Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Tanaman Karet (Hevea brasilliensis Muell Arg) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting di Indonesia hingga saat ini. Selain sebagai penyumbang devisa yang besar bagi negara, juga sebagai sumber pendapatan bagi lebih dari 10 juta petani dan menyerap sekitar 1,7 juta tenaga kerja. Saat ini, Indonesia merupakan penghasil karet alam terbesar kedua setelah Thailand. Produksi karet Indonesia pada tahun 2007 tercatat sebanyak 2,7 juta ton, dengan luas areal perkebunan 3,3 juta hektar (Ditjenbun 2007; Berliana 2008).Indonesia menargetkan untuk menjadi negara penghasil karet alam terbesar di dunia pada tahun 2020 (Ditjenbun 2007). Sebagai salah satu negara utama penghasil karet alam di dunia, Indonesia harus terus berupaya untuk menningkatkan produksi dan produktivitas karet agar dapat memenuhi permintaan pasar global yang terus meningkat, juga untuk meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan petani karet. Penggunaan klon ungggul yang berproduksi tinggi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi karet. Para pemulia tanaman karet selama ini terus berupaya untuk mendapatkan klon-klon baru yang mempunyai potensi hasil yang tinggi serta mempunyai karakter agronomi yang diinginkan. Untuk menunjang keberhasilan program pemuliaan karet di Indonesia, pada tahun 1981 telah dilakukan introduksi plasma nutfah karet dari Brazil melalui program International Rubber Research Development Board (IRRDB) guna memperluas keragaman genetik karet yang telah ada sebelumnya (Woelan 2002).

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana cara merekayasa media tanam pada tanaman karet ? 2. Bagaimana cara merekayasa tanaman karet ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui cara-cara merekayasa media tanam yang cocok untuk tanaman karet. 2. Mengetahui salah satu cara merekayasa tanaman karet.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tanaman Karet

Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Rosidae : Euphorbiales : Euphorbiaceae : Hevea : Hevea brasiliensis Muell. Arg

Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya . Hevea sp. Termasuk family Euphorbiaceae. Dari sejumlah. Tanaman-tanaman lain dapat menghasilkan karet ternyata Hevea brasilliensis sebagai bahan penghasil keret (rubber) serta evaluasi klon. Spesies lain yang telah digunakan dalam breeding karet adalah H. Benthamiana dan H. Spruceana. Dengan ditemukannya teknik okulasi (1917) maka breeding keret mulai berkembang dengan pernyerbukan buatan dan okulasi sehingga ditemukan klon-klon yang telah memberikan produksi 5-6 kali dari produksi tanaman asal ( 500 kg/Ha/tahun). Produktivitas karet nasional saat ini masih relatif rendah

(700-800 kg/ha/th) dibandingkan dengan negara Asia lainnya lain seperti Thailand (1800kg/ha/th), Malaysia (1200 kg/ha/th) dan India (2000 kg/ha/th). Upaya peremajaan dengan menggunakan klon karet unggul serta penerapan teknologi budidaya karet akan meningkatkan produksi tanaman ini. Berdasar hasil penelitian Puslit Karet, telah direkomendasikan klon-klon baru seperti: IRR 5, IRR32, IRR39, IRR104. Klon-klon ini menunjukkan produktivitas yang baik di berbagai lokasi tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya. Oleh karena itu pemilihan jenis klon harus disesuaikan dengan agroekosistem wilayah dan jenis produk karet yang akan dihasilkan.

Morfologi

Tanaman karet berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 25 meter dengan diameter batang cukup besar. Umumnya batang karet tumbuh lurus ke atas dengan percabangan di bagian atas. Di batang inilah terkandung getah yang lebih dikenal dengan lateks Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3 -20cm dan tangkai anak daun sepanjang 3- 10cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun ini berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti tanaman tropis lainnya daun-daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman. Karet termasuk tanamansempurna karena memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai paying yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan diujungnya terdapat lima tajuk yang sempit.

Syarat Tumbuh

Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi tanah dan iklim sebagai berikut: 1. Di dataran rendah sampai dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut, suhu optimal 280C. 2. Jenis tanah mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah gambut dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah bervariasi dari 3,0- 8,0 . 3. Curah hujan 2000 4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100 -150 hari.

Pedoman Budidaya

Untuk mendapatkan tanaman karet dengan produktivitas tinggi penggunaan bibit tidak boleh sembarangan. Selain dapat ditanam secara monokultur, karet juga dapat ditumpangsari dengan berbagai tanaman lain. Persemaian Perkecambahan Benih disemai di bedengan dengan lebar 1-1,2 m, panjang sesuai tempat. Di atas bedengan dihamparkan pasir halus setebal 5-7 cm. Tebarkan pupuk kandang setebal 5 cm. Bedengan dinaungi jerami/daun-daun setinggi 1 m di sisi timur dan 80 cm di sisi Barat. Benih direndam zat pengatur tumbuh akar selama 3-6 jam (1 1cc/liter air). Benih disemaikan, air perendamannya tadi siramkan ke benih yang ditanam tadi. Jarak tanam benih 1-2 cm.

Siram benih secara teratur, dan benih yang normal akan berkecambah pada 10-14 hari setelah semai dan selanjutnya dipindahkan ke tempat persemaian bibit.

Pembibitan - Tanah dibersihkan dari rumput dan semak lalu diratakan, untuk menghindari areal tergenang air kemudian buat parit saluran drainase - Benih yang berkecambah ditanam ke dalam polybag - Setelah penanaman benih lakukan penyiraman secara teratur Perbanyakan tanaman karet dapat dilakukan secara generatif maupun vegetatif. Bentuk bahan tanaman yang dipersiapkan untuk ditanam dilapangan dapat diadakan melalui cara sebagai berikut : - stump mata tidur (budded stump) - stump tinggi (high stump) - tanaman dalam polybag Dasar pendekatan untuk pemilihan bentuk bahan tanaman adalah : - memperpendek masa tidak menghasilkan (immature) - membuat pertumbuhan tanaman yang lebih seragam. Pengendalian hama dan penyakit a. Hama 1.Pseudococcus citri . Pengendaliannnya dengan menggunakan insektisida jenis Metamidofos, dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,05 - 0,1%. 2. Kutu Lak (Laeciper greeni). Dapat diberantas dengan insektisida Albolinium (Konsentrasi 2%) ditambah Surfactan citrowett 0,025%. b. Penyakit Penyakit-penyakit yang ditemui pada tanaman karet diantaranya adalah penyakit embun tepung, penyakit daun, penyakit jamur upas, dan penyakit cendawan akar putih.

2.2

Rekayasa Media Tanam Untuk Tanaman Karet

Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya. Iklim

Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat. Curah hujan

Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai 4.000 mm/t ahun,dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan berkurang. Tinggi tempat

Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 250C sampai 35oC. Angin

Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya kurang baik untuk penanaman karet

Pengolahan media tanam pada tanaman karet ditujukan untuk efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.

Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan

pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 - 10 pohon (tergantung derajat

kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan. Pengajiran Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut : Pada areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti

arahTimur Barat berjarak 7 m dan arah Utara Selatan berjarak 3 m (lihat Gambar 1).

Gambar 1. Cara Pengajiran pada Lahan Datar

b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur), lihat Gambar 2.

Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat

penggalian lubang untuk tanaman.

Gambar 2. Cara Pengajiran Menurut Kontur.

Pembuatan Lubang Tanam Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan (Gambar 3). Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam. Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover crops = LCC) Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan air,

serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.

Gambar 3. Pembuatan Lubang Tanam. Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg. Pueraria javanica, 6 kg Colop ogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak 1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar rata di atas tanaman kacangan.

2.3

Rekayasa Tanaman Karet

Contoh Rekayasa yang dilakukan pada Tanaman Karet. a. Cara Perbanyakan Klonal dengan teknologi microcutting. Saat ini di Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia sedang dikembangkan cara perbanyakan klonal dengan teknologi microcutting, yaitu suatu teknik mikropropagasi berbasis kultur in vitro dengan menggunakan eksplan potongan batang muda yang memiliki mata tunas aksiler (axillary buds) (NurhaimiHaris et al. 2009). Keuntungan sistem perbanyakan tersebut adalah tersedianya batang bawah tanpa dipengaruhi musim biji serta tersedianya batang bawah dalam bentuk klon yang selama ini belum pernah bisa dihasilkan pada tanaman karet. Penggunaan batang bawah klonal diduga dapat meningkatkan keseragaman tanaman karet di lapangan

10

sehingga akan berdampak positif terhadap pertumbuhan tanaman dan produksi lateks. Di samping itu, kemampuan melakukan perbanyakan batang bawah secara klonal membuka peluang untuk menghasilkan batang bawah dengan karakteristik tertentu, seperti toleran terhadap penyakit serta kondisi lingkungan yang kering. Meskipun perbanyakan batang bawah karet dengan teknologi microcutting telah dapat dilakukan, namun aplikasinya dalam skala besar masih ter-kendala. Penyebab utamanya adalah banyaknya tanaman yang hilang akibat kontaminasi, rendahnya laju multiplikasi, terjadinya kelainan morfologis dan fisiologis dari tanaman yang dihasilkan, serta banyaknya tanaman yang mati dalam proses aklimatisasi. Semua kendala tersebut menyebabkan biaya produksi per satuan bibit menjadi mahal. Tanaman yang ditumbuhkan secara in vitro biasanya diletakkan dalam tabung atau botol kultur dengan tutup rapat untuk menghindari kontaminasi bakteri dan jamur serta untuk menjaga kelembaban lingkungan kultur. Akan tetapi tutup yang rapat tersebut sering mempengaruhi komposisi gas di dalam tabung/botol sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Tutup tabung/botol seperti aluminium foil, parafilm, plastik wrap atau tutup dengan drat menyebabkan terhambatnya pertukaran gas antara di dalam dan di luar tabung/botol. Oleh karena itu udara di dalam tabung/botol berbeda dengan udara ex vitro sehingga sering menyebabkan malfungsi stomata, rendahnya kandungan klorofil, memanjangnya daun serta hiperhidrasi. Kondisi yang demikian mengakibatkan laju multiplikasi dan daya hidup tanaman menjadi rendah. Untuk meningkatkan kualitas udara di dalam lingkungan kultur dan untuk meminimalkan perbedaan udara di dalam dan di luar lingkungan kultur dapat digunakan wadah kultur yang dilengkapi dengan ventilasi. Salah satunya yang cukup baik adalah the full-gas microbox karena tutup box dilengkapi dengan berbagai ukuran filter sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran udara (gas exchange) secara pasif atau alami ke dalam maupun ke luar lingkungan kultur. Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penggunaan tutup wadah kultur berventilasi terhadap

11

pertumbuhan planlet karet dalam proses kultur in vitro, meliputi morfologi planlet, karakteristik stomata serta kadar klorofil daun planlet.

b. Okulasi Okulasi pohon karet merupakan satu rangkaian usaha untuk memperoleh bahan tanaman yang baik (unggul) yang tidak dapat dipisahkan sejak seleksi dan perkecambahan. Okulasi dapat dilakukan secara green budding (okulasi hijau: umur bibit 3 8 bulan) dan
Cara Okulasi

brown budding (okulasi coklat umur 9 18 bulan).

Persiapkan mata okulasi Buatlah perisai pada entres dengan ukuran lebih kecil dari jendela dan mata diambil dari ketiak daun

Pisahkan kayu dari kulit (perisai) Bukalah jendela pada batang bawah kemudian selipkan perisai diantara kulit jendela dan cambium

Masukkan perisai ke dalam jendela Tutup kulit jendela kemudian dibalut dengan rafia atau pita plastic yang tebalnya 0,04 mm.

Setelah 3 minggu, balut dibuka, jika perisai digores sedikit masih hijau segar, maka okulasi berhasil., jika tidak diulang 1-2 minggu kemudian.

Bila bibit akan dipindahkan potonglah miring batang bawah + 10 cm di atas okulasi. Bibit okulasi yang dipindahkan dapat berbentuk stum mata tidur, stum tinggi, stum mini, dan bibit polybag

Klon-klon yang dianjurkan sebagai bibit batang bawah adalah: GTI, LCB 1320 dan PR 228.

12

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Tanaman karet merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting di Indonesia. Banyak hal yang harus diperhatikan dalam proses budidaya karet itu sendiri seperti iklim, curah hujan , tinggi tempat, angin, PH tanah, dan jenis tanah. Dengan melakukan rekayasa media tanam dan rekayasa tanaman seperti cara perbanyakan klonal dengan teknologi microcutting dan secara vegetatif dengan okulasi, upaya peningkatan produktifitas usahatani karet pun akan terus meningkat .

3.2 Saran Sebagai salah satu negara utama penghasil karet alam di dunia, Indonesia harus terus berupaya untuk menningkatkan produksi dan produktivitas karet di bidang teknologinya agar dapat memenuhi permintaan pasar global yang terus meningkat, juga untuk meningkatkan devisa negara dan kesejahteraan petani karet.

13

DAFTAR PUSTAKA

Hanum Chairani.2008.Teknik Budidaya Tanaman Karet.Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta. Nurhaimi-Haris, Sumaryono, Siswanto, Sumarmadji, PD Kasi & MP Carron (2009a). Teknologi microcutting untuk perbanyakan bahan tanam karet. Dalam: Prosiding Lokakarya Nasional Pemuliaan Tanaman Karet. Batam, 4-6 Agt 2009 p.188-198.
http://disbun.kuansing.go.id/_uploads//2010/06/budidaya-tanaman-karet.pdf diakses tanggal 24 September 2012 pukul 16: 00 http://www.ipard.com/art_perkebun/MANAJEMEN%20DAN%20TEKNOLOGI%20BUDIDAYA %20KARET.pdf diakses tanggal 24 September 2012 pukul 16: 21

14

Anda mungkin juga menyukai