fungsi dari Lintang
a
=
Koefisien pantulan
untuk padi diambil 0.25
n/N
=
Rasio Lama penyinaran matahari aktual terhadap lama penyinaran m

atahari maksimum yang mungkin terjadi pada suatu lokasi dan suatu saat itu (dari
Tabel).
Rn1
=
Radiasi gelombang panjang
=
f(T).f(ed).f(n/N); (dari Tabel).
(1-W) =
Faktor bobot tergantung pada temperatur dan elevasi untuk pengar
uh kecepatan angin dan kelembaban terhadap Eto
ea
=
Tekanan uap air jenuh rerata dalam milibar (mbar) pada temperatu
r rerata
ed
=
Tekanan uap air diudara aktual dalam mbar
f(U)
=
Fungsi kecepatan angin.
Hasil dari perhitungan dengan menggunakan metode Penmann modifikasi ini lebih ba
nyak dipercaya karena memasukkan banyak unsur dalam perhitungannya. Untuk hasil
perhitungan pada lokasi pekerjaan ini dapat dilihat pada Tabel 5.3. berikut ini.
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Evapotranspirasi

Sumber : Hasil Perhitungan


5.2.2 Hujan Efektif
Hujan efektif tergantung pada jenis tanaman yang mana dirumuskan berdasarkan jen
is tanamannya :
a)
Padi
Curah hujan efektif padi yaitu 70% dari curah hujan rata-rata tengah bulanan den
gan kemungkinan tidak terpenuhi 20% (curah hujan R80).
R80 = CH
Di mana :
R80
=
curah hujan dengan kemungkinan terjadi 80%
R
=
curah hujan bulanan
n
=
jumlah data hujan
m
=
data ke m
b)
Palawija
Curah hujan efektif untuk palawija sebagai berikut :
Re
=
FD (1,25 . R500,824 2,39) (100,00095.ETo)
FD
=
0,53 + 0,0116 . D 8,94 x 10-5 . D2 + 2,32 x 10-7 . D3
Di mana :
Re
=
curah hujan efektif
D
=
air tanah yang siap dipakai (mm)
kedelai =
75
mm
jagung =
80
mm
kacang tanah
=
55
mm
bawang =
35
mm
Hasil perhitungan hujan efektif dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Curah Hujan Efektif R 80 dan R 50

Sumber : Hasil Perhitungan

Kebutuhan air sawah untuk padi adalah :


NFR
=
Etc + P + WLR Re
Sehingga kebutuhan air irigasi untuk padi adalah :
DR
=
NFR / e
Sedangkan untuk palawija adalah :
DR
=
(Etc Re) / e
Di mana
Etc
P
Re
WLR

:
=
=
=
=

Penggunaan Komsumtif
Perkolasi
Curah Hujan Efektif
Penggunaan Lapisan Tanah

Digunakan perkolasi 3 mm/hari. Pada KP-01, dinyatakan bahwa laju perkolasi menca
pai 1 3 mm/hari.
Komponen-komponen air dapat dijelaskan sebagai berikut :
a)
Penyiapan Lahan
Air saluran periode persiapan lahan dibutuhkan untuk mempermudah pembajakan danp
enyiapan kebutuhan tanah. Selama fase ini (45 hari) menurut metode Van de Goor /
Zielstra air di sawah harus mempunyai tinggi genangan 250 mm.
b)
Penakaran Komsumtif (Comsumtive Use)
Penggunaan komsumtif adalah kebutuhan aktual yang diperlukan tanaman untuk tumbu
hn, besarnya sebesar evapotranspirasi, dengan menggunakan persamaan sebagai beri
kut :
Etc
=
Kc x Eto
Di mana :
ETc
=
Evapotranspirasi tanaman (mm/hari)
Eto
=
Evapotranspirasi tanaman acuan (mm/hari)
C
=
Koefisien tanaman
c)
Penggantian Lapisan Air
Untuk penggantian lapisan air maka secara transplantasi (setengah bulan).
d)
Efisiensi Irigasi
Total efisiensi irigasi diasumsikan 65% dengan rincian sebagai berikut :
Saluran primer e
=
90 %
Saluran sekunder
e
=
80 %
Saluran tersier e
=
90 %
Tabel 5.5. Perhitungan R Efektif Untuk Tanaman Padi-Palawija

Sumber : Hasil Perhitungan


Karena ketersediaan air untuk melayani daerah irigasi way Basohan masih mencukup
i, maka tidak diperlukan pembagian jenis tanam berdasarkan pola tanam. Kebutuhan
air untuk tanaman padi adalah 1,702 l/ddt/Ha, dengan luas daerah layanan 401,85
Ha.
5.3

PERENCANAAN DETAIL

5.3.1

Tinjauan Bendung Baru Way Basohan

Bangunan Bendung Way Basohan yang akan dibangun merupakan Bangunan Bendung baru
dikarenakan Bangunan Utama Bendung lama tidak dapat dipertahankan lagi. Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, bangunan utama bendung lama Way Basohan umumnya t
elah mengalami kerusakan, sehingga Bangunan Utama Bendung lama tidak dapat diper
tahankan lagi.
Peta lay out Bendung Baru Way Basohan, serta gambar tahapan perencanaan bendung
baru yang direncanakan secara keseluruhan, dapat dilihat pada Gambar 5.2 dan Gam
bar 5.3. Sedangkan untuk analisis tahapan perencanaan rencana jaringan irigasi d
an bendung baru Way Basohan dijabarkan pada pembahasan selanjutnya.

5.3.2 Bangunan
Detail tahapan perencanaan berkaitan dengan bangunan bendung dijabarkan sebagai
berikut :
1.
Mercu Bendung dan Tinggi Muka Air
Elevasi tinggi muka air dianalisis dibedakan berdasarkan posisi, yaitu hulu dan
hilir bendungan.
Perhitungan tinggi muka air di hulu bendungan, yaitu sebagai berikut :

Q50 (Debit Rencana) : 80.79 m3/dt


Cd (Koefisien Debit) : C1 x C2 x C3 = 1.3 (Perkiraan awal)
be (Lebar Efektif)
:
29
m
p (Tinggi Mercu)
:
6,2
m
r (Jari-jari) :
0,5
m
Q = Cd 2/3 (2/3 g) be H11.5
Tinggi energi Hulu (H1),
H11.5 = 80.79 / (1.3 x 2/3 (2/3 x 9.8) x 29)
H11.5 =
1,2576
H1
=
1,1651 m
Co dapat diperkirakan dari gambar 3.18 buku KP
(Bagian Penunjang untuk Standar Perencanaan Irigasi), diandaikan r = 0.5, p = 6,
2
H1/r
=
C0 =

=
1.1651 / 0.5
2.3302
1.37

p/H1

6,2/1.1651

5,321

> 1.5

C1 =

0.99

(KP)

Karena dipakai kemiringan 1:0.33, diperlukan faktor koreksi c2 (Gambar 3.20 buku
KP)
p/H1
=
5,321

cd

C2 =

0.99

1.3427

1.3

(Ok)

Tekanan negatif
H1/r
=
(P/.g)/H1
Jadi P/.g
=

yang bekerja pada mercu :


2.3302
dari grafik Gambar 3.21 ( KP ) diperoleh
=
-0.2
=
-0.2 x 2.3302
-0.46604
>
-1
(Ok)

Elevasi Mercu

13,3

6,2

19,5

Tinggi Air rencana (h1) :


V1
=
Q/(be x (H1 + p))
=
80.79 / (29 x (1.1651 + 6,2)
k1
=
V12 / 2g
h1
=
H1 - k1
=

=
0,3783 m/dt
=
0,0073 m
1,1578 m

Elevasi muka air banjir di hulu bendung :


19,5
+
1,1578 =

20,6578 m

Elevasi Tinggi Tekan di Hulu Bendung :


20,6578 +
0.0073 =

20,6651 m

Sedangkan perhitungan tinggi muka air di hilir yaitu sebagai berikut :


Lebar Sungai (Bn)
:

29 m
Kemiringan Sungai (I)
Koefisien Manning (Saluran Alam Berbatu)
m
:
1.000
b : h
:
1 : 1
h
m
0.0000
0.2000
0.3500
0.5000
0.6500
0.7670
0.8750
0.9500

F
m2
0.000
5.840
10.273
14.750
19.273
22.831
26.141
28.453

P
m
29.000
29.566
29.990
30.414
30.838
31.169
31.475
31.687

R
m
0.000
0.198
0.343
0.485
0.625
0.732
0.831
0.898

Luas Penampang (F)


Keliling Basah (P)
=
Jari-jari Hidrolik (R)
Kecepatan (V)
Debit (Q)
=

:
:

0.0384

0.0450

V
Q
m/dt
m3/dt
0.0000
1.4770
8.63
2.1318
21.90
2.6880
39.65
3.1831
61.35
3.5385
80.79
3.8476
100.58
4.0530
115.32
=
Bn + 2h
=
=
F x V

(Bn + mh) h
(m2 + 1)
F/P
1/n x R2/3 x I1/2

Gambar 5.6. Grafik Hubungan Debit dengan Tinggi Muka air


di Hilir Pelimpah
Dari grafik hubungan antara tinggi muka air dihilir dengan debit banjir di dapat
80,79 sebesar : 0,7670 m, maka :
a. Tinggi muka air di bagian hilir bendung adalah
h2 =
0,7670 m, dan tinggi kecepatan air di hilir
k2 =
v2/2.g =
0,5164 m
h2 =
0,4969 + 0,82 =
1,2834 m
b. Elevasi muka air banjir di hilir bendung:
elevasi lantai muka + h
13.3000 +
0.7670 =
+14,0670 m
c. Elevasi Garis tekanan di hilir bendung:
elevasi muka air banjir + k2
14,0670 +
0,5164 =
+14,5834 m
2.
Kolam Olak
Bila sebuah konstruksi bendung dibangunan pada aliran sungai, maka pada sebelah
hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan pada daerah tersebut masih ti

nggi, hal ini akan menimbukan gerusan setempat, untuk meredam kecepatan yang tin
ggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi.
p
h1

Adapun perhitungan kolam olak yaitu sebagai berikut :


=
Tinggi bendung
=
6,2
m
=
Tinggi muka air di hulu =
1,1578 m

Tebal Kolam Olak


Tebal lantai Olak dipengaruhi oleh tinggi rencana bendung (spillway) dan tinggi
muka air di hulu bendung.
a
=
(0,1~0,2) (0,6 P + 3.H1 - 1)
=
0,2 x (0,6 x 6,2 + 3 x 1,1578 - 1)
=
1,239
diambil 1,3 m
Panjang Lantai Olak
Dalam perhitungan panjang lantai Olak faktor - faktor yang mempengaruhi dasar pe
rhitungannya adalah tinggi muka air di hulu bendung dan tinggi rencana dari bend
ung (Spillway).
L

=
=

5.3.3

(1,0~2) (p + H1) - 0,2.H1


2 x (6,2 + 1,1604) - 0,2 x 1,1578
14,484
diambil 15 m

Saluran

1.
Bangunan Intake
Dalam perencanaan ini, intake sesuai dengan kebutuhan debit suplesi di lahan saw
ah. Kriteria perencanaan bangunan pengambilan adalah sebagai berikut :
Kebutuhan debit rencana pengambilan/sadap harus memperhitungkan faktor adanya ha
mbatan lumpur sebesar 20%.
Kecepatan aliran pada saluran pengambilan 0.50 1.00 m/det
Rumus yang digunakan :
Qrencana
=
1.2 x Q
V
=
Q
=
v . a . b
Bangunan pengambilan ini terletak di sisi sebelah kiri Sungai Way Basohan. Secar
a umum data teknis bangunan intake ini adalah sebagai berikut :
a.
Bangunan intake
Debit di Intake
=
Elevasi dasar intake
=
Tinggi air di hulu bendungan
Jumlah pintu
=
2 pintu
Tinggi air di hilir bendungan
Elevasi dasar ambang pintu
Lebar pintu
=
1,5 m
Lebar pilar
=
0,8 m
Lebar total
=
4,6 m

684,0 liter/det
+ 18,00 m
=
+ 19,0 m
geser
=
+ 14,07 m
=
+ 18,50 m

b.
Saluran Primer
Panjang saluran (L)
=
5.222,09 m
Lebar dasar saluran (b) untuk saluran =
0,6
Tinggi muka air dari dasar saluran (h) =
1,012
Elevasi di hilir
=
+ 17,52
m
Kemiringan dasar saluran (i) =
0,0003
2.

Saluran Suplesi

m
m

Jaringan irigasi Way Basohan terdiri dari saluran primer, saluran sekunder, dan
saluran sub sekunder. Saluran-saluran irigasi menggunakan saluran terbuka. Pemil
ihan alternatif tersebut tergantung pada kondisi lapangan di daerah yang dilalui
jalur saluran. Saluran untuk irigasi adalah berupa Saluran Terbuka yang berpena
mpang trapesium dan digunakan untuk mengalirkan air. Faktor penting dalam perhit
ungan hidrolika baik untuk saluran terbuka maupun tertutup adalah Kecepatan (V)
atau Debit Aliran (Q).

Dalam perhitungan praktis, rumus yang banyak digunakan adalah persamaan kontinui
tas, yaitu :
Q = A*V
Di mana :
Q
=
Debit (m3/dt)
A
=
Penampang aliran (m2)
V
=
Kecepatan aliran (m/dt)
Untuk merencanakan dimensi saluran irigasi pada Jaringan Irigasi Way Basohan ini
akan dihitung dengan rumus strickler sebagai berikut :
V
V
R
A
P
dimana
V
Q
A
R
P
b
h
1
k
m
n

=
=
=
=
=
:
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

k . R2/3 . I1/2
Q / A
A / P
(b + mh) h = (n + m)h2
b + 2h
=
(n + 2 )h
Kecepatan Aliran, m/det.
debit, m3 /det.
luas potongan melintang aliran, m.
jari-jari hidraulis, m
Keliling basah, m
lebar dasar sungai, m
tinggi air, m
kemiringan energi
koefisien kekasaran Strickler, m1/3/det.
kemiringan talud (1 V : m H)
perbandingan b/h.

Perhitungan :
Q
A
V
R
P

= A . V
= (b + m . h) h
=
= A / P
=

Hasil perhitungan tahapan perencanaan saluran irigasi Way Basohan disajikan pada
Tabel 5.7 berikut, dengan menggunakan :
panjang saluran primer :
3.797,76 m
panjang saluran sekunder
:
4.615,65 m

Tabel 5.6. Perhitungan Tahapan perencanaan Saluran Irigasi Way Basohan

Petak
( m )

Ruas Saluran
Nama
L
Layanan
Luas

Lahan
(ha)
Debit
(m3/dt) B
m
k

b
v

h
w
Kontrol

(m)

(m)
PRIMER

1
1.012
0.684

Intake - BSJ 1
0.500 1.512 3.462

3
0.919
0.556

BSJ1 - BSJ2
0.500 1.486

1115.28
1.631 0.471

(m)

(m)
(m)
(m/dt) Q

401.88 0.684
0.0003 1.0

3.624
40

0.600
0.420

3.389

380.04 0.647
0.0003 1.0

3.572
40

0.600
0.414

0.436

326.57 0.556
0.0003 1.0

3.438
40

0.600
0.399

0.422

299.41 0.510
0.0003 1.0

3.364
40

0.600
0.390

1383.2
1.097 0.387

237.00 0.403
0.0003 1.0

2.754
40

0.500
0.368

1346.5
1.564 0.461

BSJ2 Ka

37.12

BSJ2 Ki

16.35

BSJ2 - BSJ3
0.500 1.419

BSJ 3 - BSJ 4
0.500 1.382

21.84

3.199

BSJ3 Ka
4
0.882
0.510

m2

BSJ1 Ka
2
0.986
0.647

h + w

584.7
1.396
27.16

3.095

751.3
1.307

BSJ4 Ka

23.63

BSJ4 Ki

38.78

SEKUNDER
5
0.827
0.403

BSJ 4 - BPJ 1
0.300 1.127

2.839

BPJ1 Ka

201.31

BPJ1 Ki

35.66

6
0.360
0.063

BSJ 2 - BSJ2 Ka
0.250 0.610 1.418

450.0
0.274

0.193

37.12 0.063
0.0003 1.0

1.620
40

0.400
0.231

7
0.367
0.066

BSJ 4 - BSJ4 Ki
0.250 0.617 1.438

870.8
0.281

0.196

38.78 0.066
0.0003 1.0

1.634
40

0.400
0.234

8
0.285
0.040

BSJ 4 - BSJ4 Ka
0.250 0.535 1.206

840.6
0.195

0.162

23.63 0.040
0.0003 1.0

1.470
40

0.400
0.206

9
BPJ 1 - BPJ 1 Ki
1071.1
35.66 0.061 1.604
0.400 0.352 0.250 0.602 1.396 0.265 0.190 0.0003 1.0
40
0.229 0.061
Sumber : Hasil Perhitungan
3.
Bangunan Bagi / Bagi Sadap
Bangunan bagi / bagi sadap berfungsi sebagai bangunan pembagi / penyadapan air.
Pada bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur dan pengukur debit aliran.
a.
Bangunan Bagi
Bangunan bagi dilengkapi dengan pintu dan alat ukur. Pintu diperlukan untuk men
aikkan muka air sampai batas yang diperlukan agar pembagian air ke cabang salura
n sekunder dapat dilakukan. Pada cabang saluran dibuat alat ukur guna mengukur
debit yang akan dialirkan melalui saluran yang bersangkutan sesuai dengan kebutu
han air disawah yang akan diairi.
b.
Bangunan Sadap
Bangunan sadap juga dilengkapi dengan pintu dan alat ukur. Pada prinsipnya bang
unan sadap sama seperti bangunan bagi, hanya disini bukan untuk pembagian air te
tapi penyadapan untuk kesaluran saluran tersier.
Pintu pengatur pada bangunan bagi / bagi sadap digunakan pintu geser. Konstruksi
pintu direncanakan berdasarkan beda tinggi air.
Perhitungan hidrolis pintu klep dipakai rumus :
Di mana :
Q

B
H
g
DH

=
=
=
=
=
=

debit pembuang (m3/det)


koefisien debit
lebar pintu (m)
kedalaman air di saluran (m)
percepatan gravitasi ( = 9,81 m/det2)
beda tinggi air (0,05 m)

Untuk menjaga posisi pintu pada keadaan air tertentu perlu diperhitungkan keseim
bangan pintu terhadap elevasi muka air yang diinginkan. Keseimbangan yang disyar
atkan adalah :
MGp + Mpb = Mpa
Di mana :
A
=
Gp
=
Pa dan Pb
MGp
=
Mpa
=
Mpb
=

titik berat keseimbangan


berat daun pintu dan konstruksi baja
=
tekanan air
momen akibat berat pintu
momen akibat tekanan air di lahan
akibat tekanan air di sungai

Perhitungan pintu pengatur :

Q =

.B.H.2.g.H

B =

Q
.H.2.g.H

Q
H
g

a)
Pintu Klep
Dengan :
= debit pembuang (m3/dt)
=
= kedalaman air di saluran (m) =
1,059
=
1,037 m (hilir saluran)
= percepatan gravitasi (m/dt2) =
9,81

1,165 m3/dt
m (hulu saluran)
m/detik2

Perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.


Tabel 5.7. Perhitungan Pintu Klep
No
Dimensi Pintu Debit yang melewati pintu
Lebar Pintu
Tinggi M.A.
di hulu Tinggi M.A. di hilir
Koefisien debit Kehilangan Tinggi
an gravitasi
1 Pintu 2 Pintu 3 Pintu
B
h1
h2

Z
g
Q1
Q2
1
1
4.263
2
1.25
5.329
3
1.5
6.395
4
1.75
7.460
5
2
8.526
6
2.5
10.658
Sumber : Hasil
Dipakai :

Percepat
Q3

1.059

1.037

1.02122 0.022

9.81

0.711

1.421

1.059

1.037

1.02122 0.022

9.81

0.888

1.776

1.059

1.037

1.0

0.022

9.81

1.066

2.132

1.059

1.037

1.02122 0.022

9.81

1.243

2.487

1.059

1.037

1.02122 0.022

9.81

1.421

2.842

1.059

1.037

1.02122 0.022

9.81

1.776

3.553

Perhitungan
Lebar pintu
Jumlah pintu
Debit 1 pintu
b)
Pintu Sorong
Saluran Primer

=
=
=

1.75
1
0,711

m
pintu
m3/dt

Tabel 5.8. Perhitungan Pintu Sorong (Saluran Primer)


Dimensi Pintu
Debit ou
tlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)

Lebar Pintu

Tinggi M.A. di hulu

Tingi Bu

kaan (m)
h1/a
Tinggi M.A. di hilir
Z

Q1

BSJ 1 - BSJ 1 ka
0.037 0.4
0.685 0.00014 0.116
0.254

0.725

0.02014

0.234

0.780

0.04014

0.214

0.855

0.06014

0.194

0.969

0.08014

0.174

1.159

0.10014

0.154

1.539

0.12014

0.134

2.677

0.14014

Lebar Dasar Saluran =


m

Koefisien debit Percepatan gravitasi


Faktor Aliran
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu 2 Pintu 3 Pintu
b
h1
a

g
K
h2
Q2
Q3

0.274
0.232
0.4
0.102
0.4
0.088
0.4
0.074
0.4
0.059
0.4
0.045
0.4
0.030
0.4
0.015

0.4
0.349
0.274
0.204
0.274
0.176
0.274
0.147
0.274
0.118
0.274
0.089
0.274
0.060
0.274
0.030

0.69

0.522

9.81

0.6

0.274

0.35
0.306
0.3
0.263
0.25
0.221
0.2
0.177
0.15
0.134
0.1
0.090
0.05
0.045

0.78

0.524

9.81

0.6

0.91

0.526

9.81

0.6

1.1

0.529

9.81

0.6

1.37

0.531

9.81

0.6

1.83

0.536

9.81

0.6

2.74

0.538

9.81

0.6

5.48

0.539

9.81

0.6

0.4

0.2

0.069

Dipakai Lebar pintu


=
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.4

0.40
Jumlah pintu

pintu
Debit 1 pintu
m3/dt

Dimensi Pintu
Debit ou
tlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
Tingi Bu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit Percepatan gravitasi
Faktor Aliran
Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1
Pintu 2 Pintu 3 Pintu
b
h1
a

g
K
h2
Z
Q1
Q2
Q3
BSJ 2 - BSJ 2 ki
0.028 0.4
0.470 0.00012 0.135
0.215

0.478

0.02012

0.195

0.487

0.04012

0.175

0.500

0.06012

0.155

0.516

0.08012

0.135

0.540

0.10012

0.235
0.269
0.4
0.122
0.4
0.108
0.4
0.095
0.4
0.082
0.4
0.069

0.5
0.404
0.235
0.243
0.235
0.217
0.235
0.191
0.235
0.164
0.235
0.138

0.47

0.522

9.81

0.6

0.235

0.45
0.365
0.4
0.325
0.35
0.286
0.3
0.246
0.25
0.207

0.52

0.524

9.81

0.6

0.59

0.526

9.81

0.6

0.67

0.529

9.81

0.6

0.78

0.531

9.81

0.6

0.94

0.536

9.81

0.6

0.115

0.574

0.095

0.633

0.075

0.749

0.055

1.098

0.4
0.12012 0.055
0.4
0.14012 0.042
0.4
0.16012 0.028
0.4
0.18012 0.014

Lebar Dasar Saluran =


m

0.235
0.111
0.235
0.083
0.235
0.056
0.235
0.028

0.2
0.166
0.15
0.125
0.1
0.084
0.05
0.042

1.18

0.538

9.81

0.6

1.57

0.539

9.81

0.6

2.35

0.542

9.81

0.6

4.7

0.548

9.81

0.6

0.4

0.15

0.042

Dipakai Lebar pintu


=
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.4

0.40
Jumlah pintu

pintu
Debit 1 pintu
m3/dt

Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit
Percepatan gravitasi
liran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu
3 Pintu
b
h1
a

h2
Z
Q1
Q2
Q3
BSJ 2 - BSJ 3
0.6
0.919

0.556
0.919

0.6

0.899

0.946

0.6

0.879

0.976

0.6

0.859

1.010

0.6

0.839

1.048

0.6

0.819

1.091

0.6

0.799

1.141

0.6

0.779

1.198

0.6

0.759

1.264

0.6

0.739

1.343

0.6
0.00046
0.6
0.02046
0.6
0.04046
0.6
0.06046
0.6
0.08046
0.6
0.10046
0.6
0.12046
0.6
0.14046
0.6
0.16046
0.6
0.18046
Dipakai

0.919
0.798
0.919
0.761
0.919
0.724
0.919
0.687
0.919
0.649
0.919
0.615
0.919
0.576
0.919
0.536
0.919
0.497
0.919
0.461

1
1.596
0.95
1.522
0.9
1.447
0.85
1.375
0.8
1.299
0.75
1.229
0.7
1.151
0.65
1.071
0.6
0.994
0.55
0.921

0.92
2.394
0.97
2.283
1.02
2.171
1.08
2.062
1.15
1.948
1.23
1.844
1.31
1.727
1.41
1.607
1.53
1.491
1.67
1.382

Lebar pintu

Tingi Bu
Faktor A
2 Pintu
g

0.522

9.81

0.524

9.81

0.526

9.81

0.529

9.81

0.531

9.81

0.536

9.81

0.538

9.81

0.539

9.81

0.542

9.81

0.548

9.81

0.6

Lebar Dasar Saluran =

0.6

0.60
m
Tinggi Bukaan pintu
0.60
Jumlah pintu

0.7

Debit 1 pintu

0.576

pintu
m3/dt

Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit
Percepatan gravitasi
liran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu
3 Pintu
b
h1
a

h2
Z
Q1
Q2
Q3
BSJ 3 - BSJ 3 ka
9.81
0.6
0.305
0.6

0.285

0.814

0.6

0.265

0.883

0.6

0.245

0.979

0.6

0.225

1.124

0.6

0.205

1.366

0.6

0.185

1.848

0.6

0.165

3.297

m
m

0.046
0.762
0.4
0.02015
0.4
0.04015
0.4
0.06015
0.4
0.08015
0.4
0.10015
0.4
0.12015
0.4
0.14015

0.4
0.00015
0.305
0.108
0.305
0.093
0.305
0.078
0.305
0.062
0.305
0.047
0.305
0.032
0.305
0.016

Dipakai
Lebar Dasar Saluran =
0.4

0.305
0.123
0.35
0.215
0.3
0.185
0.25
0.155
0.2
0.125
0.15
0.094
0.1
0.063
0.05
0.032

0.4
0.245
0.87
0.323
1.02
0.278
1.22
0.233
1.53
0.187
2.03
0.142
3.05
0.095
6.1
0.047

0.76
0.368
0.524

Tingi Bu
Faktor A
2 Pintu
g

0.522
9.81

0.526

9.81

0.529

9.81

0.531

9.81

0.536

9.81

0.538

9.81

0.539

9.81

Lebar pintu
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.40
Jumlah pintu

0.4

0.2

Debit 1 pintu

0.062

pintu
m3/dt

Saluran Sekunder
Tabel 5.9. Perhitungan Pintu Sorong (Saluran Sekunder)
Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
Tingi Bu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit
Percepatan gravitasi
Faktor A
liran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu 2 Pintu
3 Pintu

h2

BSJ 2 - SSJ Ka 0.063


0.6
0.36
0.720
0.6

0.34

0.755

0.6

0.32

0.800

0.6

0.3

0.857

0.6

0.28

0.933

0.6

0.26

1.039

0.6

0.24

1.199

0.6

0.22

1.465

0.6

0.2

1.998

0.6

0.18

3.596

b
Q1

h1
Q2

a
Q3

0.4
0.00018
0.4
0.02018
0.4
0.04018
0.4
0.06018
0.4
0.08018
0.4
0.10018
0.4
0.12018
0.4
0.14018
0.4
0.16018
0.4
0.18018

0.36
0.166
0.36
0.150
0.36
0.134
0.36
0.118
0.36
0.102
0.36
0.085
0.36
0.069
0.36
0.052
0.36
0.035
0.36
0.017

0.5
0.333
0.45
0.301
0.4
0.268
0.35
0.236
0.3
0.203
0.25
0.171
0.2
0.137
0.15
0.103
0.1
0.069
0.05
0.035

Dipakai
Lebar Dasar Saluran =

m
m

0.4

0.72
0.499
0.8
0.451
0.9
0.403
1.03
0.354
1.2
0.305
1.44
0.256
1.8
0.206
2.4
0.155
3.6
0.104
7.2
0.052

0.522

9.81

0.524

9.81

0.526

9.81

0.529

9.81

0.531

9.81

0.536

9.81

0.538

9.81

0.539

9.81

0.542

9.81

0.548

9.81

Lebar pintu
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.40
Jumlah pintu

0.4

0.2

Debit 1 pintu

0.069

pintu
m3/dt
Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit
Percepatan gravitasi
liran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu
3 Pintu
b
h1
a

h2
Z
Q1
Q2
Q3
BSJ 4 - SSJ Ki 0.066
0.6
0.367 0.734
0.6

0.347

0.771

0.6

0.327

0.817

0.6

0.307

0.877

0.6

0.287

0.956

0.6

0.267

1.067

0.6

0.247

1.234

0.4
0.00018
0.4
0.02018
0.4
0.04018
0.4
0.06018
0.4
0.08018
0.4
0.10018
0.4
0.12018

0.367
0.168
0.367
0.152
0.367
0.136
0.367
0.119
0.367
0.103
0.367
0.086
0.367
0.069

0.5
0.336
0.45
0.304
0.4
0.271
0.35
0.238
0.3
0.205
0.25
0.173
0.2
0.139

0.73
0.504
0.82
0.456
0.92
0.407
1.05
0.358
1.22
0.308
1.47
0.259
1.84
0.208

Tingi Bu
Faktor A
2 Pintu
g

0.522

9.81

0.524

9.81

0.526

9.81

0.529

9.81

0.531

9.81

0.536

9.81

0.538

9.81

0.6

0.227

1.512

0.6

0.207

2.068

0.6

0.187

3.736

0.4
0.14018
0.4
0.16018
0.4
0.18018

0.367
0.052
0.367
0.035
0.367
0.018

Dipakai
Lebar Dasar Saluran =

m
m

0.4

0.15
0.104
0.1
0.070
0.05
0.035

2.45
0.156
3.67
0.105
7.34
0.053

0.539

9.81

0.542

9.81

0.548

9.81

Lebar pintu
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.40
Jumlah pintu

0.4

0.2

Debit 1 pintu

0.069

pintu
m3/dt
Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit
Percepatan gravitasi
liran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu
3 Pintu
b
h1
a

h2
Z
Q1
Q2
Q3
BSJ 4 - SSJ Ka 0.040
0.6
0.285 0.570
0.6

0.265

0.589

0.6

0.245

0.612

0.6

0.225

0.642

0.6

0.205

0.683

0.6

0.185

0.739

0.6

0.165

0.824

0.6

0.145

0.966

0.6

0.125

1.249

0.6

0.105

2.097

m
m

0.4
0.00014
0.4
0.02014
0.4
0.04014
0.4
0.06014
0.4
0.08014
0.4
0.10014
0.4
0.12014
0.4
0.14014
0.4
0.16014
0.4
0.18014

0.285
0.148
0.285
0.134
0.285
0.119
0.285
0.105
0.285
0.090
0.285
0.076
0.285
0.061
0.285
0.046
0.285
0.031
0.285
0.016

Dipakai
Lebar Dasar Saluran =
0.4

0.5
0.296
0.45
0.268
0.4
0.239
0.35
0.210
0.3
0.181
0.25
0.152
0.2
0.122
0.15
0.092
0.1
0.062
0.05
0.031

0.57
0.444
0.63
0.401
0.71
0.358
0.81
0.315
0.95
0.271
1.14
0.228
1.43
0.183
1.9
0.138
2.85
0.092
5.7
0.047

Tingi Bu
Faktor A
2 Pintu
g

0.522

9.81

0.524

9.81

0.526

9.81

0.529

9.81

0.531

9.81

0.536

9.81

0.538

9.81

0.539

9.81

0.542

9.81

0.548

9.81

Lebar pintu
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.40
Jumlah pintu

0.4

0.15

Debit 1 pintu

0.046

pintu
m3/dt

Dimensi Pintu
Debit ou
tlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
Tingi Bu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit Percepatan
gravitasi
Faktor Aliran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tingg
i
1 Pintu 2 Pintu 3 Pintu
b
h1
a

g
K
h2
Z
Q1
Q2
Q3
BSJ 4 - SSJ Ka
0.040 0.4
0.570 0.00014 0.148
0.265

0.589

0.02014

0.245

0.612

0.04014

0.225

0.642

0.06014

0.205

0.683

0.08014

0.185

0.739

0.10014

0.165

0.824

0.12014

0.145

0.966

0.14014

0.125

1.249

0.16014

0.105

2.097

0.18014

Lebar Dasar Saluran =


m

0.285
0.296
0.4
0.134
0.4
0.119
0.4
0.105
0.4
0.090
0.4
0.076
0.4
0.061
0.4
0.046
0.4
0.031
0.4
0.016

0.5
0.444
0.285
0.268
0.285
0.239
0.285
0.210
0.285
0.181
0.285
0.152
0.285
0.122
0.285
0.092
0.285
0.062
0.285
0.031

0.57

0.522

9.81

0.6

0.285

0.45
0.401
0.4
0.358
0.35
0.315
0.3
0.271
0.25
0.228
0.2
0.183
0.15
0.138
0.1
0.092
0.05
0.047

0.63

0.524

9.81

0.6

0.71

0.526

9.81

0.6

0.81

0.529

9.81

0.6

0.95

0.531

9.81

0.6

1.14

0.536

9.81

0.6

1.43

0.538

9.81

0.6

1.9

0.539

9.81

0.6

2.85

0.542

9.81

0.6

5.7

0.548

9.81

0.6

0.4

0.2

0.061

Dipakai Lebar pintu


=
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.4

0.40
Jumlah pintu

pintu
Debit 1 pintu
m3/dt

Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit
Percepatan gravitasi
liran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu
3 Pintu
b
h1
a

h2
Z
Q1
Q2
Q3
BSJ 4 - BPJ 1
0.6
0.827

0.403
0.827

0.6

0.849

0.807

0.5
0.00041
0.5
0.02041

0.827
0.631
0.827
0.602

1
1.262
0.95
1.203

0.83
1.892
0.87
1.805

Tingi Bu
Faktor A
2 Pintu
g

0.522

9.81

0.524

9.81

0.6

0.787

0.874

0.6

0.767

0.902

0.6

0.747

0.933

0.6

0.727

0.969

0.6

0.707

1.009

0.6

0.687

1.056

0.6

0.667

1.111

0.6

0.647

1.176

0.5
0.04041
0.5
0.06041
0.5
0.08041
0.5
0.10041
0.5
0.12041
0.5
0.14041
0.5
0.16041
0.5
0.18041

0.827
0.572
0.827
0.543
0.827
0.513
0.827
0.486
0.827
0.455
0.827
0.423
0.827
0.393
0.827
0.364

Dipakai
Lebar Dasar Saluran =

m
m

0.5

0.9
1.144
0.85
1.087
0.8
1.027
0.75
0.972
0.7
0.910
0.65
0.847
0.6
0.786
0.55
0.728

0.92
1.716
0.97
1.630
1.03
1.540
1.1
1.457
1.18
1.365
1.27
1.270
1.38
1.179
1.5
1.093

0.526

9.81

0.529

9.81

0.531

9.81

0.536

9.81

0.538

9.81

0.539

9.81

0.542

9.81

0.548

9.81

Lebar pintu
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.40
Jumlah pintu

0.5

0.65

Debit 1 pintu

0.423

pintu
m3/dt

Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit
Percepatan gravitasi
liran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu
3 Pintu
b
h1
a

h2
Z
Q1
Q2
Q3
BPJ 1 - BPJ 1 ka
9.81
0.6
0.806
0.6

0.786

1.047

0.6

0.766

1.094

0.6

0.746

1.147

0.6

0.726

1.209

0.6

0.706

1.283

0.6

0.686

1.371

0.6

0.666

1.479

0.6

0.646

1.614

0.343
1.007
0.4
0.0204
0.4
0.0404
0.4
0.0604
0.4
0.0804
0.4
0.1004
0.4
0.1204
0.4
0.1404
0.4
0.1604

0.4
0.0004
0.806
0.375
0.806
0.351
0.806
0.328
0.806
0.304
0.806
0.281
0.806
0.257
0.806
0.231
0.806
0.207

0.806
0.399
0.75
0.750
0.7
0.703
0.65
0.656
0.6
0.608
0.55
0.563
0.5
0.513
0.45
0.463
0.4
0.414

0.8
0.797
1.07
1.125
1.15
1.054
1.24
0.985
1.34
0.912
1.47
0.844
1.61
0.770
1.79
0.694
2.02
0.621

1.01
1.196
0.524

Tingi Bu
Faktor A
2 Pintu
g

0.522
9.81

0.526

9.81

0.529

9.81

0.531

9.81

0.536

9.81

0.538

9.81

0.539

9.81

0.542

9.81

0.6

0.626

1.787

0.4
0.806
0.1804 0.183

Dipakai
Lebar Dasar Saluran =

m
m

0.4

0.35
0.366

2.3
0.549

0.548

9.81

Lebar pintu
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.40
Jumlah pintu

0.4

0.7

Debit 1 pintu

0.351

pintu
m3/dt

Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
kaan (m)
h1/a
Koefisien debit
Percepatan gravitasi
liran Tinggi M.A. di hilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1 Pintu
3 Pintu
b
h1
a

h2
Z
Q1
Q2
Q3
BPJ 1 - BPJ 1 ki
9.81
0.6
0.354
0.6

0.334

0.742

0.6

0.314

0.785

0.6

0.294

0.839

0.6

0.274

0.913

0.6

0.254

1.015

0.6

0.234

1.169

0.6

0.214

1.425

0.6

0.194

1.938

0.6

0.174

3.476

m
m

0.061
0.708
0.4
0.02018
0.4
0.04018
0.4
0.06018
0.4
0.08018
0.4
0.10018
0.4
0.12018
0.4
0.14018
0.4
0.16018
0.4
0.18018

0.4
0.00018
0.354
0.149
0.354
0.133
0.354
0.117
0.354
0.101
0.354
0.085
0.354
0.068
0.354
0.051
0.354
0.034
0.354
0.017

Dipakai
Lebar Dasar Saluran =
0.4

0.354
0.165
0.45
0.298
0.4
0.266
0.35
0.234
0.3
0.202
0.25
0.170
0.2
0.136
0.15
0.102
0.1
0.069
0.05
0.035

0.5
0.330
0.79
0.447
0.89
0.399
1.01
0.351
1.18
0.302
1.42
0.254
1.77
0.204
2.36
0.153
3.54
0.103
7.08
0.052

0.71
0.495
0.524

Tingi Bu
Faktor A
2 Pintu
g

0.522
9.81

0.526

9.81

0.529

9.81

0.531

9.81

0.536

9.81

0.538

9.81

0.539

9.81

0.542

9.81

0.548

9.81

Lebar pintu
0.40
m
Tinggi Bukaan pintu
0.40
Jumlah pintu

0.4

0.2

Debit 1 pintu

0.068

pintu
m3/dt
c)
Pintu Intake
Tabel 5.10. Perhitungan Pintu Intake

Ruas
Debit Rencana (m3/d)
Dimensi Pintu
Debit outlet pintu
Lebar Pintu
Tinggi M.A. di hulu
Tingi Bukaan (m)
h1/a
Koefisien debit Percepatan gravitasi
Faktor Aliran Tinggi M.A. di h
ilir
h2/a
Kehilangan Tinggi
1
Pintu 2 Pintu 3
Pintu 4
Pintu
b
h1
a

g
K
h2
Z
Q1
Q2
Q3
Q3
Intake 0.684 0.4
0.864 -0.025 1.027
Suplesi
1.017 0.884 -0.005
0.997

0.906

0.015

0.977

0.930

0.035

0.957

0.957

0.055

0.937

0.986

0.075

0.917

1.019

0.095

0.897

1.055

0.115

0.877

1.096

0.135

0.857

1.143

0.155

0.837

1.196

0.175

0.817

1.257

0.195

0.797

1.328

0.215

0.777

1.413

0.235

0.757

1.514

0.255

0.737

1.638

0.275

0.717

1.793

0.295

0.697

1.991

0.315

0.677

2.257

0.335

Digunakan dimensi pintu


Lebar pintu
Tinggi Bukaan
Jumlah pintu
Debit 1 pintu

1.012
2.053
``0.4
0.984
0.4
0.941
0.4
0.898
0.4
0.856
0.4
0.813
0.4
0.770
0.4
0.727
0.4
0.684
0.4
0.642
0.4
0.599
0.4
0.556
0.4
0.513
0.4
0.471
0.4
0.428
0.4
0.385
0.4
0.342
0.4
0.299
0.4
0.257

1.2
3.080
1.012
1.968
1.012
1.882
1.012
1.797
1.012
1.711
1.012
1.626
1.012
1.540
1.012
1.454
1.012
1.369
1.012
1.283
1.012
1.198
1.012
1.112
1.012
1.027
1.012
0.941
1.012
0.856
1.012
0.770
1.012
0.684
1.012
0.599
1.012
0.513

0.84
4.107
1.15
2.952
1.1
2.823
1.05
2.695
1
2.567
0.95
2.438
0.9
2.310
0.85
2.182
0.8
2.053
0.75
1.925
0.7
1.797
0.65
1.668
0.6
1.540
0.55
1.412
0.5
1.283
0.45
1.155
0.4
1.027
0.35
0.898
0.3
0.770

=
0,4
2
0,385

0,4 m
m
pintu
m3/dt

0.8

9.81

0.6

1.037

0.88
3.935
0.92
3.764
0.96
3.593
1.01
3.422
1.07
3.251
1.12
3.080
1.19
2.909
1.27
2.738
1.35
2.567
1.45
2.396
1.56
2.224
1.69
2.053
1.84
1.882
2.02
1.711
2.25
1.540
2.53
1.369
2.89
1.198
3.37
1.027

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

0.8

9.81

0.6

intake :
=
=
=

5.3.4 Bangunan Pelengkap


1.
Gorong Gorong
Gorong gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran iri
gasi atau pembuang) melewati bawah jalan. Kecepatan yang dipakai di dalam perenc

anaan gorong gorong bergantung pada jumlah kehilangan energi yang ada dan geomet
ric lubang masuk dan keluar. Kecepatan aliran diambil 1,5 m/dt untuk gorong goro
ng di saluran irigasi dan 3 m/dt untuk gorong gorong di saluran pembuang.
Syarat syarat dalam perencanaan gorong gorong :
Kecepatan aliran diambil 1,5 3,0 m/dt
Diameter gorong gorong 0,6 m (bila digunakan tipe bulat)
Gorong gorong harus dapat menahan beban kendaraan dan beban sendiri.
Untuk gorong gorong pendek (L<20m) dalam jaringan irigasi, harga harga m (tinggi
jagaan) seperti yang diberikan pada Tabel 5.3 dapat digunakan dengan rumus :
Dimana :
Q
=
=
A
=
g
=
z
=

debit, m3/dt
koefisien debit
Luas pipa, m2
percepatan gravitasi, (9.8 m/dt2)
kehilangan tinggi energi pada gorong gorong, m

Tabel 5.11. Tinggi Jagaan


Kapasitas (m3/dt)
Tinggi Jagaan (m)
Q<3,5 0,30
3,5<Q<17,0
0,40
Q>17,0 0,50
Tabel 5.12. Harga harga dalam gorong gorong
Tinggi dasar di bangunan sama dengan di saluran Tinggi dasar di bangunan lebih t
inggi daripada di saluran
Sisi
Ambang Sisi
Segi empat
0,80
Segi empat
Segi empat
0,72
Bulat 0,90
bulat Segi empat
0,76
bulat bulat 0,85
Gorong-gorong yang digunakan pada bangunan irigasi Way Basohan ini berbentuk seg
i empat terdiri dari dari 2 (dua) tipe yaitu box culvert drain dan box culvert i
rigasi.
Terdapat 6 (enam) Box culvert di bangunan irigasi Way Basohan ini, dengan dimens
i 1 x 1 meter. Sedangkan untuk box culvert irigasi berjumlah 2 (dua), di mana di
mensinya disesuaikan dengan dimensi saluran yang melaluinya.

Anda mungkin juga menyukai