arah yang berlangsung terus-menerus untuk meningkatkan pengertian masyarakat secara penuh atas suatu proses kegiatan, di mana masalah-masalah dan kebutuhan masyarakat dianalisis oleh lembaga yang berwenang, dan dalam pada itu akan terjadi feed forward information (komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat tentang suatu kebijakan) dan feedback information (komunikasi dari masyarakat ke pemerintah atas kebijakan itu). Keterlibatan masyarakat di dalam penetapan sebuah kebijakan, sesungguhnya bisa mengetahui langsung apa-apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga dalam penentuan kebijakan tidak terjadi miss concepting. Apalagi, pembuatan sebuah kebijakan tidak memakan biaya yang sedikit. Transparansi dana dalam penentuan kebijakan juga diperlukan agar masyarakat tidak curiga. Siswanto (2001), tujuan utama melibatkan masyarakat dari sejak tahap awal perencanaan sebuah kebijakan adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna dari warga negara dan warga masyarakat yang berkepentingan (public interest) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Karena dengan melibatkan warga masyarakat yang potensial terkena dampak kegiatantermasuk kelompok-kelompok kepentingan (interest groups) yang adapara pengambil keputusan akan dapat menangkap pandangan, kebutuhan, dan pengharapan dari warga masyarakat dan kelompok-kelompok kepentingan tersebut serta menuangkannya ke dalam sebuah konsep kegiatan yang memang benar-benar dibutuhkan. Di-apatiskan Adapun kelompok yang berpartisipasi dalam penentuan kebijakan ini notabene golongan-golongan Islam yang bisa dikatakan beraliran radikal. Mereka pun berpartisipasi dalam penentuan kebijakan bukan karena diajak untuk merumuskan sebuah kebijakan yang akan di buat tersebut. Namun, karena kelompok-kelompok tersebut merasa kebijakan yang akan dibuat melenceng dari kaidah-kaidah Islam. Menurut penulis, tidak melibatkannya masyarakat dalam menentukan sebuah kebijakan merupakan hal yang tidak manusiawi. Sebab menciptakan sikap apatis terhadap masyarakat karena Negara (pemerintah) jarang sekali melibatkan warga masyarakat dalam menentukan sebuah kebijakan. Karena jarang dilibatkan dalam menentukan sebuah kebijakan, maka lahirlah masyarakat yang apatis dan tidak peka terhadap politik yang mungkin sesuai harapan dengan para pejabat-pejabat Negara kita.
Padahal secara teoretis dalam buku-buku yang kita pelajari, penglibatan masyarakat dalam menetapkan kebijakan public sesuatu yang diwajibkan, untuk melaksanakan fungsi control masyarakat itu sendiri. Namun realitanya di Negara kita, kebijakan-kebijakan tersebut hanya dijadikan diskursus oleh para pakar-pakar politik. Langkah perubahan Perlu dilakukan langkah-langkah untuk memperbaiki system yang sudah melenceng dari ciri-ciri pemerintahan yang demokratis. Melibatkan para pakar-pakar politik dan semua kalangan birokrat serta aparatur Negara. Dari tingkat yang paling rendah sampai yang paling atas. Transparansi dana serta kebijakan pun perlu dilakukan agar tidak terjadi ketidakpercayaan (mistrust) terhadap pemerintah. Selain itu mencegah kebijakan tersebut menjadi bias. Selain itu, kebijakan yang akan ditetapkan, sebaiknya diuji coba terlebih dahulu, apakah kebijakan tersebut sudah sesuai dengan kondisi masyarakat atau tidak. Pemerintah juga harus peka terhadap kebijakan yang akan ditetapkan. Sebab masyarakat kita begitu beragam suku, bangsa dan agama. Karena apabila hal-hal seperti ini tidak diperhatikan maka akan terjadi benturan kepentingan. Kebijakan yang diciptakan manusia pasti mempunyai cacat, masyarakat yang kurang puas akan ketetapan kebijakan juga harus legowo dan selalu mengontrol kebijakan tersebut. Apakah masih relevan dengan masyarakat atau tidak. Evaluasi berkala juga perlu dilakukan terhadap kebijakan yang sudah dijalankan. Dengan menjalankan langkah-langkah sederhana di atas maka terciptalah hubungan yang demokratis antara warga dan Negara.