Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung pada kualitas pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik sumber daya manusia kearah positif, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar di kelas. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa secara bersamasama untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Usman (1990) dalam Suryosubroto (2002 : 19) Proses belajar mengajar adalah suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Inti dari pembelajaran yang diberikan oleh guru adalah agar siswa memahami konsep yang diberikan dengan baik, dengan cara yang paling mudah diterima oleh siswanya, kemudian diakhiri dengan evaluasi. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, fisika memegang peranan penting terhadap perkembangan ilmu yang lain. fisika dalam penerapannya sangat bermanfaat dalam berbagai kehidupan, sehingga fisika perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pihak yang terkait, artinya keberhasilan dalam proses pembelajaran fisika tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan peserta didik dan kesiapan pengajar (guru). Namun fakta yang terlihat di lapangan pada pembelajaran fisika, pembelajaran masih bersifat verbal, siswa tampak pasif dan menerima pengetahuan sesuai dengan yang diberikan guru. Proses belajar mengajar yang dilakukan di sekolah masih berpusat pada guru (teacher centred). Pada waktu guru memberi kesempatan untuk menjawab ataupun bertanya, siswa memilih untuk diam karena mereka bingung apa yang akan dijawab dan ditanyakan.

Sesuai dengan pengalaman peneliti saat melakukan Praktek Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bangun Purba banyak siswa yang menyatakan bahwa pelajaran fisika itu merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami dan membosankan. Mereka juga cenderung menganggap pelajaran fisika selalu identik dengan rumus yang banyak dan susah untuk diingat. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat menghitung tetapi tidak dapat mengerti konsep fisika sebenarnya. Kenyataan tersebut juga dijelaskan berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Parulian 2 Medan bahwa minat dan motivasi belajar siswa khususnya fisika masih tergolong rendah. Hal ini dikarenakan banyak siswa yang beranggapan bahwa fisika itu sulit sehingga keinginan untuk mengikuti pelajaran fisika cenderung menurun. Keadaan ini pula yang kemudian menyebabkan rendahnya hasil belajar fisika siswa. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada Ibu Norma Manurung, guru fisika SMP Parulian 2 Medan, beliau mengatakan bahwa hasil ulangan harian fisika masih jauh dari yang diharapkan. Jika dilihat dari kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada mata pelajaran fisika yang ditetapkan di sekolah tersebut, hanya 1 5 orang saja yang mampu mencapai nilai di atas 67 dan selebihnya masih di bawah 67. Ketika di wawancara lebih lanjut ternyata pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran konvensional dimana guru adalah sebagai pusat pemberi informasi tanpa melibatkan siswa untuk ikut aktif. Rendahnya pencapaian hasil belajar siswa ini, menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Menyikapi masalah di atas, perlu adanya upaya yang dilakukan oleh guru untuk menggunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas sesuai dengan materi yang disampaikan. Strategi pembelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk

mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2007 : 194). Dalam strategi ini, guru memberikan masalah kepada siswa untuk dipecahkan sendiri dimana siswa akan diberikan waktu untuk mencari jawaban melalui pengamatan, melakukan praktek sendiri atau membaca buku yang relevan. Strategi ini membantu menciptakan proses belajar mengajar yang akan merangsang minat dan keinginan siswa untuk mempelajari suatu hal dengan berusaha menemukan jawaban. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran berbasis konstruktivis yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Strategi pembelajaran ini memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, peran guru disini sebagai fasilitator dan mediator. Menurut I Made dan Rapi (2008) dalam jurnal penelitian dan pengembangan pendidikan Inkuiri memiliki keunggulan komparatif terhadap model pembelajaran konvensional dalam meningkatkan pemahaman konsep fisika dengan terlebih dahulu memahami hakekat pandangan konstruktivitisme dalam belajar dan mengajar. Strategi pembelajaran inkuiri ini sudah pernah diteliti Elida Tambunan (2010) yang menunjukkan bahwa dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa di SMPN 4 Laguboti pada materi pokok zat dan wujudnya dimana untuk kelas eksperimen nilai rata-rata hasil belajarnya 80,29 sedangkan nilai rata-rata hasil belajar untuk kelas kontrol adalah 68,57. Hasil penelitian yang diperoleh memperlihatkan bahwa setelah dilakukan pembelajaran dengan strategi inkuiri terjadi peningkatan hasil belajar siswa sebesar 14,6%. Selain ada peningkatan ada juga kelemahan pada penelitian ini yaitu pengorganisasian kelompok yang kurang efektif sehingga mengakibatkan ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya. Untuk itu peneliti akan berusaha merencanakan pengorganisasian kelompok secara efektif.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Gaya dan Hukum Newton Kelas VIII Semester I SMP Parulian 2 Medan T.A 2011/2012. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Hasil belajar fisika siswa masih rendah. 2. Kurangnya minat dan motivasi siswa untuk mempelajari fisika. 3. Strategi pembelajaran yang digunakan kurang tepat dan masih monoton. 4. Pembelajaran fisika di sekolah masih bersifat verbal, guru yang lebih aktif berperan sehingga kurang mendorong siswa untuk berpikir kritis dan berpartisipasi dalam proses belajar mengajar. 5. Siswa menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit, identik dengan rumus, tidak menarik dan membosankan. 1.3. Batasan Masalah Karena luasnya permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran ini, maka penulis membuat batasan masalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri. 2. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII Semester I. 3. Subjek penelitian adalah siswa SMP Parulian 2 Medan kelas VIII. 4. Hasil belajar yang dianalisis adalah dalam bentuk angka yang diperoleh dari tes yang dilaksanakan selama penelitian. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII SMP Parulian 2 Medan. 2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII SMP Parulian 2 Medan. 3. Bagaimana pengaruh penggunaan strategi pembelajaran inkuiri pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII SMP Parulian 2 Medan. 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka penelitian ini dimaksudkan untuk : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII SMP Parulian 2 Medan. 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII SMP Parulian 2 Medan. 3. Untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran inkuiri pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII SMP Parulian 2 Medan. 1.6. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, maka penulis mengharapkan tulisan ini dapat bermanfaat sebagai : 1. Bahan masukan bagi guru khususnya guru fisika untuk menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran. 2. Bahan informasi yang bermanfaat bagi peneliti sebagai calon guru dan memberikan sumbangan pemikiran kepada para pembaca mengenai pentingnya penelitian lanjut dalam bidang pendidikan, khususnya mengenai strategi pembelajaran inkuiri. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Pengertian Belajar dan Mengajar Menurut Djamarah dan Zain (2006 : 10) belajar adalah proses perubahan tingkah laku melalui pengalaman dan latihan artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, atau pribadi peserta didik. Sedangkan menurut Morgan (1978) dalam Sagala (2009 : 13), belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Dalam pengertian luas, belajar diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha pemahaman dan penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan suatu kegiatan menuju terbentuknya kepribadian manusia seutuhnya (Sardiman, 1986 : 20). Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai perubahan tingkah laku, dimana perubahan itu mengarah kepada hal yang baik atau dalam pengertian lain belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Ada beberapa hal pokok dalam belajar antara lain: a. b. c. Belajar membawa perubahan. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan dimana ada subjek yang memberi dan ada subjek yang menerima. Djamarah dan Zain (2006) mengatakan bahwa Mengajar adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi, lingkungan yang ada disekitar anak didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar. Dengan kata lain bahwa di dalam mengajar ada dua hal yang saling terlibat

yaitu guru dan siswa, dimana guru memberikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik karena pada dasarnya mengajar adalah membantu seseorang untuk mempelajari sesuatu. Menurut Sardiman (1986) Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tetapi memiliki makna yang berbeda dimana belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi. Belajar mengajar selaku sistem instruksional mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan guru, teman, maupun dengan lingkungannya. Untuk menciptakan situasi yang menumbuhkan gairah belajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa, mereka memerlukan pengorganisasian proses pembelajaran. Kendala yang terjadi dan menjadi penghambat jalannya proses pembelajaran, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun dari luar diri anak didik, harus dihilangkan guru, bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola kelas (Djamarah dan Zain, 2006 : 53). 2.1.2. Hasil Belajar Dalam setiap melakukan kegiatan seseorang selalu mengharapkan hasil, hal yang sama pula dengan kegiatan belajar. Hasil belajar tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan yang berwujud karya atau

benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut. Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah yang terkandung dalam tujuan. Menurut Davies (1986) dalam Dimyati dan Mudjiono (2009 : 201) menyatakan: Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni : ranah koqnitif, ranah efektif, dan ranah psikomotorik. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Dari hasil tersebut, biasanya siswa dikatakan berprestasi baik jika mempunyai nilai yang tinggi dan dikatakan berprestasi rendah jika mempunyai nilai yang rendah. Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorrik. Maka hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajar. 2.1.3. Aktivitas Siswa Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan gerak fisik dan mental sekaligus. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu selalu berkaitan. Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa. Menurut Sanjaya (2007 : 133-134) menyatakan: Beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa, yaitu : 1. Asumsi filosofis tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan moral. 2. Asumsi tentang siswa sebagai subjek pendidikan. Asumsi ini menggambarkan bahwa anak didik bukanlah obyek yang harus dijelajahi dengan informasi, tetapi mereka adalah subjek yang memiliki

potensi dan proses pembelajaran yang seharusnya diarahkan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik itu. 3. Asumsi tentang guru. Bahwa guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik dan memilliki kemampuan profesional dalam mengajar. 4. Asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran yang direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem. Proses pengajaran akan lebih aktif apabila menggunakan metode dan teknik yang tepat dan berdaya guna. Dalam pandangan psikologis modern belajar bukan hanya sekedar menghapal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi proses mental dan proses pengalaman. Menurut Sanjaya (2007 : 130) menyatakan: Belajar bukanlah menghapal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. 2.1.4. Strategi Pembelajaran Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah dapat dilakukan oleh guru dengan menggunakan cara tertentu. Proses pembelajaran berjalan secara optimal perlu adanya rencana pembuatan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran (Depdiknas, 2008). Strategi pembelajaran memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Kemp dalam (Sanjaya, 2007 : 124) strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey dalam (Sanjaya, 2007 : 124) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa.

10

Menurut Sanjaya (2007 : 129-131) menyatakan Prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Berorientasi pada tujuan Prinsip ini mengandung makna bahwa keberhasilan suatu strategi pembelajaran dapat ditentukan dari keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. 2. Aktivitas Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. 3. Individualitas Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakekatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap individu. 4. Integritas Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, tetapi juga meliputi pengembangan aspek afektif dan aspek psikomotor. 2.1.5. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal segala sesuatu melalui indera penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah inkuiri dikembangkan sebagai strategi pembelajaran. Inkuiri berasal dari kata inquiry, berarti pemeriksaan atau penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses yang umum dilakukan manusia untuk mencari dan memahami informasi. Menurut Gulo (2002) strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sedangkan

11

menurut Sanjaya (2007) strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Adapun ciri-ciri utama dalam strategi pembelajaran inkuiri, yaitu : 1. Strategi pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. 2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. 3. Strategi pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Selama aktivitas pembelajaran berlangsung, biasanya dilakukan proses tanya jawab antara guru dan siswa. Pertanyaan bersifat terbuka, memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelidiki sendiri dan mencari jawaban sendiri Berbagai jenis teknik bertanya perlu dikuasai oleh guru, apakah bertanya hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, untuk bertanya melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kemampuan berpikirnya. Sebab kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya merupakan bagian dari proses berpikir. Sanjaya (2007 : 197) menyatakan bahwa Tujuan utama strategi pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar ingin tahu mereka. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal; namun sebaliknya siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach).

12

Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Strategi inkuiri akan efektif manakala: Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan. Dengan demikian dalam strategi inkuiri penguasaan materi pelajaran bukan sebagai tujuan utama pembelajaran, akan tetapi yang lebih dipentingkan adalah proses belajar. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi, akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian. Jika proses pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu. Jika guru akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemauan dan kemampuan berpikir. Strategi inkuiri akan kurang berhasil diterapkan kepada siswa yang kurang memiliki kemampuan untuk berpikir. Jika jumlah siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa. Menurut Sagala (2009 : 197) menyatakan: Strategi inkuiri dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas dan sesuai dengan daya nalar siswa. 2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar. Guru tidak banyak campur tangan dan intervensi terhadap kegiatan siswa. Strategi inkuiri merupakan strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Dalam penggunaan strategi ini terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh setiap guru. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: 1. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

3. 4. 5. 6.

13

Tujuan utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar. 2. Prinsip Interaksi Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi siswa dengan lingkungannya. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri. 3. Prinsip Bertanya Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajaran inkuiri adalah guru sebagai penanya. Kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir. 4. Prinsip Belajar untuk Berpikir Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapai belajar adalah proses berpikir. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. 5. Prinsip Keterbukaan Belajar adalah proses mencoba berbagai kemungkinan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenarannya. Menurut Gulo (2002 : 86) menyatakan Peranan utama guru dalam menciptakan kondisi inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berpikir. 2. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. 3. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan pada diri sendiri. 4. Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas. 5. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan. 6. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

14

7. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa. 2.1.6. Teknik Inkuiri Pembelajaran inkuiri merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri itu antara lain siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan. Kemudian mereka mempelajari, meneliti dan membahas masalah yang diberikan oleh guru dalam kelompok dan hasilnya didiskusikan, dari hasil diskusi diperoleh kesimpulan. Guru menggunakan teknik ini sewaktu mengajar dengan tujuan agar siswa bisa terangsang dengan tugas atau masalah yang diberikan dan aktif untuk mencari, meneliti dan dapat memecahkan masalah tersebut. Inkuri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan. Pada hakekatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan (Gulo, 2002 : 93). Dalam Sanjaya, (2007 : 199) siklus strategi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Orientasi Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim yang respontif. Pada langkah ini guru mengkondisikan siswa untuk siap melaksanakan proses pembelajaran, guru marangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. 2. Merumuskan Masalah Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-

15

teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. 3. Merumuskan Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. 4. Mengumpulkan Data Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Pada langkah ini proses pengumpulan data membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Tugas guru adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa dapat berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. 5. Menguji Hipotesis Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6. Merumuskan Kesimpulan Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Pada langkah ini siswa dilatih untuk dapat membuat kesimpulan berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang diperoleh. Untuk mencapai kesimpulan akhir yang akurat, guru harus menunjukkan pada siswa data mana yang relevan sesuai dengan masalah yang hendak dipecahkan. Strategi Pembelajaran Inkuiri merupakan salah satu strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan dan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, karena strategi ini memiliki keunggulan, tetapi selain memiliki beberapa keunggulan strategi ini juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Sanjaya (2007 : 206) ada beberapa keunggulan dan kelemahan strategi inkuiri diantaranya: 1. Keunggulan 1. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif dan

16

psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna. 2. Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka. 3. Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. 4. Strategi pembelajaran inkuiri dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya siswa yang memiliki kemampuan belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. 2. Kelemahan 1. Jika strategi pembelajaran inkuiri digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. 2. Strategi pembelajaran inkuiri sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. 3. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh guru. 2.1.7. Pembelajaran Konvensional Strategi pembelajaran konvensional adalah strategi pembelajaran yang biasa dipakai guru dalam pengajaran, yaitu yang menempatkan guru sebagai sumber segala informasi sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Hubungan siswa dengan guru sangat kaku, sebab guru dianggap sebagai tokoh yang harus ditiru dalam segalanya. Strategi pembelajaran konvensional mengarahkan siswa sesuai dengan interaksi yang diinginkan oleh guru. Strategi pembelajaran ini telah

17

memberikan pengaruh yang kurang baik karena siswa berperan sebagai penerima informasi yang pasif. Menurut Sanjaya (2007 : 259) menyatakan bahwa Dalam strategi pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif; siswa lebih banyak belajar dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran; pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak; perilaku siswa didasarkan faktor dari luar dirinya misalnya takut hukuman dari guru; guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran. Ini berarti dalam strategi pembelajaran konvensional guru menjadi pusat pembelajaran dan sangat tidak memperhatikan perbedaan kemampuan individu yang dimiliki siswa. Peneliti menggunakan strategi pembelajaran konvensional yang biasa digunakan yakni ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran. Strategi ini dipakai sebagai bandingan dengan strategi pembelajaran inkuiri. Ceramah adalah penuturan lisan dari guru kapada siswanya. Ceramah juga merupakan suatu kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata di depan orang banyak. Penyampaian informasi dengan kata sering mengaburkan dan kadangkadang ditafsirkan salah. Menurut Sanjaya (2007 : 145) Ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa. Pada strategi pembelajaran konvensional ini siswa belajar dengan lebih banyak mendengarkan penjelasan guru jika guru memberikan latihan soal-soal kepada siswa. Hal ini jelas memperlihatkan bahwa dominasi guru dalam proses belajar sangat besar dan secara otomatis mempengaruhi hasil belajar yang dicapai siswa. Kelebihan Pembelajaran Konvensional Adapun kelebihan dari pembelajaran konvensional ini adalah : Mempunyai keunggulan karena dapat berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain. Menyampaikan informasi dengan cepat.
Membangkitkan minat akan informasi. Mengajari peserta didik yang cara

belajar terbaiknya dengan mendengarkan.

18

Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar. Kelemahan Pembelajaran Konvensional Adapun kelemahan dari pembelajaran konvensional ini adalah :
Tidak semua peserta didik memiliki cara belajar terbaik dengan

mendengarkan. Sering terjadi kesulitan pengajaran untuk menjaga agar peserta didik tetap tertarik dengan apa yang dipelajari. Metode ini cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis serta mengasumsikan bahwa cara belajar peserta didik itu sama dan tidak bersifat pribadi.
Kurang menekankan pada pemberian keterampilan proses (hands-on

activities). Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh pendidik pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Para peserta didik tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu dan penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas (hasil). Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal. Pendidik jarang mengajar peserta didik untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu konsep. Peserta didik hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah.

2.1.8. Materi Pembelajaran 2.1.8.1. Pengertian Gaya Defenisi pengertian gaya terbagi atas dua yaitu menurut social dan menurut fisika. Menurut social gaya (style) adalah gerakan tertentu yang diatur untuk

19

menarik perhatian orang lain. Sedangkan menurut fisika gaya (force) adalah sesuatu yang dapat mengubah keadaan maupun kedudukan suatu benda. Gaya dapat berupa tarikan atau dorongan yang menggangu benda. Berikut ini merupakan contoh pengaruh yang ditimbulkan oleh gaya terhadap suatu benda. Benda diam menjadi bergerak. Misalnya bola sepak yang diam di tanah menjadi bergerak setelah kamu tendang. Benda bergerak menjadi diam. Misalnya bola basket yang dilempar ke arahmu menjadi berhenti setelah kamu tangkap. Bentuk dan ukuran benda berubah. Misalnya karet gelang yang kamu tarik, bentuknya berubah dan ukuran panjangnya juga berubah. Arah gerak benda berubah. Misalnya bola sepak yang menuju ke arahmu berubah arahnya setelah kamu tendang. Berdasarkan cara suatu gaya mempengaruhi benda lain, gaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Gaya Sentuh Gaya sentuh adalah gaya yang timbul karena persentuhan langsung secara fisik antara dua benda. Contoh gaya sentuh: Orang menarik orang lain; terjadi sentuhan tangan antara kedua orang tersebut. Atlet memutar martil; terjadi sentuhan antara tangan atlet dengan martil melalui tali. Mobil menabrak mobil lain; terjadi sentuhan antara tangan dengan karet.

2. Gaya tak sentuh Gaya tak sentuh adalah gaya yang timbul walaupun dua benda tidak bersentuhan langsung secara fisik. Contoh gaya tak sentuh: Gaya tarik matahari pada planet-planet yang mengelilinginya.

20

gaya antara magnet dengan besi. Besi bisa ditarik oleh magnet, meskipun keduanya terpisah. Gaya antara potongan-potongan kertas kecil dengan mistar plastik yang telah digosok dengan rambut kering. Besaran gaya dapat diukur dengan menggunakan neraca pegas. Satuan gaya

dalam SI adalah newton, disingkat dengan N. Nama satuan ini diambil dari nama seorang ilmuwan Inggris, Sir Isaac Newton (1642-1727), sebagai penghormatan atas jasa-jasanya. Kita telah mengetahui bahwa gaya dapat diukur. Artinya, gaya mempunyai nilai (besar) tertentu. Selain memiliki nilai, gaya juga memiliki arah. Dalam fisika, suatu besaran yang memiliki nilai dan arah disebut besaran vektor. Besaran yang hanya memiliki nilai tetapi tidak memiliki arah disebut besaran skalar. Contoh besaran skalar, antara lain massa, waktu, dan jumlah zat. Suatu gaya (besaran vektor) dapat digambar dengan menggunakan diagram vektor berupa anak panah. Misalkan sebuah gaya F kita lukiskan dengan anak panah OA seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1. Anak panah memiliki titik tangkap O, ujung A, panjang OA, dan arah dari O ke A. Titik tangkap anak panah menyatakan titik dimana gaya F bekerja. Panjang anak panah menyatakan nilai atau besar gaya, dan arah anak panah menyatakan arah gaya. O F A

Gambar 2.1 Diagram vektor dari gaya F Benda yang sulit didorong oleh satu orang menjadi mudah jika didorong oleh dua orang sekaligus atau lebih. Hal ini menunjukkan bahwa gaya yang dihasilkan oleh dua orang lebih besar daripada gaya yang dihasilkan sendiri-sendiri. Misalkan, orang-orang tersebut mengeluarkan gaya sebesar F1 dan F2. Kita dapat mengganti gaya kedua orang tersebut dengan sebuah gaya yang besarnya F. Gaya pengganti ini disebut resultan gaya, yang diberi simbol R. Besar R dapat ditentukan dengan perhitungan aljabar, jika kedua gaya bekerja pada satu garis kerja.

21

Secara umum, jika F1, F2, adalah gaya-gaya searah yang bekerja pada sebuah benda, resultan gaya-gaya tersebut adalah R. Besar resultan gaya adalah R = F1 + F2 + ... dan arahnya sama dengan arah gaya-gaya tersebut. Dua atau lebih gaya yang berlawanan arah dapat diganti dengan sebuah resultan gaya R. Besar resultan gaya merupakan hasil penjumlahan secara aljabar gaya-gaya tersebut. Arah resultan searah dengan arah gaya yang lebih besar. Tetapi karena arahnya berlawanan, salah satu gaya (yang lebih kecil) harus diberi tanda negatif. 2.1.8.2. Gaya Gesekan Gaya gesekan adalah gaya yang ditimbulkan oleh dua permukaan yang bergesekan. Gaya gesekan termasuk gaya sentuh, karena kedua permukaan yang bergesekan pasti bersentuhan. Misalnya, jika seseorang mencoba mendorong lemari buku secara perlahan, lemari buku tersebut belum akan bergerak. Namun, jika dia menambah tenaga dorongannya, barulah lemari buku tersebut bergerak. Hal itu menunjukkan bahwa ada suatu gaya yang besarnya sama dengan besar gaya tarik, tetapi arahnya berlawanan.

Gambar 2.2 Seorang anak mendorong sebuah lemari buku pada lantai kasar dengan gaya dorong F. Jadi, gaya gesekan adalah gaya yang diberikan bidang sentuh pada benda dan arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak benda. Besar gaya gesekan ditentukan oleh kehalusan atau kekasaran permukaan benda yang bersentuhan. Gaya gesekan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Gaya gesek statis adalah gaya gesekan yang timbul sejak benda diberi gaya sampai sesaat sebelum benda mulai bergerak. Gaya gesekan ini mempunyai nilai yang bervariasi antara nol hingga nilai maksimalnya.

22

b. Gaya gesekan kinetis adalah gaya gesekan yang timbul ketika benda sudah bergerak. Besarnya gaya gesekan kinetis lebih kecil daripada gaya gesekan statis. 2.1.8.3. Gaya Berat Menurut hukum gravitasi Newton, semua benda menarik benda lain karena benda memiliki massa. Gaya tarik antara dua benda yang memiliki massa disebut gaya gravitasi atau gaya berat. Massa (simbol m, dari kata mass) adalah ukuran jumlah materi yang dikandung oleh suatu benda. Karena itu massa tidak dipengaruhi oleh lokasi benda barada. Massa di manapun dalam alam semesta ini adalah tetap. Massa adalah besaran skalar, memiliki satuan kg, dan diukur dengan neraca. Gaya gravitasi bumi menyebabkan semua benda yang ada dipermukaan bumi memiliki berat. Berat (simbol w, dari kata weeight) adalah ukuran besarnya gaya gravitasi terhadap benda itu. Berat benda di bumi adalah gaya gravitasi Bumi yang bekerja pada benda. Jelas bahwa berat dipengaruhi oleh lokasi benda berada. Perbandingan antara berat dengan massa suatu benda disebut percepatan gravitasi bumi, yang diberi simbol g. Percepatan gravitasi bumi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. g= w m .............................................. (2.1)

dengan w = berat benda (N) dan m = massa (kg). Satuan percepatan gravitasi adalah N/kg. Besar percepatan gravitasi bumi rata-rata adalah 9,8 N/kg. Untuk memudahkan penyelesaian soal, biasanya kita gunakan nilai g = 10 N/kg. Berat benda bergantung pada besar gravitasi di tempat benda itu berada. Dari persamaan 2.1 dapat diturunkan dua persamaan lain, yaitu: w = mg ......................................................... (2.2) m= w .......................................................... (2.3) g

2.1.8.4. Hukum Newton

23

1. Hukum Newton I Sifat benda pada prinsipnya bersifat lembam, artinya bahwa benda itu mempunyai sifat untuk mempertahankan kedudukannya. Sebuah benda dalam keadaan diam mempunyai kecenderungan untuk tetap diam dan jika benda sedang bergerak, mempunyai kecenderungan untuk tetap bergerak. Sifat yang dimiliki oleh benda seperti itulah yang disebut sifat kelembaman atau sifat inersia. Kecenderungan sifat benda yang ingin tetap diam atau tetap ingin bergerak, dirumuskan oleh Sir Isaac Newton sebagai Hukum I Newton. Menurut Hukum I Newton Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol maka benda yang mula-mula diam akan terus diam (mempertahankan keadaan diam), sedangkan jika benda mula-mula bergerak akan terus bergerak dengan kecepatan tetap (mempertahankan keadaan bergeraknya). Secara matematis, Hukum I Newton dinyatakan sebagai berikut:

F = 0

untuk benda diam atau benda bergerak dengan kecepatan tetap

2. Hukum II Newton Bola yang diam memiliki kecepatan nol. Jika bola tersebut ditendang, bola akhirnya memiliki kecepatan. Makin keras tendanganmu pada bola, kecepatan gerak bola juga akan semakin besar. Ini berarti bola memiliki percepatan yang makin besar. Tendangan yang makin keras menandakan gaya yang bekerja pada bola juga makin besar. Jadi makin besar gaya yang bekerja menyebabkan percepatan yang dialami benda makin besar. Dengan kata lain, percepatan berbanding lurus dengan gaya. a~F Dengan kekuatan tendangan yang sama, bola yang berat akan mengalami percepatan yang lebih kecil daripada bola yang ringan. Ini berarti kekuatan tendangan yang sama akan memberikan percepatan yang lebih kecil daripada bola yang berat (massa besar) dibandingkan pada bola yang ringan (massa kecil). Dengan kata lain, percepatan berbanding terbalik dengan massa benda. a~ 1 m

24

Secara matematis, kedua kejadian di atas dapat ditulis menjadi a= F m

Persamaan ini merupakan Hukum II Newton yang menyatakan Sebuah benda yang dikenai gaya akan mengalami percepatan yang besarnya berbanding lurus dengan besar gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda. 3. Hukum III Newton Secara umum, bila benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua, maka sebagai reaksinya benda kedua tersebut akan memberikan gaya pada benda pertama. Pasangan gaya ini terkenal dengan sebutan pasangan gaya aksi dan reaksi. Contoh yang terdapat adanya gaya aksi-reaksi yaitu saat anda memukul tembok, tangan anda akan terasa sakit. Karena sebagai reaksinya tembok akan memukul tangan anda. Contoh lainnya, jika anda menarik pegas ke bawah, maka sebagai reaksinya terasa bahwa tangan anda akan ditarik pegas ke atas. Pasangan gaya aksi-reaksi dijelaskan dengan Hukum III Newton yang berbunyi Jika benda A mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B mengerjakan gaya pada benda A, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan. Secara matematis dituliskan: FA = - FB F Aksi = - F Reaksi Hal yang perlu diperhatikan dalam membahas pengertian hukum gaya aksireaksi, yaitu sebagai berikut: 1. gaya aksi-reaksi bekerja pada dua benda yang berbeda 2. besarnya gaya aksi-reaksi adalah sama, tetapi arahnya berlawanan 3. gaya aksi-reaksi timbul secara berpasangan (tidak ada gaya aksi tanpa ada gaya reaksi, dan sebaliknya) Dalam hal ini, Hukum III Newton menyatakan bahwa tidak ada gaya timbul di alam semesta ini, tanpa keberadaan gaya lain yang sama dan berlawanan dengan gaya itu. Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah benda (aksi) maka benda itu akan mengerjakan gaya yang sama besar namun berlawanan arah (reaksi). Dengan kata

25

lain gaya selalu muncul berpasangan. Tidak pernah ada gaya yang muncul sendirian. 2.2. Kerangka Konseptual Hakekat hasil belajar fisika adalah proses perubahan yang menghasilkan suatu tambahan pengetahuan tentang fisika yang diperoleh melalui belajar sesuai dengan sifat ilmu fisika yang dimulai dengan pengamatan, dan metode ilmiah telah memberi implikasi bagi proses pengajaran yaitu proses mendapatkan pengetahuan. Dalam kegiatan belajar mengajar, strategi pembelajaran yang menempati posisi penting dan dapat menentukan pencapaian hasil belajar yang baik. Salah satu faktor yang turut mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa adalah lemahnya strategi pembelajaran yang digunakan guru selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Penggunaan strategi yang tepat dalam pembelajaran akan dapat membantu siswa menetapkan sikap positif terhadap cara berpikir, dan bagi guru akan lebih mudah menyampaikan informasi materi pelajaran yang tentunya akan lebih mudah pula bagi peserta didik untuk menguasai dan memahami materi pelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran ditunjukkan oleh peningkatan aktivitas belajar siswa, respon positif terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru dan peningkatan hasil belajar. Strategi pembelajaran inkuiri memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang nyata dan aktif kepada siswa. Siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah, membuat keputusan, dan memperoleh keterampilan. Inkuiri memungkinkan siswa dalam berbagai tahap perkembangannya bekerja dengan masalah-masalah yang sama dan bahkan bekerja sama mencari solusi terhadap masalah-masalah. Setiap siswa mampu memainkan dan memfungsikan talentanya masing-masing. Dalam proses inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab pada pendidikan mereka sendiri, siswa belajar dan dilatih bagaimana harus berpikir kritis. Berpikir kritis dapat mendorong siswa mempertanyakan apa yang mereka dengar dan mengkaji pikiran mereka sendiri dan memastikan tidak terjadi logika yang tidak konsisten atau keliru.

26

Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan pembelajaran konvensional dipandang dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa yang mampu membina siswa kearah pemikiran saintifik, hanya saja dengan pembelajaran konvensional akan membatasi ruang lingkup penguasaan siswa terhadap konsep-konsep dari materi yang dipelajari. Sebaliknya dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri akan memberikan keluwesan bagi siswa untuk mengkaji konsep dan materi lain yang terkait, siswa secara aktif akan terlibat dalam proses pembelajaran, dapat belajar dari teman-teman melalui kerja kelompok dan diskusi, dapat memunculkan pertanyaan dan ide-ide siswa, meningkatkan kreativitas siswa dan kemampuan daya nalar siswa. Berdasarkan uraian tersebut, diduga bahwa siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri akan memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 2.3. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII SMP Parulian 2 Medan. Ha : Ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton di kelas VIII SMP Parulian 2 Medan.

BAB III METODE PENELITIAN

27

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Parulian 2 Medan pada siswa kelas VIII semester I Tahun Ajaran 2011/2012. 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1. Populasi Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Parulian 2 Medan Tahun Ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 3 kelas. 3.2.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas yang dipilih secara acak dengan teknik cluster random sampling, yakni setiap kelas populasi berhak memiliki kesempatan untuk menjadi sampel penelitian karena semua kelas VIII di SMP Parulian 2 Medan adalah homogen atau tidak ada ranking kelas. Kelas VIII a sebagai kelas eksperimen (kelas yang menerapkan strategi pembelajaran inkuiri) dan kelas VIII b sebagai kelas kontrol (kelas yang menerapkan strategi pembelajaran konvensional). 3.3. Variabel Penelitian Variabel penelitian ini ada dua yaitu : Variabel bebas : Strategi pembelajaran inkuiri dan strategi pembelajaran konvensional. Variabel terikat : Hasil belajar siswa pada materi pokok gaya dan hukum newton. 3.4. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk melihat atau mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakan pada subjek yaitu siswa. Dengan memberi perlakuan pada kelompok sampel penelitian yang dilakukan melalui strategi pembelajaran inkuiri. Penelitian ini melibatkan dua kelas yang diberi perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen 27

28

dan kelas kontrol. Rancangan penelitian eksperimen dengan desain : two group pretes postes design. Untuk mengetahui hasil belajar Fisika dilakukan dengan memberikan tes pada kedua kelas sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah : Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Kelas Eksperimen Kontrol Keterangan: T1 = Pemberian Tes awal (Pre Tes) T2 = Pemberian Tes akhir (Pos Tes) X = Perlakuan dengan strategi pembelajaran inkuiri Y = Perlakuan dengan strategi pembelajaran konvensional 3.5. Prosedur penelitian Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Tahap persiapan a. Konsultasi dengan kepala sekolah SMP Parulian 2 Medan untuk memohon izin untuk melakukan penelitian. b. Menyusun rencana pembelajaran sebagai panduan penelitian dalam proses pencapaian tujuan yang diinginkan. c. Menyusun instrumen soal tes untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. 2. Tahap pelaksanaan a. Menentukan kelas sampel dari populasi yang ada. mendapatkan data awal.
c. b. Melaksanakan pre-tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dan untuk

Pre Tes T1 T1

Perlakuan X Y

Pos Tes T2 T2

Melakukan pengajaran pada kedua kelas yaitu : Pada kelas eksperimen adalah pengajaran Fisika dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri.

29

Pada kelas kontrol adalah pengajaran Fisika dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional.

d. Memberi pos-tes untuk mengetahui hasil belajar siswa kemudian

dilakukan hipotesis. e. Setelah uji hipotesis dapat diambil kesimpulan. Tahapan penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram berikut :

Populasi Sampel Kelas Kontrol Pre Tes Strategi pembelajaran konvensional Pos tes Analisa Data Strategi pembelajaran inkuiri Kelas Eksperimen

Gambar 3.1 Skema rancangan penelitian 3.6. Instrumen Penelitian A. Tes Hasil Belajar Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa berjumlah dua puluh soal dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan (option). Sebelum dilakukan penelitian, tes yang telah disusun terlebih dahulu diuji validitasnya. Tes tersebut dituangkan dalam bentuk tabel kisi-kisi tes hasil belajar (Tabel 3.2), berikut : Tabel 3.2 Kisi-kisi tes hasil belajar pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton

30

Materi Pokok Gaya Hukum Newton Jumlah

C1

Tingkat kemampuan kognitif C2 C3 C4 12 1

C5 14,5 2

C6 16 1

Jumlah 14 6 20

1,2,9,17 3,4,6,7,18,20 8,10,11,15 13 19 4 7 5

Keterangan : C1 = Pengetahuan/ingatan C4 = analisis C2 = Pemahaman C5 = Sintesis C3 = Aplikasi/Penerapan C6 = Evaluasi

Dalam penyusunan tes ini digunakan validasi isi (Content Validity) yaitu menyesuaiakan soal tes dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan materi pokok Gaya dan Hukum Newton. Masingmasing soal diberi skor 1 jika jawaban benar dan skor 0 jika jawaban salah. Selanjutnya jumlah total skor dari setiap siswa dikonversikan kedalam bentuk nilai dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Nilai = Jumlah total skor x10 Jumlah soal

Untuk mengetahui kategori kemampuan siswa, maka terlebih dahulu menentukan kriteria yang akan dijadikan dasar untuk mengambil kesimpulan yaitu (Tabel 3.3), berikut :

Tabel 3.3 Kriteria kemampuan siswa Interval 8,0-10,0 7,0-7,9 6,0-6,9 Kriteria Baik sekali Baik Cukup

31

5,0-5,9 3,0-4,9

Kurang Gagal Arikunto (2006 : 276)

B. Observasi Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran langsung tentang aktivitas pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri pada materi pokok Gaya dan Hukum Newton. Pengamatan dilakukan oleh observer pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan ketentuan yang telah disediakan yaitu untuk mengamati aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa sebagai akibat dari strategi pembelajaran yang dilakukan. Hasil observasi ini akan diserahkan kembali kepada peneliti untuk mengetahui sampai sejauh mana pembelajaran telah dicapai. Untuk melihat keaktifan siswa maka dilakukan observasi sebanyak 3 kali pertemuan. Adapun hal-hal yang akan diobservasi dapat dilihat dalam tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Aktivitas Kelompok No Aktivitas siswa Deskriptor Penilaian

32

Bekerjasama dengan kelompok

a. Berdiskusi dengan teman 1. Satu deskriptor b. Kompak mengerjakan tugas tampak c. Saling membantu dalam 2. Dua deskriptor kelompok tampak 3. Tiga deskriptor tampak a. Memahami tugas yang diberikan guru b. Mengerjakan tugas yang diberikan guru c. Mengerjakannya sesuai tahap pemecahan masalah a. Menjaga ketertiban kelas b. Mengerjakan tugas tepat waktu c. Mempertanggungjawabkan hasil diskusi a. Pertanyaan singkat b. Ada hubungan dengan materi pelajaran c. Menggunakan bahasa Indonesia dengan benar a. Jawaban singkat b. Ada hubungan dengan materi pelajaran c. Menggunakan bahasa Indonesia dengan benar 1. Satu deskriptor tampak 2. Dua deskriptor tampak 3. Tiga deskriptor tampak 1. Satu deskriptor tampak 2. Dua deskriptor tampak 3. Tiga deskriptor tampak 1. Satu deskriptor tampak 2. Dua deskriptor tampak 3. Tiga deskriptor tampak 1. Satu deskriptor tampak 2. Dua deskriptor tampak 3. Tiga deskriptor tampak

Memecahkan masalah

Tanggung jawab

Mengajukan pertanyaan

Menjawab pertanyaan

Dari pedoman penilaian diatas maka akan terlihat beberapa persen peningkatan keaktifan siswa. Rumus yang digunakan umtuk menentukan persentase peningkatan aktivitas siswa adalah :

33

Persentase = Kategori penilaian :

skor yang diperoleh x100 % skor maksimum

85 % - 100 % berarti baik sekali 75 % - 84 % berarti baik 65 % - 74 % berarti cukup 55 % - 64% berarti kurang 0 % - 54 % berarti sangat kurang 3.7 Validitas Tes Untuk mengetahui kevalidan instrumen maka validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Validitas isi artinya kejituan daripada suatu tes ditinjau dari isi tes tersebut. Validitas isi menunjukkan kepada suatu instrumen yang memiliki kesesuaian isi dalam mengukur yang akan diukur. Instrumen ini disusun berdasarkan kurikulum, buku pegangan siswa/guru dan akan divalidkan oleh validator. 3.8 Teknik Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data. Analisis data maksudnya untuk mengolah data yang diperoleh dari hasil penelitian agar dapat dipertanggung jawabkan dan dipercaya kebenarannya. Dalam hal ini dihitung uji normalitas dan uji homogenitas data. Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah hasil tes yang diberikan kepada siswa. Setelah data diperoleh maka langkah-langkah pengolahannya adalah sebagai berikut :

1. Menghitung mean dan standar deviasi X =

X
N

...(3.5)

34

Dimana: X = rata-rata skor siswa kelas eksperimen

= jumlah skor siswa

N = jumlah sampel siswa Menghitung standar deviasi dengan menggunakan rumus : S= Xi X N 1

.........................................................(3.6)

dimana : S = standar deviasi N = jumlah sampel

X = rata-rata skor X i = jumlah skor

2. Uji normalitas Uji ini dilaksanakan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dari data menggunakan rumus uji Liliefors dengan langkah-langkah sebagai berikut: (Sudjana, 2002 : 466) a. Menyusun skor siswa dari skor yang terendah ke skor yang tertinggi. b. Skor mentah X1, X2, rumus : Zi = Xi X S
,

Xn, dijadikan bilangan baku Z1, Z2,

Zn dengan

dimana: X = rata-rata sample S = simpangan baku sample c. Untuk setiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (Zi) = P (Z Zi). d. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, Z3, , Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka : S (Z i ) = banyaknyaZ1 , Z 2, ...., Z n yang Z i n

e. Menghitung selisih F (Zi) S (Zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya yang tersebar dinyatakan dengan Lo.

35

f. Untuk kenormalan data maka dibandingkan antara nilai Lo dengan nilai kritis L dari daftar nilai L pada uji Liliefors. Kriteria penelitian : Jika Lo< Ltabel maka data berdistribusi normal Jika Lo > Ltabel maka data tidak berdistribusi normal. (Sudjana, 2002 : 467) 3. Uji Homogenitas Untuk menguji apakah kedua kelompok homogen, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Ho : 12 = 22 atau kedua kelompok mempunyai varians yang sama Ha : 12 22 atau kedua kelompok mempunyai varians yang berbeda Dengan menggunakan rumus (Sudjana, 2002 : 250) F= var ians terbesar ... (3.7) var ians terkecil

Kriteria pengujiannya adalah : Jika Fhitung < Ftabel maka kedua sampel memiliki varians yang sama Jika Fhitung > Ftabel maka kedua sampel tidak memiliki varians yang sama Uji Hipotesis Untuk uji hipotesis digunakan uji statistik t satu pihak (pihak kanan). Hipotesis yang diuji berbentuk : H0 : 1 = 2 Ha : 1 > 2 Untuk uji hipotesis digunakan uji statistik t satu pihak (pihak kanan) dengan rumus : 1 2 1 1 thitung = S + n1 n2 ........................................................................(3. 8)

dimana S adalah varians gabungan (Sudjana, 2002 : 239) yang dihitung dengan rumus :

36

S2 =

2 (n1 1) S12 + (n2 1) S 2 n1 + n2 2

..........................................................(3. 9)

Dengan t = harga t hasil perhitungan 1 = nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen 2 = nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol
2 S1 = varians kelas eksperimen 2 S 2 = varians kelas kontrol

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen n2 = jumlah siswa kelas kontrol S 2 = varians gabungan Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (dk = n1 + n2 2). Kriteria pengujian adalah : terima H 0 jika t < t1- didapat dari daftar distribusi t dengan peluang 1- dan = 0,05. Untuk harga t lainnya H0 ditolak.

37

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M., (2006), IPA Fisika 2 SMP dan MTs untuk Kelas VIII, Penerbit Esis, Jakarta Arikunto, S., (2006), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Depdiknas, (2008), Strategi Pembelajaran dan Pemilihannya, http://www.scribd.com/doc/50174145/24/M-Strategi-Pembelajaran-Inkuiri, diakses pada 25 Maret 2011 Dimyati dan Mudjiono, (2009), Belajar dan Pembelajaran, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Djamarah dan Zain, (2006), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Elida, (2010), Pengaruh Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Zat dan Wujudnya di Kelass VII Semester I SMPN 4 Laguboti T.A 2010/2011, Skripsi, FMIPA Unimed, Medan Gulo, W., (2002), Strategi Belajar Mengajar, Penerbit Grasindo, Jakarta I Made dan Rapi, (2008), Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal Terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja, http://www.freewebs.com/santyasa/Lemlit/pdf, diakses pada Maret 2011 Kanginan,M., (2007), IPA Fisika untuk SMP Kelas VIII, Penerbit Erlangga, Jakarta Sagala, S., (2009), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung Sanjaya, W., (2007), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Penerbit Kencana Prenada Media Group, Jakarta Sardiman, (1986), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Penerbit Raja Grafindo Persada, Jakarta Situmorang, M., (2009), Buku Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa dan Standar Operasional (SOP ) Kepembimbingan Skripsi, Unimed, Medan Sudjana., (2002), Metoda Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung Suryosubroto, B., (2002), Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

38

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GAYA DAN HUKUM NEWTON DI KELAS VIII SEMESTER I SMP PARULIAN 2 MEDAN T. A 2011/2012

Diajukan Untuk Seminar Proposal Penelitian Dalam Penyusunan Skripsi

Oleh : Nama NIM Program Studi : Lastama Sinaga : 071244210062 : Pendidikan Fisika

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2011

Anda mungkin juga menyukai