Anda di halaman 1dari 14

Makalah Natrium & Kalium

BAB I PENDAHULUAN

Garam adalah suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri dari atom-atom yang membawa ion positif maupun ion negatif.misalnya garam meja (natrium klorida) terdiri dari ion positif natrium dan ion negatif klorida. natrium klorida membentuk kristal pada keadaan kering, tetapi seperti garam lainnya dalam tubuh, mudah dilarutkan dalam air. jika garam larut dalam air, komponennya terpisah sebagai partikel yang disebut ion.

partikel ion terlarut ini dikenal sebagai elektrolit. kadar (konsentrasi) setiap elektrolit dalam larutan dari garam terlarut dapat diukur dan biasanya dihitung dalam satuan miliekuivalen dalam setiap volume larutan (meq/l). Elektrolit terlarut dalam tiga bagian utama dari cairan tubuh: cairan dalam sel. cairan dalam ruang di sekeliling sel. darah (elektrolit terlarut dalam serum, yang merupakan bagian cair dari darah). Kadar normal elektrolit dalam cairan tersebut bervariasi.beberapa sel ditemukan dalam konsentrasi tinggi di dalam sel dan dalam konsentrasi rendah di luar sel. elektrolit lainnya ditemukan dalam konsentrasi rendah di dalam sel dan dalam konsentrasi tinggi di luar sel.untuk dapat berfungsi secara baik, tubuh harus menjaga konsentrasi elektrolit pada masing-masing bagian tubuh tersebut dalam rentang yang sangat terbatas.

hal itu dilakukan dengan cara memindahkan elektrolit ke dalam atau keluar sel. ginjal menyaring elektrolit dalam darah dan membuang elektrolit secukupnya ke dalam air kemih untuk mempertahankan keseimbangan antara asupan dan pembuangan elektrolit harian. Konsentrasi elektrolit dapat diukur dalam contoh darah atau air kemih di laboratorium. pengukuran konsentrasi elektrolit darah dilakukan untuk menemukan adanya kelainan atau untuk mengetahui respon terhadap pengobatan. elektrolit yang paling sering terlibat dalam gangguan keseimbangan garam adalah natrium, kalium, kalsium, fosfat dan magnesium.Kadar klorida dan bikarbonat juga biasa diukur. Konsentrasi klorida darah biasanya sejalan dengan konsentrasi natrium darah dan bikarbonat terlibat pada gangguan keseimbangan asam basa. Elektrolit utama dalam tubuh: ion positif Natrium (Na+)
-1-

Makalah Natrium & Kalium

Kalium (K+) Kalsium (Ca++) Magnesium (Mg++) ion negatif Klorida (cl-) Fosfat (HPO4 - dan H2PO4 -) Bikarbonat (HCO3 -). Elektrolit sangat penting untuk memelihara potensial elektro kimiawi membran sel yang pada gilirannya mempengaruhi fungsi saraf dan otot serta aktivitas sel sekresi,

kontraksi dan berbagai proses metabolik lain. Hanya sedikit pemeriksaan yang diperlukan untuk mengetahui status cairan dan elektrolit, yang secara fisiologis terkait dengan status asam-basa dan darah permintaan pemeriksaan laboratorium tersering mencakup elektrolit natrium , kalium, klorida dan bikarbonat. Elektrolit yang penting secara fisiologis dapat kita pantau terdapat didalam fase air plasma. Kadar intra sel elektrolit tentu sangat penting, tetapi hal ini tidak mudah diukur dengan metode yang ada di laboraturium klinik perlu di ingat bahwa kadar kalium cenderung sangat tinggi di dalam sel (ekitar 150 mEq/L) dan rendah diluar sel (sekitar 5 mEq/L). Sedangkan natrium rendah intra sel dan tinggi ekstra sel. Perbedaan dalam konsentrasi ion ini menghasilkan perbedaan voiuse listrik di kedua sisi membran yang pada kasus sel otot dan saraf menentukan poteensial aksi dan inisiasi kontraksi otot. Yang sangat penting untuk validitas hasil pemeriksaan elektrolit adalah kualitas spesimen pada pengambilan sampel darah secara normal, sel-sel darah merah terpajan ke gaya robek (jarum yang sempit) dan tubelensi (kecepatan aliran sangat tinggi) yang keduanya dapat merusak dan melubangi membran sel sehingga isi sel darah merah keluar plasma. Proses ini menyebabkan masuknya kalium dalam julah bermakna kedalam plasma yang kemudian terukur sebagai peningkatan kadar kalium karena kalium adalah satusatunya analit kimia terpenting, yaitu dalam hal bahwa kelainannya dapat segera mengancam nyawa. Kesalahan pengukuran dapat menimbulkan konsekuensi serius apabila terapi didasarkan pada hasil yang tidak akurat.

-2-

Makalah Natrium & Kalium

BAB II PEMBAHASAN

1.

NATRIUM Berkurangnya natrium tubuh (hiponatrumia) secara akut menimbulkan gejala-gejala

hipovolemia disertai hipotensi, syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardia. Pada keadaan yang lebih kronis hiponatremia yang signifikan menyebabkan susunan saraf pusat(kebingungan dan kelainan mental). Kekurangan natrium dapat terjadi karena beberapa abnormalitas, mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam (salt.losing renal disorder) atau penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Natrium juga dapat keluar dari permukaan tubuh, misalnya melalui saluran cerna (muntah, pengisapan nasogastrik, fistula usus, diare kronis) atau kulit (berkeringat pada kulit normal, pengeluaran melalui luka bakar). Hiponatremia dapat diterapi secara akut dengan pemberian larutan salin intravena, dengan berhati-hati agar tidak terjadi kelebihan bebabn cairan pada pasien yang mungkin mengalami penuturan kemampuan mengekskresikan urine. Retensi natrium dapat terjadi pada penyakit ginjal/jantung, tetapi biasanya juga terjad retensi air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar natrium. Hipernatremia biasanya timbul akibat dehidrasi berat yang dapat terjadi setelah pajanan panas berlebihan tanpa diimbangi oleh asupan air memada.Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi dengan cairan intravena hipotonik. A. Hiponatremia (ketidakseimbangan Hipo-osmolalitas) Hiponatremia adalah keadaan dimana kadar natrium serum kurang dari 135 mEq/L (kadar natrium serum normal, 140 5 mEq/L), yang dapat disebabkan oleh dua mekanisme primer: retensi air atau kehilangan natrium. Hiponatremia menunjukan bahwa cairan tubuh diencerkan dengan kelebihan air yang relative terhadap zat terlarut total. Karena natrium merupakan iion ECP utama, maka hiponatremia umunya berkaitan dengan hipo-osmolalitas plasma (< 287 mOsmol/Kg). osmolalitas plasma yang rendah menyebabkan perpindahan air

-3-

Makalah Natrium & Kalium

masuk ke dalam sel. Pembengkakan tekanan intra cranial, yang paling bertanggung jawab terhadap timbulnya gejala-gejala susunan saraf pusat. a. Sebab-sebab Kehilangan natrium melampaui kehilangan air: 1. Pengobatan diuretic dengan diet rendah garam yang berkepanjangan; 2. Kehilangan melalui saluran cerna yang berlebihan ; 3. Penggantian cairan tubuh yang hilang hanya dengan air atau cairan bebas natrium lainnya (seperti pada diaphoresis, perdarahan, atau transudasi ruang ke-tiga); 4. Gagal ginjal dengan gangguan kemampuan untuk menyimpan natrium jika diperlukan; 5. Defisiensi adrenal (penyakit Addison). Penambahan air yang melampaui penambahan natrium. 1. Berkurangnya kemampuan untuk membuang air bebas. 2. Pemberian cairan hipotonik IV yang berlebihan 3. Pemberian enema air kran yang berlebihan 4. SIADH 5. Kompulsi minum air 6. Tenggelam dalam air tawar.

b. Gambaran Klinis Tanda/ gejala Na+ serum < 125 mEq/L Anoreksa Rasa pengecap terganggu
-4-

Makalah Natrium & Kalium

Kejang otot Na+ serum =115-120 mEq/L Sakit kepala, perubahan kepribadian Lemah dan lemas Mual dan muntah Kejang abdominal Na+ serum < 115 mEq/L Kejang dan koma Tidak ada atau berkurangnya reflex-refleks Tanda Babinski Endema papil Endema bekas jari diatas stemum

Temuan laboratorium Na+ serum < 135 mEq/L ( pada SIADH dapat sangat rendah, 100 mEq/L. Osmolalitas serum < 287 mOsmol/kg. Osmolalitas kemih rendah (<100 mOsmol/kg) dengan ekskresi air normal seperti pada polidipsi psikogenik atau berat jenis kemih normal ( berat jenis 1,004). Osmolalitas kemih meningkat tidak sesuai meskipun osmolalitas serum rendah, atau berat jenis < 1,004 pada hiponatremia yang disebabkan oleh al-hal lain. Na+ serum < 10 mEq/L jika disertai edema atau berkurangya volume oleh sebabsebab iluar gnjal. Natrium kemih < 20 mEq/L jika dissertai kehilangan garam melalui ginjal atau gagal ginjal dengan retensi air atau SIADH.

-5-

Makalah Natrium & Kalium

B. Hipernatremia (ketidakseimbangan hiperosmolalitas) Definisi hipernatremia adalah keadaan dimana kadar natrium serum lebih tinggi dari 145 mEq/L. Keadaan ini selalu berkaitan dengan hiperosmolalitas serum menyebabkan air berpindah dari ICF ke ECF, sehingga terjadi dehidrasi dan pengkerutan sel. Sebab-sebab dasaenya adalah kehilangan air yang melebihi kehilangan natrium, atau pertambahan natrium yang melampaui penambahan air.

a.Sebab-Sebab Asupan air yang tidak cukup 1. Tidak dapat merasakan atau berespon terhadap rasa haus 2. Tidak ada asupan melalui mulut dan rutaman IV tidak mencukupi 3. Tidak dapat menelan. Kehilangan air yang berlebihan a. Diluar ginjal Demam Luka bakar Hiperventilasi Pemakaian rresppirator yang lama Diare berair

b. Ginjal Diabetes insipidus Dieresis osmotik

Bertambahnya natrium
-6-

Makalah Natrium & Kalium

1. Tenggelam di laut. 2. Pemberian garam natriium IV yang berlebihan. 3. Penggantian tak sengaja gula dengan garam pada susu formula bayi. 4. Aborsi terapeutik dimana terjadi masuknya larutan garam hipertonk yang tidak sengaja. Tipe-tipe hipernatremia 1. Yang berkaitan dengan volume ECF normal 2. Yang berkaitan dengan berkurangnya volme ECF 3. Yang berkaitan dengan kelebihan volume ECF yang normal

b. Gambaran Klinis Tanda/gejala 1. Neurologik: Awal: lemah, lemas intael Berat agitasi, mania, delirium, kejang, koma reflex-refleks tendon dalam meningkat, kaku kuduk 2. Haus Meningkatnya suhu tubuh. Kulit yang merah panas. Selaput kendir mulut kering dan lengket. Lidah kasar, merah, dan kering.

Temuan laboraturium.

-7-

Makalah Natrium & Kalium

Na+ serum 145 mEq/L Molalitas serum 295 mOsmol/kg Osmolalitas serum umunya 800 mOsmol/kg (berat jenis 1030)

2.

KALIUM Kalium serum berubah sesuai dengan perubahan pH kadar asidosis menyebabkan H+

untuk ke pertukaran dengan K+, defisit kalium dapat terjadi akibat penurunan asupan dari makanan dalam jangka panjang. Selain itu kekurangan tersebut dapat disebabkan oleh pengeluaran melalui urine (hiperaidosteronisme, terapi diuretik, diuresis osmotik

berkepanjangan seperti pada diabetes melitus, atau pada alkalosis) dan kedalam saluran cerna (muntah, diare, fistula, adenoma visula usus). Insulin bekerja mendorong kalium masuk kedalam sel bersama dengan glukosa. Tidak banyak gangguan metabolisme cairan dan elektrolit yang begitu sering ditemukan dalam klinik atau yang dapat mengancam nyawa seperti halnya gangguan dalam keseimbangan kalium. Efek kritis kalium pada penghantaran neuromuscular, terutama pada konduksi jantung, merupakan penyebab patal yang menyertai hipokalemia dan hiperkalemia. Gambaran klinis kelainan kalium berkaitan dengan sistem saraf dan otot jantung, rangka, dan poles. Semua jaringan ini menggunakan kalium untuk mengatur eksitabilitas selnya, baik hipokalemia maupun hiperkalemia menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks tendon dalam gangguan motilitas saluran cerna dan kelainan mental akibat yang mematikan adalah paralisis oto pernafasan dan heti jantung. A. Hipokalemia Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L. karena hanya 2 % dari kalium tubuh berada dalam ECF, maka nilai K+ serum tidak selalu mencerminkan kaliumtubuh total. Lagi pula pH darah mempengaruhi K+ serum. Untuksetiap penurunan pH 0,1 unit K+ serum meningkat sebanyak 0,5 mEq/L. tiap peningkatan pH 0,1 unit, K+ serum menurun sebanyak o,5 mEq/L.
-8-

Makalah Natrium & Kalium

a. Sebab sebab Asupan K+ dari makanan yang menurun 1. pasien sakit berat yang tidak dapat makan minum melalui mulut dalam beberapa hari tanpa diberi K+ tambahan dalam cairan infusnya. 2. kelaparan makan hanya roti panggang dan teh. 3. alkoholisme. Kehilangan melalui saluran cerna 1. muntah yang berkepanjangan dan penyedotan nasogastrik. 2. diare, penyalah gunaan laksatif 3. ileostomi, fistula 4. adenoma filosa kolon

kehilangan melalui ginjal 1. obat obatan diuretic ( tiazid, f urosemid ). 2. beberapa penyakit ginjal 3. asidosis diabetic yang berakibat diuresis osmotic 4. tahap penyembuhan dari luka bkar yang berat 5. efek mineralokortikoid yang berlebihan 6. antibiotic, ( karbenisilin, aminoglikosida 7. penurunan magnesium.

Kehilangan yang meningkat melalui keringat pada udara panas 1. orang yang berkeringat banyak penyesuaian terhadap udara panas

berpindahnya K+ ke dalam sel 1. alkalosis metabolic 2. penanganan ketoasidosis diabetic dengan insulin dan glukosa

-9-

Makalah Natrium & Kalium

b. Gambaran Klinis Tanda dan Gejala 1. susunan syaraf pusat dan neuromuscular a. gejala awal tak jelas,lelah, tidak enak badan. b. Parestisia c. Refleks tendon dalam menghilang. d. Kelemahan otot seluruh tubuh 2. pernafasan a. otot otot pernapasan lemah, nafas dangkal ( lanjut ) 3. saluran cerna 4. kardiovaskular a. hipotensi postural b. disritmia ( khususnya jika memakai digitalis dan ada penyakit jantung) c. perubahan perubahan pada EKG. 5. ginjal a. poliuria, nokturia (kelainan pemekatan) temuan laboratorium 1. K+ serum < 3,5 mEq/L 2. pH serum < 7,45, peningkatan bikarbonat serum (hipokalemia sering disertai alkalosis metabolic) gelombang T yang lebar danmendatar progresif (kadang-kadang terbalik) defresi segmen ST gelombang U yang menonjol

B. Hiperkalemia Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih atau sama dengan 5,5 mEq/L. hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali dan ditangani untuk menghindari disritmia dan henti jantung yang fatal.

- 10 -

Makalah Natrium & Kalium

a. Sebab sebab Singkirkan pseudohiperkalemia 1. teknik pengambilan darah vena yang jelek, lisis sel darah. Eksresi K+ yang tidak memadai 1. gagal ginjal (akut dan kronik) 2. insufisiensi adrenal a. hipoaldosteronisme. b. Penyakit adison 3. diuretic hemat kalium seperti spironolakton berpindahnya K+ keluar dari sel menuju ECF 1. asidosis metabolic seperti pda gagal ginjal. 2. kerusakan jaringan (luka bakar yang luas, cedera remuk yang berat, pendarahan internal). Asupan yang berlebihan 1. pemberian cepat larutan infus IV yang mengandung kalium. 2. pemberian cepat transfussi darah yang disimpan 3. makan pengganti garam pada pasien pasien gagal ginjal.

b. Gambaran Klinis Tanda dan gejala 1. Neuromuskular a. kelemahan otot yang tidak begitu kentara biasanya merupakan tanda awal. b. kelemahan otot yang berjalan naik dan berkembang kearah paralysis flaksid pada tungkai bawah dan akhirnya pada badan dan lengan menjadi berat. c. Parestesia pada wajah, lidah, kaki dan tangan. 2. saluran cerna a. mual, kolik usus dan diare. 3. ginjal. a. oliguria yang berlanjut menjadi anuria. 4. kardiovaskular

- 11 -

Makalah Natrium & Kalium

a. disritmia jantung, bradikardia, blok jantung komplit, fibrilasi jantung. b. Perubahan EKG (selalu terjadi jika K+ serum = 7 8 mEq/L) gelombang T yang tinggi dan tajam (awal, K+ > 6 mEq/L) interval PRmemanjang QRS melebar.

atau henti

Temuan laboratorium Kadar K+ serum > 5,5 mEq/L

BAB III KESIMPULAN

Garam adalah suatu senyawa kimia sederhana yang terdiri dari atom-atom yang membawa ion positif maupun ion negatif.misalnya garam meja (natrium klorida) terdiri dari ion positif natrium dan ion negatif klorida. natrium klorida membentuk kristal pada keadaan kering, tetapi seperti garam lainnya dalam tubuh, mudah dilarutkan dalam air. jika garam larut dalam air, komponennya terpisah sebagai partikel yang disebut ion.

partikel ion terlarut ini dikenal sebagai elektrolit. kadar (konsentrasi) setiap elektrolit dalam larutan dari garam terlarut dapat diukur dan biasanya dihitung dalam satuan miliekuivalen dalam setiap volume larutan (meq/l). Elektrolit terlarut dalam tiga bagian utama dari cairan tubuh: cairan dalam sel. cairan dalam ruang di sekeliling sel. darah (elektrolit terlarut dalam serum, yang merupakan bagian cair dari darah). Elektrolit utama dalam tubuh: ion positif Natrium (Na+) Kalium (K+) Kalsium (Ca++) Magnesium (Mg++) ion negatif

- 12 -

Makalah Natrium & Kalium

Klorida (cl-) Fosfat (HPO4 - dan H2PO4 -) Bikarbonat (HCO3 -). Berkurangnya natrium tubuh (hiponatrumia) secara akut menimbulkan gejala-gejala hipovolemia disertai hipotensi, syok dan kelainan jantung terkait seperti takikardia. Pada keadaan yang lebih kronis hiponatremia yang signifikan menyebabkan susunan saraf pusat(kebingungan dan kelainan mental). Kekurangan natrium dapat terjadi karena beberapa abnormalitas, mungkin terdapat penyakit ginjal yang disertai pengeluaran garam (salt.losing renal disorder) atau penyakit ginjal lain yang mengganggu kemampuan ginjal mengatur elektrolit. Natrium juga dapat keluar dari permukaan tubuh, misalnya melalui saluran cerna (muntah, pengisapan nasogastrik, fistula usus, diare kronis) atau kulit (berkeringat pada kulit normal, pengeluaran melalui luka bakar). Hiponatremia dapat diterapi secara akut dengan pemberian larutan salin intravena, dengan berhati-hati agar tidak terjadi kelebihan bebabn cairan pada pasien yang mungkin mengalami penuturan kemampuan mengekskresikan urine. Retensi natrium dapat terjadi pada penyakit ginjal/jantung, tetapi biasanya juga terjad retensi air sehingga tidak terjadi peningkatan kadar natrium. Hipernatremia biasanya timbul akibat dehidrasi berat yang dapat terjadi setelah pajanan panas berlebihan tanpa diimbangi oleh asupan air memada.Keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan rehidrasi dengan cairan intravena hipotonik. Kalium serum berubah sesuai dengan perubahan pH kadar asidosis menyebabkan H+ untuk ke pertukaran dengan K+, defisit kalium dapat terjadi akibat penurunan asupan dari makanan dalam jangka panjang. Selain itu kekurangan tersebut dapat disebabkan oleh pengeluaran melalui urine (hiperaidosteronisme, terapi diuretik, diuresis osmotik

berkepanjangan seperti pada diabetes melitus, atau pada alkalosis) dan kedalam saluran cerna (muntah, diare, fistula, adenoma visula usus). Insulin bekerja mendorong kalium masuk kedalam sel bersama dengan glukosa. Tidak banyak gangguan metabolisme cairan dan elektrolit yang begitu sering ditemukan dalam klinik atau yang dapat mengancam nyawa seperti halnya gangguan dalam keseimbangan kalium. Efek kritis kalium pada penghantaran neuromuscular, terutama pada konduksi jantung, merupakan penyebab patal yang menyertai hipokalemia dan hiperkalemia.
- 13 -

Makalah Natrium & Kalium

DAFTAR PUSTAKA

http://www.medicastore.com/html tgl 04 desember2007 http://www.cermin dunia kedokteran.com/pdf tgl 04 desember 2007 Price, Sylvia A.Lorine M.W. (1996). Patofisiologi: konsep klinis Proses-proses penyakit Buku I Edisi 1. Jakarta : EGC.

- 14 -

Anda mungkin juga menyukai