Anda di halaman 1dari 35

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah


Profesi kedokteran dan tenaga medis lainnya dianggap sebagai profesi yang mulia (officium nobel) dan terhormat dimata masyarakat. Seorang dokter sebelum melakukan praktek kedokterannya atau melakukan pelayanan medis telah melalui pendidikan dan pelatihan yang cukup panjang, begitu pula para tenaga medis lainnya. Sekarang ini tuntutan profesionalitas terhadap profesi dokter dan para tenaga medis lainnya makin tinggi. Salah satu profesionalitas yang di maksudkan adalah mengenai pelayanan para tenaga medis terhadap pasiennya. Mengamati pemberitaan media massa akhir-akhir ini, banyak sorotan masyarakat terhadap buruknya kualitas pelayanan para tenaga medis yang cenderung kurang memperhatikan dan membeda-bedakan pasien, khususnya pasien cacat, apalagi yang kurang mampu. Namun di sisi lain, para tenaga medis lainnya dan bahkan pemerintah, maupun warga sipil biasa yang justru memberikan pelayanan maupun bantuan khusus yang lebih baik terhadap pasien penyandang cacat. Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan di butuhkan kasih sebagai landasan para tenaga medis dalam melakukan setiap pekerjaannya. Ini bertujuan agar para tenaga medis dapat memberikan pelayanan terbaik kepada para pasiennya dengan terlebih dahulu berempati terhadap pasien. Salah satu cara berempati yang dapat di gunakan adalah dengan cara menganggap pasien tersebut seperti keluarga sendiri yang sangat butuh bantuan dan pertolongan yang maksimal dari kita selaku tenaga medis. Secara otomatis, hati kita sebagai para tenaga medis pasti akan tergerak untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada mereka tanpa membeda-bedakan mereka satu sama lain, khususnya pelayanan terhadap pasien cacat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran kasus-kasus pelayanan khusus bagi pasien cacat berdasarkan sumber data/kliping yang dikumpulkan? 2. Bagaimana tinjauan etis Kekristenan mengenai pelayanan pasien cacat? 3. Apa kesimpulan dan saran dari kliping yang dibahas ?

BAB II PEMBAHASAN
A. KUMPULAN KLIPING

Kedalaman Rasa Ikhlas Merawat Bayi-bayi Cacat yang Telantar


Minggu, 05 September 2010, 20:09 WIB

Berita Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sepintas, bayi berusia dua minggu di dalam inkubator itu tampak sehat. Matanya terpejam sambil sesekali menendang-nendangkan kaki dan menggerak-gerakkan tangan dengan lembut. Kulitnya putih menggemaskan. Namun siapa nyana, bayi itu memiliki kelainan bawaan. "Ia mengidap kelainan pada saluran pencernaan dan pembuangan fesesya," jelas dokter spesialis anak Rinawati Rohsiswanto, salah satu dokter di unit Perinatologi, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Menurut dokter Rinawati, bayi tersebut tak memiliki saluran yang menghubungkan lambung dan usus, juga tak memiliki saluran penghubung usus ke lubang feses. "Alhasil bayi ini selalu muntah jika diberikan makan dan minum," jelas dokter. "Jika tidak cepat ditolong, maka bayi ini akan kekurangan pangan dan mengalami dehidrasi." Untung saja, tim dokter di unit Perinatologi bertindak cepat. Sebuah tim kecil yang terdiri dari dokter ahli anastesi, gastrologi, termasuk dokter Rina berhasil menyambungkan saluran yang terputus antara lambung dengan usus dengan tindakan bedah. "Alhamdullillah, walau kami masih harus melakukan tindakan bedah sekali lagi untuk yang di bagian bawah namun sementara ini cukup dulu sambil menunggu kondisi bayi pulih." Kedua orang tua bayi tersebut, Muhammad Yanto (32) dan Zubaedah (32) hanya bisa pasrah. Saya sudah menjual rumah untuk biaya tindakan bedah anak kami ini, ujar Yanto lirih. Tentu, biaya tindakan bedah yang mencapai bilangan puluhan juta rupiah tak sanggup disandang oleh pegawai pabrik rendah tersebut. "Saya belum tahu bagaimana lagi mengumpulkan biaya untuk tindakan bedah selanjutnya." Biaya pengobatan untuk kasus di atas memang mahal. Dokter Risnawati menjelaskan, biaya minimal untuk sekali tindakan bedah saja mencapai Rp 15 juta. "Bahkan kalau di Rumah Sakit Swasta bisa mencapai empat puluh juta untuk sekali tindakan bedah," jelasnya. Itu belum termasuk biaya rawat inap, biaya obat-obatan dan perawatan menjelang dan pasca bedah. "Namun walau bagaimanapun, sebagai rumah sakit pemerintah, kami mencoba untuk memberikan pelayanan secepat dan setepat mungkin. Seperti dalam kasus bayi ini, meski belum ada kepastian tentang biaya, kami lakukan saja dulu tindakan bedahnya sambil berharap nanti ada jalan keluar untuk tanggungan biayanya," papar Risnawati. Bayi-bayi cacat yang terlantar Sejak didirikan pada dua tahun silam, unit Perinatologi RSCM banyak menampung bayi-bayi yang memiliki kelainan dan terlantar. Unit Perinatologi sendiri adalah unit yang dikhsuskan untuk merawat

bayi usia 0-1 bulan yang memiliki kelainan. "Sejatinya unit ini diperuntukkan bagi semua bayi yang mengidap kelainan ketika lahir, seperti lahir prematur dan memiliki kelainan bawaan," jelas Risnawati. Pada praktiknya, bayi-bayi yang mereka terima kebanyakan adalah bayi-bayi yang berasal dari keluarga miskin dan tidak mampu, meski tetap ada beberapa yang terlahir dari keluarga mampu. "Ini dapat dimaklumi mengingat ibu-ibu yang berasal dari kalangan tidak mampu biasanya tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan untuk menjaga kandungan mereka agar tetap sehat yang pada ujungnya berakibat buruk bagi janin yang mereka kandung," jelasnya. Dengan kapasitas incubator 44 unit, kamar-kamar di bagian Perinatologi ini seringkali kebanjiran pasien. Beberapa orang bayi yang belum tertampung terpaksa diinapkan sementara di kamar-kamar rawat inap untuk pasien dewasa. Bayi-bayi itu juga sering ditelantarkan orang tua mereka. "Bukan baru sekali ada kejadian ibu yang meninggalkan begitu saja bayi prematur yang dilahirkannya," ujar Risnawati. Bayi-bayi yang kemudian ternyata dapat pulih normal setelah di-inkubator lebih beruntung. "Banyak pihak yang ingin menagdopsi mereka sebagai anak, baik dari pribadi maupun yayasan yatim piatu," jelas Risnawati. Namun tidak demikian halnya dengan bayi-bayi yang terlahir cacat atau punya kelainan bawaan. "Banyak yang tak mau mengambil mereka karena tidak mau terbebani dengan biaya perawatan ke depan," ujar dokter anak itu. Padahal, tentu menjadi tanggung jawab semua pihak untuk turut mengurus mereka. Memahami kendala di atas, BAZNAS dengan layanan Rumah Sehat Sunda Kelapa (RSMASK) tergerak untuk bekerja sama dengan unit Perinatologi RSCM dalam memberi layanan bagi bayi-bayi cacat dan terlantar tersebut. "Kami dari unit Perinatologi siap memberikan pelatihan bagi para perawat dari RSMASK tentang perawatan bayi-bayi dengan kelainan khusus," ungkap Risnawati semangat. "Perawatnya selain cekatan juga harus lemah lembut, jauh lebih lemah lembut dibandingkan merawat pasien dewasa," jelas Risnawati sambil tersenyum. Melalui kemitraan ini, RSMASK diharapkan dapat menyediakan ruang Perinatologi khusus dengan inkubatornya sehingga bayi-bayi yang belum tertampung di RSCM dapat ditampung di RSMASK dan diberi perawatan yang tepat. "Tindakan memang harus dilakukan dengan cepat dan tepat karena bila tidak akan terlambat," jelas Risnawati. Direktur RSMASK, dr Fachry menyambut baik gagasan ini. "Insya Allah usulan itu sejalan dengan upaya RSMASK untuk menjadi Rumah Sakit Transit RSCM pertama di tanah air, " ujar Fachry. Bila sesuai rencana, Insya Allah akhir tahun ini RSMASK akan menjadi RS Transit RSCM yang bertugas menampung pasien-pasien yang belum mendapatkan perawatan di RSCM. "Sembari menunggu ruang rawat kosong, mereka diinapkan di RSMASK dan menjalani prawatan di sini," tutur dokter yang juga dosen di FKUI ini. Tentu, ini semua akan dapat terwujud optimal dengan dukungan dana para muzakki. Insya Allah, dengan demikian, kita dapat memikul amanah memelihara bayi-bayi cacat yang terlantar yang dititipkan Allah SWT kepada kita yang mampu. Amin.

Yayasan Wings Siap Bebaskan Penderita Cranio Facial


Wednesday, 03 December 2008, 05:38 WIB

Berita Terkait
SURABAYA--Yayasan Wings Peduli Kasih bertekat meringankan keluarga anak penderita Cranio Facial (cacat wajah) di Indonesia. Kiprah sosial yayasan milik kelompok usaha Wings ini akan bekerja sama dengan pihak Yayasan Citra Baru Surabaya (YCBS) dan Rumah Sakit (RS) Surabaya Internasional (RSSI) yang disepakati dan di tandatangani ketiga belah pihak Selasa (2/11) di RSSI Jalan Nginden Surabaya Menurut Ketua Yayasan Wing Peduli Kasih Fredy I Katuary, pihak YCBS yang aktif mengurus anak-anak cacat sejak lahir itu akan mencari anak yang bernasib malang tersebut diseluruh Indonesia. Karena pihak yayasan Wings siap menyiapkan pendanaanya untuk menyelamatkan masa depan mereka. "Kami mempersiapkan pembiayaan, YCBS yang memburu dan melakukan pendampingan pasien selama operasi dan pasca operasi," kata Fredy Selasa (2/11) di RSSI' Selain itu lanjut Fredy, pihaknya juga akan memberikan program jangka panjang akan membawa anak-anak dengan celah bibir dan langit-langit yang berasal dari keluarga Wings termasuk dari jalur distribusi produk Wings untuk mendapatkan pelayanan operasi dan rekontruksi. "Jadi tidak hanya operasi kosmetik tetapi juga secara fungsional,"terangnya Dalam kerjasama menyelamatkan anak penderita karena gen tersebut pihak RSSI akan menyediakan kamar operasi tenaga perawat dan tempat perawatan pasien selama di rumah sakit tanpa dipungut biaya serta memberikan harga khusus bagi pemeriksaan diagnostik dan menyediakan dokter sepesialis selain tim dokter yang disiapkan YCBS. "Disamping program Cranio Facial RSSI bersama dengan Yayasan Wings juga menyediakan pelayanan pengobatan anak yang lahir cacat," kata Direktur RSSI Sulung Budianto Selasa (2/11) usai penendatanganan kerjasama tersebut Sejumlah dokter yang bakal terlibat dalam program ini adalah, Prof Dr dr Djohansjah Marzoeki SP BP (K) dari RSU Dr Soetomo Surabaya yang akan bergabung dengan sejumlah dokter spesialis dari RSSI. Dokter ahli yang akan turun langsung adalah dokter spesialis bedah plastik, Bedah Syaraf, Anesthesi, Anak, Radiologi, THT, Pathologi Klinik dan dokter gigi spesialis Orthodonsi. "Pada tahap permulaan kerjasama ini diberikan 20 orang anak, RSSI akan menyelesaikan operasi dalam satu minggu 1 sampi 2 orang anak," jelas Sulung Diungkapkan Ny Marie Basofi Sudirman pimpinan YCBS yang berkantor di Jl Barito 11 Surabaya tersebut, di Indonesia penderita yang sejak dalam kandungan kurang nutrisi dan gizi tersebut di dominasi di Indonesia wilayah timur, seperti di daerah Bau-Bau (Sulawesi Tenggara) ada 1000 lebih penderita anak. "Ini karena Mening Cole atau dari janin yang tidak sempurna. Kalau di Jawa Timur terbanyak berada di wilayah Probolinggo dan Ponorogo,"ungkapnya. Isteri mantan Gubernur Jatim Basofi Sudirman ini menambahkan, yayasan yang dipimpinya nanti dalam kerjasama dengan yayasan Wings akan memberikan tempat tinggal keluarga pasien selama di Surabaya hingga pemulangan ke tempat tinggal masing-masing. "Ini adalah bentuk kepedulian yayasan Wings yang luar biasa. Kita akan memanfaatkan semaksimal mungkin untuk menolong anak bangsa yang kurang beruntung," pungkas Marie di RSSI Surabaya. uki/pt

Indonesia Tidak Ramah Bagi Penyandang Cacat


M Rizki Maulana - detikNews
Kamis, 23/06/2011 20:13 WIB

Jakarta Sektor pelayanan publik di Indonesia kembali mendapat sorotan tajam dari masyarakat luas. Masyarakat menganggap bahwa sektor pelayanan publik di Indonesia masih sangat buruk, terutama bagi mereka penyandang cacat. Keluhan ini disampaikan oleh Adi seorang penyandang tuna netra dari Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) dalam diskusi yang bertajuk 'Menggugat Negara Atas Kelalaian dalam Memberikan Pemenuhan Hak Dasar dan Perlindungan Sosial Bagi Masyarakat Indonesia' di Kantor LBH Jakarta, Jl Diponegoro no 74, Jakarta Pusat, Kamis (23/6/2011) Menurut Adi, kadangkala kebijakan di level pusat sudah baik namun di level daerah implementasinya masih sangat kurang. Ini merupakan dampak dari otonomi daerah (otda) yang meemberikan kebebasan kepada daerah untuk membuat sendiri Perda mereka. "Masih banyak gedung-gedung perkantoraan terutama yaang berada di daerah, yang belum memberikan fasilitas kemudahan akses bagi para penyandang cacat," terangnya. Selain masalah aksesibilitas gedung, Adi juga pernah mengalami pengalaman yaang tidak nyaman ketika ingin melakukan perjalanan menggunakan pesawat. Ia mengaku sebelum naik pesawat disuruh untuk menandatangani sebuah surat pernyataan yang tidak akan menuntut apabila penyakit yang dideritanya semakin parah. "Saya jelas tidak mau karena saya bukannya sakit, saya ini penyandang cacat," tegasnya. Masalah yang dihadapi oleh para penyandang cacat tidak sebatas itu saja. Di sektor pendidikan mereka juga mengeluhkan tentang buku materi pelajaran yang bentuknya masih belum mendukung bagi penyandang cacat. Ini disampaikan oleh Jaka (35),yang juga merupakan penyandang tuna netra. Ia menyatakan keprihatinannya terhadap nasib teman-temannya yang masih sekolah namun juga mempunyai keterbatasan. "Saya kasian dengan adik-adik saya sesama penyandang tuna netra yang masih bersekolah. Memang mereka mendapat buku gratis dari pemerintah namun masih berbentuk konvensional, seharusnya mereka kan mendaapat versi audiobook atau braille," terangnya. Meski masih merasa dipinggirkan, para penyandang cacat tetap berharap pemerintah melakukan perbaikan di sektor pelayanan publik tidak hanya bagi penyandang cacat tapi ke masyarakat luas. Apalagi momen hari pelayanan publik sedunia yang jatuh tepat di hari Kamis ini bisa jadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan perbaikan.

Makasih Kakak untuk Kursi Rodanya"


Tribunnews.com - Jumat, 23 Maret 2012 10:52 WIB

TRIBUNNEWS.COM - Pelayanan terhadap anak- anak cacat ganda adalah tanggung jawab setiap orang dengan tidak membedakan status dan latar belakangnya Adalah Poong Nam Choi, seorang warga negara Thailand yang memiliki hati yang mulia serta kepedulian sosial yang tinggi terhadap anak-anak di Indonesia yang memiliki cacat ganda dan terlantar atau yang orang tuanya tidak mampu memberikan perawatan. Ia melihat, di Indonesia masih banyak anak-anak cacat ganda belum tertangani dengan baik dalam hal perawatan maupun dalam hal pendidikan formal serta keterampilannya. Kondisi ini disebabkan karena keterbatasan yayasan atau organisasi yang khusus menangani anak-anak cacat serta infrastruktur pendidikan yang masih terbatas, jelas Poong. Atas dasar itulah kemudian dia mendirikan sebuah yayasan bernama Heesu yang berfungsi untuk merawat anak-anak yang memiliki cacat ganda. Dengan tagline Cahaya Cinta, Pong seolah mengajak setiap orang untuk dapat terlibat dalam penanganan dan perawatan anak-anak cacat ganda. Alfamart dan Heesu Komitmen Poong dalam merawat anak-anak cacat ganda juga mengetuk hati PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk sebagai perusahaan pengelola jaringan minimarket Alfamart untuk berbuat sesuatu bagi anak-anak cacat ganda terutama yang ada di Yayasan Heesu. Kami datang langsung ke Yayasan Heesu dan melihat bagaimana anak-anak di yayasan tersebut tumbuh dan berkembang. Sungguh miris ketika harus melihat anak-anak ngesot di lantai karena terbatasnya kursi roda yang ada, jelas Choirullah, Corporate Communication Manager Alfamart, Kamis (22/3/2012). Melihat kenyataan yang ada di yayasan yang beralamat di Cileungsi, Jawa Barat, Alfamart pun merasa terpanggil untuk turut andil membantu perawatan anak-anak cacat ganda di Indonesia khususnya yang ada di Yayasan Heesu. Meski sudah dua tahun lalu, namun raut wajah bahagia mereka saat menerima pemberian kursi roda baru dari Alfamart terus membekas. Tak henti mereka berucap syukur dan terimakasih, tutur Choirullah.

Samsat Ciledug Sediakan Layanan Bagi Orang Cacat dan Ibu Hamil

Jumat, 15 Januari 2010, 21:07 WIB

Berita Terkait
JAKARTA--Samsat Ciledug menyediakan ruangan khusus bagi orang manula, cacat dan ibu hamil dalam mengurus pajak kendaraan. Mereka hanya perlu menunggu di ruangan ber-AC, sementara para petugas akan mengurus berkas-berkas mereka hingga tuntas. "Manula hanya duduk manis, kemudian petugas yang akan mengurus surat-surat pajaknya," ujar Iptu Sumpono, paur STNK Samsat Ciledug seperti dilansir laman TMC Polda Metro Jaya pada Jumat (15/1). Segala sarana fasilitas Samsat dan personilnya, lanjut Sumpono, telah siap untuk melayani semua wajib pajak kendaraan. Hanya saja, kata Sumpono, Samsatnya masih bertindak sebagai kantor pembantu, sehingga untuk mutasi belum bisa dilayani. "Untuk pengurusan mutasi masih di Samsat cabang Cikokol," cetusnya. Mengingat besarnya jumlah wajib pajak yang mengurus surat-suratnya dalam setiap harinya, Sumpono mengimbau agar Samsat yang dipimpinnya itu statusnya definitif, sehingga dipimpin Kasubsi berpangkat AKP. Terlebih didukung oleh pelayanan yang prima. "Setiap hari wajib pajak yang dilayani antara 400-500 orang, denga target sekitar Rp 60 miliar per tahun," tandas Sumpono.

54 Penyandang Cacat Dapat Kaki Palsu


Wisnubrata | Minggu, 25 Januari 2009 | 12:22 WIB

Share:

MATARAM, MINGGU Sebanyak 54 orang penyandang cacat tunadaksa dan polio di Pulau Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), mendapat kaki dan tangan palsu yang diberikan secara gratis oleh Sai Study Group (SSG) Mataram, Minggu (25/1). Sebanyak 54 orang penyandang cacat itu berasal dari Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, dan Sumbawa. Para penyandang cacat itu kehilangan kaki atau tangan baik sejak lahir, diamputasi karena terkena penyakit tertentu maupun akibat kecelakaan. Harga material kaki palsu itu di pasaran berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 4 juta yang ukurannya sampai lutut dan berkisar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta untuk ukuran sampai pangkal paha. Sementara harga tangan palsu relatif lebih murah dari kaki palsu, tetapi tidak berbeda jauh. Ketua SSG Mataram, Ketut Sudiartha, yang didampingi wakil ketuanya, Wayan Suwanda, mengatakan, pemasangan kaki dan tangan palsu itu merupakan bagian dari kegiatan pelayanan sosial kelompok studi Weda yang berbasis di Mataram, ibu kota Provinsi NTB, secara berkelanjutan. "Pemasangan kaki dan tangan palsu ini merupakan kegiatan ketiga sejak tahun 2008 dan telah mencakup 156 orang penyandang cacat tunadaksa dan polio dari berbagai kabupaten/kota di wilayah NTB, termasuk 54 orang yang pemasangannya pada hari ini," ujarnya. Sudiartha mengatakan, kegiatan pertama pemasangan kaki dan tangan palsu di wilayah NTB dilaksanakan 18 Oktober 2008 yang diawali dengan tahapan pemeriksaan anatomi kaki dan tangan pada 26 Agustus 2008. Kegiatan kedua, tanggal 23 November 2008 setelah pemeriksaan dan pengukuran kaki dan tangan para penyandang cacat yang dilaksanakan 19 Oktober 2008. "Kegiatan kedua tanggal 23 November itu merupakan hari istimewa karena bertepatan dengan hari ulang tahun ke-83 Sad Guru organisasi sosial Weda yang berbasis di India yakni Bhagawan Sri Sathya Sai Baba," ujarnya. Sementara kegiatan ketiga yang tahapan pemasangannya terlaksana pada tanggal 23 Januari 2009 itu, telah diawali dengan tahapan pemeriksaan dan pengukuran kaki dan tangan 54 orang penyandang cacat yang menjadi sasaran program kemanusiaan itu pada 3 Januari lalu.

112 Penyandang Cacat Akan Terima Jamsos


| Benny N Joewono | Senin, 17 Januari 2011 | 18:00 WIB

Share:

KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO

Saat ini, ada 96 anak didik, mulai TK (sekolah luar biasa/SLB) sampai SMA (SLB). Selain itu, masih di gedung yang sama, juga ada 40 pasien yang sedang menjalani terapi.

AMBON, KOMPAS.com - Sedikitnya 112 penyandang cacat berat di kota Ambon, Ibu kota provinsi Maluku menerima bantuan program jaminan sosial tahun 2011 dari Kementerian Sosial. "Tahun ini jumlah penerima bantuan bertambah 3 orang, sebelumnya tahun 2010, 109 orang penyandang cacat berat di lima kecamatan di Kota Ambon, menerima bantuan sebesar Rp300 ribu per bulan," kata Kepala Dinas Sosial setempat, M. Namsa, di Ambon, Senin (17/1/2011). Menurut Namsa, program jaminan sosial penyandang cacat berat (PJSPCB) telah dilaksanakan di Ambon sejak tahun 2009. "Bantuan bagi penyandang cacat berat ini digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti makan, minum dan biaya pengobatan," katanya. Anggaran tersebut disalurkan langsung dari Kemensos melalui PT Pos dan Giro. Selanjutnya disalurkan kepada penerima bantuan didampingi petugas dari Dinsos kota Ambon. Proses menerima bantuan yakni petugas Dinsos Ambon mendata penerima bantuan, kemudian data fisik dikirimkan ke pihak Kemensos. Proses verifikasi langsung dilakukan Kemensos dengan melihat langsung kondisi fisik calon penerima bantuan. "Program tersebut diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar lanjut usia mencakup makanan, peningkatan gizi, transportasi dan biaya perawatan," katanya.

Rabu, 24 Juni 2009 , 10:42:00

Layanan Kesehatan bagi Penyandang Cacat


UNTUK meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat di sektor kesehatan, khususnya bagi penyandang cacat, Pemkot Samarinda melalui program Dinas Kesejahteraan Sosial belum lama ini melaksanakan rehabilitasi sosial penyandang cacat melalui Unit Pelayanan Sosial Keliling. Pembangunan kesejahteraan sosial sebagai bagian integral dari pembangunan nasional mengupayakan, agar tidak seorangpun warga negara termasuk penyandang cacat tidak terjangkau pembangunan ungkap Kadis Kesejahteraan Sosial Kota Samarinda Drs HA Indra Hadi MSi dalam pelayanan kesehatan di Balai Desa Kelurahan Sempaja Selatan baru-baru ini. Menurut Indra, penyandang cacat masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pihaknya terus mengupayakan agar mereka memperoleh hak dan kesempatan yang sama dalam mengembangkan kemampuan itu, termasuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan. Namun demikian terkait penyandang cacat ini Indra menyebut masih ditemui beberapa permasalahan, termasuk sikap keluarga dan masyarakat yang ragu-ragu terhadap kemapuan mereka. Bahkan ada pula indikasi kurangnya sikap peduli serta keterbatasan jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilakukan. Baik oleh pemerintah maupun organisasi sosial lainnya, timpalnya. Ditambahkan Indra, selain melakukan pelayanan kesehatan keliling, pihaknya menyalurkan bantuan usaha ekonomis produktif melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBe), pelayanan penanganan ketrampilan penyandang cacat ke tempat rehabilitasi di luar daerah serta penyaluran alat bantuan. Berupa kursi roda, alat pendengaran, tongkat bahkan tangan dan kaki palsu.

Jangan Pernah Menyerah Anakku


Tribunnews.com - Jumat, 23 Maret 2012 10:56 WIB
Share42

Share Email Print

Text +

tribunnews.com/srihandriatmo malau

Berita Lainnya

PMI Ajak Insan Otomotif Membantu Anak Cacat "Makasih Kakak untuk Kursi Rodanya" Meski di Kursi Roda, Wahyu Ngotot Ikut Tarik Tambang Setelah Menikah Shezi Idris Gemuk Karena Hormon Shezi Idris Cegah Anak Cacat Dengan Herbal 229 Ribu Anak Berkebutuhan Khusus Tak Bisa Sekolah

TRIBUNNEWS.COM - Setiap anak Indonesia yang menderita kanker berhak memperoleh pengobatan dan perawatan yang sebaik-baiknya, termasuk hak belajar dan bermain selama perawatan di rumah sakit Nurul (8), terlihat sangat menikmati bermain sepeda mini bersama teman-temannya di rumah bercat putih yang ada di daerah Kramat, Senen, Jakarta Pusat. Di ruangan lain rumah yang disebut RUMAH KITA tersebut tampak pula anak-anak sebayanya yang sedang asyik bermain pasir yang ada dalam sebuah bak. Di antara mereka, gadis kecil bernama Latifah (4) sedang sibuk memunguti balok warna-warni yang berserakan di lantai dan dikemudian disusunnya sesuai dengan bentuknya. Raut wajahnya sontak riang gembira saat ia berhasil menyusun balok berbentuk kotak dan segitiga itu hingga menjulang tinggi. Di balik keriangan Nurul, Latifah dan teman-temannya di RUMAH KITA ternyata tersimpan duka yang sangat mendalam. Mereka adalah bocah-bocah lucu yang tubuhnya digerogoti sel-sel kanker. Ya, mereka berada di Rumah Kita milik Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) adalah untuk menjalani perawatan jalan atas penyakitnya. RUMAH KITA merupakan tempat tinggal sementara bagi anak-anak yang terkena kanker dan sedang menjalani rawat jalan dari luar kota. Lokasinya hanya beberapa kilometer dari Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta dan bisa dijangkau dengan angkutan umum. Di tempat itu, anak-anak yang menderita kanker bisa menikmati hak untuk tumbuh, bermain, dan belajar. Rumah itu juga berfungsi sebagai tempat berkumpul sesama penderita sehingga bisa saling berbagi rasa dan pengalaman sekaligus sarana sosialisasi antarkeluarga penderita. Para penghuni menyiapkan makanan, memasak, dan mencuci pakaian seperti di rumah sendiri. Pengelolaan dilakukan secara bergotong royong, penuh kekeluargaan, tanpa dipungut biaya atau membayar Rp 5.000 per hari bagi yang mampu. Adapun beras, minyak goreng, dan bumbu masak disediakan pengelola. Keceriaan anak-anak pengidap kanker tersebut membuat Alfamart pun tergugah. Sebagai minimarket yang memiliki jaringan cukup luas, Alfamart mencoba untuk turut berpartisipasi dalam membantu mereka. Keceriaan mereka tak boleh hilang, kami ingin melihat mereka juga bisa seperti anak normal lainnya yang bisa

bermain, belajar bahkan berkarya. Mereka berhak mendapatkan perawatan, tutur Velina Yulianti, Marketing Director Alfamart, Jakarta, Kamis (22/3/2012). Beragam bantuan pun coba disalurkan Alfamart ke RUMAH KITA guna meringankan beban mereka mulai dari sembako, kendaraan bermotor sampai mobil untuk operasional. Melaui jaringan gerainya, Alfamart dan YKAKI pun pernah menggalang dana dengan meluncurkan gerakan @ksi Rp 10.000 YKAKI. Menurut Velina, gerakan tersebut untuk menyambut Hari Anak Kanker Sedunia (World Child Cancer Day) yang jatuh setiap tanggal 15 Februari. Setiap bulan, Alfamart juga rutin mengirimkan bantuan sembako ke RUMAH KITA 1 dan 2. Harapan kami mereka tetap semangat dalam menjalani perawatan, jangan menyerah. Dan bagi keluarga yang mendampinginya juga tetap tabah dan sehat. Never-never give up, jangan pernah menyerah, kata Velina.

Walikota Serahkan Alat Bantu Kaki dan Tangan Palsu


Penyandang Cacat Harus Diperhatikan dan Diberikan Layanan Khusus

(Analisa/said harahap) Walikota Medan, Drs H Rahudman Harahap, MM bersama pembina Yayasan Surya Kebenaran Internasional (YSKI) Dr RE Nainggolan disaksikan Wakil Walikota Medan, Drs Dzulmi Eldin S, MSi, Kadis Kesehatan Kota Medan, dr Edwin Effendi,MSc berdialog dengan penerima bantuan alat kaki dan tangan palsu di halaman Kantor Camat Medan Petisah Jalan Iskandar Muda Medan, Selasa (1/11). Medan, (Analisa). Walikota Medan Drs H Rahudman Harahap MM menyerahkan alat bantu kaki dan tangan palsu kepada sekitar 300 orang penyandang cacat di halaman Kantor Camat Medan Petisah Jalan Iskandar Muda Medan, Selasa (1/11). Penyerahan bantuan kaki dan tangan palsu ini merupakan hasil kerjasama Pemko Medan melalui Dinas Kesehatan Kota Medan dengan Yayasan Surya Kebenaran Internasional (YSKI) dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan warga. Menurut Walikota, pemberian bantuan ini merupakan rangkaian dari kegiatan bakti sosial yang selama ini dilakukan YSKI selaku mitra Pemko Medan dalam rangka HUT Kota Medan ke-421. Diharapkan bantuan kaki dan tangan palsu ini bisa bermanfaat untuk meringankan aktifitas para penyandang cacat sehari-hari. "Saya merasakan kuatnya nuansa kekeluargaan, kepedulian dan kesetiakawanan di tempat ini. Tentunya ini sangat membanggakan bagi kita semua dan pantas dipertahankan, serta ditingkatkan menjadi modal sosial bagi pembangunan. Untuk itu saya menyampaikan rasa simpati dan apresiasi setinggi-tingginya bagi YSKI. Ini merupakan wujud tanggung jawab moral dan tanggung jawab sosial kepada masyarakat yang mebutuhkan," kata Walikota. Karenanya, Walikota berharap agar yayasan-yayasan yang lain bisa mengikuti langkah yang telah dilakukan YSKI ini. Bantuan itu bisa diberikan untuk penyandang cacat lainnya seperti tuli, bibir sumbing maupun yang lainnya. Sebab, penyandang cacat merupakan bagian dari warga Kota Medan yang tidak boleh dimarginalkan dari pembangunan kota. "Penyandang cacat harus diharus diperhatikan dan diberikan layanan khusus. Artinya, tidak hanya diberikan alat bantu tetapi juga fasilitas umum yang disesuaikan dengan kebutuhan para penyandang cacat. Kita harus memandang penyandang cacat sebagai mahluk Tuhan yang juga memiliki potensi atau kelebihan sehingga dapat dilatihdan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat," ungkapnya.

Dijelaskannya, Pemko Medan tidak hanya semata mengurus masalah fisik semata, termasuk persoalan yang terjadi di tengah masyarakat, salah satunya menyangkut para penyandang cacat. Untuk itu perlu mendapat dukungan semua pihak. Dukungan ini dapat diperoleh jika dijalin sinergitas dengan masyarakat. "Hal ini sudah terbukti dengan pemberian bantuan kaki dan tangan palsu yang dilaksanakan hari ini. Pemberian kaki dan tangan palsu ini tidak menggunakan dana dari APBD. Seluruh dananya berasal dari YSKI. Untuk itu saya berharap kita dapat terus meningkatkan karya dan partisipasi bagi pembangunan kota," ujarnya seraya mengajak untuk membangun indahnya kebersamaan dan kesetiakawanan tanpa membeda-bedakan satu sama lainnya. Penjaringan Sebelumnya, Kadis Kesehatan Kota Medan dr Edwin Effendi dalam laporannya mengatakan, sebelum pemberian bantuan kaki dan tangan palsu ini diberikan, pihaknya bekerjasama dengan YSKI lebih dahulu melakukan penjaringan bagi para penyandang pendapat. Setelah itu dilakukan pengukuran sehingga kaki dan tangan palsu yang diberikan enak digunakan. "Pemasangan kaki dan tangan palsu yang dilakukan hari ini untuk 300 penyandang cacat. Namun hanya sebagian saja yang mendapatkannya. Selebihnya akan kita berikan langsung di domisili penyandang cacat tinggal. Kita harapkan bantuan ini bisa dipergunakan untuk memudahkan para penyandang cacat dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Untuk kedepan jumlah penyandang cacat yang mendapat bantuan kaki dan tangan palsu bisa lebih banyak lagi,"" harap Edwin. Sementara itu RE Nainggolan selaku Pembina YSKI dalam sambutannya mengatakan, bantuan yang dilakukan ini untuk mewujudkan keinginan Walikota Medan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya. Keinginan itu langsung disambut YSKI dengan memberikan bantuan kaki dan tangan palsu. RE menjelaskan, kaki dan tangan palsu yang diberikan ini kualitasnya lebih baik. Terbuat dari bahan viber sehingga bisa digerakkan dan ditekuk. Selain itu beratnya lebih ringan dibandingkan kaki dan tangan palsu selama ini. "Jika berat kaki palsu selama biasanya 6 sampai 7 kilogram namun berat kaki palsu yang kita berikan kali ini jauh lebih ringan karena beratnya hanya 2 sampai 2,5 kilogram sehingga nyaman digunakan penyandang cacat," jelas RE. Penyerahan bantuan kaki dan tangan palsu ini turut dihadiri Wakil Walikota Drs H Dzulmi Eldin MSI, Sekda Ir Syaiful Bahri, pengurus YSKI yakni Ny Anita dan Ny Nanan Abdillah serta sejumlah pimpinan SKPD dan Camat di lingkungan Pemko Medan. (maf)

Operasi Sumbing Gratis untuk Anak Tidak Mampu


Leo Sunu | Abd | Senin, 19 Oktober 2009 | 18:19 WIB Dibaca: 63

Share:

JAKARTA, KOMPAS.com Operation Smile, sebuah organisasi kesehatan internasional yang berbasis di Amerika Serikat, akan mengadakan operasi gratis bagi penderita bibir sumbing dan cacat wajah. Operasi cuma-cuma ini secara khusus ditujukan untuk anak-anak dan remaja dari kalangan tidak mampu. Ditargetkan sekitar 80 pasien dari kalangan tidak mampu di wilayah Jabodetabek akan mendapatkan pelayanan operasi yang sedianya akan diselenggarakan di Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara, mulai 8-13 November 2009. Prof Dr dr Johansjah Marzoeki sebagai penanggung jawab kegiatan mengatakan, aksi sosial ini dilakukan secara penuh mulai operasi awal di usia anak hingga nanti sampai usia remaja. "Biasanya, aksi sosial operasi sumbing dan cacat wajah hanya dilakukan dengan hit and run. Namun, Operation Smile akan melakukan tindakan medis hingga penderita bisa betul-betul pulih seperti orang normal lainnya," jelas Johansjah, Senin (19/10) di Jakarta. Dipaparkannya, operasi sumbing dan cacat wajah sejenis sangat berbeda dengan operasi kesehatan lainnya. Menurut Djohan, penderita sumbing membutuhkan operasi dan penanganan yang berkesinambungan dan melibatkan berbagai ahli medis di berbagai bidang. "Mulai dari ahli anastesi, ahli kulit, psikolog, hingga ahli terapi bicara akan dilibatkan dalam aksi sosial ini," tuturnya. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ini, penderita bibir sumbing tidak akan dipungut biaya apa pun. Cukup dengan mendaftarkan diri ke sejumlah tempat yang telah ditunjuk oleh panitia, antara lain ke puskesmas terdekat di seluruh wilayah DKI Jakarta, Pos Pelayanan Kesehatan TNI AL (RS TNI AL), IGD RS Pluit Kelapa Gading, dan di Gedung Graha Pena lantai 10. Pendaftaran akan dibuka mulai hari ini dan paling lambat pada tanggal 31 Oktober. "Ini merupakan kegiatan sosial awal. Ke depannya kami akan melakukan aksi sosial semacam ini dengan target dan wilayah yang lebih banyak lagi," tandas Djohansjah.

Rumah Sakit Hasan Sadikin Akui Tolak Pasien Miskin Bayi Tanpa Anus
Kamis, 22 Juli 2010 | 19:22 WIB TEMPO Interaktif, Bandung - Rumah Sakit Umum Pusat dr Hasan Sadikin Bandung mengakui adanya penolakan terhadap pasien miskin bayi tanpa anus yang telah dijadwalkan operasi beberapa hari lalu. Alasannya, masa berlaku kartu Jaminan Kesehatan Daerah orang tua bayi asal Kabupaten Bandung Barat itu sudah tak berlaku. "Kalau suratnya lengkap bisa masuk mudah," kata Direktur RSHS Rizal Chaidir di rumah sakit itu Kamis (22/7). Rizal mengatakan, pihak rumah sakit hanya mau menerima pasien miskin yang datang dengan persyaratan lengkap. Berkas itu untuk membuktikan biaya berobat pasien miskin ditanggung pemerintah lewat kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat atau Jaminan Kesehatan Daerah. "Di sinilah permasalahannya, pasien sendiri tidak tahu dijamin atau tidak, cuma (bawa) keterangan surat keterangan RT RW," ujarnya. Selain syarat tersebut, pasien miskin lain diminta kembali ke daerah asalnya karena kamar penuh, antrian pasien sangat panjang, dan penyakitnya bisa ditangani Rumah Sakit Umum Daerah atau Puskesmas. Di luar alasan tersebut, RS Hasan Sadikin berkenan menolong pasien yang jiwanya terancam atau berisiko cacat. Direktur Medik dan Keperawatan RS Hasan Sadikin Rudi Kurniadi Kadarsah mengatakan, 60 persen pasien yang ditangani berasal dari keluarga miskin. Adapun penyakit terbanyak pada 2009 misalnya kemoterapi, persalinan, demam berdarah, dan gagal ginjal. Rumah sakit tersebut belum bisa meningkatkan pelayanan karena kekurangan perawat. Memindahkan pasien ke rumah sakit lain pun masih jadi perkara sulit.
ANWAR SISWADI ,

Pemerintah Dinilai Belum Perhatikan Penyandang Cacat

TEMPO Interaktif, Jakarta -Para penyandang cacat atau difabel di Surakarta merasa bahwa keberadaannya belum diperhatikan pemerintah. Salah satu contohnya dari tidak adanya akses khusus bagi difabel. Misalnya jalur khusus di jalan untuk pengguna kursi roda atau kemudahan ketika naik bus, terang Joko Slamet, Asisten Manajer Proyek Pusat Pengembangan Rehabilitasi Bersumber daya Masyarakat Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. Soeharso, kepada wartawan Rabu (5/5). Selain itu, dari sekitar 1.600 penyandang cacat di Surakarta, hanya 15 persen yang ditampung dalam panti-panti khusus penyandang cacat. Dia mengakui bahwa keterbatasan pemerintah selama ini karena belum ada pihak yang secara khusus melayani keluhan difabel. Dinas Sosial disebutnya hanya mengurusi masalah-masalah sosial seperti anak terlantar, gelandangan, dan sebagainya. Belum menyentuh kami, ujar sosok yang menggunakan kursi roda tersebut. Karenanya, dia berupaya membentuk tim advokasi difabel untuk menerima dan memberi solusi terhadap segala permasalahan difabel. Tim inilah yang akan menjadi ujung tombak dalam penanganan difabel di Surakarta, katanya. Tim akan terdiri dari dinas terkait, advokat, tokoh masyarakat, hingga perwakilan difabel. Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Surakarta Singgih Yudoko mengakui bahwa selama ini belum banyak memperhatikan para penyandang cacat. Kami masih mendata dulu berapa jumlah difabel yang warga Solo, tuturnya. Pendataan sendiri terkadang terhambat oleh pihak keluarga yang menyembunyikan kondisi anggota keluarganya yang cacat. Padahal data yang akurat menjadi dasar dalam penanganan difabel, ujarnya. Terkait keluhan aksesbilitas, dia berjanji akan segera membicarakan dengan dinas terkait. UKKY PRIMARTANTYO

54 Penyandang Cacat Dapat Kaki Palsu


Wisnubrata | Minggu, 25 Januari 2009 | 12:22 WIB

MATARAM, MINGGU Sebanyak 54 orang penyandang cacat tunadaksa dan polio di Pulau Lombok dan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), mendapat kaki dan tangan palsu yang diberikan secara gratis oleh Sai Study Group (SSG) Mataram, Minggu (25/1). Sebanyak 54 orang penyandang cacat itu berasal dari Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Lombok Utara, dan Sumbawa. Para penyandang cacat itu kehilangan kaki atau tangan baik sejak lahir, diamputasi karena terkena penyakit tertentu maupun akibat kecelakaan. Harga material kaki palsu itu di pasaran berkisar antara Rp 2 juta hingga Rp 4 juta yang ukurannya sampai lutut dan berkisar Rp 5 juta hingga Rp 6 juta untuk ukuran sampai pangkal paha. Sementara harga tangan palsu relatif lebih murah dari kaki palsu, tetapi tidak berbeda jauh. Ketua SSG Mataram, Ketut Sudiartha, yang didampingi wakil ketuanya, Wayan Suwanda, mengatakan, pemasangan kaki dan tangan palsu itu merupakan bagian dari kegiatan pelayanan sosial kelompok studi Weda yang berbasis di Mataram, ibu kota Provinsi NTB, secara berkelanjutan. "Pemasangan kaki dan tangan palsu ini merupakan kegiatan ketiga sejak tahun 2008 dan telah mencakup 156 orang penyandang cacat tunadaksa dan polio dari berbagai kabupaten/kota di wilayah NTB, termasuk 54 orang yang pemasangannya pada hari ini," ujarnya. Sudiartha mengatakan, kegiatan pertama pemasangan kaki dan tangan palsu di wilayah NTB dilaksanakan 18 Oktober 2008 yang diawali dengan tahapan pemeriksaan anatomi kaki dan tangan pada 26 Agustus 2008. Kegiatan kedua, tanggal 23 November 2008 setelah pemeriksaan dan pengukuran kaki dan tangan para penyandang cacat yang dilaksanakan 19 Oktober 2008. "Kegiatan kedua tanggal 23 November itu merupakan hari istimewa karena bertepatan dengan hari ulang tahun ke-83 Sad Guru organisasi sosial Weda yang berbasis di India yakni Bhagawan Sri Sathya Sai Baba," ujarnya. Sementara kegiatan ketiga yang tahapan pemasangannya terlaksana pada tanggal 23 Januari 2009 itu, telah diawali dengan tahapan pemeriksaan dan pengukuran kaki dan tangan 54 orang penyandang cacat yang menjadi sasaran program kemanusiaan itu pada 3 Januari lalu

Dua Desa Jadi "Gudang" Anak Cacat


Josephus Primus | primus | Sabtu, 23 Januari 2010 | 18:57 WIB BANDUNG, KOMPAS.com - Sebanyak 170 anak di desa Margaluyu, Kecamatan Pangalengan dan Desa Mekarsari, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung ditemukan mengalami kecacatan beragam seperti grahita, netra, rungu ataupun lumpuh akibat faktor kemiskinan dan bawaan genetik. Dirjen Pelayanan Sosial Kementerian Sosial RI, Mamur Sunusi di Bandung, Sabtu (23/1/2010), menjelaskan sebanyak 102 anak ditemukan di Desa Margaluyu, Kecamatan Pangalengan sedangkan 68 anak dengan kecacatan berada di Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay. "Jumlah anak dengan kecacatan di wilayah tersebut termasuk tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Jawa Barat," katanya. Berdasarkan data, mayoritas anak ini memiliki kecacatan grahita atau terbelakang akibat adanya pernikahan antarsaudara dekat dan faktor ekonomi karena banyaknya orang tua yang hanya menjadi buruh di perkebunan teh, jelas Mamur. Sedangkan, di Kecamatan Ciparay yang merupakan daerah urban, penyebabnya lebih pada kekurangan gizi, proses kelahiran dan genetik. "Kami telah melakukan berbagai proses pengkajian atas kasus ini," ujarnya. "Terkuaknya kasus ini saat pemerintah membentuk Forum Komunikasi Keluarga Dengan Anak Cacat (FKKDAC) di tingkat provinsi hingga desa/kelurahan di hampir seluruh wilayah Indonesia dan ternyata muncul angka-angka tersebut," katanya. Menurut Kasubdit Layanan Sosial Anak Dengan Kecacatan, Yelmita ketidak mengertian orang tua tentang proses melahirkan ataupun asupan gizi saat hamil merupakan penyebab utama di dua desa tersebut banyak ditemukan kasus. "Hal ini karena mereka miskin dan tidak memiliki pendidikan yang cukup," katanya. Akses jalan menuju rumah sakit yang terlampau jauh dan rasa malu memiliki anak cacat semakin membuat para orang tua tidak melakukan tindakan medis apapun kepada anaknya, katanya menegaskan. Dengan dibentuknya FKKDAC di tingkat provinsi atau Ikatan Keluaga Dengan Anak Cacat (IKDAC) di tingkat desa yang memiliki kader-kader binaan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat maka diharapkan semakin banyak orang tua yang "melek" akan pentingnya melaporkan kasus ini ke lurah atau kepala desa setempat. "Dengan melaporkan kasus ini ke aparat pemerintahan setempat maka kami sebagai pelaksana bidang sosial akan langsung memberikan bantuan edukasi maupun kebutuhan dasar bagi anak dengan kecacatan tersebut," ujarnya. Sementara itu, Kepala Dinas Sosial, Kependudukan, dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, Djamu

Kertabudi menuturkan jumlah keseluruhan anak dengan kecacatan di wilayahnya sebanyak 1.811 orang atau 0,17 persennya dari jumlah anak di Kabupaten Bandung yaitu 1.044.498 orang. "Penanganan yang kami lakukan untuk sementara adalah melkaukan pendekatan kepada masyarakat tentang keterbukaan informasi atas kondisi anak dengan memberikan pembekalan kepada para pendamping," katanya. Djamu menyambut baik adanya bantuan dari pemerintah pusat karena selama ini anggaran dari APBD Kabupaten Bandung masih belum mampu menutupi seluruh kebutuhan yang ada untuk anak dengan kecacatan. Kementerian Sosial memberi bantuan kepada 37 anak dengan kecacatan di Desa Margaluyu Pangalengan dan 38 anak dengan kecacatan di Desa Mekarsari Kecamatan Ciparay berupa kursi roda, alat pendengaran, kaki palsu dan beberapa barang lainnya yang dibutuhkan dengan nilai total per anak sebesar Rp2 juta. Pada 2010 ini bantuan serupa akan diberikan kepada anak dengan kecacatan di Kepulauan Riau dan Bengkulu.

Bantuan Tanggap Darurat untuk Anak Cacat Yurnaldi | I Made Asdhiana | Jumat, 3 September 2010 | 23:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI Makmur Sanusi, Jumat (3/9/2010) di RSCM, Jakarta, menyerahkan bantuan sosial tanggap darurat sebesar Rp 12 juta kepada Trusti Moelyono, Ketua Umum Yayasan Sayap Ibu Bintaro, yang selama ini penyantuni dan merehabilitasi anak cacat terlantar. "Bantuan sosial tanggap darurat merupakan salah satu wujud tanggung jawab pemerintah kepada anak-anak cacat terlantar. Pasal 59 UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menegaskan, anak yang menyandang cacat merupakan kelompok anak yang membutuhkan perhatian dan perlindungan khusus, baik oleh keluarga, masyarakat, maupun pemerintah," kata Makmur Sanusi. Seusai menyerahkan bantuan, Makmur Sanusi didampingi Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM, Bambang Supriyatno dan Trusti Moelyono, mengunjungi seorang pasien anak cacat yang dirawat di ruang isolasi. Pasien tersebut bernama Ilham Nail Pangestu, kelahiran 2 Februasi 2008. Ilham menderita hernia dan sudah menjalani operasi secara gratis di RSCM dan kini masih dalam perawatan di RSCM. Makmur Sanusi mengakui, karena keterbatasan pengetahuan, pemahaman dan informasi yang ada pada keluarga yang memiliki anak dengan kecacatan, menyebabkan terkendalanya keluarga dalam memberikan pelayanan dalam menangani anak tersebut. Demikian juga para petugas dan penyelenggara pelayanan dan rehabilitasi sosial anak cacat, menyebabkan tidak optimalnya pelayanan yang diberikan. Menjawab permasalahan tersebut, Kementerian Sosial mempunyai salah satu program, yakni Program Kesejahteraan Sosial Anak, yang salah satunya adalah anak dengan kecacatan. "Mendukung dan menguatkan peran keluarga dan masyarakat sebagai pilar utama dalam menjamin pemenuhan hak-hak anak dengan kecacatan, sehingga anak bisa melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar di dalam keluarga dan masyarakat," ungkapnya. Trusti Moelyono mengatakan, selain Ilham, Yayasan Sayap Ibu Bintaro juga sudah menindaklanjuti lima anak cacat lainnya, bekerjasama dengan beberapa rumah sakit, seperti di RSCM, RS Fatmawati, RS Budi Asih, Jakarta. "Syukur, anak-anak dengan kecacatan itu mendapatkan pelayanan operasi dan perawatan secara gratis," ujarnya. Bambang Supriyatno menjelaskan, hampir 80 persen anak-anak yang dirawat di RSCM adalah dari keluarga tidak mampu. Namun demikian, RSCM tetap memperlakukan dan melakukan tindakan menurut semestinya. "RSCM menjamin selama tiga hari, tanpa apa pun. Setelah itu, keluarga pasien diminta mengurus surat-surat yang diperlukan," jelasnya.

Menurut Bambang dan Makmur Sanusi, untuk menangani anak-anak cacat dari keluarga tidak mampu ini, perlu diikat oleh suatu kesepahaman bersama (MoU) antara pihak Kementerian Sosial, Kementrian Kesehatan, dan RSCM.

B. RANGKUMAN KLIPING

1. Criminal Malpractice yang bersifat sengaja (intesional) Pada kliping yang kami kumpulkan, kliping 1 dan 2 merupakan criminal malpractice yang bersifat sengaja.Pada kliping nomor 1, seorang dokter dan seorang suster ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi karena melakukan praktik aborsi ilegal Yang dilakukan sebuah klinik pengobatan di Jakarta. Pada kliping nomor 2, seorang dokter melakukan aborsi ilegal dimana pada tempat prakteknya ditemukan sedikitnya empat janin bayi.

2. Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) Pada kliping yang kami kumpulkan, kliping 3,4,6,9 merupakan criminal malpractice yang bersifat ceroboh.Ceroboh menurut KBBI adalah perbuatan yang tidak dipikirkan baik-baik,contohnya adalah salah diagnosis dan melakukan tindakan medis tanpa informed consent.Pada kliping nomor 3, seorang pasien didiagnosa oleh dokter berinisial IB mengalami typus.Namun dokter tersebut tanpa meminta izin keluarga dengan memotong usus sang anak sepanjang 6 cm dengan alasan pasien sakit usus buntu.Namun, akibat operasi tersebut kondisi pasien semakin parah hingga mengalami infeksi usus.Pada kliping nomor 4, seorang gadis kehilangan keperawanannya karena seorang dokter umum melakukan penguretan tanpa izin keluarganya.Pada kliping nomor 6, seorang dokter kandungan berhasil melakukan operasi caesar, namun ia salah diagnosis,dimana ada janin kedua yang ketinggalan.Bayi kedua lahir secara normal, meskipun kondisi bayi sudah dalam keadaan meninggal dan membusuk.Pada kliping nomor 9, seorang bidan mendiagnosis pasien setelah hamil lima bulan.Pada umur 10 bulan pembesaran perut yang disangka kehamilan itu, Yuyun memeriksakan diri ke dokter kandungan, namun setelah di USG ternyata ia bukan hamil namun menderita tumor indung telur. 3. Criminal malpractice yang bersifat lalai (negligence) Pada kliping yang kami kumpulkan, kliping 5,7,8,10 merupakan criminal malpractice yang bersifat lalai.Lalai menurut KBBI adalah perbuatan yang kurang hati-hati,misalnya perbuatan yang kurang hati-hati yang mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien.Pada kliping nomor 5, seorang dokter menjadi seorang

pasien yang mengidap penyakit pembesaran prostat jinak dengan gejala sangat ringan.Di RS Omni Medical Center untuk mengobati penyakitnya dengan metode Trans Urethal Needle Ablation (TUNA).Namun belakangan ini, ia malah mengalami pendarahan hebat, susah kencing, dan kencing berdarah.Pada kliping nomor 7, seorang bayi berusia 8 bulan dua ruas jari kelingking tangan kanannya putus dan nyaris seluruh jari di tangan tersebut mengerucut.Awalnya bayi tersebut diinfus di tangan kanannya dan dibalut perban. waktu dibuka perbannya, tangannya sudah ungu, bernanah, dan bengkak-bengkak.Dokter memutuskan mengamputasi jari bayi tersebut karena takut racun cairan tersebut menyebar.Pada kliping nomor 8, seorang pasien mengalami bocor usus setelah jalani operasi tumor rahim disebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Namun pihak rumah sakit membantah telah melakukan malpraktek.Pada kliping nomor 10, dua dokter dituding melakukan malpraktek yang mengakibatkan seorang pasien meninggal dunia.Pasien meninggal karena tidak mendapat perawatan yang sesuai dengan standar dari pihak rumah sakit.

4. Civil Malpractice Pada kliping yang kami kumpulkan, kliping 11,12,13 merupakan civil malpractice.Pada kliping nomor 11, dokter dan pelaku medis menyalahgunakan profesinya. Pemberian antibiotika secara massal diberikan oknum dokter kepada para pekerja seks yang dihargai mahal.Perputaran uang malpraktek tersebut mencapai Rp.15 miliar per bulan. Pada kliping nomor 12, seorang pasien,tubuhnya meringkih karena sebuah kateter yang tersimpan di perutnya selama dua setengah tahun. Pipa kateter tersebut ia dapatkan seusai menjalani electrocorporeal shock wave lithotrity (ESWL), pemecahan batu ginjal tanpa operasi.Namun, dokter dan perawat tidak memberitahukan adanya kateter di perut pasien yang harus diangkat kembali dari tubuh pasien.Pada kliping nomor 13, seorang pasien mengaku dirugikan dengan hasil analisis kesehatan yang dilakukan dokter spesialis jantung. Dia mengaku, hasil pemeriksaan lanjutan yang dilakukan tidak menemukan adanya penyempitan pembuluh koroner. Namun, dokter tersebut justru mengklaim, jantung pasien bermasalah dan memaksa harus dipasangi cincin atau katerisasi koroner.Pasien tersebut mengalami sakit pada bagian dada setelah pemasangan cincin.

5. Administrative Malpractice Pada kliping yang kami kumpulkan, kliping 15 merupakan administrative malpractice karena orang yang melakukan tindakan medis tersebut bukanlah orang yang mempunyai keahlian dan kewenangan dalam melakukan tindakan tersebut. Terkadang ini tidak bisa juga disebut sebagai malpraktek yang diakibatkan oleh pelaku medis. Karena Administrative Malpractice bisa dilakukan oleh siapa saja, termasuk kalangan non-medis. Pada kliping nomor 15, pasien berusia 4 tahun menjadi korban malpraktek yang dilakukan oleh seorang mantri gadungan. Empat jari tangan sebelah kanan korban putus satu persatu setelah sebelumnya disuntik oleh sang mantri sebanyak 20 kali.Kini pasien tersebut menanggung cacat seumur hidup.

C. Tinjauan Etis Tentang Malpraktek


A. Pengertian dan Jenis-Jenis Malpraktek Istilah malpraktek berasal dari kata Mal yang berarti salah atau jelek dan Practice yang berarti praktek. Dengan demikian secara sederhana dapat diartikan malpraktek adalah praktek yang salah atau praktek yang jelek. Black Law Dictionary merumuskan malpraktek sebagai any professional misconduct, unreasonable lack of skill or fidelity in professional or judiacry duties, evil practice, or illegal or immoral conduct (perbuatan jahat dari seorang ahli, kekurangan dalam keterampilan yang dibawah standar, atau tidak cermatnya seorang ahli dalam menjalankan kewajibannya secara hukum, praktek yang jelek atau ilegal atau perbuatan yang tidak bermoral).1

World Medical Association (WMA) pada tahun 1992, memberikan definisi tentang malpraktek medis yaitu kegagalan untuk memenuhi standar pengobatan dan perawatan yang menimbulkan cedera pada pasien atau adanya kekurangan keterampilan atau kelalaian dalam pengobatan dan perawatan yang menimbulkan cedera pada pasien. WMA juga mengingatkan tidak semua kegagalan medis merupakan malpraktek kedokteran.

Isfandyarie,Anny, Malpraktek Dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005, hal 46-47

B. Jenis-Jenis Malpraktek Ngesti Lestari dan Soedjatmiko membedakan malpraktek medik menjadi dua bentuk, yaitu malpraktek etik (ethical malpractice) dan malpraktek yuridis (yuridical malpractice), ditinjau dari segi etika profesi dan segi hukum.

Ethical Malpractice
Yang dimaksud dengan malpraktek etika adalah tenaga kesehatan melakukan

tindakan yang bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya seorang Dokter yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika kedokteran. Etika kedokteran yang dituangkan dalam Kode Etik Kedokteran merupakan seperangkat standar etis, prinsip, aturan atau norma yang berlaku untuk seluruh dokter.

Yuridical Malpractice
Soedjatmiko membedakan malpraktek yuridis ini menjadi tiga bentuk, yaitu malpraktek perdata (civil malpractice), malpraktek pidana (criminal malpractice) dan malpraktek administratif (administrative malpractice).2

1. Criminal malpractice (Malpraktek Pidana) Malpraktek pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang cermat dalam melakukan upaya perawatan terhadap pasien sehingga mengakibatkan meninggal dunia atau cacat.

2. Civil malpractice (Malpraktek Perdata) Malpraktek perdata terjadi apabila terdapat hal-hal yang menyebabkan tidak terpenuhinya isi perjanjian (wanprestasi) didalam transaksi terapeutik oleh tenaga kesehatan, atau terjadinya perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad), sehingga menimbulkan kerugian kepada pasien.

Ibid, Hal 33

Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain: A. Tidak melakukan apa yang seharusnya wajib dilakukan. B. Melakukan apa yang menurut seharusnya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya. C. Melakukan apa yang menurut seharusnya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna. D. Melakukan apa yang menurut seharusnya tidak dilakukan.

3. Administrative malpractice Tenaga medis dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga medis tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga medis untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga medis. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

D. Tinjauan Etika Kristen Terhadap Malpraktek Berdasarkan Alkitab


Sebagai pelaku medis, seharusnya melakukan pekerjaan dengan sukacita dan kasih seperti pada 1 Korintus 16:14 dan lakukan dengan segenap hatimu seperti pada Kolose 3:23 sehingga hasil dari pekerjaan tersebut dapat membuahkan hasil yang baik.Tugas seorang dokter adalah menyembuhkan orang yang sakit,seperti Yesus memanggil kedua belas murid-Nya untuk menyembuhkan penyakit-penyakit (Luk 9:1-6). Sebagaimana juga yang telah kita ketahui, terkadang malpraktek juga dapat terjadi karena ketiadaan kasih meskipun sang medis sudah memiliki pengetahuan medis yang sudah baik. Ketika mereka hanya mengandalkan ilmu yang mereka miliki saja tanpa adanya kasih yang menyertainya terkadang atau sering malpraktek menjadi ancaman dalam dunia medis. Seperti yang tertulis didalam 1 Korintus 13:2 : Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku memiliki seluruh pengetahuan ; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku

tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Ketiadaan komunikasi yang baik dan interaksi serta kedekatan antara pasien dan dokter bisa menghalangi komunikasi dokter pasien yang dapat menyebabkan salah diagnosa. Dalam dasa Titah, kita diperintahkan untuk menghargai hidup dan dilarang untuk menghilangkan nyawa orang lain dan diri kita sendiri, seperti dalam kliping nomor 10 dan 14. Kehidupan manusia merupakan suatu karunia Allah yang berharga dan, karenanya, harus diperlakukan dengan penuh penghargaan. Menerima hidup dan menghargai manusia berarti menerima dan menghargai manusia dengan seluruh eksistensinya sebagai badan dan jiwa (jasmani dan rohani) dan ini berhubungan erat dengan penciptaan manusia sebagai citra Allah (Kej 1:27). Terhadap larangan Jangan Membunuh,di dalam Alkitab tercantum pula tuntutan positif, yakni mengasihi sesama (Im19:18; Mat 22:39; Mar 12:31; Luk 10:27).Di hadapan Tuhan Sang Pencipta manusia sangat berharga. Panggilan hidup seorang dokter adalah sebagai hamba kehidupan. Kita harus ingat, bahwa harga hidup seseorang manusia di hadapan Tuhan sangat tinggi sehingga semua orang tidak boleh gegabah terhadap hidup manusia3. Dalam injil Kisah Para Rasul 3:16, Allah adalah sumber kesembuhan,segala penyakit disembuhkan oleh-Nya.Lewat perantara dokter,Allah menyembuhkan umat-umat-Nya yang terkena penyakit.Oleh karena itu seharusnya dokter benar-benar tahu apa yang harus dilakukan,dan melakukan profesinya sesuai dengan hukum dan kode etik yang telah ditetapkan,tidak melanggarnya yang dapat mengakibatkan malpraktek. Sebagai warga negara yang baik, kita harus mematuhi peraturan-peraturan dan hukum yang berlaku dalam suatu negara,begitu juga dalam dunia medis,para pelaku medis tidak boleh melanggar hukum yang berlaku dalam dunia medis, dimana jika pelaku medis melanggar hukum tersebut akan dihukum sesuai dengan hukum yang telah ditetapkan. Seperti dalam injil Titus 3:1 yang mengajak kita agar kita selalu taat terhadap hukum yang terdapat didalamnya. Hal ini dikarenakan pemerintah juga ditetapkan oleh Allah untuk mengatur tindakan manusia. Sehingga kita mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah kita perbuat.

Brotosudarmo, Drie S. 2007. Etika Kristen untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: ANDI

Berdasarkan UU Di Indonesia
Hubungan pasien dengan dokter adalah suatu Perikatan Berusaha(Inspanningsverbintenis) yaitu di mana dalam melaksanakan tugasnya dokter berusaha untuk menyembuhkan atau memulihkan kesehatan pasien. Namun tidak jarang juga menimbulkan tuntutan karena dokter diduga melakukan suatu tindakan malpraktek. Oleh karena itu dibutuhkan undang-undang yang jelas untuk mengaturnya. Dalam memberikan jasa ini dokter tidak boleh dan tidak mungkin dapat memberikan jaminan/garansi kepada pasiennya. Dan dokter juga tidak dapat dipersalahkan begitu saja apabila hasil usahanya itu tidak sesuai dengan yang diharapkan, sepanjang dalam melakukannya dokter telah mematuhi standart profesi dan menghormati hak-hak pasien (Pasal 53 ayat 2 UU Kesehatan). Tidak kalah pentingnya adalah fungsi sosial yang melekat pada rumah sakit sebagaimana diatur dalam Pasal 57 ayat 2 UU Kesehatan. Arti dari fungsi sosial disini adalah bahwa dalam menyelenggarakan kegiatan setiap sarana kegiatan baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat harus memperhatikan pelayanan kesehatan golongan masyarakat yang kurang mampu dan tidak sematamata mencari keuntungan. Jika seseorang tanpa keahlian dan kewenangan melakukan pengobatan atau perawatan dengan sengaja akan diancam pidana penjara maksimal 5 tahun dan atau denda 100 juta rupiah (pasal 82 UU No 23 Tahun 1992), dan apabila tindakan tersebut menimbulkan luka berat ancaman pidana tersebut ditambah dan apabila menimbulkan kematian ancaman pidana ditambah 1/3 (pasal 83 UU No 23 Tahun 1992). Dokter juga manusia,juga dapat melakukan kealpaan. Namun kealpaan tersebut juga harus diproses dalam hukum karena menyangkut nyawa seseorang. Apabila seseorang karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka berat sedemikian rupa sehingga timbul penyakit dan dia tidak dapat melaksanakan pekerjaannya selama waktu tertentu akan mendapat ancaman pidana sesuai dengan KUHP Pasal 360 ayat 1 dan 2. Dan apabila menyebabkan orang lain meninggal akan mendapat ancaman pidana sesuai dengan KUHP pasal 359.
Pasal 1365 KUH Perdata menentukan bahwa setiap perbuatan yang melawan

hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang karena
salahnya menerbitkan kerugian ini mengganti kerugian tersebut

Jenis pidana yang paling sering dituntutkan kepada dokter adalah pidana kelalaian yang mengakibatkan luka (pasal 360 KUHP), atau luka berat atau mati (pasal 359 KUHP), yang dikualifikasikan dengan pemberatan ancaman pidananya bila dilakukan dalam rangka melakukan pekerjaannya (pasal 361 KUHP). Sedangkan pidana lain yang bukan kelalaian yang mungkin dituntutkan adalah jika seseorang tanpa keahlian dan kewenangan melakukan pengobatan atau perawatan (pasal 82 UU No 23 Tahun 1992) seperti pada kliping 14 dan 15, aborsi ilegal (pasal 349 KUHP, pasal 347 dan 348 KUHP) seperti pada kliping 1 dan 2, penipuan dan misrepresentasi (pasal 382 KUHP) seperti pada kliping 11. Gugatan ganti rugi akibat suatu kelalaian medik dapat diajukan apabila keseluruhan unsur-unsur kelalaian dapat dipenuhi (Pasal 1365 KUH Perdata, Pasal 1366 KUH Perdata, Pasal 1367 KUH Perdata, Pasal 55 Undang-Undang No 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 1371 KUH Perdata)4

Hanafiah, M.Jusuf dan Amri Amir.1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3.Jakarta: EGC

BAB III PENUTUP


3.1. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan kami terhadap kliping yang kami kumpulkan, kami dapat menarik kesimpulan bahwa dalam pelayanan kesehatan modern terjadi hubungan hukum antara tenaga kesehatan dan pasien, dimana potensi untuk terjadinya kesalahan, ketidakcermatan yang kita kenal dengan malpraktek pasti terjadi baik karena kesalahan dari seorang dokter yang melakukan tindakannya yang cereboh, ataupun karena komunikasi seorang dokter pasien yang kurang baik, sehingga menimbulkan suatu permasalahan yang merugikan kedua belah pihak. Etika medis melarang seseorang untuk melakukan tindakan medis tanpa adanya surat izin yang resmi, dan melakukan suatu tindakan yang bukan pada kompetensinya. Hal ini dilakukan untuk membuat kedisplinan dalam dunia kedokteran agar mencegah tindakan malpraktek. Tetapi di dalam masyarakat hal ini belum sepenuhnya terlaksana dengan baik, masih ada saja kasus-kasus yang berujung pada kerugian dari si pasien. Untuk itu diperlukan pengawasan yang lebih baik kedepannya untuk meminimalisir malpraktek di Indonesia. Kebanyakan kasus ini disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara dokter dan pesien atau keluarganya sehingga terjadi kekeliruan/kesalahan dalam

pengambilan tindakan medis seperti operasi, pemberian obat dll. Dalam etika kristen malpraktek dapat terjadi karena ketiadaan kasih diantara dokter, ketidaktaatan terhadap perintah Tuhan, dan ketidaktaatan terhadap pemerintah. Kasih dapat menjadi landasan yang baik bagi seorang dokter untuk meminimalisir malpraktek, sebab kasih membuat seorang dokter menghargai nyawa pasien sama seperti dirinya sendiri.

3.2. SARAN a. Untuk Dokter dan Tenaga Medis lainnya Para dokter dan tenaga medis lainnya seperti suster, perawat, bidan, dan apoteker harus memeberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dan melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensinya masing-masing, agar tercipta hubungan yang baik antara tenaga medis dengan masyarakat. Hubungan dokter pasien serta komunikasi yang baik juga harus di perhatikan karena hubungan ini, akan memudahkan dokter/tenaga medis untuk mendiagnosa serta memberikan tindakan medis yang benar dan mengurangi resiko-resiko yang sering dihadapi di dalam bidang medis.

b. Untuk Pemerintah Perlunya komitmen antara pemerintah sebagai regulator di bidang kesehatan juga pihak-pihak terkait, agar dapat secara konsisten dalam mengaplikasikan semua kebijakan menyangkut penyelenggaraan kesehatan agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Lembaga tinggi kesehatan maupun kedokteran seperti IDI, PDGI,YPAI, dll, serta kepolisian untuk cepat tanggap dan mengambil sikap tegas dalam menindaklanjuti kasus kasus malpraktek yang dilakukan oleh dokter serta jangan menutup nutupi kasus kasus seperti yang terjadi pada kliping di atas.

c. Untuk Geraja Sedangkan Gereja sebaiknya memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan dunia kedokteran yang semakin maju. Gereja harus memberi gerakan yang lebih memperhatikan kehidupan jemaatnya. Yaitu melahirkan sosok Kristen yang dokter bukan dokter yang Kristen.

DAFTAR PUSTAKA

Brotosudarmo, Drie S. 2007. Etika Kristen untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: ANDI DIR I/ KAM & TRANNAS BARESKRIM POLRI Jakarta, Aspek Hukum Malpraktek Pelayanan Kesehatan(Tinjauan Kasus Kriminal) Hanafiah, M.Jusuf dan Amri Amir.1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 3. Jakarta: EGC Isfandyarie,Anny, Malpraktek Dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005 Rogers, John. 2003. Etika Medis:Suatu Perspektif Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia http://regional.kompas.com/read/2009/01/22/20504327/Polisi.Tetapkan.3.Tersangka http://www.tempo.co/read/news/2009/06/29/064184314/Kasus-Aborsi-Dokter-OwnieDiputus-Pekan-Depan http://www.mediaindonesia.com/read/2010/08/14/162234/125/101/Seorang-BayiMeninggal-Dunia-Setelah-Disuntik http://news.detik.com/read/2011/10/11/003617/1741056/10/pen-tidak-steril-syaripudindiduga-jadi-korban-malpraktek-di-rs-haji http://news.detik.com/read/2011/03/01/182951/1582504/10/diduga-korban-malpraktekbayi-8-bulan-kehilangan-jari http://news.detik.com/read/2011/11/24/140430/1774782/1148/tragis-bayi-kembarmeninggal-akibat-kesalahan-rumah-sakit http://nasional.kompas.com/read/2008/04/22/19361710 http://nasional.kompas.com/read/2008/12/05/1057147/Pasien.Meninggal..Klinik.Alternatif. Dilaporkan.ke.Polda http://www.kompas.com/fokus/9-tahun-alami-bocor-usus_78707.html http://www.kompas.com/.../diduga.malpraktek.dua.dokter.dilaporkan.ke http://www.tempo.co.id/hg/jakarta/2004/04/20/brk,20040420-23,id.html http://www.kompas.com/read/xml/.../dokter.spesialis.diduga.malapraktik http://www.mediaindonesia.com/.../malpraktek-akibatkan-empat-jari-bocah-putus_ http://www.mediaindonesia.com/.../Balita-Korban-Dugaan-... - Amerika Serikat

http://health.kompas.com/read/.../Jari.Maureen.Sempat.Nyaris.Diamputasi http://majalah.tempointeraktif.com/id/.../mbm.19930508.KSH4207.id.html http://majalah.tempointeraktif.com/.../mbm.20001113.KSH114845.id.html http://news.detik.com/.../usus-bocah-8-tahun-keluar-usai-operasi-demam http://www.kompas.com/.../ketika-dokter-menjadi-korban-malpraktek

Anda mungkin juga menyukai