Anda di halaman 1dari 56

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA


Jln. Sultan Hasanuddin 2A ( 0423 ) 22033, 26101, 26102 ( Fax ) 22459 Makale 91811

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 01/DPRD/V/2012 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan kedaulatan yang didasarkan pada prinsip kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, perlu diwujudkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang mampu menyelenggarakan seluruh tugas, fungsi dan kewenangannya sebagai mitra yang sejajar dengan pemerintah daerah dalam memperjuangkan aspirasi masyarakat dan kepentingan daerah sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara; b. bahwa untuk dapat menyelenggarakan seluruh tugas, fungsi dan tanggungjawabnya sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas, perlu menerbitkan peraturan tata tertib yang berkedudukan sebagai pedoman kerja dan kaidah pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tana Toraja; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tana TorajaTentang tata tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Daerah Tingkat II di Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822); Undang-Undang No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara RI nomor 3851); Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 1

2.

3.

4.

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

5.

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tangungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 51 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4836);

6.

7.

8.

9.

10. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043); 11. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Hak Protokoler dan Keuangan DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tanggal 9 Desember 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4578); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara RI Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4614); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah.

Memperhatikan : 1. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor: 161/2898/SE tanggal 5 Agustus 2009 Perihal Peresmian Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota DPRD

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

2. Keputusan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 2933/IX/Tahun 2009 tanggal 1 September 2009 tentang Peresmian Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tana Toraja ; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Gubernur adalah gubernur sulawesi selatan; Dewan perwakilan rakyat daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten Tana Toraja; Pimpinan DPRD adalah ketua dan wakil-wakil ketua DPRD kabupaten Tana Toraja; Bupati adalah bupati Tana Toraja; Wakil bupati adalah wakil bupati kabupaten Tana Toraja; Ketua pengadilan negeri adalah ketua pengadilan negeri makale; Anggota DPRD adalah anggota DPRD kabupaten Tana Toraja; Fraksi adalah pengelompokan anggota DPRD kabupaten Tana Toraja berdasarkan partai politik yang memperoleh kursi; Komisi adalah pengelompokan anggota DPRD secara fungsional berdasarkan tugas-tugas yang ada di DPRD kabupaten Tana Toraja;

10. Badan musyawarah adalah badan musyawarah DPRD kabupaten Tana Toraja; 11. Badan anggaran adalah badan anggaran DPRD kabupaten Tana Toraja; 12. Badan legislasi daerah adalah badan legislasi daerah DPRD kabupaten Tana Toraja; 13. Badan kehormatan adalah badan kehormatan DPRD kabupaten Tana Toraja; 14. Panitia khusus adalah panitia khusus DPRD kabupaten Tana Toraja; 15. Sekretariat DPRD adalah unsur pendukung DPRD kabupaten sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; 16. Sekretaris DPRD yang selanjutnya di sebut Sekwan; 17. Tim anggaran pemerintah daerah yang selanjutnya disebut TAPD adalah TAPD kabupaten Tana Toraja yang dibentuk dengan keputusan bupati Tana Toraja; 18. Program legislasi daerah yang selanjutnya disebut Prolegda adalah instrument perencanaan program pembentukan perda kabupaten yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis; 19. Komisi pemilihan umum daerah yang selanjutnya disebut KPUD Tana Toraja; 20. Peraturan daerah adalah peraturan daerah kabupaten Tana Toraja; 21. Kode etik adalah norma yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota DPRD selama menjalankan tugas dan fungsinya; 22. Hari adalah hari kerja. 3

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

BAB II SUSUNAN DAN KEDUDUKAN Pasal 2 DPRD terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui pemilihan umum tahun 2009. Pasal 3 (1) DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah; (2) DPRD dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya berkedudukan sebagai mitra yang sejajar dengan pemerintah daerah. BAB III FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG Bagian Kesatu Fungsi Pasal 4 (1) DPRD mempunyai fungsi : a. legislasi; b. anggaran; dan c. pengawasan. (2) Fungsi legislasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diwujudkan dalam membentuk peraturan daerah bersama bupati; (3) Fungsi anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan APBD bersama pemerintah daerah; (4) Fungsi pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, peraturan daerah, keputusan bupati dan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah; (5) Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat. Bagian Kedua Tugas Dan Wewenang Pasal 5 (1) DPRD mempunyai tugas dan wewenang : a. membentuk peraturan daerah bersama bupati; b. membahas dan memberikan persetujuan ranperda tentang APBD yang diajukan oleh bupati; c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah; d. mengusulkan pengangkatan dan/atau pemberhentian bupati/wakil bupati kepada menteri dalam negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian; e. memilih wakil bupati dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil bupati; 4

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

f.

memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah terhadap rencana perjanjian Internasional di daerah; g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten; h. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah; i. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati dalam penyelenggaraan pemerintah daerah; j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan k. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IV KEANGGOTAAN Bagian Kesatu Peresmian Keangotaan Pasal 6 (1) (2) Peresmian keanggotaan DPRD ditetapkan dengan keputusan Gubernur atas nama Presiden berdasarkan laporan dari Komisi Pemilihan Umum. Anggota DPRD berdomisili di ibukota kabupaten Tana Toraja. Bagian Kedua Sumpah/Janji Pasal 7 (1) Anggota DPRD sebelum memangku jabatannya, mengucapkan sumpah/janji secara bersama-sama yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri dalam rapat paripurna Istimewa DPRD; Anggota DPRD yang berhalangan mengucapkan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang bersangkutan mengucapkan sumpah/janji dipandu oleh pimpinan DPRD; Pasal 8 Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 adalah sebagai berikut : Demi Allah ( Tuhan ) saya bersumpah / berjanji : Bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya sebagai anggota dewan perwakilan rakyat daerah Kabupaten Tana Toraja dengan sebaik baiknya dan seadil adilnya, sesuai dengan peraturan Perundang-undangan, dengan berpedoman pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Bahwa saya dalam menjalankan kewajiban akan bekerja dengan sungguh-sungguh, demi tegaknya kehidupan demokrasi, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan Negara dari pada kepentingan pribadi; 5

(2)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yang saya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan negara kesatuan republik Indonesia. Pasal 9 (1) Tata cara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD atau anggota DPRD pengganti antar waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 terdiri dari tata urutan acara, tata pakaian dan tata tempat; (2) Tata urutan acara untuk pelaksanaan pengucapan sumpah/janji anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. pembukaan oleh pembawa acara; b. menyanyikan lagu indonesia raya; c. mengheningkan cipta dipimpin oleh pimpinan DPRD; d. pembukaan rapat oleh pimpinan DPRD; e. pembacaan keputusan Gubernur tentang peresmian pemberhentian dan peresmian pengangkatan anggota DPRD oleh sekretaris DPRD; f. pengucapan sumpah/janji dipandu oleh ketua pengadilan negeri makale; g. penandatanganan berita acara sumpah/janji anggota DPRD secara simbolis oleh satu orang dari masing-masing dari kelompok agama dan ketua pengadilan negeri makale; h. penyematan lencana secara simbolis; i. j. pengumuman pimpinan sementara DPRD oleh sekretaris DPRD; serah terima pimpinan DPRD dari pimpinan lama kepada pimpinan sementara ditandai dengan penyerahan palu sidang; sambutan bupati;

k. sambutan pimpinan sementara DPRD; l. m. pembacaan doa; n. penutupan oleh pimpinan sementara DPRD; dan o. penyampaian ucapan selamat. (3) Tata urutan acara untuk pelaksanaan pengucapan sumpah/janji anggota DPRD pengganti antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pembukaan oleh pembawa acara; b. menyanyikan lagu indonesia raya; c. mengheningkan cipta dipimpin oleh pimpinan DPRD; d. pembukaan rapat oleh pimpinan DPRD; e. pembacaan keputusan peresmian pemberhentian dan peresmian pengangkatan anggota DPRD pengganti antar waktu oleh sekretaris DPRD; f. pengucapan sumpah /janji anggota DPRD pengganti antar waktu dipandu oleh pimpinan DPRD; g. penandatanganan berita acara sumpah/janji oleh anggota DPRD pengganti antar waktu, rohaniawan dan pimpinan DPRD; h. penyerahan keputusan Gubernur; i. sambutan bupati; j. pembacaan doa; k. penutupan rapat oleh pimpinan DPRD; dan l. penyampaian ucapan selamat. (4) Tata pakaian yang digunakan dalam acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD meliputi : a. ketua pengadilan negeri menggunakan pakaian sesuai ketentuan dari instansi yang bersangkutan; b. bupati menggunakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional; 6

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

c. anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji menggunakan pakaian sipil lengkap warna gelap dengan peci nasional bagi pria dan wanita menggunakan pakaian nasional dan; d. undangan bagi anggota TNI/POLRI menggunakan pakaian dinas upacara, undangan sipil menggunakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria dan wanita menggunakan pakaian nasional. (5) Tata pakaian yang digunakan dalam acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD pengganti antar waktu meliputi : a. pimpinan DPRD menggunakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional; b. bupati menggunakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional; c. anggota DPRD pengganti antar waktu yang akan mengucapkan sumpah/janji menggunakan pakaian sipil lengkap warna gelap dengan peci nasional bagi pria dan wanita menggunakan pakaian nasional dan; d. undangan bagi anggota TNI/POLRI menggunakan pakaian dinas upacara, undangan sipil menggunakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional bagi pria dan wanita menggunakan pakaian nasional. (6) Tata tempat dalam acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD meliputi: a. pimpinan DPRD duduk di sebelah kiri bupati dan ketua pengadilan negeri atau pejabat yang ditunjuk disebelah kanan bupati; b. anggota DPRD yang akan mengucapkan sumpah/janji duduk di tempat yang telah disediakan; c. setelah pengucapan sumpah/janji pimpinan sementara DPRD duduk di sebelah kiri bupati; d. pimpinan DPRD yang lama dan ketua pengadilan negeri atau pejabat yang ditunjuk duduk di tempat yang telah disediakan; e. sekretaris DPRD duduk di belakang pimpinan DPRD; f. para undangan dan anggota DPRD lainnya duduk di tempat yang telah disediakan; dan g. pers/kru TV/Radio disediakan tempat tersendiri. (7) Tata tempat dalam acara pengucapan sumpah/janji anggota DPRD pengganti antar waktu meliputi : a. pimpinan DPRD duduk di sebelah kiri bupati dan wakil bupati; b. angggota DPRD pengganti antar waktu yang akan mengucapkan sumpah/janji duduk di tempat yang telah disediakan; c. setelah pengucapan sumpah/janji duduk di kursi anggota DPRD yang berhenti; d. anggota DPRD yang lama duduk di tempat yang telah disediakan; e. sekretaris DPRD duduk di belakang pimpinan DPRD; f. para undangan dan anggota DPRD lainnya duduk di tempat yang telah disediakan; dan g. pers/kru TV/Radio disediakan tempat tersendiri. Bagian Ketiga Masa Keanggotaan Pasal 10 Masa jabatan anggota DPRD adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah/janji.

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

BAB V HAK DPRD DAN PELAKSANAANNYA Bagian Kesatu Hak DPRD Pasal 11 (1) DPRD mempunyai hak: a. interpelasi; b. angket; dan c. menyatakan pendapat. (2) Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah hak DPRD untuk meminta keterangan kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah kabupaten yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara; Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah, dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Bagian Kedua Pelaksanaan Hak DPRD Paragraf 1 Hak Interpelasi Pasal 12 (1) Sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRD dan lebih dari 1(satu) fraksi DPRD dapat menggunakan hak interpelasi dengan mengajukan usul kepada pimpinan DPRD untuk meminta keterangan kepada bupati secara lisan maupun tertulis mengenai kebijakan pemeritah daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara; Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada pimpinan DPRD, disusun secara singkat, jelas dan ditandatangani oleh para pengusul serta diberikan nomor pokok oleh sekretariat DPRD; Usul meminta keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh pimpinan DPRD disampaikan pada rapat paripurna DPRD yang dihadiri lebih dari (satu per dua) jumlah anggota DPRD; Dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (3) para pengusul diberi kesempatan menyampaikan penjelasan lisan atas usul permintaan keterangan tersebut; Pembicaraan mengenai sesuatu usul meminta keterangan dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi dan selanjutnya pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota DPRD; Usul permintaan keterangan DPRD sebelum memperoleh keputusan, para pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulannya; Keputusan menerima usulan diambil dengan persetujuan lebih dari (satu perdua) jumlah anggota DPRD yang hadir dalam rapat paripurna;

(3)

(4)

(2)

(3)

(4) (5)

(6) (7)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(8)

Apabila rapat paripurna menyetujui usul permintaan keterangan, pimpinan DPRD mengajukan permintaan keterangan kepada bupati. Pasal 13

(1) (2) (3) (4) (5)

Bupati wajib memberikan keterangan lisan dan atau tertulis terhadap permintaan keterangan anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 dalam rapat paripurna; Setiap anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan atas keterangan bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1); Terhadap jawaban bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) DPRD dapat menyatakan pendapatnya; Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan secara resmi oleh DPRD kepada bupati; Pernyataan pendapat DPRD atas keterangan bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dijadikan bahan untuk DPRD dalam pelaksanaan fungsi pengawasan dan untuk Bupati dijadikan bahan dalam penetapan pelaksanaan kebijakan. Paragraf 2 Hak Angket Pasal 14

(1)

Sekurang-kurannya 5 anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dapat mengusulkan penggunaan hak angket untuk mengadakan penyelidikan terhadap kebijakan bupati yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada pimpinan DPRD, disusun secara singkat, jelas, dan ditandatangani oleh para pengusul serta diberikan nomor pokok oleh sekertariat DPRD; Usul melaksanakan penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh pimpinan DPRD disampaikan pada rapat paripurna DPRD yang dihadiri sekurang-kurangnya (tiga perempat) jumlah anggota DPRD; Pembicaraan mengenai sesuatu usul mengadakan penyelidikan, dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi dan selanjutnya pengusul memberikan jawaban atas pandangan anggota DPRD; Keputusan menerima usulan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah anggota DPRD yang hadir dalam rapat paripurna; Usul mengadakan penyelidikan sebelum memperoleh keputusan DPRD, pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulnya; Dalam hal DPRD menerima usul hak angket, DPRD membentuk Panitia Angket yang selanjutnya disebut Panitia Khusus Hak Angket yang terdiri atas semua unsur fraksi DPRD dengan keputusan DPRD; Dalam hal DPRD menolak usul hak angket, usul tersebut tidak dapat diajukan kembali; .Pengusul hak angket wajib menjadi anggota panitia khusus;

(2)

(3)

(4)

(5) (6) (7)

(8) (9)

(10) Pelaksanaan penyelidikan dilaksanakan oleh panitia khusus dan hasilnya dilaporkan dalam rapat paripurna DPRD; (11) Ketua panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dipilih dari salah satu anggota pengusul hak angket dalam rapat panitia khusus yang dipimpin oleh pimpinan DPRD; (12) Pimpinan panitia khusus sekurang-kurangnya terdiri dari ketua, wakil ketua dan sekretaris; (13) Panitia khusus hak angket melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada rapat paripurna DPRD paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibentuknya. 9

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pasal 15 (1) Panitia khusus hak angket DPRD dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya berhak meminta pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat untuk memberikan keterangan tentang sesuatu hal yang perlu ditangani demi kepentingan bangsa dan negara; (2) Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi permintaan DPRD; (3) Setiap pejabat negara, pejabat pemerintah, badan hukum, atau warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memenuhi panggilan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dilakukan penjemputan paksa oleh satuan polisi pamong praja, pejabat kepolisian negara republik Indonesia atau penyelidik kejaksaan atas permintaan pimpinan DPRD sesuai dengan peraturan perundang-undangan; Pasal 16 (1) Apabila hasil penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 diterima oleh DPRD dan ada indikasi tindak pidana, DPRD menyerahkan penyelesaiannya kepada aparat penegak hukum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; Apabila hasil penyelidikan bupati dan/atau wakil bupati berstatus sebagai terdakwa, menteri dalam negeri memberhentikan sementara bupati dan/atau wakil bupati yang bersangkutan dari jabatannya atas usul DPRD; Apabila keputusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan menyatakan bupati dan/atau wakil bupati bersalah, DPRD mengusulkan pemberhentian bupati dan/atau wakil bupati kepada menteri dalam negeri; Apabila keputusan pengadilan telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan menyatakan bupati dan/atau wakil bupati tidak bersalah, menteri dalam negeri mencabut pemberhentian sementara serta merehabilitasi nama baik bupati dan/atau wakil bupati; Paragraf 3 Hak Menyatakan Pendapat Pasal 17 (1) Sekurang-kurangnya 8 (delapan) orang anggota DPRD dan lebih dari 1 (satu) fraksi dapat mengajukan usul pernyataan pendapat terhadap kebijakan bupati atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah; Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta penjelasannya diajukan secara tertulis kepada Pimpinan DPRD dengan disertai daftar nama dan tanda tangan para pengusul dan diberi nomor Pokok oleh Sekertariat DPRD; Usul pernyataan pendapat tersebut oleh Pimpinan DPRD disampaikan dalam rapat paripurna yang dihadiri sekurang-kurannya (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD; Dalam Rapat Paripurna DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3), para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atau usul pernyataan pendapat tersebut; Pembicaraan mengenai sesuatu usul pernyataan pendapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada : a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan melalui fraksi; b. bupati untuk memberikan pendapat; c. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota dan pendapat bupati. (6) Usul pernyataan pendapat sebelum memperoleh keputusan DPRD, pengusul berhak mengajukan perubahan atau menarik kembali usulnya; 10

(2)

(3)

(4)

(2)

(3) (4) (5)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(7) (8) (9)

Keputusan menerima usulan diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir dalam rapat paripurna; Pembicaraan diakhiri dengan keputusan DPRD yang menerima atau menolak usul pernyataan pendapat tersebut menjadi pendapat DPRD; Apabila DPRD menerima usul pernyataan pendapat, keputusan DPRD dapat berupa : a. pernyataan pendapat; b. saran penyelesaiannya; dan c. peringatan. BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA DPRD Bagian Kesatu Hak Anggota DPRD Pasal 18

Anggota DPRD mempunyai hak: a. b. c. d. e. f. g. h. i. mengajukan rancangan peraturan daerah; mengajukan pertanyaan; menyampaikan usul dan pendapat; memilih dan dipilih; membela diri; imunitas; mengikuti orientasi dan pendalaman tugas; protokoler; keuangan dan administratif. Bagian Kedua Pelaksanaan Hak Anggota DPRD Paragraf 1 Hak Mengajukan Ranperda Pasal 19 (1) (2) Setiap anggota DPRD dapat mengajukan usul prakarsa rancangan peraturan daerah; Usul prakarsa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), disampaikan kepada pimpinan DPRD dalam bentuk rancangan peraturan daerah disertai penjelasan secara tertulis dan diberikan nomor pokok oleh sekretariat DPRD; usul prakarsa sebagaimana dimaksud ayat (2) oleh pimpinan DPRD disampaikan kepada badan legislasi daerah untuk dilakukan pengkajian; Berdasarkan hasil pengkajian badan legislasi daerah, pimpinan DPRD menyampaikan kepada rapat paripurna DPRD; Dalam rapat paripurna, para pengusul diberi kesempatan memberikan penjelasan atas usul sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pembicaraan mengenai sesuatu usul prakarsa dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada: a. anggota DPRD lainnya untuk memberikan pandangan; dan b. para pengusul memberikan jawaban atas pandangan para anggota DPRD lainnya. (7) Usul prakarsa sebelum diputuskan menjadi prakarsa DPRD, para pengusul berhak mengajukan perubahan dan atau mencabutnya kembali; 11

(3) (4) (5) (6)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(8) (9)

Pembicaraan diakhiri dengan keputusan DPRD yang menerima atau menolak usul prakarsa menjadi prakarsa DPRD; Tata cara pembahasan rancangan peraturan daerah atas prakarsa DPRD mengikuti ketentuan yang berlaku dalam pembahasan rancangan peraturan daerah atas prakarsa kepala daerah; Paragraf 2 Hak Mengajukan Pertanyaan Pasal 20

(1) (2)

Setiap anggota DPRD dapat mengajukan pertanyaan kepada pemerintah daerah bertalian dengan fungsi, tugas dan wewenang DPRD baik secara lisan maupun tertulis; Jawaban terhadap pertanyaan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara lisan atau tertulis dalam tenggang waktu yang disepakati bersama. Paragraf 3 Hak Mengajukan Usul Dan Pendapat Pasal 21

(1) (2)

Setiap anggota DPRD dalam rapat-rapat DPRD berhak mengajukan usul dan pendapat secara leluasa baik kepada pemerintah daerah maupun kepada pimpinan DPRD; Usul pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dengan memperhatikan tatakrama, etika, moral, sopan santun dan kepatutan sebagai wakil rakyat. Paragraf 4 Hak Memilih Dan Dipilih Pasal 22

(1) (2)

Setiap anggota DPRD berhak untuk memilih dan dipilih menjadi pimpinan alat kelengkapan DPRD; Anggota DPRD yang terpilih menjadi pimpinan alat kelengkapan DPRD selanjutnya ditetapkan dalam rapat paripurna. Paragraf 5 Hak Membela Diri Pasal 23

(1) (2)

Setiap anggota DPRD berhak membela diri terhadap dugaan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan, kode etik dan tata tertib DPRD; Hak membela diri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebelum pengambilan keputusan oleh badan kehormatan DPRD. Paragraf 6 Hak Imunitas Pasal 24

(1)

Setiap anggota DPRD tidak dapat dituntut di depan pengadilan karena pertanyaan, pernyataan dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik secara lisan maupun tertulis di dalam rapat DPRD ataupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPRD;

12

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(2)

Anggota DPRD tidak dapat diganti antar waktu karena pertanyaan, pernyataan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya baik di dalam rapat DPRD maupun di luar rapat DPRD yang berkaitan dengan fungsi, tugas dan wewenang DPRD; Ketentuan sebagimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal anggota DPRD yang bersangkutan mengumumkan materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 7 Hak Mengikuti Orientasi Dan Pendalaman Tugas Pasal 25

(3)

(1) (2)

Setiap anggota DPRD berhak mengikuti orientasi dan pendalaman tugas; Orientasi dan pendalaman tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas adalah orientasi dan pendalaman tugas yag diselenggarakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, sekretariat DPRD, partai politik atau perguruan tinggi; Orientasi dan pendalaman tugas dilakukan berdasarkan penugasan dari pimpinan DPRD dan sepengetahuan pimpinan fraksi dan atau pimpinan alat kelengkapan; Orientasi dan pendalaman tugas yang berkaitan langsung dengan salah satu atau beberapa alat kelengkapan DPRD, pimpinan memberikan tugas kepada anggota alat kelengkapan setelah dikonsultasikan dengan pimpinan alat kelengkapan; Anggota yang mengikuti orientasi dan pendalaman tugas wajib menyampaikan laporan tertulis kepada pimpinan DPRD, dan salinannya disampaikan kepada pimpinan alat kelengkapan dan atau pimpinan fraksi; Orientasi dan pendalaman tugas disesuaikan dengan kemampuan keuangan daerah. Paragraf 8 Hak Protokoler Pasal 26

(3) (4)

(5)

(6)

(1) (2)

Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak protokoler; Hak protokoler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan pemerintah. Paragraf 9 Hak Keuangan Dan Administrasi Pasal 27

(1) (2) (3) (4)

Pimpinan dan anggota DPRD mempunyai hak keuangan dan administratif; Hak keuangan dan administratif pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah; Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, pimpinan dan anggota DPRD berhak memperoleh tunjangan yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan daerah; Pengelolaan keuangan dan tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan oleh sekretariat DPRD sesuai dengan peraturan pemerintah. Pasal 28

(1)

Pimpinan dan Anggota DPRD berhak memperoleh penghasilan dan tunjangan, berupa : a. uang representasi; b. tunjangan keluarga; 13

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

c. tunjangan beras; d. uang paket; e. tunjangan alat kelengkapan : 1. tunjangan badan musyawarah; 2. tunjangan komisi; 3. tunjangan Badan Legislasi; 4. tunjangan badan anggaran; 5. tunjangan badan kehormatan; 6. tunjangan panitia khusus; f. tunjangan perumahan : g. uang duka dan pengurusan jenazah; h. uang jasa pengabdian; (2) Selain yang dimaksud pada ayat (1), kepada pimpinan dan anggota DPRD diberikan : a. jaminan pemeliharaan kesehatan; b. biaya perjalanan dinas; c. tunjangan komunikasi intensif; d. tunjangan pakaian dinas dan atribut; e. biaya peningkatan kapasitas anggota DPRD; (3) (4) Kepada pimpinan DPRD disediakan biaya penunjang operasional; Besarnya penghasilan dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah dan atau peraturan bupati. Bagian Ketiga Kewajiban Anggota DPRD Pasal 29 Anggota DPRD mempunyai kewajiban: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila; melaksanakan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan menaati peraturan perundang-undangan; mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan republik indonesia; mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan; memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat; menaati prinsip demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; menaati tata tertib dan kode etik; menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga lain dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah; menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala; menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat; dan memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

14

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pasal 30 Pemberian pertanggungjawaban anggota DPRD kepada pemilih di daerah pemilihannya disampaikan pada setiap masa reses. BAB VII FRAKSI Pasal 31 (1) (2) Untuk mengoptimalkan pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang DPRD serta hak dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk fraksi sebagai wadah berhimpun anggota DPRD; Fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan alat kelengkapan DPRD, melainkan pengelompokan anggota DPRD berdasarkan partai politik yang memperoleh kursi sesuai dengan jumlah yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi; Setiap fraksi yang ada wajib menerima anggota yang tidak dapat membentuk fraksi. Pasal 32 (1) (2) (3) Pembentukan fraksi dilakukan oleh partai politik yang memperoleh kursi di DPRD sekurangkurangnya 3 (tiga) orang; Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat membentuk fraksi; Partai politik yang jumlah anggotanya di DPRD tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan; Dalam hal tidak ada 1 (satu) partai politik yang memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi, maka dibentuk fraksi gabungan; Jumlah fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling banyak 2 (dua) fraksi; Pembentukan fraksi, pimpinan fraksi dan keanggotaan fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) disampaikan kepada pimpinan DPRD untuk selanjutnya diumumkan kepada seluruh anggota oleh ketua DPRD dalam rapat paripurna DPRD; Fraksi yang telah diumumkan dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (6) bersifat tetap selama masa keanggotaan; Pimpinan fraksi sekurang-kurangnya terdiri dari ketua dan sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota fraksi; Fraksi menetapkan rencana dan jadwal kerja setiap tahun anggaran dengan memperhatikan rencana dan jadwal kerja DPRD yang ditetapkan pimpinan DPRD. Pasal 33 (1) (2) Fraksi mempunyai sekretariat yang berkedudukan di gedung DPRD; Sekretariat DPRD menyediakan sarana, anggaran, tenaga ahli serta tenaga administrasi guna kelancaran pelaksanaan tugas fraksi sesuai dengan kebutuhan dan dengan memperhatikan kemampuan APBD; yang dimaksud dengan sarana pada ayat (2) adalah alat tulis kantor dan alat kelengkapan kantor, tidak termasuk sarana mobilitas Tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah Non PNS, yang ditetapkan dengan keputusan Sekretaris DPRD atas usul fraksi; Tenaga administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah PNS lingkup Sekretariat DPRD yang ditetapkan dengan keputusan Sekretariat DPRD dengan mempertimbangkan saran fraksi. 15

(3) (4)

(4) (5) (6)

(7) (8) (9)

(3) (4) (5)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

BAB VIII ALAT KELENGKAPAN DPRD Bagian Kesatu Pimpinan Paragraf 1 Penetapan Pimpinan DPRD Pasal 34 (1) Pimpinan DPRD terdiri atas seorang ketua dan dua orang wakil ketua; (2) Ketua DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ialah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama di DPRD; (3) Para wakil ketua DPRD ialah anggota DPRD yang berasal dari partai politik yang memperoleh kursi terbanyak kedua dan ketiga; (4) Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) partai politik yang memperoleh kursi terbanyak ketiga, penentuan wakil ketua DPRD dilakukan berdasarkan suara terbanyak; (5) Ketua DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan para wakil ketua DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) masing-masing diajukan oleh pimpinan partai politik setempat kepada pimpinan sementara DPRD untuk diumumkan sekaligus ditetapkan dalam rapat paripurna; (6) Proses permintaan usul nama sampai dengan pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD difasilitasi oleh sekertariat DPRD. Pasal 35 (1) Pimpinan DPRD ditetapkan dengan keputusan DPRD untuk selanjutnya diusulkan kepada gubernur melalui bupati; (2) Peresmian pengangkatan pimpinan DPRD ditetapkan dengan keputusan gubernur; (3) Pimpinan DPRD sebelum memangku jabatannya mengucapkan Sumpah/janji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 yang dipandu oleh ketua pengadilan negeri; (4) Pengucapan sumpah/janji pimpinan DPRD dilaksanakan melalui rapat paripurna istimewa paling lambat 14 hari setelah diterimanya keputusan gubernur; (5) Masa jabatan pimpinan DPRD mengikuti masa jabatan anggota DPRD. Pasal 36 (1) Selama pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 belum mengucapkan sumpah/janji, DPRD dipimpin oleh pimpinan sementara DPRD dengan tugas pokok memimpin rapat-rapat DPRD, memfasilitasi pembentukan fraksi, memfasilitasi penyusunan tata tertib DPRD; (2) Pimpinan sementara DPRD, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua yang berasal dari dua partai politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama dan kedua di DPRD; (3) Pimpinan sementara DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) masing-masing diajukan oleh pimpinan partai politik setempat kepada pimpinan DPRD masa bakti sebelumnya paling lambat 2 (dua) hari sebelum diumumkan dalam rapat paripurna.

16

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Paragraf 2 Pemberhentian Pimpinan DPRD Pasal 37 Pimpinan DPRD berhenti atau diberhentikan dari jabatannya karena: a. b. c. d. e. meninggal dunia; mengundurkan diri atas permintaan sendiri secara tertulis; tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai pimpinan DPRD; melanggar kode etik DPRD berdasarkan hasil pemeriksaan badan kehormatan DPRD; dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman serendah-rendahnya 5 (lima) tahun penjara; ditarik keanggotaannya sebagai anggota DPRD oleh partai politiknya. Pasal 38 (1) (2) Pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dilaporkan dalam rapat paripurna oleh pimpinan DPRD; Usulan pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan DPRD dan dilengkapi dengan berita acara rapat paripurna. Pasal 39 (1) (2) Keputusan DPRD tentang usulan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam pasal 38 diajukan kepada gubernur melalui bupati; Peresmian pemberhentian pimpinan DPRD ditetapkan dengan keputusan gubernur. Pasal 40 (1) (2) (3) (4) Pimpinan DPRD yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 digantikan oleh calon yang diusulkan oleh partai politik asal pimpinan DPRD yang diberhentikan; Penetapan pemberhentian pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rapat paripurna. Peresmian pengangkatan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rapat paripurna DPRD; Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pengangkatan pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPRD menyampaikan usul pengangkatan pimpinan DPRD kepada gubernur melalui bupati untuk memperoleh peresmian pengangkatan; Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pengangkatan sebagaimna dimaksud pada ayat (4), bupati menyampaikan usul tersebut kepada gubernur untuk diresmikan; Paling lambat 7 hari sejak diterimanya keputusan gubernur, pimpinan DPRD melaksanakan rapat badan musyawarah untuk menentukan jadwal pelaksanaan peresmian pengangkatan secara resmi pimpinan DPRD.

f.

(5) (6)

17

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Paragraf 3 Tugas Pimpinan Pasal 41 (1) Pimpinan DPRD mempunyai tugas : a. memimpin sidang-sidang dan menyimpulkan hasil sidang untuk mengambil keputusan; b. menyusun rencana kerja pimpinan, mengadakan pembagaian kerja antara ketua dan wakil ketua; c. melakukan koordinasi dalam upaya menyinergikan pelaksanaan agenda dan materi kegiatan dari alat kelengkapan DPRD; d. mewakili DPRD dalam berhubungan dengan lembaga/instansi lainnya; e. menjadi juru bicara DPRD; f. melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD; g. mengadakan konsultasi dengan bupati dan instansi pemerintah lainnya sesuai dengan keputusan DPRD; h. mewakili DPRD di pengadilan; i. j. melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan sanksi atau rehabilitasi anggota sesuai dengan ketetuan peraturan perundang-undangan; menyusun rencana anggaran DPRD bersama sekertariat DPRD yang pengesahannya dilakukan dalam rapat paripurna; dan dalam rapat paripurna DPRD yang

k. menyampaikan laporan kinerja pimpinan DPRD khusus diadakan untuk itu; (2) (3)

Pelaksanaan tugas pimpinan DPRD dilakukan secara kolektif dan kolegial; Apabila ketua dan wakil ketua meninggal dunia, mengundurkan diri secara tertulis, tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara bersamasama, maka tugas-tugas pimpinan DPRD dilaksanakan oleh pimpinan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 36. Pasal 42

(1)

Dalam hal pimpinan DPRD dinyatakan bersalah karena melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman pidana serendah-rendahnya lima (5) tahun penjara berdasarkan putusan pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap, pimpinan DPRD yang bersangkutan tidak diperbolehkan melaksanakan tugas memimpin rapat-rapat DPRD, dan menjadi juru bicara DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 huruf a dan huruf e; Dalam hal pimpinan DPRD dinyatakan tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dan dinyatakan bebas dari segala tuntunan hukum, pimpinan DPRD melaksanakan kembali tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 41 huruf a dan huruf e. Bagian Kedua Komisi Pasal 43

(2)

(1) (2) (3)

Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD; Setiap anggota DPRD kecuali pimpinan DPRD wajib menjadi anggota salah satu komisi; Jumlah komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sebanyak 3 (tiga) komisi dengan bidang tugas sebagai berikut : a. komisi I - bidang hukum dan pemerintahan ; 18

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

b. komisi II c. komisi III (4) (5) (6) (7)

- bidang sosial budaya dan kesejahteraan rakyat; - bidang ekonomi, pembangunan dan keuangan.

Jumlah anggota setiap komisi sedapat-dapatnya sama; Penempatan anggota DPRD dalam komisi-komisi dan perpindahan ke komisi-komisi didasarkan atas usul fraksinya; Pimpinan komisi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif; Pimpinan komisi terdiri dari ketua, wakil ketua dan sekertaris yang dipilih dari dan oleh anggota komisi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proposional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi; Pemilihan pimpinan komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan dalam rapat komisi yang dipimpin oleh pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan komisi; Hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaporkan dalam rapat paripurna DPRD;

(8)

(9)

(10) Penempatan anggota dalam komisi dan perpindahannya ke komisi lain, diputuskan dalam rapat paripurna DPRD atas usul fraksi; (11) Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota komisi yang digantikan; (12) Masa jabatan ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota komisi ditetapkan paling lama 2 (dua setengah) tahun dan setelahnya dilakukan penataan ulang; (13) Jumlah ruang lingkup tugas dan mitra kerja komisi ditetapkan dengan keputusan DPRD. Pasal 44 (1) Tugas komisi dalam pembentukan peraturan daerah adalah: a. b. menyusun daftar inventaris rancangan peraturan daerah sepanjang periode masa bhakti 2009 2014 bersama satuan kerja perangkat daerah yang menjadi mitra kerjanya; menyampaikan daftar inventaris rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a kepada badan legislasi untuk dikompilasi ke dalam rencana program legislasi daerah; berperan aktif dalam persiapan, penyusunan, pembahasan, dan penyempurnaan rancangan peraturan daerah yang masuk dalam bidang tugasnya.

c. (2)

Tugas komisi di bidang anggaran adalah: a. memutakhirkan statistik dan data perencanaan program dan penganggaran bersama SKPD yang menjadi mitra kerjanya; b. mempersiapkan rancangan pokok-pokok pikiran DPRD tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah tahun anggaran berikutnya yang termasuk dalam ruang lingkup bidang tugasnya, dengan menggunakan data perencanaan program dan penganggaran sebagaimana dimaksud huruf a sebagai rujukan teknisnya; c. mengadakan konsultasi mengenai penyusunan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama dengan SKPD yang menjadi mitra kerjanya; d. mengadakan pembahasan dan mengajukan usul perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya bersama dengan SKPD yang menjadi mitra kerjanya; e. membahas alokasi anggaran untuk fungsi, program, dan kegiatan satuan kerja perangkat daerah yang menjadi mitra kerjanya; f. pembahasan anggaran pendapatan dan belanja daerah di tingkat komisi, kepala SKPD tidak boleh diwakili; 19

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

g. mengadakan pembahasan laporan keuangan daerah dan pelaksanaan APBD, termasuk hasil pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya; h. melakukan sinkronisasi hasil pembahasan laporan keuangan daerah dengan bendahara umum daerah sesuai dengan ruang lingkup tugasnya. (3) Tugas komisi di bidang pengawasan adalah: a. melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan peraturan daerah, termasuk APBN, APBD Propinsi dan APBD Kabupaten, serta peraturan pelaksanaannya yang termasuk dalam ruang lingkup tugasnya; b. membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK, BPKP dan Inspektorat yang berkaitan dengan ruang lingkup tugasnya; c. melakukan pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah dan pemerintah daerah; d. menyiapkan masukan tentang bahan-bahan temuan kepada pansus LKPJ-KDH untuk dipertimbangkan sebagai bahan masukan dalam penyusunan catatan dan rekomendasi DPRD terhadap LKPJ-KDH tahun anggaran sebelumnya. Pasal 45 (1) Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 44 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat mengadakan: a. rapat kerja dengan pemerintah daerah yang dihadiri oleh kepala daerah dan wakil kepala daerah; b. rapat kerja dengan pemerintah daerah yang dihadiri oleh SKPD yang menjadi mitra kerjanya; c. rapat dengar pendapat dengan pejabat pemerintah daerah yang diwakili oleh pimpinan SKPD yang menjadi mitra kerjanya; d. rapat dengar pendapat umum, baik atas permintaan komisi maupun atas permintaan pihak lain; e. pendidikan dan pelatihan teknis; f. (2) (3) kunjungan kerja dan peninjauan lapangan. Keputusan dan/atau kesimpulan hasil rapat kerja komisi atau rapat kerja gabungan komisi bersifat mengikat antara DPRD dan pemerintah daerah; Komisi membuat laporan kinerja pada akhir masa keanggotaan DPRD, baik yang sudah maupun yang belum terselesaikan untuk dapat digunakan sebagai bahan oleh komisi pada masa keanggotaan berikutnya; Komisi menyusun rancangan anggaran untuk pelaksanaan tugasnya sesuai dengan kebutuhan yang selanjutnya disampaikan kepada pimpinan DPRD. Pasal 46 Keputusan dan/atau kesimpulan hasil rapat kerja komisi atau rapat kerja gabungan komisi bersifat mengikat antara DPRD dan pemerintah daerah. Bagian Ketiga Badan Musyawarah Pasal 47 (1) (2) Badan musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD bersifat tetap yang dibentuk oleh DPRD pada permulaan masa keanggotaan DPRD; Pemilihan anggota badan musyawarah ditetapkan setelah terbentuknya pimpinan DPRD, komisi-komisi, badan anggaran dan fraksi; 20

(4)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(3) (4) (5) (6) (7) (8)

Badan musyawarah terdiri dari unsur-unsur fraksi berdasarkan pertimbangan jumlah anggota dan sebanyak-banyaknya 9 (sembilan) orang; Ketua dan wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah pimpinan badan musyawarah merangkap anggota; Susunan keanggotaan badan musyawarah ditetapkan dalam rapat paripurna; Anggota DPRD pengganti antar waktu menggantikan posisi anggota badan musyawarah yang digantikan; Masa jabatan anggota badan musyawarah paling lama 2 (dua setengah) tahun dan setelahnya dilakukan penataan ulang; Sekertaris DPRD karena jabatannya adalah sekertaris badan musyawarah bukan anggota. Pasal 48

(1)

Badan musyawarah mempunyai tugas : a. menetapkan jadwal dan rencana kerja DPRD 1 (satu) tahun sidang; b. memberikan pertimbangan kepada pimpinan DPRD dalam menentukan garis kebijakan yang menyangkut pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD; c. meminta dan/atau memberikan kesempatan kepada alat kelengkapan DPRD yang lain untuk memberikan keterangan/penjelasan mengenai pelaksanaan tugas masing-masing; d. menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD baik yang belum diatur maupun yang telah diatur namun mengalami perubahan dalam jadwal dan rencana kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a; e. memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat apabila timbul perbedaan pendapat; f. memberi saran, pendapat untuk memperlancar kegiatan; g. merekomendasikan pembentukan panitia khusus; h. melaksanakan tugas lain yang diserahkan oleh rapat paripurna kepada badan musyawarah.

(2)

Setiap anggota badan musyawarah wajib : a. mengadakan konsultasi dengan fraksi masing-masing sebelum mengikuti rapat badan musyawarah; b. menyampaikan pokok-pokok hasil rapat badan musyawarah kepada fraksi masingmasing. Bagian Keempat Badan Legislasi Pasal 49

Badan legislasi daerah dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap. Pasal 50 (1) (2) DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan badan legislasi daerah pada permulaan masa keanggotaan DPRD; Badan legislasi daerah terdiri dari unsur-unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan sebanyak-banyaknya berjumlah 9 orang.

21

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pasal 51 (1) (2) Pimpinan badan legislasi daerah merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif; Pimpinan badan legislasi terdiri dari 1 (satu) orang Ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota badan legislasi daerah berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. Pemilihan pimpinan badan legislasi daerah sebagaimana dimaksud ayat 2 (dua) dilakukan dalam rapat badan legislasi daerah yang dipimpinan oleh pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan badan legislasi daerah; Hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) dilaporkan dalam rapat paripurna DPRD; Anggota DPRD pengganti antara waktu menduduki tempat anggota badan legislasi daerah yang digantikan; Masa jabatan pimpinan dan anggota badan legislasi daerah paling lama 2 (dua setengah) tahun dan setelahnya dilakukan penataan ulang; Susunan keanggotaan dan pimpinan badan legislasi daerah ditetapkan dengan keputusan DPRD; Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris badan legislasi daerah bukan anggota. Pasal 52 Badan legislasi daerah bertugas : a. menyusun rancangan program legislasi daerah yang memuat daftar urutan dan prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk satu masa keanggotaan dan untuk setiap tahun anggaran; b. mengkoordinasi penyusunan program legislasi daerah antara DPRD dan pemerintah daerah; c. menyiapkan rancangan peraturan daerah usul DPRD berdasarkan program prioritas yang telah ditetapkan; d. melakukan keharmonisasian dan pemantapan konsep rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi, gabungan komisi sebelum rancangan peraturan daerah tersebut diajukan kepada pimpinan DPRD; e. memberikan pertimbangan terhadap rancangan peraturan daerah yang diajukan anggota, komisi, gabungan komisi di luar prioritas rancangan peraturan-peraturan daerah dan terdaftar dalam program legislasi daerah; f. melakukan perubahan program legislasi daerah sesuai dengan kondisi yang berkembang;

(3)

(4) (5) (6) (7) (8)

g. menerima, menampung, dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi masyarakat terkait dengan penyusunan, pembahasan dan penetapan rancangan peraturan daerah; h. mengadakan rapat kerja/dengar pendapat; i. j. melakukan kunjungan kerja atas persetujuan pimpinan DPRD dengan memperhatikan kemampuan APBD; membuat laporan kinerja dan inventarisasi masalah di bidang perundang-undangan pada akhir masa keanggotaan DPRD untuk dapat digunakan oleh badan legislasi daerah pada masa keanggotaan berikutnya. Bagian Kelima Badan Anggaran Pasal 53 Badan anggaran dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap. 22

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pasal 54 (1) (2) (3) DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan badan anggaran menurut perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap Fraksi pada permulaan masa keanggotaan DPRD. Anggota Badan Anggaran diusulkan oleh masing-masing fraksi dengan mempertimbangkan keanggotaannya dalam tiap-tiap komisi. Jumlah anggota badan anggaran sebanyak-banyaknya 15 orang. Pasal 55 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Ketua dan wakil ketua DPRD karena jabatannya adalah pimpinan badan anggaran merangkap anggota; Susunan keanggotaan, ketua dan wakil ketua badan anggaran ditetapkan dalam rapat paripurna; Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris badan anggaran bukan anggota; Penempatan anggota DPRD dalam badan anggaran dan perpindahannya ke alat kelengkapan DPRD lainnya didasarkan atas usul fraksi; Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota badan anggaran yang digantikan; Masa jabatan anggota badan anggaran paling lama 2 (dua setengah) tahun dan setelahnya dilakukan penataan ulang; Pasal 56 Badan anggaran mempunyai tugas : a. memberikan saran dan pendapat berupa pokok pokok pikiran DPRD kepada bupati dalam mempersiapkan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah paling lambat 5 (lima) bulan sebelum ditetapkannya APBD; melakukan konsultasi yang dapat diwakili oleh anggotanya kepada komisi terkait untuk memperoleh masukan dalam rangka pembahasan rancangan kebijakan umun APBD serta prioritas dan plafon anggaran sementara; memberikan saran dan pendapat kepada bupati dalam mempersiapkan rancangan peraturan daerah tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; melakukan penyempurnaan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban pelaksanaa APBD berdasarkan hasil evaluasi gubernur bersama tim anggaran pemerintah daerah; melakukan pembahasan bersama tim anggaran pemerintah daerah terhadap rancangan kebijakan umum APBD serta rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara yang disampaikan oleh bupati; dan memberikan saran kepada pimpinan DPRD dalam penyusunan anggaran belanja DPRD. Bagian Keenam Badan Kehormatan Pasal 57 Badan kehormatan dibentuk oleh DPRD dan merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap. Pasal 58 (1) (2) Pembentukan badan kehormatan sebagaimana dimaksud pada pasal 57 ditetapkan dengan keputusan DPRD. Jumlah angota badan kehormatan sebanyak 3 (tiga) orang; 23

b.

c.

d.

e.

f.

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(3) (4)

Anggota badan kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dipilih dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD berdasarkan usul dari masingmasing fraksi; Pimpinan badan kehormatan terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan 1 ( satu ) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota badan kehormatan berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat. Pasal 59

(1)

Pemilihan pimpinan badan kehormatan sebagaimana dimaksud pasal 58 ayat (4) dilakukan dalam rapat badan kehormatan yang dipimpin oleh pimpinan DPRD setelah penetapan susunan dan keanggotaan badan kehormatan; Hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan dalam rapat paripurna DPRD; Anggota DPRD pengganti antar waktu menduduki tempat anggota badan kehormatan yang diganti; Masa tugas pimpinan dan anggota badan kehormatan paling lama 2 (dua setengah) tahun dan setelahnya dilakukan penetapan ulang; Susunan keanggotaan dan pimpinan badan kehormatan ditetapkan dengan keputusan DPRD; Sekretaris DPRD karena jabatannya adalah sekretaris badan kehormatan bukan anggota. Pasal 60

(2) (3) (4) (5) (6)

(1)

Badan kehormatan mempunyai tugas : a. memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap moral, kode etik, dan/atau peraturan tata tertib DPRD dalam rangka menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD; b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan anggota DPRD terhadap peraturan tata tertib dan/atau kode etik DPRD; c. melakukan penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi atas pengaduan pimpinan DPRD, anggota DPRD, dan/atau masyarakat; dan d. melaporkan keputusan badan kehormatan atas hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf c kepada rapat paripurna DPRD.

(2)

Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan kehormatan dapat meminta bantuan dari ahli independen. Pasal 61

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 60, badan kehormatan berwenang : a. memanggil anggota DPRD yang diduga melakukan pelanggaran kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD untuk memberikan klarifikasi atau pembelaan atas pengaduan dugaan pelanggaran yang dilakukan; b. meminta keterangan pengadu, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang terkait, termasuk untuk meminta dokumen atau bukti lain; dan c. menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD. Pasal 62 (1) Badan kehormatan menjatuhkan sanksi kepada anggota DPRD yang terbukti melanggar kode etik dan/atau peraturan tata tertib DPRD berdasarkan hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi oleh badan kehormatan; Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa : 24

(2)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. penberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau d. pemberhentian sebagai anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang -undangan. (3) Keputusan badan kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis, atau pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD disampaikan oleh pimpian DPRD kepada anggota DPRD yang bersangkutan, pimpinan fraksi, dan pimpinan partai politik yang bersangkutan. Keputusan badan kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRD diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 63 (1) Pengaduan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (1) huruf c disampaikan secara tertulis kepada pimpinan DPRD disertai dengan identitas pengadu yang jelas dengan tembusan kepada badan kehormatan; Pimpinan DPRD wajib menyampaikan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada badan kehormatan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal pengaduan diterima; Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pimpinan DPRD tidak menyampaikan pengaduan kepada badan kehormatan, badan kehormatan menindaklanjuti pengaduan tersebut; Dalam hal pengaduan tidak disertai dengan identitas pengadu yang jelas, pimpinan DPRD tidak meneruskan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada badan kehormatan; Pasal 64 (1) (2) Setelah menerima pengaduan sebagaimana dimaksud dalam pasal 60, badan kehormatan melakukan penyelidikan , verifikasi, dan klarifikasi; Penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara meminta keterangan dan penjelasan kepada pengadu, saksi, teradu, dan/atau pihak-pihak lain yang terkait, dan/atau memverifikasi dokumen atau bukti lain yang terkait; Hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi badan kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam berita acara penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi; Pimpian DPRD dan/atau badan kehormatan menjamin kerahasiaan hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi sebagaimana dimaksud ayat (3); Pasal 65 (1) Dalam hal hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 64 ayat (3) menyatakan bahwa teradu terbukti bersalah, badan kehormatan menjatuhkan sanksi sesuai dengan tingkat kesalahannya; Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan badan kehormatan dan dilaporkan kepada rapat paripurna DPRD; Dalam hal keputusan badan kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjatuhkan sanksi berupa pemberhentian sebagai anggota DPRD, pimpinan DPRD menyampaikan keputusan tersebut kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan; Pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak keputusan badan kehormatan diterima, menyampaikan keputusan dan usul pemberhentian anggotanya kepada pimpinan DPRD; 25

(4)

(2)

(3)

(4)

(3) (4)

(2) (3)

(4)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(5)

Dalam hal pimpinan partai politik tidak menyampaikan keputusan dan usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pimpinan DPRD menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD tersebut berdasarkan keputusan badan kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada gubernur melalui bupati; Gubernur meresmikan pemberhentian anggota DPRD berdasarkan usul pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (5). Pasal 66

(6)

(1) (2)

Sebelum masuk tahun anggaran baru, masing masing alat kelengkapan DPRD menyusun rencana kerja tahunan; Rencana kerja tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam rapat paripurna untuk mendapatkan pengesahan dan ditetapkan dengan keputusan DPRD.

Bagian Ketujuh Alat Kelengkapan Lain Yang Diperlukan Dan Dibentuk Oleh Rapat Paripurna Pasal 67 (1) (2) (3) DPRD dapat membentuk alat kelengkapan lain dengan keputusan DPRD; yang diperlukan berupa panitia khusus

Panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat sementara; Biaya yang ditimbulkan akibat pembentukan panitia khusus dibebankan kepada APBD. Pasal 68

(1)

DPRD menetapkan susunan dan keanggotaan panitia khusus berdasarkan perimbangan dan pemerataan jumlah anggota tiap-tiap fraksi dan disesuaikan dengan program/kegiatan serta kemampuan anggaran; Anggota panitia khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari anggota komisi terkait yang diusulkan oleh masing-masing fraksi; Jumlah anggota panitia khusus paling banyak (satu perdua) dari jumlah anggota DPRD. Pasal 69

(2) (3)

(1) (2)

Pimpinan panitia khusus merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif; Pimpinan panitia khusus terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 1 (satu) orang wakil ketua dan 1 (satu) orang sekretaris yang dipilih dari dan oleh anggota panitia khusus berdasarkan prinsip musyawarah dan mufakat; Pemilihan pimpinan panitia khusus sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan dalam rapat panitia khusus yang dipimpin oleh pimpinan DPRD; Hasil pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan dalam rapat paripurna DPRD; Pasal 70

(3) (4)

(1) (2) (3) (4) (5)

Panitia khusus bertugas melaksanakan tugas tertentu yang ditetapkan oleh rapat paripurna; Panitia khusus dalam melaksanakan tugas tertentu sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat melakukan koordinasi, konsultasi, dan peninjauan lapangan; Masa kerja panitia khusus adalah 2 bulan dan dapat diperpanjang sebanyak 3 kali; Panitia khusus menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya di dalam rapat paripurna; Panitia khusus dibubarkan oleh DPRD setelah tugasnya dinyatakan selesai; 26

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(6) (7)

Rapat paripurna menetapkan tindak lanjut hasil kerja panitia khusus; Susunan keanggotaan dan pimpinan panitia khusus ditetapkan dengan keputusan DPRD;

BAB IX PERSIDANGAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Bagian kesatu Persidangan Pasal 71 Jenis rapat DPRD terdiri dari : a. rapat paripurna merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua dan merupakan forum tertinggi dalam melaksanakan wewenang dan tugas DPRD antara lain untuk menyetujui rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah dan menetapkan keputusan DPRD; b. rapat paripurna yang bersifat istimewa merupakan rapat anggota DPRD yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua untuk melaksanakan suatu acara tertentu dengan tidak mengambil keputusan ; c. rapat pimpinan merupakan rapat unsur pimpinan yang dipimpin oleh ketua DPRD ; d. rapat konsultasi adalah rapat rapat antara pimpinan DPRD dengan pimpinan fraksi dan pimpinan alat kelengkapan DPRD yang dipimpin oleh pimpinan DPRD; e. rapat fraksi merupakan rapat anggota fraksi yang dipimpin oleh ketua fraksi; f. rapat badan musyawarah merupakan rapat anggota badan musyawarah yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua badan musyawarah ;

g. rapat badan legislasi daerah merupakan rapat anggota badan legislasi daerah yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua badan legilasi daerah; h. rapat komisi merupakan rapat anggota komisi yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua komisi; i. j. rapat gabungan komisi merupakan rapat komisi-komisi yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua DPRD; rapat badan anggaran merupakan rapat anggota badan anggaran yang dipimpin oleh ketua atau wakil ketua badan anggaran;

k. rapat badan kehormatan merupakan rapat anggota badan kehormatan yang dipimpin oleh ketua badan kehormatan; l. rapat kerja merupakan rapat antara DPRD/badan anggaran/komisi/gabungan komisi/panitia Khusus dengan Bupati atau pejabat yang ditunjuk;

m. rapat dengar pendapat merupakan rapat antara DPRD/komisi/gabungan komisi/panitia khusus dengan lembaga/badan organisasi kemasyarakatan; n. Rapat panitia khusus (Pansus) adalah rapat anggota pansus yang dipimpin oleh ketua dan wakil ketua pansus. Pasal 72 (1) (2) DPRD mengadakan rapat paripurna secara berkala sekurang-kurangnya 6 (enam) kali dalam 1 (satu) tahun masa sidang; Rapat paripurna selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan atas usul: a. bupati; b. pimpinan alat kelengkapan DPRD; atau

27

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

c. anggota dengan jumlah sekurang-kurangnya 1/5 (satu per lima) dari jumlah anggota DPRD yang mencerminkan lebih dari 1 (satu) fraksi. (3) Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan rapat, materi rapat yang diajukan oleh pihak pemerintah daerah untuk dibahas bersama dengan DPRD, sudah harus diterima oleh anggota DPRD yang akan membahas untuk dilakukan pengkajian; Hasil rapat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dalam keputusan DPRD; Keputusan DPRD tidak boleh bertentangan dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi; DPRD mengadakan rapat atas undangan ketua atau wakil ketua DPRD. Pasal 73 (1) (2) Setiap rapat DPRD dapat mengambil keputusan apabila memenuhi quorum; Rapat paripurna DPRD dinyatakan sah apabila dihadiri secara fisik oleh : a. sekurang-kurangnya (tiga per empat) dari jumlah anggota DPRD atau sekurangkurangnya 23 orang untuk mengambil persetujuan atas pelaksanaan hak angket dan hak menyatakan pendapat serta untuk mengambil keputusan mengenai usul pemberhentian bupati dan wakil bupati; sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD atau sekurangkurangnya 20 orang untuk memberhentikan pimpinan DPRD, untuk menetapkan peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah; sekurang-kurangnya ( satu per dua) ditambah satu dari jumlah anggota DPRD atau sekurang-kurangnya 16 orang untuk rapat paripurna DPRD selain sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b; rapat paripurna yang bersifat istimewa dinyatakan sah tanpa melihat jumlah anggota DPRD yang hadir.

(4) (5) (6)

b.

c.

d. (3) (4) (5) (6)

Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir; Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b ditetapkan dengan persetujuan sekurang-kurangnya ( satu per dua) ditambah satu dari jumlah anggota DPRD yang hadir; Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c ditetapkan dengan suara terbanyak; Sebelum mengambil putusan sebagaimana dimaksud ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), terlebih dahulu diupayakan pengambilan keputusan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat. Pasal 74

Semua rapat di DPRD pada dasarnya bersifat terbuka, kecuali rapat tertentu yang dinyatakan tertutup. Pasal 75 (1) (2) (3) Rapat DPRD yang bersifat terbuka meliputi rapat paripurna DPRD, rapat paripurna istimewa, dan rapat dengar pendapat umum; Rapat DPRD yang bersifat tertutup meliputi rapat pimpinan DPRD, rapat konsultasi, rapat badan musyawarah, rapat badan anggaran, dan rapat badan kehormatan; Rapat DPRD yang bersifat terbuka dan dapat dinyatakan tertutup meliputi rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat panitia khusus, rapat badan legislasi daerah, rapat kerja, dan rapat dengar pendapat; Rapat fraksi sifatnya ditentukan oleh masing-masing fraksi. Pasal 76 (1) Pembicaraan dalam rapat tertutup yang bersifat rahasia tidak boleh diumumkan;

(4)

28

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(2)

Sifat rahasia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga harus dipegang teguh oleh mereka yang mengetahui atau mendengar pembicaraan rapat tertutup tersebut. Pasal 77

(1) (2)

Setiap rapat tertutup dibuat laporan secara tertulis tentang pembicaraan yang dilakukan; Dalam laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicantumkan dengan jelas mengenai sifat rapat yaitu RAHASIA. Pasal 78

(1)

Sebelum mengemukakan pendapatnya dalam pembahasan sesuatu permasalahan, anggota DPRD harus menyatakan di hadapan seluruh peserta rapat apabila ada suatu kepentingan antara permasalahan yang sedang dibahas dengan kepentingan pribadinya di luar kedudukannya sebagai anggota DPRD; Anggota DPRD mempunyai hak suara pada setiap pengambilan keputusan kecuali apabila rapat memutuskan lain karena yang bersangkutan mempunyai konflik kepentingan dalam permasalahan yang sedang dibahas. Pasal 79

(2)

(1)

Waktu dan hari kerja DPRD ditetapkan : a. hari senin sampai kamis pukul 08.00 sampai pukul 14.00 b. hari jumat pukul 08.00 sampai pukul 11.00 c. hari sabtu pukul 08.00 sampai pukul 13.00

(2) (3)

Penyimpangan dari waktu dan hari kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan oleh rapat yang bersangkutan; Tempat rapat dilakukan di gedung DPRD, kecuali apabila situasi dan kondisi tidak memungkinkan yang ditentukan oleh pimpinan DPRD rapat dapat dilaksanakan di tempat lain di luar gedung DPRD. Pasal 80

(1) (2) (3) (4)

Sebelum rapat dibuka anggota DPRD harus menandatangani daftar hadir; Untuk para undangan, disediakan daftar hadir sendiri; Rapat dibuka oleh pimpinan rapat apabila quorum telah dicapai berdasarkan kehadiran secara fisik; Anggota DPRD yang hadir apabila akan meninggalkan ruangan rapat, wajib memberitahukan kepada pimpinan rapat. Pasal 81

(1)

Apabila pada waktu yang ditentukan untuk pembukaan rapat jumlah anggota DPRD belum mencapai quorum, pimpinan rapat membuka dan sekaligus menunda rapat paling lama 2 kali masing-masing tidak lebih 1 jam; Apabila pada akhir waktu penundaan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), quorum belum juga tercapai, pimpinan rapat menunda rapat paling lama tiga hari atau sampai waktu yang ditetapkan oleh badan musyawarah; Setiap terjadi penundaan rapat, dibuat berita acara penundaan rapat yang ditandatangani oleh pimpinan rapat; Setelah rapat dibuka, pimpinan rapat memberitahukan surat-surat masuk dan surat keluar yang dipandang perlu untuk diberitahukan atau dibahas dengan peserta rapat, kecuali suratsurat urusan rumah tangga DPRD. 29

(2)

(3) (4)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pasal 82 Pimpinan rapat dapat melakukan skorsing rapat dalam hal : a. memberikan kesempatan kepada para anggota DPRD untuk melakukan pembicaraan khusus (loby) terhadap sesama anggota DPRD atau terhadap peserta rapat lainnya dalam konteks agenda rapat yang sedang dibahas; memberikan kesempatan kepada pihak sekertariat DPRD untuk menyiapkan kebutuhan administrasi dan/atau kebutuhan lainnya yang terkait dengan agenda rapat yang sedang dibahas; masuknya waktu pelaksanaan ibadah sholat; agenda rapat dapat dilanjutkan sesuai kesepakatan rapat kecuali rapat pengambilan keputusan sebagaimana yang telah diatur pada pasal 80. Pasal 83 (1) (2) Pimpinan rapat menutup rapat setelah semua acara yang ditetapkan selesai dibicarakan; Apabila acara yang ditetapkan untuk suatu rapat belum terselesaikan sedangkan waktu rapat telah berakhir, pimpinan rapat menunda penyelesaian acara tersebut untuk dibicarakan dalam rapat berikutnya; atau Meneruskan penyelesaian acara tersebut atas persetujuan rapat. Pimpinan rapat mengemukakan pokok-pokok keputusan dan/atau kesimpulan yang dihasilkan oleh rapat sebelum menutup rapat. Pasal 84 (1) Fraksi, alat kelengkapan DPRD atau pemerintah daerah dapat mengajukan usul perubahan kepada pimpinan DPRD mengenai acara yang telah ditetapkan oleh badan musyawarah, baik mengenai perubahan waktu maupun mengenai masalah yang akan dibahas; Usul perubahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis dengan menyebutkan waktu dan masalah yang diusulkan selambat-lambatnya tiga hari sebelum acara rapat dilaksanakan; Pimpinan DPRD mengajukan usul perubahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepada badan musyawarah untuk segera dibicarakan; Badan musyawarah membicarakan dan mengambil keputusan tentang usul perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) Apabila badan musyawarah tidak dapat mengadakan rapat, pimpinan DPRD menetapkan dan mengambil keputusan perubahan acara rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (4). Pasal 85 (1) (2) Dalam keadaan memaksa, pimpinan fraksi atau pemerintah daerah dapat mengajukan usul perubahan tentang susunan acara rapat; Pimpinan segera membicarakan dan menindaklanjuti usul perubahan susunan acara rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 86 (1) (2) Pimpinan rapat menjaga agar rapat dapat berjalan sesuai dengan ketentuan dalam tata tertib DPRD; Pimpinan rapat hanya dapat berbicara selaku pimpinan rapat untuk menjelaskan masalah yang menjadi pembicaraan, menunjukkan duduk persoalan yang sebenarnya, mengembalikan persoalan pada pokok persoalan, dan menyimpulkan pembicaraan anggota rapat; Apabila pimpinan rapat hendak berbicara selaku anggota rapat untuk sementara pimpinan rapat diserahkan kepada pimpinan yang lain dan pimpinan yang akan berbicara duduk bersama dengan anggota; 30

b.

c. d.

(3)

(2)

(3) (4) (5)

(3)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pasal 87 (1) (2) Sebelum berbicara, anggota rapat yang akan berbicara mengacungkan tangannya sebagai pertanda ingin memberikan tanggapan atas agenda rapat yang sedang di bahas; Apabila terdapat lebih dari satu anggota rapat yang mengacungkan tangan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka pimpinan rapat memberikan kesempatan berbicara kepada anggota yang lebih dahulu mengacungkan tangannya. Pasal 88 (1) (2) (3) (4) Giliran berbicara diatur oleh pimpinan rapat menurut urutan pendaftar; Anggota rapat berbicara di tempat yang telah disediakan setelah dipersilahkan oleh pimpinan rapat; Seorang anggota rapat yang berhalangan pada waktu mendapat giliran berbicara dapat digantikan oleh anggota rapat dari fraksinya dengan sepengetahuan pimpinan rapat; Pembicara dalam rapat tidak boleh diganggu selama berbicara. Pasal 89 (1) (2) Pimpinan rapat dapat menentukan lamanya anggota rapat berbicara dan tidak membeda bedakan waktu berbicara kepada setiap anggota rapat; Pimpinan rapat memperingatkan dan memintanya supaya pembicara mengakhiri pembicaraan apabila seseorang pembicara melampaui batas waktu yang telah ditentukan. Pasal 90 (1) Setiap waktu dapat diberikan kesempatan kepada anggota rapat melakukan interupsi untuk : a. meminta penjelasan tentang pokok permasalahan yang sedang dibicarakan; b. menjelaskan persoalan di dalam pembicaraan yang menyangkut diri dan/ atau tugasnya; c. mengajukan usul prosedur mengenai soal yang sedang dibicarakan; atau d. mengajukan usul agar rapat ditunda untuk sementara. (2) Pimpinan rapat dapat membatasi lamanya pembicara melakukan interupsi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memperingatkan dan menghentikan pembicara apabila interupsi tidak ada hubunganya dengan materi yang sedang dibicarakan; Usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dan d, untuk dapat dibahas harus mendapat persetujuan anggota rapat; Setiap anggota DPRD yang melakukan interupsi (memotong pembicaraan) anggota DPRD yang lain yang sedang berbicara, sebelum melanjutkan pembicaraan harus mendapat persetujuan pimpinan rapat. Pasal 91 (1) (2) Seseorang pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok pembicaraan, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 90; Apabila seorang pembicara menurut pendapat pimpinan rapat menyimpang dari pokok pembicaraan, pimpinan rapat memperingatkannya dan meminta supaya pembicara kembali kepada pokok pembicaraan. Pasal 92 (1) Pimpinan rapat memperingatkan pembicara yang menggunakan kata-kata yang tidak layak, melakukan perbuatan yang menggangngu ketertiban rapat, yang menganjurkan untuk melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum; Pimpinan rapat meminta agar yang bersangkutan menghentikan perbuatan, pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan/atau memberikan kesempatan kepadanya untuk menarik kembali kata-katanya dan menghentikan perbuatannya; 31

(3) (4)

(2)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(3)

Apabila pembicara memenuhi permintaan pimpinan rapat, kata-kata pembicara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap tidak pernah diucapkan dan tidak dimuat dalam risalah atau catatan rapat. Pasal 93

(1)

Apabila seorang pembicara tidak memenuhi peringatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 91, pimpinan rapat melarang pembicara tersebut meneruskan pembicaraan dan perbuatannya; Apabila larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masih juga tidak diindahkan oleh yang bersangkutan, pimpinan rapat dapat meminta kepada yang bersangkutan meninggalkan rapat; Apabila pembicara tersebut tidak mengindahkan permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pembicara tersebut dikeluarkan dengan paksa dari ruangan rapat atas perintah pimpinan rapat; Pengeluaran secara paksa sebagaimana pada ayat (3) dilaksanakan oleh petugas keamanan SATPOL. Pasal 94

(2)

(3)

(4)

(1)

Pimpinan rapat dapat menutup atau menunda rapat apabila pimpinan rapat berpendapat bahwa rapat tidak mungkin dilanjutkan karna terjadi peristiwa sebagaimana dimaksud pasal 91 dan pasal 92. Lama penundaan rapat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh lebih dari 24 jam. Pasal 95

(2)

(1) (2)

Untuk setiap rapat paripurna, dibuat risalah/notulen yang ditandatangani oleh pimpinan rapat; Risalah adalah catatan rapat paripurna yang dibuat secara lengkap dan berisi seluruh jalannya pembicaraan yang dilakukan dalam rapat serta dilengkapi dengan catatan tentang : a. jenis dan sifat rapat; b. hari dan tanggal rapat; c. tempat rapat; d. acara rapat; e. waktu dan pembukaan rapat; f. ketua dan sekertaris rapat; g. jumlah dan nama anggota yang menandatangani daftar hadir; h. undangan yang hadir.

(3)

Sekertaris rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f adalah sekertaris DPRD atau pejabat dilingkungan sekertariat DPRD yang ditunjuk oleh sekertariat DPRD. Pasal 96

Sekertaris rapat menyusun risalah untuk dibagikan kepada anggota dan pihak yang bersangkutan setelah rapat selesai. Pasal 97 (1) Dalam setiap rapat DPRD kecuali rapat paripurna DPRD, dibuat catatan rapat dan laporan singkat yang ditandatangani oleh pimpinan rapat yang bersangkutan;

32

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(2)

Catatan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat pokok pembicaraan, kesimpulan dan/atau keputusan yang dihasilkan dalam rapat, sebagaimana dimaksud pada pasal 95; Laporan singkat, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat kesimpulan dan/atau keputusan rapat. Pasal 98

(3)

(1)

Sekertaris rapat secepatnya menyusun laporan singkat dan catatan rapat sementara untuk dibagikan kepada anggota dan pihak yang bersangkutan setelah rapat, sebagaimana dimaksud pada pasal 96; Setiap anggota dan pihak yang bersangkutan diberi kesempatan untuk mengadakan koreksi terhadap catatan rapat sementara dalam waktu 2 hari sejak diterimanya catatan rapat sementara tersebut dan menyampaikannya kepada pimpinan rapat yang bersangkutan. Pasal 99

(2)

(1) (2)

Dalam risalah, catatan rapat, dan laporan singkat mengenai rapat yang bersifat tertutup, harus dicantumkan dengan jelas kata Rahasia; Rapat yang bersifat tertutup dapat memutuskan bahwa sesuatu yang dibicarakan dan/atau diputuskan dalam rapat itu tidak dimasukkan dalam risalah, cacatan rapat, dan/atau laporan singkat. Pasal 100

(1) (2)

Undangan rapat adalah peserta rapat; Peninjau dan wartawan adalah mereka yang hadir dalam rapat DPRD tanpa undangan pimpinan DPRD dengan mendapatkan persetujuan dari DPRD atau pimpinan alat kelengkapan yang bersangkutan; Undangan dapat berbicara dalam rapat atas persetujuan pimpinan rapat, tetapi tidak mempunyai hak suara; Peninjau dan wartawan tidak mempunyai hak suara dan tidak boleh menyatakan sesuatu baik dengan perkataan maupun dengan cara lain; Undangan, peninjau, dan wartawan disediakan tempat tersendiri; Undangan, peninjau dan wartawan wajib menaati tata tertib rapat dan/atau ketentuan lain yang diatur oleh DPRD. Pasal 101

(3) (4) (5) (6)

(1) (2)

Pimpinan rapat menjaga agar ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 99 tetap dipatuhi; Pimpinan rapat dapat meminta agar undangan, peninjau dan/atau wartawan yang menggangu ketertiban rapat meninggalkan ruangan rapat dan apabila permintaan itu tidak diindahkan, yang bersangkutan dikeluarkan dengan paksa dari ruang rapat atas perintah pimpinan rapat; Pimpinan rapat dapat menutup atau menunda rapat tersebut apabila terjadi peristiwa, sebagaimana dimaksud pada ayat (2); Lama penundaan rapat, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh lebih dari 24 jam.

(3) (4)

33

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Bagian Kedua Pengambilan Keputusan Pasal 102 (1) (2) Pengambilan Keputusan adalah proses penyelesaian akhir suatu masalah yang dibicarakan dalam setiap jenis rapat DPRD; Keputusan rapat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa persetujuan atau penolakan. Pasal 103 (1) (2) (3) Pengambilan keputusan dalam rapat DPRD pada dasarnya dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat; Apabila cara pengambilan keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak terpenuhi maka keputusan diambil berdasarkan pemungutan suara (voting); Setiap keputusan rapat DPRD baik berdasarkan musyawarah untuk mufakat maupun berdasarkan pemungutan suara mengikat semua pihak, dan dilengkapi daftar hadir serta risalah rapat yang ditandatangani oleh pimpinan rapat. Pasal 104 (1) (2) Produk DPRD berbentuk keputusan DPRD dan keputusan pimpinan DPRD; Keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD, ditandatangani oleh ketua atau wakil ketua DPRD yang memimpin rapat paripurna pada hari itu juga; Keputusan pimpinan DPRD sebagimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam rapat pimpinan DPRD, ditandatangani oleh ketua dan wakil ketua yang hadir dalam rapat pimpinan pada hari itu juga. Pasal 105 (1) (2) Dalam mengambil keputusan, pimpinan rapat menyiapkan rancangan keputusan untuk diberikan kepada setiap anggota peserta rapat; Pengambilan keputusan berdasarkan musyawarah dilakukan setelah anggota DPRD yang hadir diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapat yang dipandang perlu sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pasal 106 (1) (2) (3) Pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara dapat dilakukan secara terbuka atau tertutup; Pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara terbuka dilakukan apabila menyangkut kebijakan umum; Pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara secara tertutup dilakukan apabila menyangkut orang atau masalah lain yang dipandang perlu. Pasal 107 (1) Pemberian suara secara terbuka untuk menyatakan setuju, menolak atau tidak menyatakan pilihan dilakukan oleh anggota DPRD yang hadir dengan cara lisan, mengangkat tangan, berdiri, tertulis, atau dengan cara lain yang disepakati; Perhitungan suara dilakukan dengan menghitung secara langsung setiap anggota DPRD; 34

(3)

(2)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(3)

Anggota DPRD yang meninggalkan ruang sidang dianggap telah hadir dan tidak mempengaruhi sahnya keputusan. Bagian Ketiga Tata Tempat Pasal 108

Tata tempat pimpinan dan anggota DPRD dalam acara resmi yang diadakan di ibukota kabupaten sebagai berikut : a. ketua DPRD disebelah kiri bupati; b. wakil-wakil ketua DPRD bersama dengan wakil bupati setelah pejabat instansi vertikal lainnya; c. anggota DPRD ditempatkan di tempat yang telah disediakan. Pasal 109 Tata tempat dalam rapat-rapat DPRD sebagai berikut : a. ketua DPRD didampingi oleh wakil-wakil ketua DPRD; b. bupati dan wakil bupati ditempatkan sejajar dan disebelah kanan ketua DPRD; c. wakil-wakil Ketua DPRD duduk disebelah kiri ketua DPRD; d. anggota DPRD duduk ditempat yang telah disediakan untuk anggota; e. sekertaris DPRD duduk dibelakang pimpinan DPRD; f. para undangan dan peninjau duduk ditempat yang telah disediakan. Pasal 110 Tata tempat dalam acara pemgambilan sumpah/janji dan pelantikan bupati dan wakil bupati sebagai berikut : a. ketua DPRD di sebelah kiri pejabat yang akan mengambil sumpah/janji dan melantik bupati dan wakil bupati; b. wakil-wakil ketua DPRD duduk di sebelah kiri ketua DPRD; c. anggota DPRD duduk di tempat yang telah disediakan untuk anggota; d. bupati dan wakil bupati yang lama duduk di sebelah kanan pejabat yang akan mengambil sumpah/janji dan melantik bupati dan wakil bupati; e. calon bupati dan wakil bupati yang akan dilantik duduk di sebelah kiri wakil-wakil ketua DPRD; f. sekertaris DPRD duduk dibelakang pimpinan DPRD; g. para undangan dan peninjau duduk ditempat yang telah di sediakan; h. mantan bupati dan wakil bupati setelah pelantikan duduk di sebelah kiri wakil-wakil ketua DPRD; i. bupati dan wakil bupti yang baru dilantik duduk di sebelah kanan pejabat yang akan mengambil sumpah/janji dan melantik bupati dan wakil bupati. Pasal 111 Tata tempat dalam acara pengambilan sumpah/janji dan pelantikan ketua dan wakil-wakil ketua DPRD sebagai berikut : a. Pimpinan sementara duduk di sebelah kiri bupati dan wakil bupati; b. Pimpinan sementara duduk di sebelah kanan ketua pengadilan negeri; 35

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

c. Setelah pelantikan, ketua DPRD duduk di sebelah kiri bupati dan wakil bupati, wakil-wakil ketua DPRD duduk di sebelah kiri ketua DPRD; d. Mantan pimpinan sementara DPRD duduk di tempat yang telah disediakan. Bagian Keempat Tata Pakaian Pasal 112 Pakaian anggota DPRD adalah: a. pakaian sipil lengkap; b. pakaian sipil harian; c. pakaian sipil resmi; d. pakaian dinas harian. Pasal 113 (1) (2) Dalam menghadiri Rapat-rapat, pimpinan dan anggota DPRD mengenakan pakaian disesuaikan dengan undangan. Dalam menghadiri rapat paripurna peresmian keanggotaan/pimpinan DPRD, pelantikan bupati/wakil bupati, pimpinan dan anggota DPRD mengenakan pakaian sipil lengkap dengan peci nasional dan bagi wanita berpakaian nasional. Pasal 114 (1) (2) Dalam hal melakukan konsultasi, kunjungan kerja atau peninjauan lapangan, penerimaan tamu, pimpinan dan anggota DPRD memakai pakaian sipil harian atau pakaian dinas harian; Dalam hal acara-acara tertentu pimpinan dan anggota DPRD dapat memakai pakaian adat.

BAB X TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PROLEGDA Bagian Pertama Program Legislasi Daerah Pasal 115 (1) (2) (3) Penyusunan prolegda dilaksanakan oleh DPRD dan pemerintah daerah; Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan peraturan daerah; Penyusunan dan penetapan prolegda dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan peraturan daerah kabupaten Tana Toraja tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah.

Pasal 116 Dalam penyusunan prolegda kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal 115 ayat (1), penyusunan daftar rancangan peraturan daerah kabupaten didasarkan atas : a. perintah peraturan perundangundangan lebih tinggi; b. rencana pembangunan daerah; c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan 36

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

d. aspirasi masyarakat daerah. Pasal 117 (1) (2) (3) (4) Penyusunan prolegda antara DPRD dan pemerintah daerah dikoordinasikan oleh DPRD melalui badan legislasi; Penyusunan prolegda di lingkungan DPRD dikoordinasikan oleh badan legislasi; Penyusunan prolegda di lingkungan pemerintah daerah dikoordinasikan oleh bagian hukum sekretariat daerah dan dapat mengikutsertakan instansi vertical terkait; Bupati menyampaikan hasil penyusunan prolegda di lingkungan pemerintah daerah kepada badan legislasi melalui pimpinan DPRD. Bagian Kedua Penyusunan Prolegda Lingkup DPRD Pasal 118 (1) (2) (3) (4) Badan legislasi menyampaikan rencana penyusunan prolegda kepada pimpinan DPRD; Pimpinan DPRD meminta kepada Anggota DPRD melalui komisikomisi untuk menyampaikan judul rencana peraturan daerah kepada badan legislasi; Badan legislasi melakukan rapat konsultasi dan koordinasi bersama para pimpinan komisi dan bagian hukum sekretariat daerah; Hasil kesepakatan rapat badan legislasi mengenai judul judul rancangan peraturan daerah yang akan diajukan dalam penyusunan prolegda dilingkungan DPRD disampaikan kepada fraksi fraksi melalui pimpinan DPRD; (5) Pimpinan DPRD menyampaikan hasil penyusunan prolegda lingkup DPRD kepada anggota DPRD melalui komisi komisi. Bagian Ketiga Penetapan Prolegda Pasal 119 (1) Hasil penyusunan prolegda antara DPRD dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 117 dan 118 disepakati menjadi prolegda kabupaten Tana Toraja dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD; (2) Prolegda kabupaten Tana Toraja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan DPRD;

BAB XI PENYUSUNAN DAN PENETAPAN PERDA Bagian Kesatu Tata Cara Penyampaian Ranperda Pasal 120 (1) DPRD memegang Kekuasaan membentuk peraturan daerah; 37

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(2) (3) (4) (5)

Rancangan peraturan daerah baik yang berasal dari DPRD atau bupati dibahas oleh DPRD dan bupati untuk mendapatkan persetujuan bersama; Rancangan peraturan daerah yang berasal dari bupati disampaikan kepada pimpinan DPRD dengan nota pengantar yang ditandatangani oleh bupati; Rancangan peraturan daerah yang berasal atas usul prakarsa DPRD beserta penjelasannya disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada bupati; Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada seluruh anggota DPRD selambat-lambatnya tujuh hari sebelum rancangan peraturan daerah tersebut dibahas dalam rapat paripurna; Pasal 121

Apabila terdapat dua rancangan peraturan daerah yang diajukan mengenai hal yang sama, maka yang dibicarakan adalah rancangan peraturan daerah yang diterima terlebih dahulu, sedangkan rancangan peraturan Ddaerah yang diterima kemudian dipergunakan sebagai pelengkap. Bagian Kedua Tahapan Pembicaraan Pasal 122 (1) Pembahasan rancangan peraturan daerah dilakukan melalui empat tahap pembicaraan : a. pembicaraan tahap pertama, meliputi : 1. penjelasan bupati dalam rapat paripurna tentang penyampaian rancangan peraturan daerah yang berasal dari bupati; 2. penjelasan dalam rapat paripurna oleh pimpinan komisi/gabungan komisi atau pimpinan panitia khusus terhadap rancangan peraturan daerah dan atau perubahan peraturan daerah atas usul prakarsa DPRD; b. Pembicaraan tahap kedua, meliputi : 1. dalam hal rancangan peraturan daerah yang berasal dari bupati : a. pemandangan umum dari fraksi-fraksi terhadap rancangan peraturan daerah yang berasal dari bupati; b. jawaban bupati terhadap pemandangan umum fraksi-fraksi. 2. Dalam hal rancangan peraturan daerah atas usul DPRD; a. pendapat bupati terhadap rancangan peraturan daerah atas usul DPRD; b. jawaban dari fraksi-fraksi terhadap pendapat bupati; c. Pembicaraan tahap ketiga, meliputi pembahasan dalam rapat komisi/gabungan komisi atau rapat panitia khusus dilakukan bersama-sama dengan bupati atau pejabat yang ditunjuk; d. Pembicaraan tahap keempat meliputi : 1. Pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului dengan : a. laporan hasil pembicaraan tahap ketiga; b. pendapat akhir fraksi; c. pengambilan keputusan; 2. Penyampaian sambutan bupati terhadap pengambilan keputusan; (2) (3) (4) Sebelum dilakukan pembicaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diadakan rapat fraksi Apabila dipandang perlu badan musyawarah dapat menentukan bahwa pembicaraan tahap ketiga dilakukan dalam rapat gabungan komisi atau dalam rapat panitia khusus; Anggota DPRD dapat melakukan kunjungan kerja/peninjauan lapangan di sela-sela jadwal pembicaraan terkait dengan materi ranperda yang dibahas dengan tetap memperhatikan kemampuan APBD. 38

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Bagian Ketiga Persetujuan, Penetapan Dan Penandatanganan Perda Pasal 123 (1) (2) Rancangan peraturan daerah yang telah disetujuai bersama oleh DPRD dan bupati disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada bupati untuk ditetapkan menjadi peraturan daerah; Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat tujuh hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama. Pasal 124 (1) Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 123 ditetapkan oleh bupati dengan membubuhkan tanda tangan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh hari sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui bersama oleh dewan perwakilan rakyat daerah dan kepala daerah; Dalam hal rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak ditandatangani oleh kepala daerah dalam waktu paling lambat tiga puluh hari sejak rancangan peraturan daerah tersebut disetujui bersama, maka rancangan peraturan daerah tersebut sah menjadi peraturan daerah dan wajib diundangkan; Dalam hal sahnya rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka kalimat pengesahannya berbunyi : Peraturan daerah ini dinyatakan sah; (4) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dibubuhkan pada halaman terakhir peraturan daerah sebelum pengundangan naskah peraturan daerah ke dalam lembaran daerah. Pasal 125 (1) (2) Peraturan daerah ditetapkan oleh bupati atas persetujuan DPRD dengan melibatkan masyarakat luas; Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya; Peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah; Peraturan daerah bersifat mengatur setelah diundangkan dalam lembaran daerah harus didaftarkan kepada gubernur; Persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan keputusan DPRD yang ditandatangani oleh pimpinan rapat. BAB XII PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBD Pasal 126 Kepala SKPD tidak dapat diwakili dalam pembahasan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pasal 127 (1) Kebijakan umum anggaran dan plafon prioritas anggaran sementara (KUA-PPAS) disampaikan oleh kepala daerah paling lambat akhir bulan juni kepada pimpinan DPRD; 39

(2)

(3)

(3) (4) (5)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(2) (3)

KUA-PPAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas secara internal oleh badan anggaran DPRD; Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan oleh badan anggaran DPRD sebagai dasar untuk membahas dan menyepakati KUA dan PPAS bersama tim anggaran pemerintah daera;. Kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) digunakan oleh pemerintah daerah sebagai dasar menyusun rencana kerja anggaran satuan kerja perangkat daerah (RKASKPD); KUA, PPAS dan RKA SKPD yang telah disepakati bersama antara TAPD dan badan anggaran DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) menjadi pedoman bagi penyusunan dan pembahasan rancangan APBD. Pasal 128

(4)

(5)

Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam bagian kedua pasal 5, DPRD menyelenggarakan kegiatan sebagai berikut : a. rapat kerja antara komisi dengan SKPD mitra kerja untuk menyepakati arah KUA-PPAS untuk setiap program dan kegiatan pada setiap SKPD, dengan menggunakan RKPD sebagai bahan rujukannya; rapat pembahasan internal setiap komisi untuk melakukan penajaman dan sinkronisasi antar program dan kegiatan pada setiap SKPD yang menjadi mitra kerjanya; rapat gabungan komisi; rapat paripurna; orientasi dan pelatihan teknis untuk menyesuaikan rancangan KUA, PPAS dan RKA-SKPD dengan peraturan menteri dalam negeri tentang pedoman penyusunan APBD tahun anggaran berikutnya; rancangan APBD (R-APBD) yang sudah disahkan bersama antara kepala daerah dan DPRD digunakan oleh TAPD sebagai dasar untuk menerbitkan DPA dan seluruh lampiran R-APBD, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIII LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN BUPATI Pasal 129 (1) Bupati berkewajiban menyampaikan kepada DPRD : a. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) akhir tahun anggaran; b. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) akhir masa jabatan (2) Penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) sebagaimana dimaksud ayat (1) dalam tenggang waktu : a. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) akhir tahun anggaran disampaikan tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir ; b. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) akhir Masa Jabatan adalah 30 (Tiga Puluh) hari setelah pemberitahuan DPRD perihal berakhirnya masa jabatan Bupati Pasal 130 (1) (2) (3) Penyampaian Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati sebagaimana dimaksud pasal 129 ayat (1), dilaksanakan dalam rapat paripurna DPRD ; DPRD dapat membentuk panitia khusus untuk melakukan pembahasan secara internal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati; Hasil pembahasan internal DPRD berupa Keputusan DPRD yang berisi rekomendasi penyempurnaan atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ); 40

b. c. d. e.

f.

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(4)

Rekomendasi penyempurnaan atas Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati menjadi catatan DPRD guna menjadi perhatian Bupati untuk perbaikan pada tahun anggaran berikutnya sekaligus menjadi catatan evaluasi DPRD atas kinerja pemerintah daerah tahun yang bersangkutan. BAB XIV PENGUSULAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI Bagian Kesatu Pengusulan Pengangkatan Bupati Dan Wakil Bupati Pasal 131

Pimpinan DPRD mengusulkan calon bupati dan wakil bupati terpilih kepada menteri dalam negeri melalui gubernur berdasarkan berita acara penetapan calon terpilih dari KPU kabupaten untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan. Pasal 132 (1) (2) Bupati dan wakil bupati sebelum memangku jabatannya dilantik dengan mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh gubernur atas nama presiden; Sumpah/janji bupati dan wakil bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji akan memenuhi kewajiban saya sebagai kepala daerah/wakil kepala daerah dengan sebaik baiknya dan seadil adilnya, memegang teguh UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Menjalankan segala UndangUndang dengan peraturannya dengan selurus lurusnya serta berbakti kepada masyarakat Nusa dan Bangsa (3) Bupati dan wakil bupati sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) memegang jabatan selama 5 (Lima) tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya dapat dipilih kembli dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Pasal 133 Pelantikan bupati dan wakil bupati dilaksanakan oleh gubernur dalam rapat paripurna DPRD. Bagian Kedua Pemberhentian Bupati Dan Wakil Bupati Pasal 134 (1) Bupati dan atau wakil bupati berhenti karena : c. meninggal dunia; d. permintaan sendiri; atau e. diberhentikan. (2) Bupati dan atau wakil bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diberhentikan karena; a. berakhir masa jabatannya dan telah dilantik pejabat yang baru; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara berturut turut selama 6 (enam) bulan; c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai bupati dan wakil bupati; d. dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan bupati dan wakil bupati; e. Tidak melaksanakan kewajiban bupati dan wakil bupati; f. melanggar larangan bupati dan wakil bupati.

41

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(3)

Pemberhentian bupati dan wakil bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf a dan huruf b diberitahukan oleh pimpinan DPRD untuk diputuskan dalam rapat paripurna dan di usulkan pemberhentiannya oleh pimpinan DPRD; Pemberhentian bupati dan wakil bupati sebagaimana pada ayat (2) huruf d dan huruf e dilakukan dengan ketentuan : a. Pemberhentian bupati dan wakil bupati diusulkan kepada mendagri melalui gubernur berdasarkan putusan mahkama agung atas pendapat DPRD bahwa bupati dan atau wakil bupati dinyatakan melanggar sumpah/janji jabatan dan atau tidak melaksanakan kewajiban bupati dan wakil bupati; b. Pendapat DPRD sebagaimana dimaksud pada huruf a diputuskan melalui rapat paripurna DPRD yang dihadiri oleh sekurang kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir; c. Mahkama agung wajib memeriksa, mengadili dan memutuskan pendapat DPRD tersebut paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah permintaan DPRD itu diterima mahkama agung dan diputuskan bersifat final; d. Apabila mahkama agung memutuskan bahwa bupati dan atau wakil bupati terbukti melanggar sumpah/janji jabatan dan atau tidak melaksankan kewajiban, DPRD menyelenggarakan rapat paripurna DPRD yang dihadiri oleh sekurangkurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir untuk memutuskan usul pemberhentian bupati dan atau wakil bupati kepada mendagri; e. Mendagri wajib memproses usul pemberhentian bupati dan atau wakil bupati tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak DPRD menyampaikan usul tersebut. Pasal 135

(4)

(1)

Bupati dan wakil bupati diberhentikan sementara oleh mendagri tanpa melalui usulan DPRD apabila dinyatakan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan; Bupati dan wakil bupati diberhentikan oleh mendagri tanpa melalui usulan DPRD apabila terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 136 Bupati dan wakil bupati diberhentikan sementara oleh mendagri tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar, dan atau tindak pidana terhadap keamanan negara; Bupati dan wakil bupati diberhentikan oleh mendagri tanpa melalui usulan DPRD karena terbukti melakukan makar dan atau perbuatan lain yang dapat memecah belah negara kesatuan republik indonesia yang dinyatakan dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 137

(2)

(1)

(2)

(1)

Dalam hal bupati dan wakil bupati menghadapi krisis kepercayaan publik yang meluas karena dugaan melakukan tindak pidana dan melibatkan tanggung jawabnya, DPRD menggunakan hak angket untuk menanggapinya; Penggunaan hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan rapat paripurna DPRD yang dihadiri oleh sekurang kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir untuk melakukan penyelidikan terhadap bupati dan atau wakil bupati; Dalam hal ditemukan bukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), DPRD menyerahkan proses penyelesaiannya kepada aparat penegak hukum sesuai dengan peraturan perundang undangan; 42

(2)

(3)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(4)

Apabila bupati dan atau wakil bupati dinyatakan bersalah karena melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan putusan pengadilan yang belum memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (3), DPRD mengusulkan pemberhentian sementara dengan keputusan DPRD; Berdasarkan keputusan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (4), presiden menetapkan pemberhentian sementara bupati dan atau wakil bupati; Apabila bupati dan atau wakil bupati dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pimpinan DPRD mengusulkan pemberhentian berdasarkan keputusan rapat paripurna DPRD yang dihadiri oleh sekurang kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah anggota DPRD dan putusan diambil dengan persetujuan sekurang kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota DPRD yang hadir; Berdasarkan keputusan DPRD sebagaimana memberhentikan bupati dan atau wakil bupati . Pasal 138 dimaksud pada ayat (6), mendagri

(5) (6)

(7)

(1)

Bupati dan atau wakil bupati yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 135 ayat (1), pasal 136 ayat (1) dan pasal 137 ayat (5) seteleh melalui proses pengadilan ternyata terbukti tidak bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, paling lambat 30 (tiga puluh) hari mendagri telah merehabilitasi dan mengaktifkan kembali bupati dan atau wakil bupati yang bersangkutan sampai dengan akhir masa jabatannya; Apabila bupati dan atau wakil bupati yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, mendagri merehabilitasi bupati dan atau wakil bupati yang bersangkutan dan tidak mengaktifkannya kembali; Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 135, pasal 136, pasal 137 diatur dalam peraturan pemerintah. Pasal 139

(2)

(3)

(1)

Apabila bupati diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 135 ayat (1), pasal 136 ayat (1), dan pasal 137 ayat (5), wakil bupati melaksanakan tugas dan kewajiban bupati sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; Apabila wakil bupati diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pasal 135 ayat (1), pasal 136 ayat (1), dan pasal 137 ayat (5), tugas dan kewajiban wakil bupati dilaksanakan oleh bupati sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; Apabila bupati dan atau wakil bupati diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud dalam pasal 135 ayat (1), pasal 136 ayat (1), dan pasal 137 ayat (5), mendagri menetapkan pejabat bupati dan wakil bupati atas usul Gubernur dengan pertimbangan DPRD sampai dengan adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; Tata cara penetapan, kriteria calon, dan masa jabatan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam peraturan pemerintah. Pasal 140

(2)

(3)

(4)

(1)

Apabila bupati diberhentikan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap sebagaimana dimaksud dalam pasal 135 ayat (2), pasal 136 ayat (2), dan pasal 137 ayat (7) jabatan bupati diganti oleh wakil bupati sampai berakhir masa jabatannya dan proses pelaksanaanya dilakukan berdasarkan keputusan rapat paripurna DPRD dan disahkan oleh mendagri; Apabila terjadi kekosongan jabatan wakil bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang sisa masa jabatannya lebih dari 18 (delapan belas) bulan, bupati mengusulkan 2 (dua) orang calon wakil bupati untuk dipilih oleh rapat paripurna DPRD berdasarkan usul partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calonnya terpilih dalam pemilihan umum kepala daerah; 43

(2)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(3)

Dalam hal bupati dan wakil bupati berhenti atau diberhentikan secara bersamaan dalam masa jabatannya, rapat paripurna DPRD memutuskan dan menugaskan KPUD untuk menyeleggarakan pemilihan bupati dan wakil bupati paling lambat 6 (enam) bulan terhitung sejak ditetapkannya penjabat bupati; Dalam hal terjadi kekosongan jabatan bupati dan wakil bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3), sekretaris daerah melaksanakan tugas sehari-hari bupati sampai dengan mendagri mengangkat pejabat kepala daerah; Tata cara pengisian kekosongan, persyaratan dan masa jabatan pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam peraturan pemerintah. BAB XV RESES DAN TATA CARA PENERIMAAN DAN PENYALURAN ASPIRASI MASYARAKAT Bagian Kesatu Reses Pasal 141

(4)

(5)

(1)

Tahun persidangan DPRD dimulai pada tanggal 1 JANUARI dan berakhir pada tanggal 31 DESEMBER dan dibagi dalam tiga masa persidangan. Masa persidangan meliputi masa sidang dan masa reses; Reses dilaksanakan 3 (tiga) kali dalam 1 tahun paling lama 6 hari kerja dalam satu kali reses; Reses dipergunakan untuk mengunjungi daerah pemilihan anggota yang bersangkutan dan menyerap aspirasi masyarakat dan dilaksanakan pada awal masa persidangan; Setiap pelaksanaan tugas reses sebagaimana dimaksud pada ayat (4) anggota DPRD baik perseorangan atau kelompok wajib membuat laporan tertulis atas pelaksanaan tugasnya yang disampaikan kepada pimpinan DPRD dalam rapat paripurna; Kegiatan dan jadwal acara reses sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh pimpinan DPRD setelah mendengar pertimbangan badan musyawarah; Sekretariat DPRD memfasilitasi pelaksanaan reses. Biaya reses dibebankan kepada APBD. Bagian Kedua Tata Cara Penerimaan Pengaduan Aspirasi Masyarakat Pasal 142

(2) (3) (4)

(5) (6) (7)

(1) (2) (3) (4)

Anggota DPRD sebagai representase masyarakat berkewajiban menerima pengaduan masyarakat; Pimpinan DPRD menetapkan jadwal harian anggota DPRD dalam menerima pengaduan masyarakat dengan memperhatikan jumlah anggota DPRD; Pimpinan DPRD dapat membentuk posko layanan aduan masyarakat yang terdiri dari anggota DPRD yang secara operasional dilaksanakan oleh Sekertariat DPRD; Sekertariat DPRD dalam mengoperasikan posko layanan aduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan inventarisasi aduan masyarakat untuk kemudian meneruskan kepada pimpinan atau anggota DPRD terkait paling lambat 1 x 24 jam; Pimpinan atau anggota DPRD paling lambat 3 x 24 jam setelah disampaikannya aduan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) segera melakukan tindak lanjut sebagaimana mestinya; Dalam mendukung kinerja posko layanan aduan masyarakat, sekertariat DPRD dapat memanfaatkan fasilitas teknologi informasi yang sebelumnya telah disetujui oleh pimpinan DPRD. 44

(5)

(6)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Bagian Ketiga Tata Cara Penyaluran Aspirasi Masyarakat Pasal 143 (1) (2) Anggota DPRD sebagai representasi masyarakat berkewajiban menyalurkan aspirasi masyarakat; Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari : a. b. c. d. e. f. aspirasi yang diterima sebagaimana dimaksud dalam pasal 142; pelaksanaan rapat dengar pendapat; reses; penjaringan aspirasi masyarakat; peninjauan lapangan; atau unjuk rasa. Pasal 144 (1) Anggota DPRD dalam menyalurkan aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalam pasal 137 ayat (1) dengan melalui : a. rapat-rapat alat kelengkapan DPRD; b. koordinasi dengan instansi terkait. (2) Anggota DPRD dalam menyalurkan aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap memperhatikan kode etik DPRD. BAB XVI KONSULTASI DAN KUNJUNGAN KERJA Bagian Kesatu Konsultasi Pasal 145 (1) (2) Konsultasi antara DPRD dengan pemerintah daerah dilaksanakan dalam bentuk pertemuan antara pimpinan DPRD dengan bupati; Pertemuan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam rangka : a. pembicaraan awal mengenai materi muatan suatu rancangan peraturan daerah dan/atau rancangan kebijakan umum anggaran (KUA) serta prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) dalam rangka penyusunan rancangan APBD; b. pembicaraan mengenai penanganan suatu masalah yang memerlukan keputusan bersama DPRD dan pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan; c. penyelesaian suatu persoalan yang tidak dapat diselesaikan berdasarkan agenda dan jadwal kerja yang ada; atau d. permintaan penjelasan mengenai kebijakan atau program kerja tertentu yang ditetapkan atau dilaksanakan oleh bupati. (3) Pertemuan konsultasi antara DPRD dengan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dihadiri oleh pimpinan DPRD dan pimpinan alat kelengkapan DPRD yang terkait dengan materi konsultasi, serta bupati yang didampingi oleh pimpinan perangkat daerah yang terkait; Pertemuan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan secara berkala atau sesuai dengan kebutuhan; Pertemuan konsultasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan baik atas prakarsa pimpinan DPRD maupun atas prakarsa bupati;

(4) (5)

45

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(6)

Hasil pertemuan konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dipandang perlu dapat dilaporkan dalam rapat paripurna DPRD. Pasal 146

(1) (2)

Pelaksanaan konsultasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 145 juga dapat dilakukan dengan pimpinan instansi vertikal; Pimpinan DPRD dapat membuat kesepakatan dengan pimpinan instansi vertikal di daerah mengenai mekanisme dan tata cara pertemuan konsultasi antara DPRD dengan instansi vertikal tersebut. Bagian Kedua Kunjungan Kerja Pasal 147

(1) (2) (3) (4) (5)

Untuk melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban DPRD, anggota DPRD dapat melakukan kunjungan kerja dalam daerah, ke luar daerah maupun ke luar negeri; Kunjungan kerja disesuaikan dengan kebutuhan serta kepentingan rakyat dan daerah kabupaten Tana Toraja ; Kunjungan kerja dalam daerah dan ke luar daerah harus dengan persetujuan pimpinan DPRD dan sepengetahuan pimpinan fraksi; Kunjungan kerja ke luar negeri harus dengan persetujuan pimpinan DPRD dan pimpinan fraksi serta wajib memperoleh izin tertulis dari gubernur ; Anggota DPRD atau kelompok yang terdiri dari beberapa anggota DPRD yang melakukan kunjungan kerja, wajib menyampaikan laporannya secara tertulis kepada pimpinan DPRD selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah kunjungan kerja tersebut selesai; Untuk keperluan kunjungan kerja segala biaya yang timbul dibebankan pada APBD; Tata cara pelaksanaan kunjungan kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, diatur lebih lanjut dalam keputusan pimpinan DPRD. BAB XVII KODE ETIK DPRD Pasal 148

(6) (7)

(1)

DPRD wajib menyusun kode etik berupa norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan prilaku maupun ucapan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh anggota DPRD; Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas anggota DPRD; Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat sekurang-kurangnya meliputi : a. b. c. d. e. f. pengertian kode etik; tujuan kode etik; pengaturan sikap, tata kerja, dan tata hubungan antar penyelenggara pemerintah daerah dan antar anggota, serta antara anggota DPRD dan pihak lain; hal yang baik dan sepantasnya dilakukan oleh anggota DPRD; etika dalam penyampaian pendapat, tanggapan, jawaban, sanggahan; dan sanksi dan rehabilitasi. Pasal 149

(2) (3)

Kode etik bertujuan untuk menjaga martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas anggota DPRD serta membantu anggota DPRD dalam melaksanakan tugas, wewenang dan kewajibannya serta tanggung jawabnya kepada pemilih, masyarakat dan negara. 46

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pasal 150 Anggota DPRD wajib bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjiwa pancasila, taat kepada undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan, berintegritas tinggi, jujur, dengan senantiasa menegakkan kebenaran dan keadilan, menjunjung tinggi demokrasi dan hak asasi manusia, mengemban amanat penderitaan rakyat, mematuhi peraturan tata tertib DPRD, menunjukkan profesionalisme sebagai anggota DPRD dan selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kinerjanya. Pasal 151 (1) Anggota DPRD bertanggung jawab mengemban amanat penderitaan rakyat, melaksanakan tugasnya secara adil, mematuhi hukum, menghormati keberadaan lembaga DPRD, melaksanakan tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, serta mempertahankan keutuhan bangsa dan kedaulatan negara; Anggota DPRD bertanggung jawab menyampaikan data memperjuangkan aspirasi rakyat kepada pemerintah, lembaga, atau pihak yang terkait secara adil tanpa memandang suku, agama, ras, golongan, dan gender. Pasal 152 (1) Pernyataan yang disampaikan dalam rapat adalah pernyataan dalam kapasitas sebagai anggota DPRD, pimpinan masing-masing alat kelengkapan, atau pimpinan DPRD; (2) Pernyataan di luar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggap sebagai pernyataan pribadi; (3) Anggota DPRD yang tidak menghadiri rapat dilarang menyampaikan hasil rapat dengan mengatasnamakan anggota DPRD kepada pihak lain. Pasal 153 (1) Anggota DPRD harus mengutamakan tugasnya dengan cara menghadiri secara fisik setiap rapat yang menjadi kewajibannya; (2) Ketidakhadiran anggota DPRD secara fisik sebanyak tiga kali berturut-turut dalam rapat sejenis tanpa izin pimpinan fraksi, merupakan suatu pelanggaran yang dapat diberikan teguran tertulis oleh pimpinan fraksi; (3) Ketidakhadiran anggota DPRD secara fisik selama tiga bulan berturut-turut tanpa keterangan apapun dalam kegiatan rapat-rapat DPRD merupakan pelanggaran kode etik yang dapat diberhentikan sebagai anggota DPRD. Pasal 154 Selama rapat berlangsung setiap anggota DPRD wajib bersikap sopan santun, bersungguhsungguh menjaga ketertiban dan memenuhi tata cara rapat sebagaimana diatur dalam peraturan tata tertib DPRD. Pasal 155 (1) (2) (3) (4) Anggota DPRD melakukan perjalanan dinas dalam daerah, ke luar daerah maupun ke luar negeri dengan biaya APBD; Anggota DPRD tidak dibolehkan menggunakan fasilitas perjalanan dinas untuk kepentingan di luar tugas DPRD; Anggota DPRD tidak boleh membawa keluarga dalam suatu perjalanan dinas kecuali dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perundang undangan; Dalam hal perjalanan dinas atas biaya pengundang harus mendapatkan izin tertulis dari pimpinan DPRD.

(2)

47

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

Pasal 156 Anggota DPRD dilarang menerima imbalan atau hadiah dari pihak lain sesuai ketentuan peraturan perudang-undangan yang berlaku. (1) Pasal 157 Sebelum mengemukakan pendapatnya dalam pembahasan sesuatu permasalahan, anggota DPRD harus menyatakan dihadapan seluruh peserta rapat apabila ada suatu kepentingan antara permasalahan yang sedang dibahas dengan kepentingan pribadinya di luar kedudukannya sebagai anggota DPRD; Anggota DPRD mempunyai hak suara pada setiap pengambilan keputusan kecuali apabila rapat memutuskan lain karena yang bersangkutan mempunyai konflik kepentingan dalam permasalahan yang sedang dibahas. Pasal 158 Anggota DPRD dilarang menggunakan jabatannya untuk mempengaruhi proses peradilan untuk kepentingan pribadi dan atau pihak lain. Pasal 159 Anggota DPRD dilarang menggunakan jabatannya untuk mencari kemudahan dan keuntungan pribadi, keluarga, sanak famili dan kroninya yang mempunyai usaha atau melakukan penanaman modal dalam suatu bidang usaha. Pasal 160 (1) Anggota DPRD wajib menjaga kerahasiaan yang dipercayakan kepadanya, termasuk hasil rapat yang dinyatakan sebagai rahasia sampai dengan permasalahan tersebut sudah dinyatakan terbuka untuk umum; Ketentuan sehagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi anggota badan kehormatan. Pasal 161 (1) (2) Anggota DPRD wajib bersikap adil, terbuka, akomodatif, responsif dan profesional dalam melakukan hubungan dengan mitra kerjanya; Anggota DPRD dilarang melakukan hubungan dengan mitra kerjanya dengan maksud meminta atau menerima imbalan atau hadiah untuk kepentingan pribadi, keluarga, sanak famili, dan kroninya. Pasal 162 (1) Anggota DPRD yang ikut serta dalam kegiatan organisasi di luar lembaga DPRD harus mengutamakan tugas dan fungsinya sebagai anggota DPRD; (2) Setiap keikutsertaan dalam suatu organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggota DPRD wajib memberitahukan secara tertulis kepada pimpinan DPRD. BAB XVIII LARANGAN, SANKSI DAN PENYELIDIKAN TERHADAP ANGGOTA DPRD Bagian Kesatu Larangan Pasal 163 (1) Anggota DPRD tidak boleh merangkap jabatan sebagai : a. pejabat negara atau pejabat daerah lainnya; 48

(2)

(2)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

b. hakim di semua lingkungan peradilan; c. pegawai negeri sipil, anggota TNI/Polri, pengawai pada badan usaha milik daerah dan/atau badan lain yang anggarannya bersumber dari APBN/APBD. (2) Anggota DPRD, tidak boleh melakukan pekerjaan sebagai pejabat struktural pada lembaga pendidikan swasta, akuntan publik konsultan, advokat/pengacara, notaris, dokter praktek dan pekerjaan lain yang ada hubungannya dengan tugas, wewenang, dan hak sebagai anggota DPRD; Anggota DPRD tidak boleh melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme serta dilarang menerima gratifikasi; Anggota DPRD yang melakukan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib melepaskan pekerjaan tersebut selama menjadi anggota DPRD; Anggota DPRD yang tidak memenuhi kewajiaban sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberhentikan oleh pimpinan berdasarkan hasil pemeriksaan badan kehormatan DPRD. Bagian Kedua Sanksi Pasal 164 1. 2. 3. Anggota DPRD yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dikenai sanksi berdasarkan keputusan badan kehormatan; Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 157 ayat (1) dan ayat (2) dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD; Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 157 ayat (3) berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dikenai sanksi pemberhentian sebagai anggota DPRD. Pasal 165 Jenis sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 164 ayat (1) berupa: a. teguran lisan; b. teguran tertulis; dan/atau c. diberhentikan dari pimpinan pada alat kelengkapan.

(3) (4) (5)

Pasal 166 Setiap orang, kelompok, atau organisasi dapat mengajukan pengaduan kepada badan kehormatan DPRD dalam hal memiliki bukti yang cukup bahwa terdapat anggota DPRD yang tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 163. Pasal 167 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengaduan masyarakat dan penjatuhan sanksi diatur dengan peraturan DPRD tentang tata beracara badan kehormatan. Bagian Ketiga TATA CARA PENYELIDIKAN TERHADAP ANGGOTA DPRD Pasal 168 (1) Dalam hal seorang anggota DPRD diduga melakukan perbuatan pidana pemanggilan, permintaan keterangan, dan penyelidikannya harus mendapat persetujuan tertulis dari gubernur; 49

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(2) (3) (4)

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku apabila anggota DPRD melakukan tindak pidana korupsi dan terorisme serta tertangkap tangan; Setelah tindakan pada ayat (2) dilakukan, harus dilaporkan kepada pejabat yang berwenang memberikan izin; Selama anggota DPRD menjalani proses penyelidikan, penuntutan, pemeriksaan di depan pengadilan, yang bersangkutan tetap menerima hak-hak keuangan dan administrasi sampai dengan adanya putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap. BAB XIX PEMBERHENTIAN ANTAR WAKTU, PENGGANTIAN ANTAR WAKTU DAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA Bagian Kesatu Pemberhentian Antar Waktu Pasal 169

(1)

Anggota DPRD berhenti antar waktu karena: a. b. c. meninggal dunia; mengundurkan diri; atau diberhentikan..

(2)

Anggota DPRD diberhentikan antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila : a. b. c. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai anggota DPRD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa keterangan apapun; melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik DPRD; dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih atau melakukan tindak pidana khusus; tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPRD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah; diusulkan oleh partai politiknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPRD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum; melanggar ketentuan larangan sebagai anggota DPRD; diberhentikan sebagai anggota partai politik sesuai dengan ketentuan perundangundangan; atau menjadi anggota partai politik lain.

d. e. f. g. h. i. (3)

Pemberhentian anggota DPRD yang telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf c, dilaksanakan dan berlaku sejak putusan pengadilan mempunyai kekuatan hukum tetap. Pasal 170

(1)

Pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 169 ayat (1) huruf a dan huruf b serta pada ayat (2) huruf c, huruf e, huruf h, dan huruf i diusulkan oleh pimpinan partai politik kepada pimpinan DPRD dengan tembusan kepada gubernur; Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pimpinan DPRD menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD kepada gubernur melalui Bupati untuk memperoleh peresmian pemberhentian; 50

(2)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(3) (4) (5) (6)

Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bupati menyampaikan usul tersebut kepada gubernur; Gubernur meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya usulan pemberhentian anggota DPRD; Peresmian pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud ayat (4) berlaku sejak ditetapkan; Peresmian pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pasal 169 ayat (2) huruf c berlaku sejak tanggal putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum tetap. Pasal 171

(1)

Pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam pasal 169 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf d, huruf f, dan huruf g, dilakukan berdasarkan keputusan badan kehormtan DPRD sesuai hasil penyelidikan dan verifikasi atas pengaduan dari pimpinan DPRD, masyarakat, dan/atau pemilih; Keputusan badan kehormatan DPRD mengenai pemberhentian anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh badan kehormatan DPRD dalam rapat paripurna; Paling lama 7 (tujuh) hari sejak keputusan badan kehormatan DPRD yang telah dilaporkan dalam rapat paripurna sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan DPRD menyampaikan keputusan badan kehormatan DPRD kepada pimpinan partai politik yang bersangkutan; Pimpinan partai politik yang bersangkutan menyampaikan keputusan tentang pemberhentian anggotanya kepada pimpinan DPRD, paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya keputusan badan kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dari pimpinan DPRD; Dalam hal pimpinan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak memberikan keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pimpinan DPRD paling lama 7 (tujuh) hari meneruskan keputusan badan kehormatan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada gubernur melalui bupati bagi anggota DPRD untuk memperoleh peresmian pemberhentian; Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (5), bupati menyampaikan keputusan tersebut kepada gubernur bagi anggota DPRD; Gubernur meresmikan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (5) paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya keputusan badan kehormatan DPRD atau keputusan pimpinan partai politik tentang pemberhentian anggotanya dari bupati. Pasal 172

(2) (3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(1) (2)

Dalam hal pelaksanaan penyelidikan dan verifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 168 ayat (1), badan kehormatan DPRD dapat meminta bantuan dari ahli independen; Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelidikan, verifikasi, dan pengambilan keputusan oleh badan kehormatan DPRD diatur dengan peraturan DPRD tentang tata beracara badan kehormatan. Bagian Kedua Penggantian Antar Waktu Pasal 173

(1)

Anggota DPRD yang berhenti antar waktu sebagaimana dimaksud dalam pasal 169 ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dalam daftar peringkat perolehan suara dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama; Dalam hal calon anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengundurkan diri, meninggal dunia, atau tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPRD, anggota DPRD sebagaimana dimaksud 51

(2)

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

pada ayat (1) digantikan oleh calon anggota DPRD yang memperoleh suara terbanyak urutan berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama; (3) Masa jabatan anggota DPRD pengganti antar waktu melanjutkan sisa masa jabatan dan tempat alat kelengkapan anggota DPRD yang digantikannya. Pasal 174 (1) Pimpinan DPRD menyampaikan nama anggota DPRD yang diberhentikan antar waktu dan meminta nama calon pengganti antar waktu kepada KPU dengan melampirkan foto copy daftar calon tetap dan daftar peringkat perolehan suara partai politik yang bersangkutan; KPU menyampaikan nama calon pengganti antar waktu berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 167 ayat (1) dan ayat (2) kepada pimpinan DPRD paling lambat 5 (lima) hari sejak diterimanya surat pimpinan DPRD; Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak menerima nama calon pengganti antar waktu dari KPU sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pimpinan DPRD menyampaikan nama anggota DPRD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antar waktu kepada gubernur melalui bupati untuk diresmikan pemberhentian dan pengangkatanya; Dalam hal KPU sebagaimana dimaksud ayat (2), setelah 5 hari sejak diterimannya surat pimpinan DPRD tidak menyampaikan nama calon pengganti antar waktu dan atau menyampaikan nama pengganti antar waktu akan tetapi tidak sesuai dengan ketentuan pasal 169 ayat (1) dan ayat (2), pimpinan DPRD menyampaikan nama calon pengganti antar waktu dari partai politik yang bersangkutan kepada gubernur melalui bupati; Paling lambat 7 (tujuh) hari sejak menerima nama anggota DPRD yang diberhentikan dan nama calon pengganti antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4), bupati mengusulkan pengganti antar waktu kepada gubernur; Dalam hal setelah waktu 7 (tujuh) hari sebagaimana dimaksud ayat (5) bupati tidak mengusulkan penggantian antar waktu, gubernur dapat meresmikan penggantian antar waktu anggota DPRD; Paling lambat 14 (empat belas) hari sejak menerima usulan penggantian antar waktu dari bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Gubernur meresmikan pemberhentian dan pengangkatan anggota DPRD; Sebelum memangku jabatannya, anggota DPRD pengganti antar waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (7) mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh pimpinan DPRD; Penggantian antar waktu anggota DPRD tidak dilaksanakan apabila sisa masa jabatan anggota DPRD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan;

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8) (9)

(10) Dalam hal pemberhentian antar waktu anggota DPRD dilaksanakan dalam waktu sisa masa jabatannya kurang dari 6 bulan, keanggotaan DPRD tersebut dikosongkan sampai berakhirnya masa jabatan anggota DPRD. Bagian Ketiga Pemberhentian Sementara Pasal 175 (1) Anggota DPRD diberhentikan sementara karena : a. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana umum yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; atau b. menjadi terdakwa dalam perkara tindak pidana khusus. (2) Dalam hal anggota DPRD yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah menduduki jabatan sebagai pimpinan DPRD, selain diberhentikan sementara sebagai anggota DPRD juga diberhentikan sementara sebagai pimpinan DPRD; Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diusulkan oleh pimpinan DPRD kepada gubernur melalui bupati untuk DPRD;

(3)

52

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(4)

dalam hal setelah 7 (tujuh) hari sejak yang bersangkutan ditetapkan sebagai terdakwa, pimpinan DPRD tidak mengusulkan pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud ayat (3) sekretaris DPRD melaporkan kepada bupati; Gubernur memberhentikan sementara sebagai pimpinan dan/atau anggota DPRD atas usul bupati sebagaimana dimaksud ayat (3); Dalam hal pimpinan DPRD diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (5), untuk mengisi pimpinan DPRD yang diberhentikan sementara ditetapkan pelaksana tugas pimpinan DPRD yang berasal dari partai politik asal pimpinan DPRD yang diberhentikan sementara; Anggota DPRD yang diberhentikan sementara, mendapatkan hak keuangan tertentu berupa uang representasi, uang paket dan tunjangan jabatan; Dalam hal anggota DPRD dinyatakan terbukti bersalah karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, anggota DPRD yang bersangkutan diberhentikan sebagai anggota DPRD terhitung mulai tanggal putusan pengadilan memiliki kekuatan hukum tetap; Dalam hal anggota DPRD dinyatakan tidak terbukti melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a atau huruf b berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka : a. anggota DPRD yang bersangkutan diaktifkan kembali apabila masa jabatannya belum berakhir; b. anggota DPRD yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat apabila masa jabatannya sudah berakhir. BAB XX SISTEM PENDUKUNG Bagian Kesatu Sekretariat DPRD Pasal 176

(5) (6)

(7) (8)

(9)

(1)

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan wewenang DPRD, dibentuk sekretariat DPRD yang susunan organisasi dan tata kerjanya ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh seorang sekretaris DPRD yang diangkat dan diberhentikan dengan keputusan bupati atas persetujuan pimpinan DPRD; Sekretaris DPRD dan pegawai sekretariat DPRD berasal dari pegawai negeri sipil; Sekretaris DPRD mempunyai tugas dan bertanggungjawab atas seluruh aspek administrasi perkantoran, perencanaan program dan penganggaran, penatausahaan anggaran serta penyusunan laporan kinerja dan akuntansi keuangan DPRD. Bagian Kedua Kelompok Tenaga Ahli Paragraf 1 Tenaga Ahli Alat Kelengkapan Pasal 177

(2)

(3) (4)

(1)

Dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenang DPRD, dibentuk kelompok pakar atau tenaga ahli; 53

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

(2)

Kelompok pakar atau tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bekerja sesuai dengan pengelompokan tugas dan wewenang DPRD yang tercermin dalam alat-alat kelengkapan DPRD; Kelompok pakar atau tim ahli paling sedikit memenuhi persyaratan : a. berpendidikan serendah rendahnya strata satu (S1) dengan pengalaman kerja paling singkat 5 (lima) tahun, strata dua (S2) dengan pengalaman kerja paling singkat 3 (tiga) tahun, atau strata tiga (S3) dengan pengalaman kerja paling singkat 1 (satu) tahun; b. menguasai bidang yang diperlukan; dan c. menguasai tugas dan fungsi DPRD.

(3)

(4)

Tenaga ahli untuk alat-alat kelengkapan sebanyak-banyaknya 4 (empat) orang dengan kriteria sebagai berikut: a. seorang tenaga ahli bidang hukum pidana, dengan tugas, kewajiban dan tanggungjawab membantu komisi-I, badan legislasi, badan kehormatan dan seluruh aspek hukum pidana yang melekat di dalam tugas dan fungsi alat-alat kelengkapan DPRD lainnya; seorang tenaga ahli bidang hukum tata pemerintahan, dengan tugas, kewajiban dan tanggungjawab membantu komisi I, badan legislasi, badan kehormatan dan seluruh aspek hukum tata pemerintahan yang akan melekat di dalam keseluruhan tugas alat-alat kelengkapan DPRD lainnya; seorang tenaga ahli dengan bidang perencanaan program dan penganggaran, dengan tugas, kewajiban dan tanggungjawab membantu bomisi II, komisi III, badan anggaran, dan seluruh aspek perencanaan program dan penganggaran yang melekat di dalam keseluruhan tugas alat-alat kelengkapan DPRD lainnya; seorang tenaga ahli bidang penganggaran dan akuntansi, dengan tugas, kewajiban dan tanggungjawab membantu komisi II, komisi III, badan anggaran dan seluruh aspek penganggaran dan akuntansi yang melekat di dalam keseluruhan tugas alat-alat kelengkapan DPRD lainnya;

b.

c.

d.

(5)

Tenaga ahli yang diperbantukan kepada alat-alat kelengkapan DPRD wajib menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pada setiap akhir bulan dan akhir tahun anggaran kepada pimpinan DPRD dan sekretaris DPRD. Paragraf 2 Tenaga Ahli Fraksi Pasal 178

(1) (2)

Untuk membantu fraksi dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggungjawabnya, diangkat 1 (satu) orang tenaga ahli; Tenaga ahli fraksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bertugas membantu fraksi dalam merumuskan konsep pemandangan umum dan pemandangan akhir fraksi atas setiap permasalahan yang sedang dilaksanakan oleh fraksi; Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), diperbantukan pada fraksi melakukan kegiatan sebagai berikut : tenaga ahli yang

(3)

a. mendalami seluruh aturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan fungsifungsi fraksi; b. mendalami seluruh substansi program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah pada setiap tahun anggaran; c. mengkaji dan mendalami substansi KUA, PPAS dan RKA-SKPD pada setiap tahun anggaran dan menyampaikan hasil kajiannya kepada pimpinan fraksi dalam bentuk pokok-pokok pikiran fraksi tentang KUA, PPAS dan RKA-SKPD; 54

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

d. mengkaji dan mendalami substansi LKPJ-KDH dan menyampaikan hasil kajiannya dalam bentuk konsep tentang catatan dan rekomendasi fraksi terhadap LKPJ-KDH; e. mengkaji dan mendalami substansi rancangan peraturan daerah dan menyampaikan hasil kajiannya dalam bentuk pokok-pokok pikiran fraksi tentang rancangan peraturan daerah yang sedang dalam pembahasan; f. menyiapkan bahan dan risalah yang diperlukan pimpinan dan anggota fraksi sebelum menghadiri rapat, rapat kerja dan kunjungan kerja;

g. membantu menyusun rumusan notulensi hasil rapat dan kunjungan kerja yang sudah dilaksanakan oleh pimpinan dan anggota fraksi. (4) Tenaga ahli yang diperbantukan kepada fraksi wajib menyampaikan laporan kinerja pelaksanaan tugas dan tanggungjawab pada setiap akhir bulan dan akhir tahun anggaran kepada pimpinan fraksi dan Sekretaris DPRD. Paragraf 3 Administrasi Penugasan Tenaga Ahli Pasal 179 (1) Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 177 dan pasal 178 diangkat, diberhentikan dan diganti dengan ketentuan sebagai berikut : a. tenaga ahli yang diperbantukan kepada alat-alat kelengkapan DPRD diangkat, diberhentikan dan diganti dengan keputusan sekretaris DPRD atas usul alat kelengkapan yang menggunakan tenaga ahli dimaksud dan dilaporkan kepada rapat paripurna; tenaga ahli yang diperbantukan kepada fraksi diangkat, diberhentikan dan diganti dengan keputusan sekretaris DPRD atas usul fraksi dan dilaporkan kepada rapat paripurna;

b.

(2)

Masa penugasan tenaga ahli yang diperbantukan kepada alat-alat kelengkapan dan fraksi adalah berdasarkan kontrak kerja selama 12 (dua belas) bulan atau kurang dalam setiap tahun anggaran; Untuk membantu alat-alat kelengkapan dalam menyelesaikan tugas, fungsi dan wewenangnya, dapat diangkat tenaga ahli on-call, yang dikontrak untuk penugasan jangka pendek; Penugasan tenaga ahli jangka pendek sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pada pasal ini dapat berupa : a. penyiapan naskah akademis yang akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun rancangan peraturan daerah usul hak inisiatif DPRD dan/atau tanggapan DPRD terhadap rancangan peraturan daerah yang disampaikan oleh kepala daerah; penyusunan risalah dan kajian tentang perencanaan dan penganggaran yang akan digunakan DPRD sebagai dasar untuk membahas KUA, PPAS, RKA-SKPD dan RAPBD; penyusunan pandangan pakar tentang issu - issu strategis daerah lainnya sesuai dengan tugas, fungsi dan wewenang DPRD;

(3)

(4)

b.

c. (5) (6)

Sekretaris DPRD menyediakan ruang kerja dan peralatan kerja pendukung berupa alat-alat tulis kantor serta honorarium sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku; Hasil evaluasi terhadap laporan kinerja tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada pasal 177 ayat (5) digunakan oleh pimpinan DPRD sebagai dasar untuk memberhentikan dan/atau memperpanjang masa penugasan tenaga ahli tersebut; Hasil evaluasi terhadap laporan kinerja tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam pasal 178 ayat (4) digunakan oleh pimpinan fraksi sebagai dasar untuk mengusulkan pemberhentian dan/atau perpanjangan masa penugasan tenaga ahli tersebut kepada pimpinan DPRD.

(7)

55

Tata Tertib DPRD Kabupaten Tana Toraja

BAB XXI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 180 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam peraturan ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dan tata kerja, dapat diatur lebih lanjut dengan keputusan pimpinan DPRD dengan ketentuan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. BAB XXII KETENTUAN PENUTUP Pasal 181 Dengan berlakunya peraturan ini, maka peraturan DPRD kabupaten Tana Toraja Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Tertib DPRD kabupaten Tana Toraja dinyatakan tidak berlaku. Pasal 182 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan atau kesalahan dalam peraturan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan pada tanggal : : di Makale 7 Mei 2012

PIMPINAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA


Ketua

Welem Sambolangi, SE Wakil Ketua Wakil Ketua

Semuel Eban K. M, SH

Esther Datu Palloan

56

Anda mungkin juga menyukai