Anda di halaman 1dari 6

TEORI STRUKTURASI

1. KONTEKS SOSIAL YANG MENDASARINYA Giddens dalam Wulan (2010:32) ia mengembangkan teori strukturasi, diilhami oleh gagasan-gagasan hermeneutika, fungsionalisme dan strukturalisme. Teori strukturasi menepis dualisme (pertentangan), namun mengajukan gagasan dualitas (timbal balik) antara pelaku dan struktur. Bersama sentralitas waktu dan ruang, dualitas pelaku dan struktur menjadi dua tema sentral yang menjadi poros teori strukturasi. Dualitas berarti tindakan dan struktur saling mengandalkan. 2. UNIT ANALISIS Giddens dalam Wulan (2010:33) mengajukan argumen bahwa sebagai pelaku kita mempunyai kapasitas diri secara refleksif (strategic monitoring of conduct) perubahan ini terjadi ketika kapasitas ini mengejala secara luas sehingga berlangsung de-rutinisasi. Derutinisasi ini menyangkut proses dimana skemata yang selama ini menjadi aturan (rules) dan sumber daya (resources) tidak lagi mewadahi sebagai prinsip pengorganisasian berbagai pratik sosial atau yang sedang diperjuangkan menjadi pratek sosial baru. Struktur adalah aturan dan sumber daya (rules and resources) yang mewujud pada saat diaktifkan oleh pelaku dalam pratik sosial. Dalam arti ini. Struktur tidak hanya mengekang (constraining) atau membatasi pelaku, melainkan juga memungkinkan (enabling) terjadi pratek sosial. Sementara itu, sentralitas waktu dan ruang diajukan untuk memecah kebuntuan dualisme itu, statik/dinamik.

Sikroni/diakroni, stablitas/perubahan. Dualisme seperti ini terjadi karena waktu dan ruang biasanya diperlakukan sebagai panggung atau konteks tindakan. Priyono dalam Wulan (2010:33) Secara umum dapat dinyatakan Giddens memusatkan perhatian pada proses dialektika dimana pratek sosial, struktur dan kesadaran yang diciptakan. Wulan (2010:33) dalam persfektif strukturasi ini, duality of structure menjadi penting. Agen dan struktur berinteraksi timbal balik, yang struktur ini diproduksi oleh agen, dan agen dipengaruhi norma dan harapan masyarakat. Dalam konteks ini struktur dianggap
1

sebagai aturan-aturan dan sumberdaya-sumberdaya yang secara rekusif diimplikasikan dalam reproduksi sosial; karakteristik sistem sosial terlembaga yang memiliki sifat-sifat struktural dalam artian bahwa hubungan-hubungan dimantapkan sepanjang waktu dan semua ruang. Giddens dalam Wulan (2010:33) sumber daya juga memiliki dua jenis: sumberdaya otoratif yang berasal dari usaha mengkoordinasikan aktivitas agen-agen manusia dan sumberdaya alokatif yang berakar dari pengendalian atas produk material atau aspekaspek dunia material. 3. METODE YANG DIPAKAI Giddens dalam Wulan (2010:33-34) mengatakan bahwa aktor atau agen manusia memiliki kemampuan memahami atas apa yang dilakukan saat mereka melaksanakan perbuatan itu. Pengetahuan tentang konvensi-konvesi sosial, tentang diri-sendiri dan manusia lain yang diduga berasal dari kemampuan diri sendiri terus berlangsung dalam keseragaman konteks sosial sangatlah rumit dan membingungkan. Semua anggota masyarakat yang cakap sangat terampil dalam mencapai aktivitas-aktivitas sosial yang praktis dan merupakan sosiolog yang ahli. Pengetahuan yang mereka miliki tidaklah terjadi secara kebetulan saja namun lahir karena permulaan terusmenerus kehidupan sosial yang merupakan integral darinya. Saat memproduksi tindakan juga saat melakukan reproduksi dalam konteks menjalani kehidupan seharihari dan tidak ada tindakan tanpa ruang dan waktu. Karena ada peristiwa melulu statik atau melulu dinamik. 4. TOKOH1 ANTHONY GIDDENS, Lahir di Edmonton, London Utara, pada tanggal 18 Januari 1938, terlahir dari sebuah keluarga yang bekerja sebagai clerk di London Transport. Ia kemudian melanjutkan studinya di Universitas Hull, sebuah Universitas kecil yang kalah bergengsi dibandingkan Universitas Oxford atau Cambridge. Cita-cita Anthony Giddens semula sederhana saja, yakni menjadi pegawai negeri. Demikian pula ketika ia
1

http://rusmadi-rusmadi.blogspot.com, diakses 03 April 2012

harus melanjutkan study lanjutannya (gelar master) di London School of Economics (LSE), ia ke sana semata-mata karena dorongan dari dosennya, Peter Worsely. Perjalanan karir intelektualnya tidak pernah dirancang sejak muda, banyak hal-hal kebetulan yang terjadi. Ia baru mengembangkan minat intelektualnya justru ketika ia di Leicester University, tempat kerjanya setelah lulus. Seorang sosiolog yang baru kemudian menjadi termasyhur, Nobert Elias, memberikan banyak inspirasi kepadanya. Giddens memulai proyeknya dengan cara yang biasa. Ia mulai dengan membaca dan mempelajari peemikiran tokoh-tokoh yang menjadi tonggak besar dalam sosiologi, Karl Max, Emile Durkheim, dan Max Weber. Semuanya dibaca dalam bahasa aslinya (Jerman atau Perancis). Hasilnya ia terbitkan sebagai buku, yang diberi judul : Capitalism and Modern Social Theory. An Analysis of the Writings of Marx, Duekeim and Max Weber (1971). Buku ini kemudian mendapat tanggapan hangat dari kalangan sosiolog. Setelah tokoh-tokoh sosiologi dikuasai, Giddens melanjutkan petualangannya dengan memasuki pemikir-pemikir besar kontemporer. Dua bukunya yang memuat inti pemikirannya, New Rules of Sosiological Method (1976, revisi 1993) sulit diikuti kalau orang tidak terlebih dahulu akrab dengan pemikiran filsuf-filsuf besar: Wittgenstein, Husserl, Heidegger, Popper, Gadamer. Dalam buku ini Giddens dengan lancar bolakbalik mengulas pikiran satu tokoh ke tokoh yang lain. Berkat buku The Third Way: The Renewal of Social Democracy (1998), selama tiga bulan, Giddens diwawancarai sebanyak 90 kali. Presiden Amerika Serikat pada saat itu, Bill Clinton dan istrinya Hillary, bahkan mengundang Giddens untuk menguraikan dan berdiskusi mengenai The Third Way, di New York, 23 September 1998. Perdana
3

Menteri Tony Blair dari Inggris dan Romano Prodi dari Italia, diundang pula untuk berpartisipasi. The Third Way pun segera mendunia. Melalui serangkaian kuliah umum pada tahun 1999, dengan judul Run a Way World, yang diberikan di London, Hongkong, New Dehli, dan Washington DC. Melalui The 1999 Reith Lectures Radio, BBC Four, yang disiarkan ke seluruh dunia, Giddens mempropagandakan gagasannya. Kuliah tersebut memicu enam pemimpin

pemerintahan, Bill Clintong (Amerika Serikat), Tony Blair (Inggris), Gerhard Schroeder (Jerman), Lionel Jospin (Perancis), Massimo DAlema (Italia), dan Henrique Cardoso (Brasil), untuk mengkaji ulang kebijakan kiri-tengah dalam konferensi bertajuk Progressive Governance for the XXI Century di Florence, Italia, pada tanggal 21 November 1999. Pengaruh keilmuan Giddens di pemerintahan Partai Buruh Inggris juga mencolok. Secara agak sinis, politisi dan media Inggris menyebut direktur London School of Economics and Political Science (LSE) ini sebagai gurunya Perdana Menteri Blair. Bersama beberapa ilmuwan lainnya, Giddens memang menjadi tokoh paling penting dalam University of Downing Street, sebutan sindiran dari majalah The Economist (1999) mengenai lingkaran para akademisi di sekeliling Tony Bliar yang berkantor di Downing Street.

Buku The Constitution of Society (Outline of the Theory of Structuration) barangkali dapat dikatakan sebagai buku inti dari pemikiran Giddens yang menguraikan teori strukturisasi (theory of structuration). Yang mana teori ini sebenarnya ingin menyeleseikan konflik besar dalam ilmu social yang terjadi sampai sekarang, yaitu konflik antara struktur dan agensi.
4

Pada tahun 1970, Giddens mengambil gelar Ph.D. di Univesrity of Cambridge. Kemudian Giddens, lulus Ph.D tahun 1976, diangkat menjadi dosen (1984) dan Profesor Sosiologi (1986). Saat menjadi rector di LSE, Giddens setiap hari rabu sekitar jam 1 siang kerap member ceramah di aula LSE, yang dihadiri oleh beberapa kalangan, baik mahasiswa, dosen maupun diplomat. Inilah kesempatan yang disebut the directors lecture (NB: mana ada di dunia seorang Rektor Universitas masih sempat memberi ceramah ilmiah untuk mahasiswa dan dosennya?) Keilmuan Giddens sebenarnya baru diakui saat ia menerbitkan The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration (1984), yang menurut majalah Cosmopolis dari Jerman (edisi Juni/Juli 1999) merupakan karya paling utama Giddens. Pada tahun 1999 Anthony Giddens dipilih sebagai orang nomer 12 paling berpengaruh di Inggris dalam dunia pendidikan, sesudah orang-orang seperti Perdana Menteri dan Menteri Pendidikan. 5. IMPLIKASI TEORI Bornet dalam Jones (2009:241) mengatakan Pendapat giddens tentang struktur sangat berbeda dari model-model struktur yang sudah lama kita kenal di sosiologi. Kita kerap kali berfikir tentang struktur itu seperti kerangka fisik, tidak bergerak, terbuat dari logam. Berbeda dari itu semua, Giddens membedakan struktur dan sistem, ia menggunakan istilah sistem untuk merujuk kepada tataran dan institusi sosial yang bertahan lama yang secara umum telah beproduksi sepanjang waktu. Tataran dan institusi itu tidak kebal terhadap perubahan, tetapi keduanya memberikan konteks yang bertahan lama bagi tindakan. Penggunaan istilah sistem ini sangat dekat dengan apa yang disebut oleh banyak sosiolog sebagai struktur sebaliknya, Giddens mengunakan konsep struktur dalam cara yang khusus, yakni mengacu kepada seperangkat aturan dan sumber daya yang bergerak yang digunakan agen untuk bertindak. Karena struktur ini cair dan tidak dilembagakan, struktur-struktur ini secara berkesinambungan dapat dimodifikasi ketika digunakan dalam tindakan.

6. KRITIK TERHADAP TEORI STRUKTURASI 7. PENGUNAAN TEORI STRUKTURASI DAN METODOLOGI YANG

RELEVAN DALAM PENELITIAN Wulan (2010:i-iii) penggunaan teori strukturasi dalam penelitian adalah : Pengetahuan dan Kekuasaan Penguatan Remitmen Sosial Sebagai Strategi Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan. Dengan metodologi penelitian kualitatif. Salah kelompok perempuan yang sering mengalami ketidakadilan adalah buruh migran perempuan. Ketidakadilan yang mereka alami terjadi dari sebelum berlapis dari sebelum keluar negeri, dinegara yang mereka datangi sampai kepulangan kembali ke Indonesia. Penilitian dilakukan di Cianjur (Jawa Barat), Wonosobo dan Banyumas (Jawa Tengah) dan Hongkong dengan mengunakan metodologi kualitatif. Hasil penelitian : 1. dari aspek ekonomi mengirim BMP (buruh migran perempuan) tanpa pelatihan adalah menghemat biaya, padahal biaya tersebut dari BMP itu sendiri. 2. BMP tanpa pelatihan budaya dan bahasa rentan terhadap persoalan di negara bekerja

Daftar Pustaka Tias Retno Wulan. 2010. Disertasi Pengetahuan dan Kekuasaan: Penguatan Remitmen Sosial Sebagai Strategi Pemberdayaan Buruh Migran Perempuan. Bogor. Program Studi Pedesaan Sekolah PASCASARJANA IPB Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia

Anda mungkin juga menyukai