Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok:

1. Novi Wijiastuti 2. Ika Muryani 3. Ashari Yulianto

Tugas Pengantar Bioteknologi Essay tentang pemanfaatan mikroorganisme dalam pengolahan limbah minyak bumi. Minyak bumi merupakan sumber energy utama yang digunakan baik pada rumah tangga, industri maupun transportasi. Hal ini menyebabkan meningkatnya kegiatan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan transportasi minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga semakin besar pula kecenderungan untuk mencemari lingkungan. Pengolahan limbah minyak bumi dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisika dilakukan untuk pengolahan awal yaitu dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon dan dilanjutkan dengan pengolahan secara kimia, namun biayanya mahal dan dapat menimbulkan pencemar baru. Pengolahan limbah secara biologi merupakan alternatif yang efektif dari segi biaya dan aman bagi lingkungan. Pengolahan dengan metode biologis disebut juga bioremediasi, yaitu biotek-nologi yang memanfaatkan makhluk hidup khususnya mikroorganisme untuk menurunkan konsentrasi atau daya racun bahan pencemar (Kepmen LH No. 128, 2003). Mikroorganisme, terutama bakteri yang mampu mendegradasi senyawa yang terdapat di dalam hidrokarbon minyak bumi disebut bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini mampu men-degradasi senyawa hidrokarbon dengan memanfaatkan senyawa tersebut sebagai sumber karbon dan energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya. Hidrokarbon merupakan senyawa kompleks penyusun minyak dan karbon. Beberapa jenis hidrokarbon bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan mutagenic (menyebabkan terjadinya mutasi gen) seperti benzene, toluene, ethylbenzene dan isomer xylene yang biasa kita kenal dengan BTEX. Ini merupakan senyawa aromatik dalam jumlah kecil dalam hidrokarbon, namun pengaruhnya sangat besar terhadap pencemaran perairan. (Lihat gambaran sifat karsinogenik dan mutagenik benzene di samping ini).

Gambar tersebut menunjukkan bahwa saat senyawa benzo [a] pyrene, salah satu senyawa golongan aromatic mengalami aktivasi metabolisme menjadi diol

epoxside akan berubah menjadi benzo [a] pyrene diol epoxide (BPDE). Karena struktur molekul senyawa ini yang menyerupai basa nukleat pembentuk

DNA (adenosine, timin, guanine dan sitosin), menyusup maka ke akan dalam dengan untaian mudah DNA

menjadi BPDE-dioksiGuanosine atau BPDEdioksiAdenosine, akibatnya fungsi DNA akan terganggu dan apabila kerusakan ini tidak dapat diperbaiki dalam sel, maka akan menimbulkan penyakit kanker. Proses bioremediasi berkaitan erat dengan adanya proses biodegradasi yaitu penguraian senyawa-senyawa kompleks menjadi senyawa dengan fraksi yang lebih ringan atau tidak kompleks. Pemeran utama biodegradasi adalah mikroba khususnya bakteri yang merupakan mikroba perombak (heterotrofik) , memiliki kemampuan memanfaatkan

senyawa organik, dalam hal ini adalah minyak bumi sebagai substrat. Penguraian minyak bumi akan menghasil kan CO2, CH4, air, biomassa mikroba serta hasil samping berupa senyawa yang lebih sederhana. Secara umum terjadinya proses biodegradasi suatu senyawa oleh bakteri, dalam hal ini adalah hidrokarbon disebabkan oleh produk-produk tertentu berupa enzim dan lainnya yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri. Penelitian Hidayati (2009) menunjukkan bahwa Bacillus megaterium, salah satu bakteri hidrokarbonoklastik mampu menghasilkan bioproduk berupa biosurfaktan yang di gunakan oleh bakteri tersebut untuk menurunkan tegangan permukaan pada senyawa drokarbon sehingga akhirnya bisa digunakan sebagai sumber karbon dan energy pertumbuhan Bacillus megaterium tersebut. bagi

Karakteristik bakteri hidrokarbonoklastik yang tidak dimiliki oleh bakteri lain adalah kemampuannya mengekspresikan enzim -hidroksilase. Yaitu, enzim pengoksidasi hidrokarbon, sehingga bakteri ini mampu mendegradasi senyawa hidrokarbon minyak bumi dengan cara memotong rantai panjang hidrokarbon tersebut menjadi lebih pendek. Selain itu, bakteri hidrokarbonoklastik juga mampu menempel pada hidrokarbon, menghasilkan emulsifier, serta memiliki mekanisme untuk membebaskan diri (desorption) dari hidrokarbon. Hal ini menjadikan bakteri hidrokarbonoklastik mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan yang tercemar minyak bumi. Bakteri hidrokarbonoklastik dapat diisolasi dari alam, baik dari tanah, air laut maupun air tawar, juga dari sedimen pantai yang terkontaminasi minyak bumi. Bakteri-bakteri tersebut diantaranya adalah Pseudomonas aeruginosa, Candida famata dan Oceanospirillum sp. Bahkan Syakti, et al, (2008) berhasil mengisolasi enam bakteri hidrokarbonoklastik dari sedimen yang terkontaminasi minyak bumi di Segara Anakan, Cilacap. Bakteri-bakteri teridentifikasi hidrokarbonoklastik yang berhasil adalah Flexibacteraceae bacterium,

Bacillus aquimaris, Bacillus megaterium, Halobacillus trueperi, Rhodobacteraceae bacterium dan Bacillus pumilis. Dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon, bakteri hidrokarbonoklastik membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri tersebut meliputi pH dan ketersediaan oksigen. Sebelum terjadi proses degradasi, maka minyak bumi akan mengalami proses transformasi terlebih dahulu sesuai dengan sifat fisik minyak bumi itu sendiri dimana proses transformasi minyak bumi dipengaruhi oleh dua factor utama yaitu kodisi cuaca dan pergerakan minyak di lingkungan. Kondisi cuaca dapat mempengaruhi proses alami seperti emulsifikasi, dispersi alam, dissolusi dan evaporasi (penguapan) dimana semakin cepat evaporasi maka akan semakin cepat pula minyak bumi terdegradasi. Dalam aplikasi bioremediasi di lapangan, selain membutuhkan kondisi lingkungan yang sesuai untuk perkembangbiakan, bakteri hidrokarbonoklastik juga membutuhkan nitrogen dan fosfor untuk mendukung pertumbuhan sel guna melakukan proses biodegradasi, karenanya dalam media bisa dilakukan penambahan manure atau pupuk.

Bakteri-bakteri hidrokarbonoklastik tersebut kebanyakan adalah kelompok bakteri heterotrof, bakteri autotrof dan bakteri belerang yang juga merupakan bakteri aerob sehingga membutuhkan oksigen yang cukup dalam pertumbuhannya. Dengan adanya pengetahuan baru mengenai peran, syarat hidup dan kemampuan bakteri hidrokarbonoklastik ini, diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat di Indonesia tentang banyaknya hal positif yang bisa kita lakukan kaitannya dengan pengolahan limbah secara biologi. Semoga Pertamina serta pemerintah dan para pelaku usaha di Indonesia lainnya bisa lebih berupaya melakukan langkah-langkah bijak untuk menyelamatkan lingkungan dengan cara-cara biologis. Ini dimaksudkan untuk mencegah kerusakan lingkungan yang lebih parah akibat berbagai pencemaran baik sengaja maupun tidak.

Daftar Pustaka Djalil, Sofyan. 2011. Warta Pertamina Coco Dodo Siap Perang . Edisi Maret 2011. Jakarta: Divisi Komunikasi Korporat PT Pertamina.

Anda mungkin juga menyukai